KELOMPOK II
Nilai :
Paraf Asisten :
DEPOK
2019
I. TUJUAN
2. Penyebab Alkalinitas
Dalam perairan, alkalinitas disebabkan oleh anion dan garam dari
asam lemah. Berikut adalah penyebab alkalinitas :
Tabel 2.1 Penyebab-penyebab alkalinitas
Gambar 1. Grafik korelasi antara CO2, HCO3- dan CO3- dalam perairan
A × B × 1000× 50
Alkalinitas total (mg/L CaCO3) =
C
A × B × 1000× 50
Alkalinitas fenolftalein (mg/L CaCO3) =
C
(T −P)× B ×1000 × 50
C
61
Alkalinitas metil jingga (mg/L CaCO3) = T ×
50
5.3. Kesadahan
Konsentrasi total alkalinitas sangat berkaitan dengan konsentrasi
atau kadar kesadahan suatu larutan (Kordi, 2019). Menurut Eriset al
(2003), pada kondisi umum, kadar alkalinitas akan sama dengan kadar
kesadahan. Hal ini terjadi karena jumlah ion-ion yang terkandung
dalam kesadahan (Ca2+ dan Mg2+) sama dengan ion-ion penyebab
alkalinitas (HCO3- dan CO32-). Sedangkan di lautan, kadar alkalinitas
akan berubah dikarenakan adanya unsur ion Na +, Cl- serta ion-ion
lainnya.
5.4. Suhu
Suhu berkaitan erat dengan kadar karbon dioksida dalam suatu
perairan. Pada air dengan suhu tinggi, karbondioksida akan sulit untuk
larut sehingga kadar karbondioksida dalam perairan tersebut akan
meningkat. Sementara bila kadar karbondioksida meningkat, maka
ion-ion alkalinitas akan semakin turun serta menyebabkan pH menjadi
turun atau perairan akan semakin asam.
5.5. Organisme Air
Organisme air dapat menjadi faktor yang memengaruhi alkalinitas
karena aktivitas yang dilakukannya. Sebagai contoh, alga dalam
perairan akan melakukan fotosintesis dengan menyerap
karbondioksida sekitarnya dan memproduksi oksigen. Hal ini
berpengaruh terhadap kadar alkalinitas karena ketika kadar
karbondioksida berkurang, maka kadar karbonat akan meningkat yang
menyebabkan pH perairan akan meningkat dan kadar alkalinitas
perairan akan meningkat pula.
6. Dampak Alkalinitas
6.1. Terhadap Lingkungan
Alkalinitas dapat diartikan sebagai besaran ion karbonat,
bikarbonat dan hidroksida di dalam suatu perairan. Ketika ketiga ion
tersebut berada dalam perairan, ketiganya akan mengikat ion hidrogen
yang bersifat asam. Akibatnya, pH perairan akan meningkat. Seperti
yang telah disebutkan, bahwa alkalinitas dapat menetralkan nilai pH
atau mempertahankannya. Hal tersebut merupakan dampak positif
bagi kehidupan perairan atau akuatik. Dalam perairan, diketahui
terdapat reaksi :
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3- CO3- + 2H+
Ion karbonat dalam reaksi di atas, melambangkan kadar alkalinitas
pada perairan. Dalam reaksi tersebut, diketahui bila pH diturunkan
dengan cara menambahkan ion hidrogen, maka reaksi akan bergerak
ke kiri. Ion hidrogen akan diikat oleh karbonat dan kemudian
menghasil karbondioksida.
6.2. Terhadap Kesehatan
Alkalinitas tidak berpengaruh banyak terhadap kesehatan manusia.
Kadar alkalinitas yang tinggi dalam air akan membuat rasa air tersebut
menjadi anta, sehingga manusia merasa tidak nyaman ketika
meminumnya.
6.3. Terhadap Penggunaan Pipa untuk Saluran Air
Seperti yang telah dipaparkan, bahwa ketidakseimbangan kada
alkalinitas dengan kesadahan akan menyebabkan dua kerusakan.
Pertama yaitu karat pada pipa. Karat pada pipa menyebabkan air yang
melalui bagian berkarat tersebut terkontaminasi dan warnanya
berubah menjadi kekuningan. Yang kedua, yaitu kerak pada pipa.
