Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN

ANGKA PERMANGANAT (TITRIMETRI)

KELOMPOK II

Annisa Septi Dwiyanti 1706986132

Caleb Patrick Sidabutar 1706042503

Kayla Ashilla Putri M. 1706042636

Asisten Praktikum : Rendy

Tanggal Praktikum : 24 April 2019

Nilai :

Paraf Asisten :

LABORATORIUM TEKNIK PENYEHATAN LINGKUNGAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK
2019

I. TUJUAN

Untuk mengamati pencemaran di dalam sampel yaitu outlet Danau Ulin


berdasarkan nilai permanganat dengan metode oksidasi, dalam sampel yang
memiliki kadar klorida (Cl-) kurang dari 300 mg/L.

II. DASAR TEORI

2.1. Definisi Angka Permanganat


Permanganat merupakan senyawa kimia yang mengandung ion manganat
(VII), dan ion (MnO4-). Dikarenakan mangan memiliki bilangan oksidasi yang
besar, yaitu +7, maka ion permanganat (VII) merupakan oksidator kuat. Kalium
permanganat telah banyak digunakan sebagai agen pengoksidasi selama lebih
dari 100 tahun. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan tidak
membutuhkan indikator terkecuali untuk larutan yang sangat encer. Kalium
permanganat bukan merupakan standar primer sehingga sangat sulit untuk
mendapatkan pereaksi ini dalam keadaan murni dan bebas dari mangan dioksida.
Terlebih lagi air yang digunakan sebagai pelarut sangat mungkin masih
menagndung zat pengotor lain yang dapat mereduksi permanganat menjadi
mangan dioksida.
Gambar 2.1.1. Kalium Permanganat

Nilai permanganat adalah jumlah miligram kalium permanganat yang


dibutuhkan untuk mengoksidasi organik dalam 1000 ml air pada kondisi
mendidih (SNI 06-6989.22-2004, 2004). Terkadang dapat dinyatakan sebagai
jumlah oksigen yang digunakan atau dikonsumsi per satu liter air. Waktu yang
digunakan untuk mendidihkan sampel agar bereaksi sempurna dengan kelebihan
KMnO4 sesuai dengan SNI 06-6989.22-2004 adalah tepat 10 menit. Dari hasil
pengamatan di lapangan, terkadang waktu pemanasan yang digunakan untuk
mendidihkan sampel tidak diperhatikan, tetapi menurut pemnelitian Farida
(2006), pemanasan berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan zat organik di dalam
sampel air.

2.2. Metode Pengukuran Angka Permanganat


Salah satu metode untuk mengukur angka permanganat adalah dengan
cara titrimetri. Zat organik di dalam air dioksidasi dengan KMnO4 direduksi
oleh asam oksalat berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan
KMnO4 (SNI 06-6989.22-2004). Reaksi oksidasi KMnO4 dalam kondisi
asam adalah sebagai berikut:
2KMnO4 + 3H2SO4 → 2MnSO4 + K2SO4 + 5On
Reaksi oksidasi KMnO4 dalam kondisi basa sebagai berikut:
2KMnO4 + H2O → 2MnO2 + KOH + 3On + 3H2O
Reaksi oksidasi zat organik adalah sebagai berikut:
C2H2O + On → 2CO2 + H2O
Walaupun tidak penting secara komersil, kalium permanganat dapat
dioksidasi melalui klorin atau dengan disproporsionasi di bawah kondisi
asam. Reaksi oksidasi klorin adalah:
2K2MnO4 + 2CO2 → 2KmnO4 + 2K2CO3 + MnO2
Dan reaksi disproporsionasi yang diinduksi-asam dapat ditulis sebagai:
3K2KmN4 + 4HCl → 2KmnO4 + MnO2 + 2H2O + 4KCl
Suatu asam lemah seperti asam karbonat cukup untuk reaksi ini:
3 K2MnO4 + 2CO2 → 2KmnO4 + 2K2CO3 + MnO2

2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Permanganat

Zat organik merupakan zat yang pada umumnya bagian dari binatang atau
tumbuhan dengan komponen utamanya adalah karbon, protein dan lemak lipid.
Zat organik mudah sekali mengalami pembusukan oleh bakteri dengan
menggunakan oksigen terlarut. Tingginya zat organik di dalam air disebabkan
oleh masuknya berbagai bahan organik ke dalam badan air, seperti daun, ranting
pohon, hewan mati, dan lainnya. Selain itu bisa juga disebabkan karena
pencemaran industri berupa industri kertas, pembuatan tepung, dan lainnya.

