LABORATORIUM LINGKUNGAN
TIMBULAN DAN KOMPOSISI FOOD WASTE
Kelompok : Jumat IV
Anggota : Caleb Patrick Sihar S. (1706042503)
Elang Nur Reiz M N I. (1706042642)
Naqiya Asfarina (1706042472)
Asisten : Irene Yulianto
Tanggal : Jumat, 20 September 2019
LABORATORIUM LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
I. Tujuan
Untuk mendapatkan besaran timbulan food waste yang digunakan dalam
perencanaan pengelolaan sampah.
Salah satu contoh dari sampah yang dekat dengan kehidupan sehari-hari
kita adalah food waste atau sisa makanan. Sisa makanan pasti akan selalu
dihasilkan setiap harinya. Pengertian sisa makanan menurut Food Agriculture
Organization of the United Nations adalah semua makanan yang terbuang
namun masih dapat dimakan namun tidak dimakan karena beberapa hal seperti
tidak dimakan tepat waktu sehingga menjadi basi, atau karena terlalu banyak
mengambil makanan pada piring sehingga berlebih dan dibuang.
Gambar:
Sumber: http://www.worldbiogasassociation.org, 2018
1. Komposisi sampah
Komposisi sampah yang dihasilkan masyarakat bergantung kepada
pertumbuhan tingkat ekonomi dan pendidikan masyarakat. Komposisi
sampah yang dihasilkan negara maju akan berbeda dengan negara
berkembang. Secara garis besar, komposisi sampah dapat dibagi menjadi
dua:
a. Komposisi fisik
Komposisi fisik sampah mencakup besarnya prosentase dari
komponen pembentuk sampah yang terdiri dari organik, kertas, kayu,
logam, kaca, plastik, dan lain-lain.
b. Komposisi kimia
Umumnya komposisi kimia sampah terdiri dari unsur Karbon,
Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, Sulfur, Fosfor, serta unsur lainnya yang
terdapat dalam protein, karbohidrat, dan lemak. Komposisi kimia
sampah erat kaitannya dengan pemilihan alternatif pengolahan dan
pemanfaatan tanah.
2) Frekuensi Pengumpulan
Sampah akan semakin menumpuk sejalan dengan tingginya
frekuensi pengumpulan sampah. Sampah yang menumpuk ini beberapa
akan membusuk seperti sampah organik.
4) Musim
Musim buah-buahan merupakan salah satu penentu dari
komposisi sampah yang dihasilkan.
6) Kemasan produk.
Penggunaan kemasan produk di berbagai belahan negara
berbeda-beda, seperti contohnya di Indonesia yang dominan masih
menggunakan plastik sebagai bahan pembungkus kemasan sehingga
jumlah produksi sampah plastik di Indonesia cukup tinggi di dunia.
2. Kepadatan sampah
Kepadatan sampah menyatakan berat sampah persatuan volume
(Tchobanoglous, et al, 1993). Dirjen Cipta Karya (1992) menyebutkan
bahwa informasi kepadatan sampah diperlukan untuk menentukan
ketebalan dari lapisan sampah yang akan dibuang pada sistem Sanitary
Landfill. Sedangkan bila menggunakan sistem pengolahan maka informasi
ini diperlukan untuk merencanakan dimensi unit proses.
4. Partisipasi masyarakat
Dalam menjalankan komitmen untuk mengurangi jumlah food
waste, keikutsertaan masyarakat sangat berperan penting dalam
menyukseskannya. Komitmen tersebut tidak bisa hanya berjalan satu arah,
masyarakat harus diajak berpartisipasi dimulai dari memberi pemahaman
kepada masyarakat mengenai dampak dari food waste serta memberi solusi
pencegahan sehingga mereka mau untuk diajak bekerja sama dalam
mengubah perilaku membuang-buang makanan.
