Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN

WARNA (METODE SPEKTROFOTOMETRI)

KELOMPOK II

Annisa Septi Dwiyanti 1706986132

Caleb Patrick Sidabutar 1706042503

Kayla Ashilla Putri M. 1706042636

Asisten Praktikum : Rendy

Tanggal Praktikum : 8 Mei 2019

Nilai :

Paraf Asisten :

LABORATORIUM TEKNIK PENYEHATAN LINGKUNGAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

2019
I. TUJUAN

Menentukan warna air sampel (outlet danau Kenanga) secara visual dan
menghitung kadar warna pada air sampel dalam satuan Pt-Co.

II. DASAR TEORI


a. Definisi Warna

Warna yang kita lihat bergantung pada cahaya yang diterima oleh mata
kita. Jika kita menerima lebih banyak cahaya merah, maka kita akan melihat
warna kemerahan. Saat cahaya melewati air, sebagian cahaya diserap oleh air.
Cahaya yang melewati 10 cm air masih memiliki hampir seluruh
komponennya, yaitu 90,5% cahaya merah, 99% cahaya hijau, dan 99,9%
cahaya biru. Jika cahaya melewati 5 meter air, maka yang tersisa hanya 0,7%
cahaya merah, 60,7% cahaya hijau, dan 95,1% cahaya biru. Maka dari iru
segelas air tampak bening, sementara air kolam renang tampak kebiruan.
Cahaya tidak terlalu terganggu jika melewati segelas air, karena yang dilihat
oleh mata manusia dari balik segelas air sama seperti yang kita lihat langsung.
Sementara itu hanya cahaya biru yang banyak tersisa dan yang banyak
diterima oleh mata manusia setelah melewati air yang cukup dalam, akibatnya
warna air kolam renang terlihat biru.

Gambar 2.1.1. Perbedaan Air Pada Gelas Dan Kolam Renang


Sumber: anakbertanya.com

Warna air yang terdapat di alam sangat bervariasi, misalnya air di


rawa-rawa berwarna kuning, coklat atau kehijauan, air sungai biaanya
berwarna kuning kecoklatan karena mengandung lumpur, dan air buangan
yang mengandung besi/tanin dalam jumlah tinggi berwarna coklat kemerahan.
Warna air yang tidak normal biasanya menunjukkan adanya polusi atau
pencemaran.

Warna dalam air adalah indikator kandungan organik, meliputi humat,


asam sulfat, adanya ion metalik dalam alam seperti besi dan manganm serta
kekeruhan. Warna pada air dapat disebabkan oleh materi tersuspensi dan
materi organik terlarut. Warna

b. Klasifikasi Warna

Terdapat dua klasifikasi warna dalam air, yaitu:

a) Warna Semu

Warna semu (apparent color) adalah warna kekeruhan air yang


disebabkan oleh sifat alami partikel-pertikel tanah, pasir, besi, mangan, dan
partikel mikroorganisme (algae/lumur), atau dapat dikatakan bahwa warna
semu pada air disebabkan oleh materi tersuspensi. Sedikit besi dan mangan
menyebabkan warna kecoklatan dalam air (Santika Sumestri Sri, 1987: 42).
Warna semu dalam air diukur pada larutan sampel yang tidak mengalami
penyaringan.

b) Warna Sejati

Warna sejati (true color) disebabkan oleh materi organik dalam bentuk
koloid. Warna sejati dalam air diukur pada larutan sampel yang mengalami
penyaringan (0,45). Materi organik tersebut menyebabkan warna di dalam air
yang sukar dihilangkan terutama jika konsentrasinya tinggi dan memerlukan
pengolahan dengan kondisi operasional yang khusus dengan penghilangan
warna semu. Karakteristik warna sejati air adalah berwarna kuning terang
sampai coklat kemerahan dan air tersebut relatif jernih

c. Faktor Yang Mempengaruhi Warna

Pada suatu badan air, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
warna pada air tersebut, seperti:

a) Oksida Besi & Mangan

Adanya oksida besi menyebabkan air berwarna kemerahan, sedangkan


oksida mangan menyebabkan air berwarna kecoklatan atau kehitaman. Kadar
besi sebanyak 0,3 mg/L dan kadar mangan sebanyak 0,05 mg/L sudah cukup
untuk menimbulkan warna pada perairan (peavy et al., 1985 dalam Effendi,
2003).