Kerak pada pipa yang disebabkan oleh alkalinitas akan berwarna
kekuningan dan bila tidak ditangani, lama-kelamaan kerak akan
menutupi saluran sehingga aliran air akan berhenti.
Tabel 7.2 Baku mutu alkalinitas dalam berbagai penggunaan air solus
per aqua
● Larutan A, B, C
● Larutan D, yaitu Inlet Danau Agatis
● Indikator PP
● Larutan fenoltalin
● Methyl Jingga
● Larutan H2SO4 0,02 N
● Air Suling
a. Larutan A
d. Larutan D
A 10 PP 14,2 17,2 3
( T −P ) B ×1000 ×50
C
A × B × 1000
c. Alkalinitas Total (m eq/L) =
C
e. Alkalinitas Hidroksida
30
Alkalinitas Hidroksida Larutan A = 2A×
50
30
Alkalinitas Hidroksida Larutan B = 2B×
50
f. Alkalinitas Bikarbonat
61
Alkalinitas Bikarbonat Larutan C = C×
50
C: Alkalinitas larutan C
30
Alkalinitas Bikarbonat Larutan D = D×
50
D: Alkalinitas larutan D
1. Larutan A
A × B × 1000× 50
Alkalinitas Fenolftalin (mg/L CaCO3) =
C
A × B × 1000
Alkalinitas Total Larutan A (m eq/L) =
C
3× 0,02× 1000
=
25
= 2,4 m eq/L
( T −P ) B ×1000 ×50
C
= 4 mg/L CaCO3
A × B × 1000× 50
Alkalinitas Fenolftalin (mg/L CaCO3) =
C
= 76 mg/L CaCO3
A × B × 1000× 50
Alkalinitas Total (mg/L CaCO3) =
C
( T −P ) B ×1000 ×50
C
= 30 mg/L CaCO3
A × B × 1000× 50
Alkalinitas Total =
C
= 30 mg/L CaCO3
4. Larutan D
Alkalinitas Larutan D (mg/L CaCO3) =
( T −P ) B ×1000 ×50
C
= 76 mg/L CaCO3
A × B × 1000× 50
Alkalinitas Total =
C
=
5. Alkalinitas Hidroksida
30
Alkalinitas karbonat larutan A (mg/L CaCO3) = 2A×
50
30
= 2(120)×
50
= 144 (mg/L CO3)
30
Alkalinitas karbonat larutan B (mg/L CaCO3) = 2B×
50
30
= 2(6)×
50
= 7,2 (mg/L CO3)
61
= 76×
50
= 92,72 mg/L HCO3
VII. ANALISIS
Analisis Percobaan
Pada kesempatan kali ini, praktikan melakukan
percobaan modul alkalinitas atau asam basa dengan tujuan yaitu
untuk mengetahui cara pengukuran keasaman dan kebasaan serta
mengetahui konsentrasi alkalinitas contoh air, yaitu Inlet Danau
Agatis. Tujuan pengukuran untuk mengetahui kadar alkalinitas
dalam air. Metode yang digunakan adalah metode titrimetri, yaitu
metode yang berdasar pada pengukuran penggunaan titran yang
bereaksi terhadap zat yang ingin diketahui konsentrasinya.
Metode ini adalah salah satu metode analisa volumetrik. Untuk
mengetahui titik ekivalen pada titrasi, digunakan perubahan
warna sebagai indikatornya.
Alat yang dibutuhkan dalam percobaan kali ini yaitu
kertas pH untuk mengukur pH larutan A, B, C, dan D, buret 25
mL sebagai alat untuk meneteskan titran (H2SO4) dalam proses
titrasi secara presisi, gelas ukur 100 mL untuk mengukur volume
larutan, pipet ukur 10 mL untuk memipet (memindahkan) larutan
dengan volume 10 mL, pipet volume 25 mL untuk memipet
(memindahkan) larutan dengan volume 25 mL, pipet tetes untuk
memipet (memindahkan) larutan dengan volume sangat kecil,
beaker glass untuk menampung masing-masing larutan yang
akan diuji, labu erlenmeyer 300 dan 500 mL sebagai tempat uji
coba larutan yang telah diukur masing-masing sebanyak 25 mL,
spatula, kertas titar, tisu, dan label. Bahan yang dibutuhkan
dalam percobaan ini yaitu larutan A, B, C, dan D sebagai larutan
yang akan diuji, larutan fenolftalein PP sebagai indicator pH,
methyl orange sebagai indikator pH, larutan H2SO4 0,02 N
sebagai titran, dan air suling.