5. Komitmen berkelanjutan
Kesadaran dari masyarakat untuk sama-sama mengurangi food
waste harus tumbuh atas dasar kemauan sendiri. Oleh sebab itu,
pemahaman tentang dampak bahaya dari food waste harus benar-benar
ditekankan kepada masyarakat, sehingga komitmen untuk sama-sama
mengurangi food waste tidak hanya berlangsung untuk jangka waktu
tertentu saja. Semua usaha yang sudah dilakukan sebelumnya untuk
mengurangi food waste akan sia-sia jika masyarakat tidak menerapkannya
secara berkelanjutan. Di samping itu, taktik berupa pemberian penghargaan
kepada masyarakat yang telah berhasil menjalankan komitmen tersebut
dinilai cukup efektif dalam meningkatkan keberlanjutan misi mengurangi
food waste.
6. Evaluasi program
Evaluasi harus dilakukan secara berkala untuk memastikan
efektivitas dari keberlangsungan program yang dipilih, termasuk
mengevaluasi peraturan-peraturan yang dibuat apakah berfungsi dengan
baik. Evaluasi ini juga bermanfaat untuk mengetahui hambatan-hambatan
apa yang dialami selama program tersebut berlangsung sehingga dapat
dicari solusi permasalahannya secepatnya. Hambatan program ini sangat
berbahaya karena dapat menghilangkan rasa kepercayaan masyarakat dan
yang terparah dapat menghentikan program tersebut.
III. Reaksi
-
Bahan :
● Sisa makanan di kantin FMIPA UI
V. Cara Kerja
→
↓
→
ORGANIK
Tepung terigu 70 70
Mie 10 10
Kacang- Tempe 40 40
kacangan
Tahu 25 25
Umbi-umbian Singkong 10 10
Bawang 15 15
Buncis 10 10
Kol 90 90
Selada 70 70
Wortel 20 20
Terung 15 15
Tomat 20 20
Jeruk nipis 20 -
Buah-buahan Nangka 50 50
Ikan 75 20
Minyak Penyedap 5 5
Teh 5 5
Susu 40 40
ANORGANIK
Tissue 55 -
Kemasan 180 -
Kertas 35 -
Kayu 110 -
VII. Perhitungan
Timbulan food waste
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
3010
=
100
= 30,1 𝑔𝑟/𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐸𝑑𝑖𝑏𝑙𝑒
𝐸𝑑𝑖𝑏𝑙𝑒 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
2370
=
100
= 23,7 𝑔𝑟/𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
Persentase
Persentase edible food waste terhadap total berat :
𝐸𝑑𝑖𝑏𝑙𝑒 23,7
( ) 𝑥 100% = ( ) 𝑥 100% = 78,738%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 30,1
Gambar 7.1 Chart persentase edible food waste dan non-edible food waste
sumber: pengolahan laboran, 2019
Persentase per kategori edible food waste terhadap total edible food waste :
4 Tempe 40 1.688
5 Tahu 25 1.055
7 Singkong 10 0.422
8 Bawang 15 0.633
12 Buncis 10 0.422
13 Kol 90 3.797
14 Selada 70 2.954
15 Wortel 20 0.844
16 Terung 15 0.633
19 Tomat 20 0.844
20 Nangka 50 2.11
23 Ikan 20 0.844
24 Telur 50 2.11
25 Keju 30 1.266
26 Penyedap 5 0.211
28 Teh 5 0.211
30 Susu 40 1.688
VIII. Analisis
● Analisis Percobaan
Pada percobaan kali ini, praktikan melakukan percobaan Timbulan
dan Komposisi Sampah. Percobaan kali ini bertujuan untuk mendapatkan
besaran timbulan food waste yang digunakan dalam perencanaan
pengelolaan sampah. Praktikan melakukan percobaan di kantin Fakultas
