Anda di halaman 1dari 6

Alkalinitas

Alkalinitas air adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau kuantitas
anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas juga diartikan sebagai
kapasitas penyangga terhadap penurunan pH perairan. Secara khusus, alkalinitas sering
disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas penyanggahan ion bikarbonat, dan
sampai dengan tahap tertentu, juga menunjukkan penyanggahan terhadap ion karbonat dan
hidroksida dalam air. Makin tinggi alkalinitas, makin tinggi kemampuan air untuk
menyangga

sehingga fluktuasi pH perairan makin rendah. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam kalsium
karbonat dengan satuan ppm (mg/L).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat alkalinitas medium
Kipemeliharan terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan harian ikan lalawak (Barbodes
sp.)

Peran Alkalinitas pada Tambak dan Kolam Ikan

Alkalinitas sangat berperan dalam menjaga kualitas air, terutama dalam budi daya perairan
seperti tambak dan kolam ikan. Peran terpenting dari alkalinitas adalah menjaga kestabilan
pH air.
Tingkat alkalinitas normal pada budi daya perairan adalah 30-40 mg/liter CaCO3. Kandungan
alkalinitas pada tingkat tersebut biasa disebut dengan perairan lunak (soft water). Kadar pH
air dengan keadaan seperti itu termasuk normal, yaitu 6-8.

Sumber: informazone.com
Hal tersebut sangatlah baik bagi kolam ikan dan tambak udang. Sehingga produktivitas ikan
dan udang tetap terjaga dan menguntungkan.
Jika tingkat alkali di atas 40 mg/liter CaCO3, maka keadaan tersebut dinamakan dengan air
sadah (hard water). Kesadahan air juga disebabkan karena kandungan mineral pada air sangat
tinggi. Hal ini tentu memengaruhi pH air, dan menjadikan air bersifat basa.
Pada usaha budi daya ikan air tawar, air yang bersifat basa bukanlah air yang baik bagi
pertumbuhan dan perkembangan ikan. Tapi, pada budi daya udang, keadaan tersebut bisa
dibilang sebagai keadaan ideal. Karena tingkat alkalinitas yang disarankan pada tambak
udang adalah 50-150 mg/liter CaCO3.
Demi mendapatkan kondisi air yang baik bagi usaha budi daya perairan anda, sebaiknya anda
selalu melakukan pengecekan kandungan alkalinitas secara berkala. Untuk melakukannya,
anda membutuhkan sebuah alat yang disebut dengan Alkalinitas Test Kit.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, anda dapat memadukannya dengan beberapa alat
seperti Hardness Test Kit untuk mengukur kadar kesadahan air dan pH Meter Digital untuk
mengukur tingkat pH air.

Pengaruh Kapur dan Alkalinitas


Dalam suatu kuliah yang diberikan, Prof Boyd menjelaskan bahwa jenis-jenis kapur yang
ditawarkan oleh berbagai perusahaan juga memiliki komposisi unsur kapur yang berbeda-
beda. Jika kapur diperlukan dalam jumlah yang besar, maka sangatlah penting untuk
melakukan analisa kapasitas netralisasi terlebih dahulu ke laboratorium yang
direkomendasikan oleh lembaga yang berkompeten (misalnya Kementerian Kelautan dan
Perikanan). Hal ini untuk lebih memastikan ketepatan penghitungan dan aplikasi kapur di
tambak sehingga benar-benar tepat guna.
 
 
Masih menurut Boyd, dalam upaya meningkatkan alkalinitas air tambak, beberapa petambak
lebih suka menggunakan kapur dolomitic/dolomit (calcium magnesium carbonate) daripada
batu kapur (calcium carbonate), karena kapur dolomitic mengandung magnesium (Mg).
Namun sebetulnya penggunaan kaput dolomit tidak lebih banyak manfaatnya karena air laut
maupun air payau yang terdapat di dalam tambak sudah banyak mengandung Mg. Di
samping itu, jika harga dolomit jauh lebih mahal tentu saja hal ini akan memperbesar biaya
produksi budidaya.
 