Praktikan menyiapkan larutan A, B, C, dan D masing-
masing ke dalam beaker glass. Hal pertama yang ingin praktikan
ketahui adalah pH dari masing-masing larutan. Praktikan
memindahkan 25 mL masing-masing larutan dengan cara
memipetnya menggunakan pipet volume 25 mL ke dalam labu
Erlenmeyer untuk memudahkan pengukuran pH. Setelah itu,
praktikan mengukur pH larutan dengan menggunakan kertas pH.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui indikator pH apa yang harus
digunakan untuk masing-masing larutan.
Larutan A menghasilkan warna kertas pH yang
menunjukkan bahwa larutan tersebut memiliki pH 10. Karena
larutan yang diuji memiliki pH diatas 8,3, hal pertama yang
dilakukan yaitu meneteskan 2-3 tetes fenolftalein PP ke dalam
larutan hingga berubah warna menjadi merah muda. Indikator ini
digunakan pada larutan rentang pH 8-10 dan digunakan untuk
mengetahui titik akhir titrasi serta menentukan alkalinitas
karbonat. Perubahan warna ini menjadi indikasi bahwa reaksi
telah mencapai titik evikalen. Kemudian, praktikan melakukan
titrasi menggunakan titran H2SO4 0,02 N hingga larutan berubah
warna menjadi merah muda seulas. Praktikan mencatat volume
awal dan akhir dari titran dan perubahan volume H2SO4 0,02 N
yang telah digunakan.
Larutan B menghasilkan warna kertas pH yang
menunjukkan bahwa larutan tersebut memiliki pH 9. Hal pertama
yang dilakukan yaitu meneteskan 2-3 tetes fenolftalein PP ke
dalam larutan hingga berubah warna menjadi merah muda.
Perubahan warna ini menjadi indikasi bahwa reaksi telah
mencapai titik ekuivalen. Kemudian, praktikan melakukan titrasi
menggunakan titran H2SO4 0,02 N hingga larutan berubah warna
menjadi merah muda seulas. Hal ini mengindikasikan bahwa
larutan bersifat basa dan terdapat ion karbonat. Praktikan
mencatat volume awal dan akhir dari titran dan perubahan
volume H2SO4 0,02 N yang telah digunakan. Setelah itu,
praktikan membubuhkan methyl orange hingga larutan berubah
warna menjadi kuning. Kemudian, praktikan melakukan titrasi
menggunakan titran H2SO4 0,02 N hingga larutan berubah warna
menjadi oranye. Praktikan mencatat volume awal dan akhir dari
titran dan perubahan volume H2SO4 0,02 N yang telah digunakan.
Larutan C menghasilkan warna kertas pH yang
menunjukkan bahwa larutan tersebut memiliki pH 6. Karena
larutan yang diuji memiliki pH dibawah 7, hal ini menunjukkan
bahwa larutan tersebut adalah larutan asam. Hal pertama yang
dilakukan yaitu membubuhkan methyl orange hingga larutan
berubah warna menjadi kuning. Kemudian, praktikan melakukan
titrasi menggunakan titran H2SO4 0,02 N hingga larutan berubah
warna menjadi oranye. Praktikan mencatat volume awal dan
akhir dari titran dan perubahan volume H2SO4 0,02 N yang telah
digunakan.
Larutan D (sampel) menghasilkan warna kertas pH
yang menunjukkan bahwa larutan tersebut memiliki pH 6.