MIPA UI pada hari Jumat 20 September 2019, pada jam 11.00 WIB sampai
14.00 WIB. Pada percobaan ini, praktikan mencari tahu berat total food
waste dan berat edible food waste dari sisa makanan yang didapat di kantik
Fakultas MIPA UI. Praktikan menggelarkan dan menempatkan terpal di
belakang kantin untuk menata food waste yang telah dikumpulkan oleh
praktikan sesuai dengan kategorinya. Praktikan juga menyiapkan kantong
plastik ukuran sedang yang dilabeli untuk menimbang tiap kategori food
waste. Praktikan mengumpulkan food waste dari 100 orang. Praktikan
menggunakan masker dan sarung tangan agar menjaga kebersihan praktikan
dan mencegah terjadinya kontaminasi dari sisa-sisa makanan yang mungkin
bersifat kontaminan. Praktikan mengumpulkan food waste dari setiap
bagian kantin agar hasil yang didapat representatif. Food waste yang
dikumpulkan dari setiap piring dan gelas, kemudian dipilah berdasarkan
tabel 6.1 di atas terpal. Setelah semua food waste sudah terkumpul di atas
terpal, dipilah kembali berdasarkan edible atau non-edible, lalu dimasukkan
ke dalam kantong plastik berukuran sedang untuk ditimbang, lalu dicatat di
tabel 6.1. Setelah itu praktikan dapat menghitung timbulan limbah padat dan
berat limbah padat, timbulan sampah. Lalu food waste yang sudah
ditimbang dikumpulkan dan lalu dibuang. Terpal yang sudah digunakan
kemudian dicuci menggunakan sabun colek dan sikat.
● Analisis Hasil
Setelah melakukan langkah-langkah percobaan, praktikan
mendapatkan jumlah food waste menurut kategorinya sebanyak:
ORGANIK
Tepung terigu 70 70
Mie 10 10
Kacang- Tempe 40 40
kacangan
Tahu 25 25
Umbi-umbian Singkong 10 10
Bawang 15 15
Kol 90 90
Selada 70 70
Wortel 20 20
Terung 15 15
Tomat 20 20
Jeruk nipis 20 -
Buah-buahan Nangka 50 50
Ikan 75 20
Minyak Penyedap 5 5
Teh 5 5
Susu 40 40
Jus 135 135
ANORGANIK
Tissue 55 -
Kemasan 180 -
Kertas 35 -
Kayu 110 -
a. Organik
Untuk kategori cereals, didapatkan berat beras 135 g, tepung
terigu 70 g, dan mie 10 g. Dalam kacang-kacangan, didapatkan berat
tempe 40 g, tahu 25 g, dan bumbu kacang 150 g. Untuk umbi-
umbian, didapat berat singkong 10 g, bawang 15 g, dan sagu/tepung
sagu 160 g. Untuk sayur didapatkan berat sayuran hijau 55 g, bumbu
cabe 165 g, buncis 10 g, kol 90 g, selada 70 g, wortel 20 g, terung
15 g, kuah 160 g, timun, 195 g, tomat 20, dan jeruk nipis 20 g, namun
edible nya 0 g karena yang tersisa hanyalah kulitnya. Untuk buah-
buahan, didapatkan berat nangka 50 g. Untuk daging, didapat berat
kambing 100 g, ayam 365 g namun setelah dipisahkan tulang dan
dagingnya, didapat berat daging ayam atau edible nya 180 g, dan
ikan 75 g dengan edible nya 20 g setelah dipisahkan duri dan kepala
ikan dari dagingnya yang edible. Untuk telur dan produk susu
didapatkan berat telur 50 g dan keju 30 g. Untuk minyak didapat
berat penyedap 5 g. Untuk minuman diperoleh berat air putih 240,
teh 5 g, kopi 100 g, susu 40, dan jus 135 g.
