Anda di halaman 1dari 8

BAB III

ALKALINITAS

3.1. Definisi
Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam, atau
kuantitas anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Penyusun
alkalinitas perairan adalah anion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO32-), dan hidroksida
(OH-). Borat (H2BO3-), silikat (HSiO3-), posfat (HPO42-) dan (H2PO4-), sulfida (HS-),
dan ammonia (NH3) juga memberikan kontribusi terhadap alkalinitas. Namun,
pembentuk alkalinitas yang utama adalah bikarbonat, karbonat, dan hidroksida.
Diantara ketiga ion tersebut, bikarbonat paling banyak terdapat pada perairan alami.
(Effendi, H.,2003). (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21058/4/Chapter
%20II.pdf)
Alkalinitas merupakan penyangga (buffer) perubahan pH air dan
indikasi kesuburan yang diukur dengan kandungan karbonat. Alkalinitas adalah
kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan
(Alaerts dan Ir. S. Sumetri. S). Alkalinitas mampu menetralisir keasaman di dalam air,
Secara khusus alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas
pembufferan dari ion bikarbonat, dan tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida
dalam air. Ketiga ion tersebut dalam air akan bereaksi dengan ion hydrogen sehingga
menurunkan kemasaman dan menaikkan pH.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Alkalinitas).

3.2. Umum
Secara sederhana alkalinitas menggambarkan kandungan karbonat–bikarbonat
didalam air, sedangkan Hardness menggambarkan kandungan semua garam didalam
air seperti : kalsium(Ca) magnesium (mg) dll. Kandungan alkalinitas ini memiliki
hubungan yang erat dengan perubahan pH harian atau sering disebut buffer capacity.
(http://hamidsetiabudi.blogspot.com/2009/04/makan.html )
Alkalinitas adalah suatu parameter kimia perairan yang menunjukan jumlah
ion karbonat dan bikarbonat yang mengikat logam golongan alkali tanah pada
perairan tawar. Nilai ini menggambarkan kapasitas air untuk menetralkan asam, atau
biasa juga diartikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan
pH. Perairan.mengandung alkalinitas ≥20 ppm menunjukkan bahwa perairan tersebut
relatif stabil terhadap perubahan asam/basa sehingga kapasitas buffer atau basa lebih
stabil. Selain bergantung pada pH, alkalinitas juga dipengaruhi oleh komposisi
mineral, suhu, dan kekuatan ion. Nilai alkalinitas alami tidak pernah melebihi 500
mg/liter CaCO3. Perairan dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu
disukai oleh organisme akuatik karena biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang
tinggi atau kadar garam natrium yang tinggi.

Alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pem-


bufffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida
dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen
sehingga menurunkan kemasaman dan menaikan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan
dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan kalsium
karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan
kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Pada
umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas
di atas 20 ppm. Kapasitas pem-buffer-an alam dilengkapi dengan mekanisme
pertahanan sedemikian rupa sehingga dapat bertahan terhadap berbagai perubahan,
begitu juga dengan pH air. Mekanisme pertahanan pH terhadap berbagai perubahan
dikenal dengan istilah Kapasitas pem-buffer-an pH

Perairan yang mengandung mineral karbonat, bikarbonat, borat, dan silikat


akan mempunyai pH diatas netral dan dapat mencegah terjadinya penurunan pH
secara drastic. Pada perairan tertutup, penambahan karbonat dari sel-sel kerang atau
dolomite dapat memperbaiki alkalinitas dan sistem buffer perairan itu. Penambahan
sodium bikarbdonat secara periodik juga akan menghasilkan hal yang sama.

Menurut Kordi (2005), semakin tinggi konsentrasi ion H +, akan semakin


rendah konsentrasi ion OH– dan pH >7, maka perairan bersifat alkalis (basa). Perairan
umum dengan segala aktivitas fotosintesis dan respirasi organism yang hidup di
dalamnya membentuk reaksi berantai karbonat sebagai berikut :