 
Untuk lebih memastikan ketepatan jumlah pengapuran pada tambak, diperlukan pengetahuan
cara menghitung jumlah kapur berdasarkan reaksi yang terjadi, yaitu:
 
a. Nitrifikasi menimbulkan keasaman dan netralisasi oleh kapur
Proses nitrifikasi ammonia (NH4+) hasil metabolisme udang serta sisa pakan yang tidak
terkonsumsi akan mengurangi sediaan oksigen terlarut  dalam air dan menghasilkan reaksi
asam. Agar tidak menurunkan pH air dan menurunkan alkalinitas, maka kondisi  keasaman
harus dinetralisasi oleh kapur (CaCO3) atau bahan kapur lainnya dengan reaksi sebagai
berikut (Reaksi 1):
 
 
Ion H dalam reaksi tersebut bersifat masam dan akan menetralisasi alkalinitas seperti pada
reaksi berikut (reaksi 2):
 
 
 
b. Menghitung jumlah  CaCO3 yang diperlukan untuk netralisasi asam
Dari reaksi 1 dan 2  tersebut diatas kita harus dapat menghitung berapa banyak kapur yang
diperlukan agar tidak terjadi pengasaman air. Ini dapat dihitung berdasarkan perbandingan
berat atom N dan berat molekul CaCO3 sebagai berikut:
• 1 atom  N dalam Ammonia = 1 molekul CaCO3
• Berat atom  N = 14, dan berat molekul CaCO3 = 100, maka:
 
 
Dengan kata lain, jika ada N dalam air sebanyak 1kg, maka harus dinetralisir oleh kapur
sebanyak 7.14kg.
 
 
c. Hubungan antara N, protein pakan dan nitrifikasi 
Dalam melakukan penghitungan, ada beberapa asumsi yang kita gunakan:
• Pakan mengandung protein kasar 35% 
• Protein kasar = N  6.25
• Hanya sekitar 25% N dalam pakan yang dikonversi menjadi daging udang (Boyd, 2007),
sedang sisanya (75%) akan berada dalam air dan  berubah menjadi NH3 yang selanjutnya
akan mengalami nitrifikasi.
• Semua NH3 dioksidasi menjadi NO3.
Selanjutnya, berdasarkan asumsi-asumsi di atas, penghitungan CaCO3 dapat dilakukan
sebagai berikut:
 
 
Jumlah N dalam 1kg pakan:
 
 
Jumlah N dalam pakan yang dikonversi ke dalam NH3:
 
 
CaCO3 yang diperlukan untuk menetrasisasi N dalam NH3 :
 
 
*) lihat hasil penghitungan pada poin b di atas.
 
 
Namun karena tidak semua CaCO3 bereaksi sempurna di dalam air, maka perlu dikalikan
faktor 1.5 (estimasi Boyd, 2007). 
Jadi, untuk menetralisir 1kg N yang berasal dari  1kg pakan yang ditebar ke dalam tambak
diperlukan CaCO3  sebanyak:
 
 
Dari rangkuman atas semua perhitungan tersebut di atas,  menghasilkan rumus sebagai
berikut:
 
 
Singkatnya, jumlah kapur (CaCO3) yang diperlukan untuk menetralisir N dari pakan adalah:
 
 
Jika kita menggunakan jumlah kapur dari jenis lain maka kita perlu mengkonversikannya
berdasarkan perbandingan bobot molekul kapur yang bersangkutan. Untuk itu, tabel
perbandingan daya netralisir kapur berdasarkan bobot molekul berikut ini dapat digunakan
sebagai acuan:
 
 
Jenis kapur Kapasitas Netralisasi (%)  Faktor Pengkali
CaCO3 100 1
CaCO3•MgCO3 108.5 0.92
CaO 178.5 0.56
Ca(OH)2 135 0.74
CaO•MgO 207.8 0.48
Ca(OH)2•Mg(OH)2 151 0.66
Sumber: diolah dari Bambang Widigdo dan Prof Boyd
 
 
Contoh Perhitungan
Untuk aplikasinya, digunakan contoh perhitungan. Yakni, jika jumlah pakan yang diberikan
ke dalam tambak adalah 150 kg, dan kandungan protein kasar pakan adalah 30 %, jumlah
kapur (CaCO3) yang diperlukan untuk menetralisasi pengasaman hasil metabolisme sisa
pakan  adalah: 
 