b) Kalsium Karbonat

Kalsium karbonat yang berasalah dari daerah berkapir menimbulkan


warna kehijauan pada perairan. Bahan-bahan organik seperti tanin, lignin, dan
asam humus yang berasal dari dekomposisi tumbuhan yang telah mati
menimbulkan warna kecoklatan.

c) Plankton

Warna air yang disebabkan oleh dominasi plankton dapat mempengaruhi


warna air, sehingga secara tidak langsung dari warna perairan juga dapat
menggambarkan kesuburan perairan. Warna air yang disebabkan oleh
dominasi plankton dapat menyebabkan air menjadi warna hijau. Hal ini
disebabkan oleh plankton Dunaleilla dan Chlorella yang merupakan pakan
alami yang baik untuk biota budidaya, namun ada juga warna hijau yang
didominasi oleh plankton Chaetomorpha dan Enteromorpha yang memiliki
pengaruh kurang baik terhadap kehidupan biota budidaya. Dominasi plankton
juga dapat menyebabkan air menjadi berwarna hijau tua. Hal tersebut
disebabkan oleh dominasi Mycrocystis, Spirulina, Oscillatoria, dan
Phormidium yang termasuk blue green algae. Plankton ini mengindikasikan
banyaknya bahan organik dalam perairan seperti ammonia dan hidrogen
sulfida, sehingga perairan dengan warna hijau tua kurang baik untuk kegiatan
budidaya biota air. Warna coklat kemerahan pada air juga dapat disebabkan
oleh dominasi plankton. Hal tersebut disebabkan oleh Peridinium dan
Schizothrix calcicolla atau dari jenis Phytoflagellata yang berbahaya karena
beracun sebagian plankton dapat mengeluarkan endotoksin yang merugikan
biota budidaya.

d) Bahan Anorganik

Bahan anorganik juga sering memberikan warna-warna tertentu seperti


biru yang diakibatkan oleh sinar matahari yang bergelombang pendek (sinar
biru) dipantulkan lebih banyak dari pada sinar lain. Warna kuning juga dapat
muncul akibat pada dasat air terdapat lumpur kuning seperti pada Sungai
Kuning di Cina. Adanya lumpur yang diendapkan dekat pantai dapat
memunculkan warna hijau karena memantulkan warna hijau dan juga karena
danya plankton-plankton dalam jumlah besar. Permukaan yang selalu tertutup
es seperti di Laut Kutub Utara dan Selatan dapat menimbulkan warna putih
pada air. Air dapat menjadi warna ungu karena adanya organisme kecil yang
mengeluarkan sinar-sinar fosfor seperti di Laut Ambon. Pada Laut Hitam,
warna air dapat menjadi hitam karena pada dasarnya terdapat lumpur hitam.

d. Parameter Warna Dalam Pemeriksaan Air


Warna adalah salah satu paramter dari air. Warna dari suatu badan air
penting untuk alasan estetika. Sebaiknya air minum tidak memiliki warna
karena alasan estetika dan juga untuk mencegah adanya pencemaran dari
zat-zat maupun mikroorganisme yang dapat mempengaruhi warna.
Jika suatu badan air memiliki tingkat kekeruhan yang tinggi, maka
warna dari badan air tersebut akan berwarna yang kurang estetik seperti
warna coklat atau kuning. Hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa air
tersebut kurang baik dari hanya melihatnya. Air yang bersih adalah air
yang tidak berwarna dan tidak berbau/
e. Metode Pengukuran Warna

Secara garis besar terdapat dua cara yang berbeda dalam pengukuran
warna yaitu dengan cara objektif dan subjektif. Secara objektif, warna diamati
dengan instrumen fisik, sedangkan secara objektif warna diteliti dengan indera
manusia. Pengukuran secara objektik diantara dengan metode
spektrofotometri, colorimeter atau chromameter, dan kamera CCD.
Sedangkan dalam pengujian secara subjektif dapat dilakukan dengan metode
diagram warna chromaticity CIE 1931.