CO2 + H2O –> H2CO3 –> H+ + HCO3 –> 2H+ + CO3 2-

(https://elfianpermana010.wordpress.com/2013/05/14/hubungan-alkalinitas-dengan-
parameter-lain/)
3.3. Reaksi Kimia
HCO3- dan CO32- merupakan ion utama karena banyaknya mineral karbonat di
alam. Bentuk yang paling penting adalah CaCO3. CaCO3hampir tidak larut dalam air,
namun mudah larut dalam asam karbonat , terbentuk CO 2 bereaksi dengan air.
CO2 memasuki air langsung dari atmosfer. Air hujan yang terisi CO2, akan jatuh ke
tanah, dan merembes melalui tanah organik, kemudian memasuki jalur air melalui
sumber bawah tanah. Seperti CO2 larut dalam air, seperti yang ditunjukkan oleh
persamaan kesetimbangan:
CO2 + H2O  H2CO3
Dalam tanah, H2CO3 mudah melarutkan kalsium karbonat dari formasi batuan di
daerah aliran sungai, menghasilkan larutan bikarbonat:
H2CO3 + CaCO3  Ca(HCO3)2
Dalam air, H2CO3 mungkin memisahkan dua kali, tergantung dari pH. Antara pH 4,5
dan 8,3 , memisahkan diri menjadi ion HCO3-dan H+, seperti yang ditunjukkan oleh
persamaan kesetimbangan:
H2CO3  HCO3 - + H+
Konsentrasi ion bikarbonat terbesar pada pH 8,3 dan ketika H2CO3 dan
larutan CO2 tidak lagi analitis saat ini. Di atas pH 8,3 konsentrasi relatif dari
HCO3- menurun sebagai hasil disosiasi kedua ion CO32- dan H +.
HCO3 -  CO32- + H+
(http://snsantii.blogspot.com/2012/07/alkalinitas-dan-kesadahan.html )

3.4. Jenis
1. Alkalinity phenolphatalein adalah alkalinity karbonat.
Anality karbonat meliputi karbonat dan bikarbonat. Bikarbonat masih
merupakan ion penyusun alkalinity. Jadi sebenarnya konversi karbonat pada pH 8,3
ini hanya berlangsung setengahnya sehingga perlu ditambahkan asam (titran) untuk
mengkonversi bikarbonat menjadi asam karbonat. Dengan kata lain, titrasi dilanjutkan
dengan bantuan indikator methyl orange.

2. Alkalinity total
Perubahan warna akan terjadi pada pH 4,4. Penjumlahan dari jumlah titran yang
terpakai pada penentuan nilai alkalinity phenolphatalein dengan jumlah titran pada
pembentukan asam karbonat merupakan alkalinity total.
(http://goelanzsaw.blogspot.com/2013/04/alkalinity.html )

3.5. Pengaruh Alkalinitas


1. pengaruh Alkalinitas terhadap pH
Kalau pH merupakan faktor intensitas, alkalinitas merupakan faktor kapasitas,
dimana kapasitas itu merupakan kapasitas air tersebut untuk menetralkan asam. Oleh
karena itu kadang-kadang penambahan alkalinitas lebih banyak dibutuhkan untuk
mencegah supaya air itu tidak menjadi asam. Dalam kebanyakan air alami alkalinitas
disebabkan oleh adanya HCO3- dan sedikit oleh adanya CO32- dan air dengan
alkalinitas tinggi mempunyai konsentrasi karbon organik yang tinggi.
(http://goelanzsaw.blogspot.com/2013/04/alkalinity.html )

sumber : http://hamidsetiabudi.blogspot.com/2009/04/makan.html
2. Pengaruh Alkalinitas Terhadap Ikan
Ikan tumbuh pada kisaran alkalinitas yang tinggi, tetapi nilai 120 – 400 mg/l
adalah optimal. Kadar alkalinitas yang sangat rendah, air kehilangan kemampuan
menyangga perubahan keasaman dan pH yang berfluktuasi sangat cepat sehingga
dapat menggangu kehidupan ikan budidaya. Ikan sangat sensitif pada
kondisi kadar alkalinitas yang rendah (Mintardji, 1984).
(http://aswarpunyainfo.blogspot.com/2012/11/laporan-praktikum-alkalinitas.html )
Alkalinitas sering dihubungkan dengan kekerasan air, karena sumber utama
alkalinitas biasanya dari batuan karbon (batu kapur) yang sebagian besar terbentuk
dari CaCO3, sebaliknya kekurangan karbonat dihubungkan dengan Natrium atau
Potasium yang tidak memberi pengaruh kekerasan air lunak (air berkesadahan rendah)
biasanya memiliki kadar alkalinitas yang rendah dan kapasitas penyangga yang
rendah pula. Alkalinitas sangat penting bagi ikan dan organisme air lainnya karena
alkalinitas tersebut sebagai penyangga ketika terjadi karena perubahan pH yang
sangat cepat.
(http://www.alamikan.com/2012/11/parameter-kimia-alkalinitas-perairan.html )