Limbah organik yang masuk ke dalam perairan dalam bentuk padatan


yang terendap, koloid, tersuspensi dan terlarut. Pada umumnya, dalam bentuk
padatan akan langsung mengendap menuju dasar perairan, sedangkan bentuk
lainnya berada di badan air, baik di bagian aerob maupun anaerob.

2.4. Standar Baku Mutu Nilai Permanganat


Tabel 2.4.1. Baku Mutu Kalium Permanganat Pada Air Bersih dan Air Minum
Kadar
Parameter Satuan
Maksimum
Zat Organik (KmnO4) mg/L 10
Sumber: PERMENKES No. 416 Tahun 1990

Menurut PERMENKES No. 416 Tahun 1990, kadar maksimum zat


organik (KMnO4) adalah 10 mg/l pada air minum dan 10 mg/l pada air bersih.
Hal ini dikarenakan kalium permanganat memiliki dampak yang buruk bagi
kesehatan apabila kadarnya tidak dijaga dalam air minum dan dikonsumsi secara
terus menerus oleh manusia.

2.5. Dampak Kalium Permanganat Terhadap Lingkungan


Kalium permanganat digunakan secara luas dalam industri pengolahan
air. Hal ini digunakan sebagai bahan kimia regenerasi untuk menghilangkan besi
dan hidorgen sulfida (bau telur busuk) dari air sumur Filter “Manganese
Greensand”. “Pot Perm” juga dapat diperoleh di toko peralatan kolan dan
digunakan sebagai tambahan untuk menangani air limbah.

Gambar 2.5.1. Manganese Greensand

Sumber: filwater.com

Gambar 2.5.2. Pot Perm

Sumber: Amazon.com
Kalium Permanganat menemukan penerapannya dalam pengendalian
organisme pengganggu seperti kerang zebra dalam pengumpulan dan pengolahan
sistem air tawar. Namun, kalium permanganat jika digunakan sembarangan di
wilayah perairan dapat merusak lingkungan karena kalium permanganat yang
berinteraksi dengan zat-zat tertentu bisa memicu ledakan.
Senyawa kalium permanganat yang merupakan golongan peroksidan
dapat melepaskan oksigen apabila bersentuhan dengan zat-zat organik, pelepasan
oksigen dalam jumlah banyak mampu menghasilkan reaksi kimia yang bersifat
bakterisidal sehingga mampu membunuh bakteri ataupun jamur.
Limbah organik yang masuk ke dalam perairan dalam bentuk padatan
yang terendap, koloid, tersuspensi dan terlarut. Pada umumnya, dalam bentuk
padatan akan langsung mengendap menuju dasar perairan, sedangkan bentuk
lainnya berada di badan air, baik di bagian aerob maupun anaerob. Dimanapun
limbah organik berada, jika tidak dimanapun limbah organik berada, jika tidak
dimanfaatkan oleh fauna perairan seperti ikan, kepiting, dan lainnya maka akan
dimanfaatkan oleh mikroba, baik mikroba aerobik maupun anaerobik, ataupun
mikroba fakultatif.
2.6. Dampak Kalium Permanganat Terhadap Kesehatan Manusia
Kalium permanganat mempunyai beberapa dampak terhadap kesehatan
manusia. Hampir semua aplikasi kalium permanganat memanfaatkan sifat
mengoksidasinya. Sebagai oksidan kuat yang tidak menghasilkan produk
samping yang beracun, kalium permanganat memiliki banyak kegunaan. Sebagai
oksidan, kalium permanganat dapat bertindak sebagai antiseptik. Misalnya
larutan encernya dapat digunakan untuk mengobati sariawan (radang),
disinfektan untuk tangan dan pengobatan untuk pomfoliks, dermatitis, dan
infeksi jamur pada tangan atau kaki yang sifatnya ringan. Kalium permanganat
bisa digunakan untuk luka yang terinfeksi jenis bakteri atau jamur tertentu.
Larutian ini tak ubahnya seperti larutan pembersih luka infeksi atau cairan
antiseptik, namun tidak bisa digunakan jika luka tersebut cukup parah. Kalium
permanganat juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit kulit seperti
impetigo, kutu air, iritasi urin, dan pempigus. Sifat kimia kalium permanganat
dapat membunuh jamur dan bakteri. Orang yang telah menjalani operasi ambeien
juga dapat menggunakan kalium permanganat untuk membersihkan anus. Ibu-ibu
yang telah melahirkan boleh mencuci bagian perineumnya dengan kalium
permanganat atas pengawasan tenaga medis profesional.
Efek samping kalium permanganat tergantung pada bagian atau area
tubuh yang terpapar. Apabila kalium permanganat masuk ke dalam pernapasan
maka akan menimbulkan efek samping seperti batuk-batuk, sesak napas, oedema,
dan iritasi mukosa. Kalium permanganat juga dapat mengiritasi kulit jika
digunakan dalam persentase yang lebih kental dari aturan. Jika mengenai area
mata, akan mengiritasi mata dan menyebabkan kerusakan mata bahkan bisa
sampai menjadi buta, oleh karena itu pastikan kalium permanganat digunakan
sesuai dengan dosis dan cara pakainya. Kalium permanganat juga memiliki efek
samping berupa toksik terhadap saluran cerna apabila sampai tertelan, yang bisa
berakibat fatal bagi keselamatan jiwa seseorang.