a) Spektrofotometri
Pada pengukuran ini, parameter yang diukur ialah parameter optic
(reflektan (R)), transmitan (T)) pada tiap panjang gelombang mulai dari 400
hingga 700 nm.
b) Colorimeter/chromameter
Chromameter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur warna
dari permukaan suatu objek. Prinsip dasar dari alat ini ialah interaksi antara
energi cahaya diffus dengan atom atau molekul dari objek yang dianalisis.
Alat ini terdiri atas ruang pengukuran dan pengolah data. Ruang pengukuran
berfungsi sebagai tempat untuk mengukur warna objek dengan diameter
tertentu. Setiap kromameter dengan tipe berbeda memiliki ruang pengukuran
dengan diameter yang berbeda pula. Sumber cahaya yang digunakan yaitu
lampu xenon. Lampu inilah yang akan menembak permukaan sampel yang
kemudian dipantulkan menuju sensor spektral. Selain itu, enam fotosel silikon
sensitifitas tinggi dengan sistem sinar balik ganda akan mengukur cahaya
yang direfleksikan oleh sampel.
c) Kamera
Kamera yang digunakan merupakan kamera CCD (charge coupled
device) atau kamera digital. Kamera berfungsi sebagai sensor citra yang
digunakan untuk menangkap pantulan cahaya oleh objek yang kemudian
dalam bentuk nilai intensitas di memori komputer. Banyak macam dari sensor
citra ini yang digunakan untuk menangkap citra seperti yang kita lihat pada
TV yaitu vidicon tube, image orthicon tube, image dissector tube, dan
solidstate image sensor. Saat ini solidstate image sensor banyak digunakan
karena mempunyai banyak kelebihan seperti konsumsi daya listrik yang kecil,
ukurannya kecil dan kompak, tahan guncangan dan sebagainya. Ini sangat
diperlukan bila diintegrasikan ke dalam suatu mesin atau sistem robotik agar
bentuknya kompak dan padat.
d) Chromaticity CIE 1931
Dalam teori tristimulus, suatu warna dapat diperoleh dari campuran 3
warna, yaitu merah, hijau dan biru atau yang umum kita sebut sebagai RGB.
Ketiga warna utama ini memiliki panjang gelombangnya masing-masing.
Warna merah memiliki panjang gelombang 700 nm, warna hijau 546 nm, dan
warna biru 435 nm.

Gambar. Diagram chromaticity


Sumber : [ CITATION Rir11 \l 1057 ]
Pada tahun 1931 Commission Internationale de l’´Eclairage (CIE)
mendefinisikan tiga standar komponen warna utama : X, Y dan Z yang dapat
ditambahkan untuk membentuk semua kemungkinan warna. Warna utama Y
dipilih sedemikian rupa sehingga fungsi kecocokan warnanya secara tepat
mencocokkan fungsi luminous efisiensi mata manusia berdasarkan
penjumlahan ketiga warna seperti pada gambar. Diagram Chromaticity
menunjukkan semua visible colours. Sumbu x dan y merupakan nilai
normalisasi warna utama X dan Y untuk suatu warna, dan z = 1−x−y
menyatakan jumlah Z utama yang diperlukan [ CITATION Rir11 \l 1057 ].
f. Dampak Warna Terhadap Kualitas Air
a) Estetika
Warna merupakan salah satu keindahan yang dapat dilihat secara
visual. Warna juga menjadi penentu presepsi banyak orang. Begitu pula warna
pada air. Warna pada air sangatlah penting, dikarenakan konsumen atau
masyarakat banyak yang beranggapan warna yang baik mengidentifikasikan
bahwa kualitas air tersebut baik. Hal ini tidak sepenuhnya salah, dikarenakan
warna semu pada air yang disebabkan oleh partikel-partikel TSS atau Total
Suspended Solid, ataupun diakibatkan oleh berbagai material terlarut lainnya
dapat membuat konsumen tidak nyaman dan tidak mau untuk menggunakan
air tersebut. Hal ini dikarenakan adanya warna pada air, dapat memunculkan
persepsi bahwa air tersebut tercemar. Hal ini biasa terjadi karena air yang
tercemar dimana-mana pastilah akan berwarna, entah berwarna tekstil karena
tercemar pewarna tekstil, berwarna gelap dikarenaka konsentrasi limbah yang
pekat dan sebagainya. Maka terdapatnya warna pada air mengindikasikan
adanya pencemaran pada air tersebut.
b) Kesehatan
Seperti bahasan sebelumnya, adanya warna pada air mengindikasikan
adanya pencemaran yang terjadi pada perairan tersebut. pencemaran ini tentu
saja tidak baik bagi kesehatan. Dalam hal ini, kesehatan yang dimaksud yaitu
kesehatan manusia maupun kesehatan biota-biota perairan atau makhluk
hidup apapun yang menggunakan air tersebut. dalam perairan yang tercemar
terdapat zat pencemar yang sedikit banyak bersifat toksik atau beracun bagi
kehidupan, sehingga tidak baik untuk kesehatan jangka pendek maupun
jangka panjang.
c) Lingkungan
Warna pada suatu perairan identik kaitannya dengan kekeruhan. Hal
ini disebabkan karena perairan sejatinya tidak memiliki warna. Warna yang
disebabkan oleh kekeruhan ini disebut dengan warna semu karena lama-
kelamanaan akan mengendap. Semakin keruh warna suatu perairan akan
mengindikasikan besarnya konsentrasi kekeruhan pada perairan tersebut.
Semakin tinggi nilai kekeruhan maka zat-zat organik atau TSS yang
terkandung dalam perairan tersebut semakin banyak.
Masalah kekeruhan ini akan mengganggu biota-biota perairan pula.
Kadar kekeruhan yang tinggi akan menyebabkan biota laut sulit untuk
berfotosintesis. Hal ini disebabkan oleh karena kekeruhan mampu
menghalangi cahaya untuk masuk ke dalam perairan. Akibatnya, sedikit
cahaya ang masuk sehingga proses fotosintesis menjadi terhambat.
Terhambatnya proses fotosintesis akan memengaruhi kadar oksigen terlarut
dalam perairan tersebut. Kadar ogsigen terlarut menjadi menipis, sehingga
banyak biota perairan yang tidak mendapatkan oksigen yang cukup untuk
beraktivitas. Akibat dari hal tersebut, banyak biota perairan yang akan sakit
bahkan mati.