3.6. Penentuan alkalinitas


1. Titrasi Asam Basa
Alkalinitas ditetapkan melalui titrasi asam basa. Asam kuat seperti asam sulfat
dan asam klorida (H2SO4 dan HCl) menetralkan zat – zat alkalinitas yang merupakan
zat basa sampai titik akhir titrasi kira – kira pada pH 8,3 dan pH 4,5. Titik akhir ini
dapat di tentukan oleh :
1. Jenis indikator yang di pilih dimana warnanya berubah – ubah pada pH titik akhir
titrasi.
2. Perubahan warna pada titrasi asam basa memperlihatkan titik akhir titrasi/titik
ekuivalensi.
Sumber: renditanjung.blogspot.com

a. Dasar penentuan titrasi :


Campuran antara bikarbonat dan karbonat dapat dititrasi menggunakan HCl
dengan penambahan indukator PP dan MO. Pada penitaran dengan PP, ion karbonat
bereaksi dengan HCl membentuk bikarbonat, kemudian pada penitaran dengan MO
ion bikarbonat yang terbentuk dan yang ada pada sampel akan bereaksi seluruhnya
dengan HCl.

b. Reaksi:
CO3+HCI → HCO +HCI
Merah muda
HCO3 + HCI → CO2 + CI

c. Alat dan bahan :


1. Buret
2. Piala gelas
3. Gelas ukur
4. Pipet tetes
5. Larutan indikato PP
6. Larutan indikato MO
7. Corong Erlenmeyer
8. Statif

d. Cara kerja :
1. Dipepet 50 ml larutan contoh dimasyukan ke dalam Erlenmeyer 250 ml
2. Diencerkan dengan air suling ditambahkan indikator PP
3. Dititar dengan larutan HCl 0,1N sampai warna larutan merah muda (pml)
4. Ditambahkan indikator metil orange \ jingga
5. Dititar HCl 0,1N sampai warna larutan merah jingga ( q ml )
(http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/titrasi-
volumetri/penetapan-alkalinitas/ )

3.7. Hubungn Alkalinitas dengan Parameter lain


Tinggi dan rendahnya alkalinitas dalam suatu perairan tidak lepas dari
pengaruh parameter lain seperti pH, suhu, udara, cahaya, dan sebagainya. Di mana
semakin tinggi alkalinitas, maka semua parameter tersebut akan
mengikuti. Konsentrasi total alkalinitas sangat erat hubungannya dengan konsentrasi
total kesadahan air, umumnya total alkalinitas mempunyai konsentrasi yang sama
dengan konsentrasi total kesadahan (Anang, 1991).
Besarnya pH berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14 (sangat
basa/alkalis). Nilai pH yang kurang dari 7 menunjukkan lingkugan yang masam
sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa (alkali). Sedangkan ph 7
disebut netral. Fluktuasi pH air sangat ditentukan oleh alkalinitas air tersebut.
Apabila alkalinitasnya tinggi, maka air tersebut akan mudah mengembalikan pH
nya (Sastrawijaya, 2000).
(http://aswarpunyainfo.blogspot.com/2012/11/laporan-praktikum-alkalinitas.html )

Dalam air alam alkaliniti sebagian besar disebabkan oleh adanya bikarbonat,
dan sisanya oleh karbonat dan hidroksida. Pada keadaan tertentu (siang hari) adanya
ganggang dan lumut dalam air menyebabkan turunnya kadar karbon dioksida dan
bikarbonat. Dalam keadaan seperti ini kadar karbonat dan hidroksida naik, dan
menyebabkan pH larutan naik.
(http://goelanzsaw.blogspot.com/2013/04/alkalinity.html )
Kalau kadar alkaliniti terlalu tinggi (dibandingkan dengan kadar Ca 2+ dan
Mg2+ yaitu kadar kesadahan), air menjadi agresif dan menyebabkan karat pada pipa,
sebaliknya alkaliniti yang rendah dan tidak seimbang dengan kesadahan dapat
menyebabkan kerak CaCO3 pada dinding pipa yang dapat memperkecil penampang
basah pipa. Kadar alkaliniti yang tinggi menunjukkan adanya senyawa garam dari
asam lemah seperti asam asetat, propionat, amoniak dan sulfit (SO 32-). Alkalinity juga
merupakan parameter pengontrol untuk anaerobik digesterdan instalasi lumpur aktif.
(http://goelanzsaw.blogspot.com/2013/04/alkalinity.html )

Anda mungkin juga menyukai