2.7. Hubungan Nilai Permanganat Dengan DO, BOD, COD


Penetuan kandungan zat organik dalam air biasanya dilakukan dengan
mengukur kabutuhan oksigen dalam air untuk mendegradasi zat organik, baik
dengan bantuan mikroorganisme, maupun zat kimia dan cara lainnya. Saat ini
telah ada dua metode standar dalam pengukuran kebutuhan oksigen di air, yaitu
biological oxygen demand (BOD) dan chemical oxygen deman (COD). Kedua
metode tersebut berhubungan dengan kebutuhan oksigen untuk mendegradasi zat
organik yang ada pada contoh air. Pada metode BOD digunakan proses oksidasi
melalui bantuan mikroorganisme. Sedanngkan pada metode COD, prosses
oksidasi zat organik dalam sampel menggunakan pereaksi kimia, seperti
dikromat, sebagai oksidatornya (Febrian, 2008). Kalium permanganat telah lama
dipakai sebagai oksidator pada penentuan konsumsi oksigen untuk mengoksidasi
bahan organik, yang dikenal sebagai parameter nilai permanganat atau sering
disebut sebagai kandungan bahan organik total atau TOM (Total Organic
Matter). Akan tetapi, kemampuan oksidasi oleh permanganat sangat bervariasi,
tergantung pada senyawa-senyawa yang terkandung dalam air. Penentuan nilai
oksigen yang dikonsumsi dengan metodde permanganat selalu memberikan hasil
yang lebih kecil dari nilai BOD. Kondisi ini menunjukan bahwa kalium
permanganat tidak cukup mengoksidasi bahan organik secara sempurna.