g. Standar Baku Mutu Warna di Indonesia


1) Peraturan Menteri Kesehatann Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam
Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum

Tabel 1. Parameter dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk


Media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi
Standar Baku Mutu (kadar
No. Paramater wajib Unit
maksimum)
1 Kekeruhan NTU 25
2 Warna TCU 50
o
3 Suhu C Suhu udara ± 3
Sumber : Permenkes RI No. 32, 2017

2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416 Tahun


1990 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Tabel 2. Daftar Persyaratam Kualitas Air Minum

No. Paramater Satuan Kadar maksimum Keterangan


1 Rasa - - Tidak berasa
2 Warna TCU 15 -
o
3 Suhu C Suhu udara ± 3 -
Sumber : Permenkes RI No. 416, 1990

h. Aplikasi Pemeriksaan Warna dalam Bidang Teknik Lingkungan


1) Pengolahan Air
Warna menjadi salah satu parameter yang menunjukkan bahwa suatu
perairan sedang terkontaminasi sesuatu karena sejatinya perairan memiliki
warna yang jernih. Ketika terdapat warna pada suatu perairan, maka diduga di
dalam perairan tersebut banyak partikel-partikel koloid yang menimbulkan
warna pada perairan muncul. Hal ini perlu diteliti apakah koloid yang
terkandung dalam perairan tersebut berbahaya bagi kesehatan perairan
tersebut atau tidak. Bila koloid tersebut memang berbahaya, maka harus ada
sikap lanjutan untuk menindaklanjuti perairan yang sudah dapat disebutkan
tercemar tersebut.
2) Pemilihan Zat Kimia
Dengan dilakukannya proses pengolahan warna, secara tidak langsung
dapat dikathui zat kimia apa yang cocok digunakan untuk memulihkan air
yang tengah diolah. Selain itu, dapat diketahui juga alat yang paling efektif
untuk mengolah air tersebut.
i. Cara Penghilangan Warna
1) Koagulasi dan flokulasi
Metode ini cocok digunakan untuk air yang warnanya bersumber dari
TSS atau Total Suspended Solid. Ketika TSS mengendap atau turun, maka
warna pada air akan kembali menjadi seperti semula. Proses ini diawali
dengan pengaturan pH. pH ditingkatkan hingga ke pH koagulasi optimal, lalu
ditambahkan koagulan yang sesuai untuk jenis zat pencemar yang terkandung
dalam air tersebut. Setelah penambahan koagulan maka ditambahkan
flokulan. Proses ini cocok untuk jenis-jenis limbah seperti limbah pemotongan
hewan, limbah textil serta limbah domestik.
2) Oksidasi
Oksidasi hanya berlaku bagi zat-zat yang mudah dioksidasi hingga zat
tersebut akan rusak dan akhirnya tidak berwarna lagi. Beberapa oksidator
yang biasa digunakan yaitu hidrogen peroksida, O-Nascent, dan hipoklorit.
Metode oksidasi juga dapat menjadi metode tambahan setelah dilakukan
metode koagulasi dan flokulasi. Proses ini dapat digunakan pada jenis limbah
pabrik makanan dan minuman dan limbah farmasi.