Didapat berat beras 135 g yang merupakan salah satu yang
terbanyak dikarenakan orang-orang terkadang disediakan nasi yang
berlebihan dibandingkan yang mereka akan makan, sehingga
terdapat sisa. Terdapat tepung terigu yang merupakan kerupuk dan
pangsit 70 g karena terkadang sudah tercampur dengan kuah mie
atau soto, sedangkan orang terkadang tidak menghabiskan kuah
tersebut. Didapat juga mie hanya 10 g, dikarenakan orang-orang
pada kantik FMIPA UI cenderung untuk menghabiskan makanan
tersebut. Didapat juga berat tahu dan tempe 40 g dan 25 g, yang
termasuk sedikit. Orang cenderung hanya akan memesan makanan
tersebut karena ingin menghabiskannya, berbeda dengan bumbu
kacang. Bumbu kacang biasanya disajikan bersama dengan sate,
yang jumlah disediakannya cenderung banyak. Orang cenderung
tidak menghabiskan bumbu kacang setelah sate yang mereka makan
telah habis, yang menyebabkan berat bumbu kacang yang praktikan
dapatkan sebesar 150 g, yang termasuk banyak dibanding kategori
makanan yang lain. Praktikan juga mendapatkan berat sagu/tepung
sagu yang merupakan kulit batagor, dan cimol, sebesar 160 gr, yang
termasuk banyak. Praktikan mendapatkan berat bumbu cabe sebesar
165 g. Beratnya dapat setinggi itu karena cenderung penjual
memberikan sambal cabe yang lebih banyak ketimbang yang
diperlukan oleh pembeli, sehingga orang yang makan terkadang
tidak menghabiskannya. Terdapat juga sisa-sisa lalapan, seperti
timun, kol, selada, dan tomat. Orang-orang menyisakan lalapan
karena tidak semua orang suka untuk memakan lalapan, yang
merupakan sayuran mentah, sehingga terkadang masih tersisa
hampir tidak tersentuh di tiap piringnya. Praktikan juga
mendapatkan beberapa tusuk sate yang masih tersisa lemaknya.
Kebanyakan dari sate tersebut adalah daging kambing. Orang
cenderung jarang untuk makan lemak karena kurang sehat dan
teksturnya yang berbeda dari daging biasa. Praktikan juga
mendapatkan ayam dengan berat total 365 g, dan berat edible nya
180 g. Pada saat mengukur total berat ayam, masih termasuk tulang-
tulangnya, namun pada saat mengukur berat edible nya, yang
ditimbang hanyalah dagingnya saja, sehingga berkurang setengah
dari berat totalnya. Praktikan juga mendapatkan berat jus sebesar
135 g, dengan menemukan hampir satu gelas penuh.
b. Anorganik
Didapatkan berat tissue 55 g, kemasan 180 g, kertas 35 g,
dan kayu 110 g.
Praktikan mendapatkan berat tissue sebesar 55 g karena
orang cenderung menggunakan tissue untuk membersihkan mulut,
tangan, dan terkadang meja mereka setelah makan. Praktikan juga
mendapat berat kemasan sebesar 180 g yang cukup besar dibanding
kategori lainnya. Kemasan yang dimaksud adalah gelas plastik
untuk jus dan air mineral, botol plastik, kotak susu, dan kotak
makanan.
IX. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum dan perhitungan, didapatkan total
timbulan food waste sebesar 30,1 gr/orang. Didapat juga timbulan
edible food waste sebesar 23,7 gr/orang.
Didapatkan juga persentase edible food waste sebesar 78,738% dari
berat total food waste, dengan persentase non-edible 21,3% dari
berat total food waste.
Didapat persentase kategori edible food waste yang paling besar
adalah air putih, sebesar 10.126%. Sisa air putih merupakan yang
terbanyak karena orang membeli air putih hanya untuk diminum
secukupnya, sehingga tersisa cukup banyak. Didapat persentase
terkecil adalah penyedap dan teh, sebesar 0,211%. Sisa penyedap
dan teh sedikit karena biasanya penyedap langsung tercampur
dengan makanan, sedangkan teh tersisa paling sedikit karena orang
yang membeli teh hanya sedikit dan biasanya dihabiskan.