2.8. Treatment Untuk Mengurangi Nilai Permanganat


Menurunkan angka permanganat dalam suatu perairan sama halnya
dengan menurunkan kandungan zat organik di dalam perairan tersebut. Metode
yang dapat dilakukan untuk mengurangi kadar zat organik adalah dengan proses
filtrasi dimana hal tersebut bertujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi
dalam air dan juga menghilangkan kandungan zat organik. Biasanya proses ini
menggunakan bahan sand filter yang disesuaikan dengan kebutuhan baik debit
maupun kualitas air dengan media filter. Setelah itu dilanjutkan dengan proses
aerasi dan anaerobsi.
Aerasi merupakan proses penjernihan dengan cara memberikan oksigen
kedalam air. Dengan dimasukkannya oksigen ke dalam air maka zat-zat seperti
karbon dioksidasi serta hidrogen sulfida dan metana yang memengaruhi rasa dan
bau zat seperti karbon dioksida serta hidrogen sulfida dan metana yang terlarut
dalam air seperti besi dan mangan akan teroksidasi dan secara cepat akan
membentuk lapisan endapan yang nantinya dapat dihilangkan melalui proses
sedimentasi. Proses ini juga bertujuan untuk menyerap sisa pengotoran yang
masih terlarut dalam air dan menjadikan finishing pada proses penjernihan.
2.9. Aplikasi Data Nilai Permanganat
Data nilai permanganat dapat digunakan untuk beberapa hal. Salah satunya
sebagai titran pengoksidasi untuk titrasi redoks (Permanganometri). Dalam cara
yang terkait, dapat digunakan sebagai pereaksi untuk menentukan bilangan
Kappa dari pulp kayu, untuk standarisasi larutan KmnO4, reduksi dengan asam
oksalat sering digunakan.
Data angka permanganat berkaitan dengan instalasi pengolahan air bersih
maupun air limbah. Semakin besar nilai angka permanganat dalam suatu sampel
perairan maka akan menunjukkan bahwa perairan tersebut identik dengan
banyaknya kandungan zat organik di dalam air.
Data angka permanganat juga dapat digunakan untuk menentukan suatu badan
air. Berarti data angka permanganat dapat digunakan untuk kontrol lingkungan.
Semakin tinggi angka permanganat, makan air dalam badan air tersebut semakin
buruk.

III. ALAT & BAHAN

1. Alat
 Erlenmeyer 300 ml (1)
 Stopwatch (1)
 Pemanas listrik (1)
 Gelas ukur 100 ml (1)
 Pipet ukur 10 ml dan 5 ml (1)
 Buret 25 ml (1)
 Batu didih (1)
 Kertas titar (1)
 Statif dan klem (1)
 Bulb (1)
2. Bahan
 Asam sulfida 8 N bebas zat organik
 Kalium permanganat (KMnO4) 0,01 N
 Asam oksalat 0,01 N
 Air suling
 Air sampel, yaitu Outlet Danau Ulin
IV. CARA KERJA

1. Memasukkan air 2. Memasukkan 100 ml 3. Memasukkan beberapa


sampel 100 ml ke dan batu didih sampel tetes KMnO4 0,01 N
gelas ukur ke erlenmeyer 300 ml sampai warna merah
muda

4. Menambahkan 5 ml 5. Memanaskan 6. Menambahkan 10 ml


H2SO4 8 N bebas zat erlenmeyer hingga larutan KMnO4 0,01 N
organik tercium bau H2S dan
diteruskan beberapa
menit di suhu 105 ֩C

7. Memanaskan hingga 8. Menambahkan asam 9. Setelah menambahkan


mendidih selama 10 oksalat 0,01N asam oksalat, larutan
menit dengan suhu sebanyak 10 ml menjadi bening
105 ֩C
10. Menitrasi dengan 11. Mencatat hasil titrasi
kalium permanganat
0,01N sampai merah
muda seulas dalam
kondisi panas

V. DATA PENGAMATAN
Tabel 1. Data hasil pengamatan

Volume Titrasi Perubahan


V1 KMnO4 ΔV
Vo V1 Warna
10 mL 29 ml 33 ml 4 ml Merah muda seulas
Sumber: Analisis praktikan, 2019
VI. PENGOLAHAN DATA
1000
Angka Permanganat (mg/L) ¿ [ ( a . f )−10] x 0,316
d
Keterangan:
d = volume larutan
a = volume total KMnO4 0.1 yang dibutuhkan pada titrasi dan
penambahan sebelum proses titrasi
a = V0 + ΔV = 10 ml + 4 ml = 14 ml
f = faktor pengenceran 1