3) Adsorpsi dengan Media

Media adsorpsi yang digunakan yaitu media korbon aktif. Metode ini
sudah umum digunakan pada unit instalasi pengolahan limbah. Media karbon
aktif yang atau activated carbon filter dapat menyerap warna dari zat organik.
Sedangkan untuk penghilangan sumber warna dari zat anorganik yaitu
digunakan media ferolite atau manganese yang mampu menyerap zat
anorganik seperti besi dan mangan.

4) Bleaching

Bleaching merupakan metode penghilangan warna pada air yang


menggunakan bahan kimia. Bahan kimia yang digunakan ialah kaporit atau
klorin. Metode ini digunakan untuk menghilangkan warna yang mudah rusak
ikatannya. Sedangkan bila warna-warna pekat, sebaiknya tidak menggunakan
metode ini sebab akan mengakibatkan naiknya nilai toksitas air dan TDS atau
Total Dissolved Solid.
III. ALAT & BAHAN

1. Alat

2. Bahan
IV. CARA KERJA

1. Mengambil 2. Memasukkan 3. Mengencerkan


larutan warna sampel ke larutan sampai
sesuai dengan dalam labu 1 cm di bawah
deret ukur batas tera

4. Menghomogenkan 5. Menambahkan 6. Memasukkan


larutan dengan air suling larutan ke
mengocoknya sampai batas dalam kuvet
tera

7. Memasukkan
kuvet ke dalam
spektrofotometer
untuk mengukur
Pt-Co dan
absorbansi
V. DATA PENGAMATAN
V1N1 = V2N2
V1 = Volume deret
N1 = konsentrasi larutan standar baku = 100 ppm
V2 = volume pengenceran = 50 ml
N2 = konsentrasi deret yang ditentukan

Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Konsentrasi dan Absorbansi

Larutan Volume [ml] Pt-Co Absorbansi


50(1)
Deret 1 =¿ 0.5 14 0.009
100
50(2)
Deret 2 = 1.0 49 0.033
100
50(3)
Deret 3 =¿ 1.5 61 0.04
100
50(4 )
Deret 4 =¿ 2 95 0.063
100
50(5)
Deret 5 =¿ 2.5 166 0.111
100
Air Sampel - 56 0.037
Deret X - 67 0.044
Sumber: Analisis Praktikan, 2019

Tabel 2. Data Hasil Pengamatan Warna Secara Visual

Mengendap/ Jenis Semu/


Larutan
Tidak Warna Sejati
keruh
Outlet Danau √ kecoklata semu
n
hitam
Air Kopi √ semu
pekat
Air Teh - - sejati
Air Susu Kambing √ keputihan semu
Air Beras √ keputihan semu
Sumber: Analisis Praktikan, 2019
VI. PENGOLAHAN DATA
1. Deret 1
V x 100 = 50 x 1
V = 0.5 ml
2. Deret 2
V x 100 = 50 x 2
V = 1 ml
3. Deret 3
V x 100 = 50 x 3
V = 1.5 ml

4. Deret 4
V x 100 = 50 x 4
V = 2 ml
5. Deret 5
V x 100 = 50 x 5
V = 2.5 ml

Grafik 1. Hubungan Konsentrasi dan Deret

Hubungan Konsentrasi dan Deret


180
160
140 f(x) = 35 x − 28
120 R² = 0.92
Konsentrasi

100
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5
Deret

Sumber: Analisis Praktikan, 2019

Grafik 2. Hubungan Konsentrasi dan Absorbansi


Hubungan Konsentrasi (Pt-Co) dan Absorbansi
0.12

0.1
f(x)==0.92
R² 0.02 x − 0.02
Absorbansi 0.08

0.06

0.04

0.02

0
14 49 61 95 166
Konsentrasi (Pt-Co)