Larutan yang diuji memiliki pH dibawah 7 yang menunjukkan
bahwa larutan tersebut adalah larutan asam, maka dilakukan
prosedur yang smaa dengan larutan C. Hal pertama yang
dilakukan yaitu membubuhkan methyl orange hingga larutan
berubah warna menjadi kuning. Kemudian, praktikan melakukan
titrasi menggunakan titran H2SO4 0,02 N hingga larutan berubah
warna menjadi oranye. Praktikan mencatat volume awal dan
akhir dari titran dan perubahan volume H2SO4 0,02 N yang telah
digunakan.
Analisis Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapat
hasil percobaan sebagai berikut
Tabel 7.1 Data Praktikum Alkalinitas
Analisis Kesalahan
Pada percobaan kali ini, praktikan mendapatkan
mendapatkan beberapa data yang kurang tepat karena terjadi
kesalahan dalam proses praktikum. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor, berapa diantaranya yaitu:
1. Ketidaktelitian praktikan dalam memipet larutan
sehingga volume yang digunakan tidak sesuai dengan
yang dibutuhkan
2. Ketidaktepatan praktikan saat membaca buret karena
kurang lurusnya garis penglihatan mata (tidak tegak
lurus)
3. Kurang sigapnya praktikan saat melihat perubahan
warna sehingga volume titran yang digunakan tidak
sesuai dengan yang seharusnya diperlukan
4. Praktikan tidak membersihkan alat dengan bersih
sehingga masih terdapat sisa larutan yang telah
digunakan sebelumnya, hal ini mempengaruhi hasil
percobaan
VIII. KESIMPULAN
Larutan A dengan pH 10 memiliki alkalinitas fenolftalein sebesar
120 mg/L CaCO3, serta mengandung alkalinitas karbonat sebesar
144 mg/L CO32-
Larutan B memiliki pH 9 dengan kadar alkalinitas fenolftalein 6
mg/L CaCO3, alkalinitas metil jingga sebesar 76 mg/L CaCO3,
serta alkalinitas karbonat sebesar 7.2 mg/L CO32-
Larutan C memiliki pH 6 dengan kadar alkalinitas metil jingga
30 mg/L CaCO3 dan alkalinitas bikarbonat sebesar 36.6 mg/L
HCO3-
Larutan D memiliki pH 6 dengan kadar alkalinitas metil jingga
sebesar 76 mg/L CaCO3 dan alkalinitas bikarbonat 92.72 mg/L
HCO3-
Terdapat dua cara pengukuran alkalinitas yaitu metode indikator
warna dan metode potensiometri
Berdasarkan Permenkes Nomor 1 tahun 2010, larutan A
termasuk ke dalam golongan alkalinitas yang mendekati tinggi,
larutan B dan C masuk kedalam golongan alkalinitas rendah.
IX. SARAN
Lebih menyiapkan alat dan bahan dengan hati-hati dan teliti
sebelum praktikum dilakukan
Membaca volume titrasi dengan lebih teliti
Melakukan titrasi dengan hati-hati dan teliti
Memahami alat, bahan, serta langkah kerja yang akan dilakukan
sebelum praktikum
Membersihkan alat-alat praktikum dengan hati-hati setelah usai
praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R., Yulfiperius, Toelihere, M. R., & Subardja, D. (2004). Pengaruh
Alkalinitas Terhadap Kelangsungan Hidup dan Perumbuhan Ikan Lalawak
Barbodes sp. Jurnal Iktiologi Indonesia, 1.
Anonymous. (2010, November 24). Menghindari Korosi di dalam Pipa Boiler. p.
1.
Anonymous. (n.d.). Alkalinitas. 3.
Dito, I., Koesumasari, G., Kumalasari, N. M., & Hurayah, N. (2015, Januari 3).
Proses Pelunakan Air. p. 7.
KBBI daring. (2016). Retrieved from KBBI Daring:
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/alkalinitas
Limbong, A. (2008). Alkalinitas : Analisa dan Permasalahannya untuk Air
Industri. 8-13.
Manurung, J. (2009). Studi Efek Jenis dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan
Nilai COD dan BOD pada Pengolahan Air Limbah dengan Cara
Koagulasi. 8.
Sawitri, A. (2011). Reverse Osmosis (Osmosis Balik). 1-2.
Sungkar, O. F. (2015). Alkalinitas dan Kesadahan. 4-5.
Susana, T. (1988). Karbondioksida. Oseana, 4.