1000
Angka Permanganat (mg/L) ¿ [ ( 14 x 1 )−10] x 0.316
100
¿ 10 x [14 ] x 0.316

¿ 44,24 mg/l

VII. ANALISIS
 Analisis Percobaan
Pada kesempatan kali ini, praktikan melakukan percobaan yang
bertujuan untuk mengamati pencemaran di dalam sampel yaitu outlet Danau
Ulin berdasarkan nilai permanganat dengan metode oksidasi, dalam sampel
yang memiliki kadar klorida (Cl-) kurang dari 300 mg/L. Praktikan
menggunakan metode titrimetri pada percobaan ini, alasannya adalah metode
ini cukup menguntungkan karena merupakan metode yang lebih teliti dan
akurat serta dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi zat lain. Alat
yang dibutuhkan yaitu Erlenmeyer 300 ml, stopwatch, pemanas listrik, gelas
ukur 100 ml, pipet ukur 10 ml dan 5 ml, serta buret 25 ml. Bahan yang
dibutuhkan yaitu asam sulfida 8N bebas zat organik, kalium permanganat
(KMnO4) 0,01 N, asam oksalat 0,01 N, dan air sampel yaitu air outlet Danau
Ulin.
Pertama-tama, praktikan memasukkan 100 ml air sampel ke dalam
gelas ukur agar jumlah sampel yang digunakan sesuai dengan yang
diinginkan. Kemudian, praktikan memasukkan 100 ml sampel dan batu didih
ke erlenmeyer 300 ml dan memasukkan beberapa tetes KMnO 4 0,01 N sampai
warna merah muda. Penambahan batu didih bertujuan untuk mempercepat
proses pendidihan sampel ketika dipanaskan, sedangkan larutan KMnO 4 0,01
N berfungsi sebagai indikator adanya kandungan zat organik (permanganat) di
dalam sampel lewat perubahan warna yang terjadi, sehingga dapat dipastikan
pula adanya reaksi antara kalium permanganate dan air. Praktikan
menggunakan kertas titar berwarna putih yang diletakkan dibawah labu
erlenmeyer dengan tujuan agar perubahan warna dapat terlihat dengan jelas.
Lalu, praktikan menambahkan 5 ml H2SO4 8N bebas zat organik. Penambahan
ini berfungsi untuk memastikan bahwa larutan berada dalam keadaan asam.
Selanjutnya, praktikan memanaskan erlenmeyer hingga tercium bau
H2S dan diteruskan beberapa menit di suhu 105 ֩C. Pemanasan pada suhu 105
֩C bertujuan untuk mengurangi uap air dan mempercepat proses oksidasi zat
organik karena suhu yang tinggi berpengaruh pada laju oksidasi zat organik
menjadi semakin cepat. Semakin cepat proses oksidasi, diharapkan semakin
mudah pula pendeteksian zat organik pada saat titrasi. Bau H2S merupakan
hasil dari reaksi antara kalium permanganate dan asam sulfat sebagai berikut:
2 KMnO4 + 3 H2SO4 ↔ 2 MnO2 + KOH + 3 On +3 H2S
Kemudian, praktian memipet 10 ml larutan KMnO4 0,01 N dan
memanaskannya hingga mendidih selama 10 menit dengan suhu 105 ֩C.
Penambahan ini bertujuan untuk mengoksidasi zat organik yang terdapat di
dalam sampel. Praktikan kemudian menambahkan asam oksalat 0,01N
sebanyak 10 ml hingga warnanya menjadi bening. Penambahan ini bertujuan
untuk mereduksi sisa kalium permanganat (KMnO4) yang terdapat di dalam
larutan, dimana perubahan warna menunjukkan bahwa telah terjadi proses
reduksi. Lalu, praktikan menitrasi dengan kalium permanganat 0,01 N sampai
merah muda seulas dalam kondisi panas. Titrasi dilakukan untuk mengatasi
kelebihan kandungan asam oksalat yang ada pada larutan sampel, dan
diperlukan suhu yang tinggi untuk mendeteksi kandungan asam oksalat dalam
larutan. Reaksi hanya dapat terjadi dalam suhu tinggi dan pH rendah (suasana
asam).

 Analisis Hasil

Berdasarkan data hasil pengamatan yang diperoleh dan setelah


melewati proses perhitungan, air sampel memiliki angka permanganat
sebesar 44,24 mg/l. Jika dibandingkan dengan Permenkes No. 416 Tahun
1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air yang menyatakan
bahwa kadar maksimum zat organik (KMnO4) adalah 10 mg/l pada air
minum dan 10 mg/l pada air bersih, maka air sampel tergolong air yang tidak
bersih dan tidak dapat diminum karena tidak memenuhi standar maksimal zat
organik yang diperbolehkan. Apabila dibandingkan dengan Permenkes No.
492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum yang menyatakan
bahwa angka maksimal keberadaan KMnO4 dalam air minum adalah 10
mg/L sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel air tergolong air yang tidak
dapat diminum.

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diketahui beberapa faktor


penyebab tinggi rendahnya nilai permanganat, yaitu keberadaan zat organik
dalam sampel yang pada umumnya merupakan bagian dari binatang maupun
tumbuhan. Dapat dilihat bahwa pada Danau Ulin terdapat banyak ranting dan
dedaunan yang gugur serta ada kemungkinan terdapat jasad renik di dasar
danau. Di Danau Ulin juga terdapat banyak sampah, memiliki air yang keruh
sehingga turbiditasnya cukup tinggi. Tingginya nilai permanganat juga dapat
disebabkan oleh pencemaran industri.
dalam air dan juga menghilangkan kandungan zat organik. Selain filtrasi,
aerasi juga dapat dilakukan untuk meningkatkan kadar oksigen pada
perairan. Aerasi adalah proses penjernihan dengan cara memberikan oksigen
kedalam air.

 Analisis Kesalahan

Pada percobaan kali ini, terdapat beberapa kesalahan yang mungkin


terjadi dalam proses praktikum. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor,
berapa diantaranya yaitu:

1. Kurang bersihnya praktikan saat mencuci alat sehingga masih


terkontaminasi zat lain
2. Kurang telitinya praktikan dalam memipet larutan sehingga hasil yang
didapatkan tidak sesuai yang seharusnya
3. Kurang cermatnya praktikan dalam melakukan titrasi sehingga volume
titran yang digunakan tidak sesuai yang seharusnya

VIII. KESIMPULAN
1. Dalam menentukan nilai permanganat, metode yang paling tepat yaitu metode
titrimetri karena metode ini merupakan metode yang lebih teliti dan akurat
jika dibandingkan dengan metode lain serta dapat digunakan untuk
menentukan konsentrasi zat lain.
2. Air sampel outlet Danau Ulin memiliki nilai permanganat sebesar 44,24 mg/l.
3. Faktor yang mempengaruhi nilai permanganat yaitu keberadaan zat organik
dalam sampel yang pada umumnya merupakan bagian dari binatang maupun
tumbuhan dan pencemaran industri.
4. Perbandingan dengan peraturan yang berlaku:
Tabel 8.1. Perbandingan Baku Mutu

Peraturan Isi Terpenuhi/tidak


Permenkes No. 416 Kadar maksimum zat Tidak terpenuhi,
Tahun 1990 organik (KmnO4) maka air sampel
adalah 10 mg/l pada tergolong air yang
air minum dan 10 mg/l tidak bersih dan tidak
pada air bersih dapat diminum
Permenkes No. 492 Angka maksimal Tidak terpenuhi,
Tahun 2010 keberadaan KmnO4 maka sampel air
dalam air minum tergolong air yang
adalah 10 mg/l tidak dapat diminum
Sumber: Permenkes dan Analisis Penulis, 2019
5. Treatment yang mungkin dilakukan yaitu filtrasi, aerasi, dan proses anaerobsi.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Abadi, M. Fairuz (2011). Dasar Penetapan Zat Organik Dalam Air. Academia.edu.
Supriyatni, Endang, Ria Azizah Tri Nuraini, & Anindya Putri Fadmawati.
(2017).Studi Kandungan Bahan Organik Pada Beberapa Muara Sungai di
Kawasan Ekosistem Mangrove, Di Wilayah Pesisir Pantai Utara Kota
Semarang, Jawa Tengah. Buletin Oseanografi Marina Vol 6..
Haitami, Dinna Rakhmina, & Syahid Fakhridani. (2016). Ketepatan Hasil Dan
Variasi Waktu Pendidihan Pemeriksaan Zat Organik.
Anonymous. (t. tahun). Kalium Permanganat: Cara Pakai, Manfaat, dan Efek
Samping. doktersehat.com/kalium-permanganat/.
Peraturan Menteri Kesehatan. 1990. 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang
Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air

Anda mungkin juga menyukai