Sumber: Analisis Praktikan, 2019

Melalui grafik, diperoleh persamaan garis sebagai berikut:


y = 0.0234x – 0.019

1. Kesalahan Relatif Konsentrasi (Pt-Co)


Kesalahan Konsentrasi (Pt-Co) relatif = | PtCoteori−PtCo percobaan
PtCo teori |x
100%
 Deret 1
0.009 = 0.0234x – 0.019
x = 1.197

Kesalahan Pt-Co = |1.197−14


1.197 |
x 100 %=¿ 1069%

 Deret 2
0.033 = 0.0234x – 0.019
x = 2.22

Kesalahan Pt-Co = |2.22−49


2.22 |
x 100 %=¿ 2107.2%

 Deret 3
0.04 = 0.0234x – 0.019
x = 2.52

Kesalahan Pt-Co = |2.52−61


2.52 |
x 100 %=¿ 2320.6%

 Deret 4
0.063 = 0.0234x – 0.019
x = 3.504

Kesalahan Pt-Co = |3.504−95


3.504 |
x 100 %=¿ 2611.2%

 Deret 5
0.044 = 0.0234x – 0.019
x = 2.69

Kesalahan Pt-Co = |2.69−166


2.69 |
x 100 %=¿ 6071%

 Air Sampel

0.037 = 0.0234x – 0.019


x = 2.393

Kesalahan Pt-Co = |2.393−56


2.393 |
x 100 %=¿ 2240.16%

 Deret X
0.044 = 0.0234x – 0.019
x = 2.69

Kesalahan Pt-Co = |2.69−67


2.69 |
x 100 %=¿ 2390.7%

Tabel 3. Kesalahan Relatif Konsentrasi Pt-Co

Konsentrasi (Pt-Co) Konsentrasi (Pt-Co)


Larutan Kesalahan Relatif
Percobaan Teori
Deret 1 14 1.197 1069%
Deret 2 49 2.22 2107.2%
Deret 3 61 2.52 2320.6%
Deret 4 95 3.504 2611.2%
Deret 5 166 2.69 6071%
Air
56 2.393 2240.16%
Sampel
Deret X 67 2.69 2390.7%
Sumber: Analisis Praktikan, 2019

2. Kesalahan Relatif Absorbansi


Kesalahan Relatif Absorbansi = | Absorbansi teori− Absorbansi percobaan
Absorbansi teori |x
100%
 Deret 1
y = 0.0234(14) – 0.019
y = 0.3086

Kesalahan Relatif Absorbansi = |0.3086−0.009


0.3086 |x 100 %=¿ 97.1%
 Deret 2
y = 0.0234(49) – 0.019
y = 1.1276

Kesalahan Relatif Absorbansi = |1.1276−0.033


1.1276 |x 100 %=¿ 97.1%
 Deret 3
y = 0.0234(61) – 0.019
y = 1.4084

Kesalahan Relatif Absorbansi = |1.4084−0.04


1.4084 |
x 100 %=¿ 97.16%

 Deret 4
y = 0.0234(95) – 0.019
y = 2.204

Kesalahan Relatif Absorbansi = |2.204−0.063


2.204 |x 100 %=¿ 97.14%
 Deret 5
y = 0.0234(166) – 0.019
y = 3.8654
Kesalahan Relatif Absorbansi = |3.8654−0.111
3.8654 |x 100 %=¿ 97.13%
 Air Sampel
y = 0.0234(56) – 0.019
y = 1.2914

Kesalahan Relatif Absorbansi = |1.2914−0.037


1.2914 |x 100 %=¿ 97.13%
 Deret X
y = 0.0234(67) – 0.019
y = 1.5488
1.5488−0.044
Kesalahan Relatif Absorbansi = | 1.5488 |
x 100 %=¿ 97.15%

Tabel 4. Kesalahan Relatif Absorbansi

Absorbansi
Larutan Absorbansi Teori Kesalahan Relatif
Percobaan
Deret 1 0.009 0.3086 97.1%
Deret 2 0.033 1.1276 97.1%
Deret 3 0.04 1.4084 97.16%
Deret 4 0.063 2.204 97.14%
Deret 5 0.111 3.8654 97.13%
Air
0.037 1.2914 97.13%
Sampel
Deret X 0.044 1.5488 97.15%
Sumber: Analisis Praktikan, 2019