CaCO3  = 30% x 150kg x 1.28
= 57.6kg 
 
Namun karena (CaCO3) lebih  sulit larut dalam air laut ataupun air payau, maka disarankan
juga untuk menggunakan kapur jenis lain seperti dolomit CaCO3•MgCO3;  Kapur Tohor
(CaO), ataupun kaptan Ca(OH)2 . Dengan memperhatikan factor pengali seperti yang
tercantum dalam tabel, maka jika kita menggunakan dolomit CaCO3•MgCO3;  kapur tohor
(CaO), ataupun kaptan Ca(OH)2 masing masing hanya memerlukan senanhyak 53 kg, 32.3
kg, 42.6 kg. (tulisan merupakan rangkuman Kegiatan Penyegaran Kinerja Laboratorium
bersama Prof Dr Boyd, Auburn University, AS)

Alkalinitas umumnya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO3). Menurut
Effendi (2000), nilai alkalinitas berkaitan dengan jenis perairan. Jika perairan dengan nilai
alkalinitas kurang dari 40 mg/liter CaCO3 disebut sebagai perairan lunak (soft water). Sedangkan
perairan yang alkalinitasnya lebih dari 40 mg/liter CaCO3 disebut dengan perairan keras (hard
water). Perairan dengan nilai alkalinitas yang tinggi lebih produktif daripada perairan dengan
nilai alkalinitas yang rendah.
Menurut Schimittou (1991) perairan dengan alkalinitas yang rendah. Pada umumnya lingkungan
yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas di atas 20 ppm. Perairan
mempunyai kemampuan untuk menjaga kestabilan pH sampai batas tertentu yaitu dapat bertahan
terhadap berbagai perubahan pH.  Mekanisme pertahanan pH terhadap berbagai perubahan pH
dikenal dengan istilah kapasitas pem-buffer-an pH.
Pertahanan pH air terhadap perubahan dilakukan melalui alkalinitas dengan proses sbb:
CO2 + H2O <—> H2CO3 <—> H+ + HCO3ˉ <—> CO3= + 2H+
CO3= (ion karbonat) pada keseimbangan kimia di atas, maka dinyatakan sebagai alkalinitas air.
Sedangkan H+ (ion H) merupakan sumber keasaman. Proses keseimbangan di atas merupakan
reaksi bolak-balik, artinya reaksi dapat berjalan ke arah kanan (menghasilkan H+) atau ke arah
kiri (menghasilkan CO2).
Oleh karena itu, apabila masuk dalam perairan tersebut asam (ion H+), maka H+ tersebut akan
segera diikat oleh ion CO3= dan reaksi bergerak kekiri menghasilkan CO2, (CO2 lepas ke udara).
Pada saat asam baru ditambahkan, pH akan terukur rendah, tapi setelah beberapa waktu
kemudian, ketika reaksi mulai bergerak ke kiri, pH akan kembali bergerak ke angka semula.
Dengan demikian bila akan menghendaki penurunan pH pada perairan yang mengandung kapur
tinggi, tidak akan efektif kalau hanya dilakukan dengan penambahan asam saja.
Bila hanya dengan penambahan asam saja maka jumlah yang diberikan harus dalam jumlah lebih
banyak yaitu untuk mengatasi alkalinitasnya terlebih dahulu, seperti ditunjukkan pada reaksi di
atas. Oleh karena itu perlu menurunkan alkalinitas dahulu dengan mendidihkan air atau dengan
melalukan air pada gambut. Sedangkan untuk menaikkan alkalinitas dengan menambahkan
kalsium karbonat (CaCO3).

diperlukangaruhdiperlukangaruh Alkalinitas terhadap kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan


Ikan Lalawak (Barbodes sp.)
Yulfiperius1), Mozes R. Toelihere2), Ridwan Affandi3) dan Djadja
Subardja Sjafei3)
1)Pascasarjana IPB 2)Departemen Reproduksi dan Kebidanan Fakultas Kedokteran Hewan
IPB
3)Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB
Diterima Juli 2005 disetujui untuk diterbitkan Januari 2006

https://www.isw.co.id/post/2018/12/17/peran-alkalinitas-pada-tambak-dan-kolam-ikan
Redaktur: Audri Rianto
 17 Des 2018

2020

Bambang Widigdo: Alkalinitas pada Budidaya Udang


http://trobosaqua.com/detail-berita/2020/08/15/13/13333/bambang-widigdo-alkalinitas-pada-
budidaya-udang.

Pengaruh Alkalinitas Air Pada Budidaya


Posted by: Taufiqullah May 20, 2021

Anda mungkin juga menyukai