Dengan menggunakan persamaan yang didapat dari grafik hubungan antara


konsentrasi dan deret, maka dapat diperoleh deret sebagai berikut:
y = 35x – 28
67 = 35x – 28
x = 2,7

VII. ANALISIS
1. Analisis Percobaan
Pada kesempatan kali ini, praktikan melakukan percobaan dengan
tujuan untuk menentukan warna air sampel yaitu outlet Danau Kenanga secara
visual dan menghitung kadar warna pada air sampel dalam satuan Pt-Co. Alat
yang digunakan yaitu labu ukur 100 mL sebagai wadah pengenceran sesuai
deret, beaker glass untuk menampung larutan, kuvet untuk wadah larutan
yang akan digunakan untuk mengukur konsentrasi dan absorbansi pada
spektrofotometer, pipet ukur 10 mL untuk memipet larutan sampai volume 10
mL, dan spektrofotometer untuk mengukur konsentrasi (Pt-Co) dan
absorbansi larutan. Bahan yang diperlukan adalah air suling, air outlet Danau
Kenanga, kopi, susu, teh, dan air beras.

Pertama-tama, praktikan menuangkan air outlet Danau Kenanga, kopi,


susu, teh, dan air beras ke dalam beaker glass, kemudian didiamkan. Seluruh
larutan ini digunakan sebagai pembanding warna sejati dan warna semu.
Larutan didiamkan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada endapan yang
terbentuk dari larutan. Kemudian, praktikan menghitung volume larutan
indikator Bromcresol Green yang diperlukan untuk masing-masing deret yang
telah ditentukan dengan menggunakan rumus:
V1N1 = V2N2
Dengan V1 adalah volume larutan deret yang dicari, N1 adalah
konsentrasi larutan standar baku (100 ppm), V 2 adalah volume pengenceran
(50 ml), dan N2 adalah konsentrasi deret yang telah ditentukan, yaitu 1 ppm, 2
ppm, 3 ppm, 4 ppm, dan 5 ppm. Deret yang terbentuk adalah sebanyak 5
buah, kemudian praktikan memipet indikator Bromcresol Green sejumlah
hasil perhitungan deret ke dalam labu ukur, kemudian melakukan
pengenceran dengan air suling hingga 1 cm di bawah batas tera. Praktikan lalu
menghomogenkan larutan dengan cara mengocoknya. Hal ini dilakukan agar
larutan indikator dan air suling dapat tercampur secara merata. Setelah larutan
telah homogen, praktikan menambahkan air suling hingga batas tera.
Penambahan air ini bertujuan untuk pengenceran agar konsentrasi dapat
terbaca dengan akurat pada spektrofotometer. Praktikan kemudian mengelap
leher labu ukur dengan batang pengaduk dan kertas saring dengan tujuan
untuk membersihkan sisa-sisa air suling pada leher tabung agar volume yang
didapatkan tepat 50 ml.
Setelah 5 labu ukur telah terisi larutan dengan pengencerannya masing-
masing, praktikan memasukkan larutan ke dalam kuvet spektofotometer yang
telah dibilas dengan air suling hingga batas tera. Mula-mula spektrofotometer
dikalibrasi dengan menggunakan kuvet yang berisikan air suling atau yang
biasa disebut kuvet blanko. Hal ini dilakukan sebagai acuan karena air suling
tidak mengandung mineral sehingga dapat dijadikan tolak ukur. Sebelum
dimasukkan ke dalam spektrofotometer, kuvet dilap menggunakan tisu
terlebih dahulu untuk menghilangkan sidik jari agar tidak mempengaruhi
pembacaan spektrofotometer. Setelah dikalibrasi, kuvet yang berisi larutan
kemudian dimasukkan ke dalam spektrofotometer dengan panjang gelombang
455 nm untuk diperiksa konsentrasi (Pt-Co) dan absorbansinya. Hal ini
diulangi untuk deret 2, 3, 4, 5, air sampel, dan deret X.
Setelah itu, praktikan kembali mengamati beaker glass berisi beberapa
larutan yang telah didiamkan selama praktikan membuat larutan deret dan
menghitung konsentrasi serta absorbansinya. Pengamatan yang dilakukan
yaitu pengamatan mengenai ada atau tidaknya endapan untuk menentukan
apakah larutan tersebut merupakan larutan dengan warna sejati atau semu.

2. Analisis Hasil
Setelah melalui proses percobaan, praktikan mendapatkan data sebagai
berikut:
Grafik 3. Hubungan Konsentrasi dan Absorbansi
Hubungan Konsentrasi (Pt-Co) dan Absorbansi
0.12

0.1
f(x)==0.92
R² 0.02 x − 0.02
Absorbansi 0.08

0.06

0.04

0.02

0
14 49 61 95 166
Konsentrasi (Pt-Co)

Sumber: Analisis Praktikan, 2019

Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan grafik hubungan antara


konsentrasi (Pt-Co) dan absorbansi yang berbanding lurus. Maka dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi, semakin tinggi pula nilai
absorbansinya. Grafik hubungan antara konsentrasi dan absorbansi
menghasilkan persamaan garis y = 0.0234x – 0.019. Persamaan ini kemudian
digunakan untuk mencari konsentrasi (Pt-Co) teori dan absorbansi teori serta
kesalahan relatif untuk keduanya. Konsentrasi dicari lewat variabel x,
sedangkan absorbansi dicari lewat variabel y. Untuk mencari kesalahan relatif
konsentrasi (Pt-Co), praktikan mencari nilai x dengan memasukkan variabel y
dengan masing-masing nilai absorbansi percobaan. Untuk mencari kesalahan
relatif absorbansi, praktikan mencari nilai y dengan memasukkan variabel x
dengan masing-masing nilai konsentrasi percobaan, sehingga diperoleh data
sebagai berikut:
Tabel 5. Data Hasil Percobaan

Konsentrasi Kesalahan Absorbansi Kesalahan


Larutan
(Pt-Co) Teori Relatif Teori Relatif
Deret 1 1.197 1069% 0.3086 97.1%
Deret 2 2.22 2107.2% 1.1276 97.1%
Deret 3 2.52 2320.6% 1.4084 97.16%
Deret 4 3.504 2611.2% 2.204 97.14%
Deret 5 2.69 6071% 3.8654 97.13%
Air
2.393 2240.16% 1.2914 97.13%
Sampel
Deret X 2.69 2390.7% 1.5488 97.15%
Sumber: Analisis Praktikan, 2019

Grafik 4. Hubungan Konsentrasi dan Deret

Hubungan Konsentrasi dan Deret


180
160
140 f(x) = 35 x − 28
120 R² = 0.92
Konsentrasi

100
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5
Deret

Sumber: Analisis Praktikan, 2019

Berdasarkan hasil percobaan dengan deret 1, 2, 3, 4, dan 5, diperoleh


nilai konsentrasi yang berbanding lurus dengan deretnya. Grafik ini
menghasilkan persamaan garis y = 35x – 28. Dengan persamaan ini, praktikan
dapat mengetahui bahwa deret X berada di antara deret 2 dan 3 dengan
memasukkan nilai y dengan konsentrasi deret yang didapat dari pengukuran
spektrofotometer.

Tabel 6. Data Hasil Pengamatan Warna Secara Visual

Jenis
Larutan Mengendap/Tidak Semu/Sejati
Warna
keruh
Outlet
√ kecoklata semu
Danau
n
hitam
Air Kopi √ semu
pekat
Air Teh - - sejati
Air Susu
√ keputihan semu
Kambing
Air Beras √ keputihan semu
Sumber: Analisis Praktikan, 2019

Berdasarkan hasil pengamatan secara visual, diketahui bahwa dari


kelima larutan, yang mengalami pengendapan adalah outlet danau, air kopi, air
susu kambing, dan air beras. Hal ini berarti keempat larutan adalah larutan
dengan warna semu. Air teh tidak mengalami pengendapan sehingga dapat
dikategorikan sebagai larutan dengan warna sejati.
Berdasarkan Permenkes Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku
Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan
Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum yang
menyatakan bahwa kadar maksimum untuk warna adalah 50 TCU, hasil
percobaan yang memenuhi kriteria hanyalah deret 1 dan deret 2.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
416 Tahun 1990 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air yang
menyatakan bahwa kadar maksimum warna adalah 15 TCU, hanya deret 1
yang memenuhi kriteria.

3. Analisis Kesalahan

VIII. KESIMPULAN

IX. DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai