Anda di halaman 1dari 25

Parameter Kualitas Air

Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dihubungkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Dengan demikian, kualitas air yang diinginkan akan tergantung pada proses kegiatan itu sendiri, sebagai contoh: kualitas air untuk kebutuhan air minum akan berbeda dengan kualitas air untuk kebutuhan industri, Secara umum kualitas air berhubungan dengan kandungan bahan terlarut didalamnya. Tingkat kandungan dari bahan tersebut akan menentukan kelayakannya. Turbidity atau kekeruhan adalah adanya partikel koloid dan suspensi dari suatu bahan pencemar antara lain beberapa bahan organik dan bahan anorgnik merupakan padatan/solid yang tidak larut dalam air. Ukuran partikel solid bervariasi dari 0,45 micron sampai yang paling besar (1 micron = 0,001 mm).Contoh ; pasir, debu, lumpur, lendir/BIO-FOULING. Conductivity adalah jumlah mineral yang larut di dalam air/dissolved solid dan menjadi larutan yang homogen. Conductivity tidak tergantung pada jenis mineral yang larut di dalam air. Ukuran partikel solid bervariasi sampai lebih kecil dari 0.45 micron (1 micron = 0,001 mm). Contoh ; minerals seperti Sodium (Na), Potassium (K), Calcium (Ca), Magnesium (Mg), Chloride (Cl), Sulfate (SO4), Silicate (SiO2), Phosphate (PO4), Nitrate (NO3), dll. Setiap minerals mempunyai harga batas kelarutan di dalam air. Pengaruh mineral terlarut membuat air tidak 100% pure (as H2O) dan semakin besar mineral yang larut di dalam air, maka conductivity akan semakin besar yang cenderung akan dapat menyebabkan terjadinya problem kerak. pH merupakan suatu ekspresi dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam air atau lebih mudah dikatakan sebagai derajat ke-ASAM-an air. Definisi yang formal tentang pH adalah negatif logaritma dari aktifitas ion hidrogen yang dapat dinyatakan dengan persamaan : pH = - log [H+] pH sangat penting sebagai parameter kualitas air karena pH mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air. Selain itu mahluk hidup di dalam air seperti ikan hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan mereka. Besaran pH berkisar 0 (sangat asam) sampai dengan 14 (sangat basa/alkalis). Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang masam , sedangkan pH diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa (alkalin). pH = 7 disebut sebagai netral. Fluktuasi pH air sangat ditentukan oleh alkalinitas air tersebut. Apabila alkalinitasnya tinggi maka air tersebut akan mudah mengembalikan pH-nya ke nilai semula apabila terjadi perubahan pada nilai pH.

Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir kemasaman dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pem-bufffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikan pH. Kesetimbangan : CO2, HCO3-, CO32- & OHP, M, O Alkalinity

P-Alkalinity M-Alkalinity O-Alkalinity = 2P-M atau 2.5 X Silica SiO2 + 2NaOH --> 2NaSiO3 + H2O

O-Alkalinity berfungsi mengikat silica menjadi Na2SiO3 atau MgSiO2 untuk dikeluarkan melalui blowdown.

pH semakin besar, maka Alkalinity juga semakin besar & cenderung membentuk scale, spt CaCO3, Mg(OH)2. Alkalinitas pada umumnya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang.

Kesadahan (Hardness) merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah, air akan dapat membentuk busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan pada air berkesadahan tinggi tidak akan terbentuk busa. Kesadahan pada umumnya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO3). Secara lebih rinci kesadahan dibagi dalam dua tipe, yaitu ; kesadahan umum ("general hardness" atau GH) dan kesadahan karbonat ("carbonate hardness" atau KH). Disamping dua tipe kesadahan tersebut, dikenal pula tipe kesadahan yang lain yaitu yang disebut sebagai kesadahan total atau total hardness. Kesadahan total merupakan penjumlahan dari GH dan KH. Kesadahan umum (GH) atau "General Hardness" merupakan ukuran yang menunjukkan jumlah ion kalsium (Ca++) dan ion magnesium (Mg++) dalam air. Ion-ion lain sebenarnya ikut pula mempengaruhi nilai GH, akan tetapi pengaruhnya diketahui sangat kecil dan relatif sulit diukur sehingga diabaikan.GH pada umumnya dinyatakan dalam satuan ppm (part per million/ satu persejuta bagian) kalsium karbonat (CaCO3), tingkat kekerasan (dH), atau dengan menggunakan konsentrasi molar CaCO3. Satu satuan kesadahan Jerman atau dH sama dengan 10 mg CaO (kalsium oksida) per liter air. Di Amerika, kesadahan pada umumnya menggunakan satuan ppm CaCO3, dengan demikian satu satuan Jerman (dH) dapat diekspresikan sebagai 17.8 ppm CaCO3. Sedangkan satuan konsentrasi molar dari 1 mili ekuivalen = 2.8 dH = 50 ppm. Berikut adalah kriteria selang kesadahan yang biasa dipakai: 0 - 4 dH, 0 - 70 ppm : sangat rendah (sangat lunak) 4 - 8 dH, 70 - 140 ppm : rendah (lunak) 8 - 12 dH, 140 - 210 ppm : sedang 12 - 18 dH, 210 - 320 ppm : agak tinggi (agak keras) 18 - 30 dH, 320 - 530 ppm : tinggi (keras) Dalam kaitannya dengan proses biologi, GH lebih penting peranannya dibandingkan

dengan KH ataupun kesadahan total. Penurunan nilai GH dapat dilakukan dengan perlakuan-perlakuan yang mampu menghilangkan kadar kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dari dalam air. Kesadahan karbonat atau KH merupakan besaran yang menunjukkan kandungan ion bikarbonat (HCO3-) dan karbonat (CO3--) di dalam air. KH sering disebut sebagai alkalinitas yaitu suatu ekspresi dari kemampuan air untuk mengikat kemasaman (ion-ion yang mampu mengikat H+). Oleh karena itu, dalam sistem air tawar, istilah kesadahan karbonat, pengikat kemasaman, kapasitas pem-bufferan asam, dan alkalinitas sering digunakan untuk menunjukkan hal yang sama. Dalam hubungannya dengan kemampuan air mengikat kemasaman, KH berperan sebagai agen pem-buffer-an yang berfungsi untuk menjaga kestabilan pH. KH pada umumnya sering dinyatakan sebagai derajat kekerasan dan diekspresikan dalam CaCO3 seperti halnya GH. Untuk menaikkan kesadahan karbonat dapat dilakukan dengan menambahkan natrium bikarbonat (soda kue), atau kalsium karbonat. Penambahan kalsium karbonat akan menaikan sekaligus baik KH maupun GH dengan proporsi yang sama. Pemberian soda kue (NaHCO3) sebanyak satu sendok teh (sekitar 6 gram) pada air sebanyak 50 liter akan meningkatkan KH sebanyak 4 satuan tanpa disertai dengan kenaikan nilai GH. Sedangkan pemberian satu sendok teh kalsium karbonat (CaCO3) (sekitar 4 gram) pada air sebanyak 50 liter akan menyebabkan kenaikan KH dan GH secara bersama-sama, masing-masing sebanyak 4 satuan. Berpatokan pada hal ini, maka pemberian secara kombinasi antara soda kue dan kalsium karbonat akan dapat menghasilkan nilai KH dan GH yang diinginkan. Pembuferan karbonat diketahui efektif pada rasio 1:100 sampai 100:1. Hal ini akan memberikan pH efektif pada selang 4.37 sampai dengan 8.37. Selang angka ini secara kebetulan merupakan selang pH bagi hampir semua mahluk hidup akuatik. Apabila ion bikarbonat ditambahkan, rasio basa terhadap asam akan meningkat, akibatnya pH pun meningkat. Laju peningkatan pH ini akan ditentukan oleh nilai pH awal. Sebagai contoh, kebutuhan jumlah ion karbonat yang perlu ditambahkan untuk meningkatkan satu satuan pH akan jauh lebih banyak apabila pH awalnya adalah 6.3, dibandingkan apabila hal yang sama dilakukan pada pH 7.5. Kanaikan pH yang terjadi pada saat KH ditambahkan akan diimbangi oleh kadar CO2 terlarut dalam air. CO2 di dalam air akan membentuk sejumlah kecil asam karbonat dan bikarbonat yang selanjutkan akan cenderung menurunkan pH. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan kesadahan. Yang paling baik adalah dengan menggunakan reverse osmosis (RO) atau deioniser (DI). Hasil reverse osmosis akan memiliki kesadahan = 0, oleh karena itu air ini perlu dicampur dengan air keran sedemikian rupa sehingga mencapai nilai kesadahan yang diperlukan. Pengenceran dengan menggunakan air destilasi (air suling/aquadest) dapat pula dilakukan untuk menurunkan kesadahan.

1. Parameter Kontrol Air

8 Votes

Beberapa parameter kontrol air yang perlu adalah sebagai berikut :

pH scale, yaitu jumlah ion H+ dalam air. pH < 7 adalah kondisi asam dan pH > 7 basa. pH air boiler yang baik berkisar 10,5 11, 5. Di luar ini resiko korosi pada pipa-pipa boiler semakin besar. Deposit besi (Fe) < 0,3 ppm Fe. Deposit besi menimbulkan kerak pada boiler. Kandungan O2 berpengaruh terhadap laju korosi. Kandungan O2 akan semakin rendah dengan naiknya temperatur. Total dissolve solid (TDS). Air berkemampuan melarutkan mineral. Namun dalam keadaan jenuh, mineral tersebut akan mengendap. Batas kontrol TDS adalah 2035 ppm. Lebih dari itu TDS akan meninggalkan kerak. TDS yang penting untuk diketahui antara lain hardness, alkalinity dan silica.

TDS dinyatakan dalam ppm. Jumlah padatan terlarut dalam satuan mhos disebut juga dengan conductivity. Hubungannya dinyatakan sebagai berikut : TDS = 0,65 . conductivity Hardness Hardness adalah jumlah ion Ca dan Mg dalam air dalam ppm CaCo3. Temperatur yang makin tinggi menyebabkan hardness makin tidak larut sehingga timbul kerak. Alcalinity Alcalinity merupakan ion carbonat, bicarbonat dan hydrat. TDS dalam air :

Kation (+), yaitu Ca, Mg, Na, H+ Anion (-), yaitucarbonat (Co3-), bicarbonat (HCO3-), hodrat (OH-), silica (SiO2), sulfat (So4=), dan klorida (Cl-) p.alcalinity = 0,5 carbonat + hydrat m.alcalinity = bicarbonat + carbonat = carbonat + hydrat o.alcalinity (hydrat) = 2p m

Alcalinity terdiri dari :

Misalnya jika p = 300 ppm; m = 500 ppm > 0 = 2p m = 100 ppm Silica Silica dalam air terdri dari SiO2 (tidak larut) dan silica yang berikatan (Na2SiO3). SiO2 + 2NaOH > 2NaSiO3 + H2O. Silica yang melebihi 150 ppm menyebabkan carryover dan kerak. o.alcalinity memiliki kandungan silica, menurut persamaan : o.alcalinity = 2,5 . silica o.alcalinity berfungsi mengikat silica menjadi Na2SiO3 atau MgSiO2 untuk dikeluarkan melalui blowdown.

TURBIDITY ATAU KEKERUHAN


Turbidity atau kekeruhan digunakan untuk menyatakan derajat kejernihan di dalam air yang disebabkan oleh bahan-bahan yang melayang. Kekeruhan ini biasanya terdiri dari partikel organic maupun anorganik, yang pada umumnya tidak terlihat dengan mata telanjang. Pengukuran kekeruhan ini adalah merupakan test kunci dari suatu kualitas air.

CONDUCTIVITY ATAU PENGHANTAR


Conductivity artinya adalah kemampuan menghantarkan panas, listrik dan suara. Semua logam kebanyakan penghantar yang baik karena terdiri dari electron- electron. Dalam air atau benda yang berbentuk cair keadaan ini berbeda karena air terdapat pergerakan ion-ion. Efek ini dinamakan kesetrum (electric current). Air murni atau air yang bagus adalah air yang susah dalam menghantar atau mengalirkan listrik, tidak seperti logam.

TOTAL FREE / RESIDUAL CHLORINE


Klorine adalah desinfektan yang sangat efektif dan dapat di campukan kedalam air , karena dipergunakan untuk membunuh bakteri berbahaya di air atau pipa transportasi air yang mungkin mengandung bakteri atau kuman yang berbahaya

TOTAL IRON
Zat besi tidak dianggap berbahaya bagi kesehatan. Pada kenyataannya, justru besi sangat penting bagi kesehatan karena fungsinya untuk mengangkut oksigen dalam darah. Tetapi kandungan zat besi tersebut harus dibatasi dalam kandungan air, karena kalau berlebihan bisa menyebabkan keracunan.

TOTAL HARDNESS
Kekerasan air adalah air yang memiliki kandungan mineral-mineral yang tinggi (berbeda dengan air lembut). Hard air mineral terutama terdiri dari kalsium (Ca2 +) dan kation logam magnesium (Mg2 +) dan senyawa terlarut kadang-kadang lain seperti Bikarbonat, sulfate, besi yang cukup tinggi. Kalsium biasanya memasuki air baik sebagai kalsium karbonat (CaCO3) dalam bentuk batu kapur dan kapur, atau sulfat kalsium (CaSO 4), berupa deposit mineral lainnya. Hard air umumnya tidak berbahaya bagi kesehatan tapi juga tidak menguntungkan bila dikonsumsi dalam waktu lama.

TOTAL DISSOLVED OXYGEN ATAU TOTAL KELARUTAN OKSIGEN


Keberadaan oksigen biasanya diukur dalam jumlah oksigen terlarut (dissolved oxygen) yaitu jumlah miligram gas oksigen yang terlarut dalam satu liter air. Kandungan DO yang tinggi dalam air minum dapat membuat rasa air lebih baik. Namun,

DO yang terlalu tinggi tidak baik bagi kesehatan, , misalnya memperberat kerja ginjal dan pembuluh darah. Untuk alasan ini, industri membatasi DO yg terlarut dalam air tersebut.

konduktivitas
Dosen Pembimbing Drs.Syamsu Herman,MT

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI & KONTROL I PENGUKURAN KONDUKTIVITAS

Kelompok

: VIII ( DELAPAN )

Nama Kelompok :1. DIAN RAHMAWATI (1007035714) 2. EFERIUS MENDROFA (1007021496) 3. GUNA SAKA P. (1007035595) Tanggal Praktikum : 5-mei- 2012 Tanggal Pemasukan Laporan : 23-mei- 2012

LABORATORIUM INSTRUKSIONAL DASAR PROSES DAN OPERASI PABRIK PROGRAM STUDY D3 TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS RIAU 2012 Abstrak
Pengukuran konduktivitas merupakan pencatatan suatu besaran fisik secara periodik atau kontinu sebuah bahan (larutan,gas atau logam) untuk menghantarkan listrik. Dalam suatu larutan, arus listrik dibawa oleh kation-kation dan anion-anioon, sedangkan dalam logam arus listrik dibawa oleh elektron-elektron. Tujuan percobaan ini adalah mengetahui pengaruh perubahan konsentrasi terhadap konduktivitas suatu larutan dengan menggunakan konduktometer. Bahan dari percobaan ini yaitu NaCl dan NaOH yang di buat dengan konsentrasi 0.1%, 0.08%, 0.06%, 0.04%, dan 0.02% kemudian dilakukan pengukuran terhadap masing-masing larutan tersebut. Dari hasil pengukuran didapat nilai konduktivitas untuk larutan NaCl adalah 2.45 Ms/cm, 1.75 mS/cm, 1.25 mS/cm, 0.82 mS/cm dan 0.50 mS/cm dan nilai konduktivitas untuk larutan NaOH adalah 4.50 mS/cm, 3.59 mS/cm, 2.64 mS/cm, 1.69 mS/cm, 0.87 mS/cm . Dari hasil konduktivitas tersebut dapat disimpulkan semakin besar konsentrasi di dalam larutan NaCl dan NaOH maka konduktivitasnya juga akan semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Landasan Teori Definisi konduktivitas Konduktivitas adalah kemampuan suatu bahan (larutan, gas, atau logam) untuk menghantarkan arus listrik. Dalam suatu larutan, larutan arus listik dibawa oleh kation-kation dan anion-anion, sedangkan dalam logam arus listrik dibawa oleh electronelektron.Konduktivitas suatu larutan dipengaruhi oleh beberapa faktor : Konsentrasi Pergerakan ion-ion Valensi ion Suhu Pengaruh konsentrasi dan suhu Setiap unsur atau senyawa kimia mempunyai derajat konduktivitas yang berbeda-beda. Air murni mempunyai konduktivitas yang sangat rendah, beberapa senyawa atau unsur kimia yang terlarut dalam air dapat meningkatkan konduktivitas air. Pada umumnya peningkatan konsentrasi zat kimia dalam suatu larutan akan meningkatkan konduktivitas. Perubahan suhu suatu larutan juga mempengaruhi konduktivitasnya, kenaikan suhu akan meningkatkan pergerakan ion-ion dalam larutan, sehingga konduktivitas larutan meningkat. Temperatur burhubungan secara linier dengan konduktivitas, peningkatan konduktivitas akibat kenaikan temperature dapat dinyatakan dalam persen per derajat celcius (slope) air murni mempunyai slope yang relative besar yaitu 5.2 % per 0C. Air pada umumnya mempunyai slope antara 1,8 - 2 % per 0C larutan garam, asam, atau alkali mempunnyai slope sekitar 1,5 % per 0C. Aplikasi pengukuran konduktivitas Pengukuran konduktivitas dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan kimia atau elektrolit seperti larutan NaCl, HCl, H2SO4, dan NaOH. Pengukuran konduktivitas secara luas digunakan dalam industri pengolahan air. Pengolahan air limbah industri untuk menentukan tingkat kontaminasi air dan lain-lain. Satuan konduktivitas Hantaran listrik merupakan kebalikan dari tahanan (resistanse) bila tahanan mempunyai satuan dasar ohm maka satuan dasar hantaran adalah mho atau biasa ditulis Siemen/cm, pada pengukuran konduktivitas air dan larutan larutan kimia umumnya digunakan satuan Volt atau mV. Alat ukur konduktivitas Pengukuran konduktivitas dapat dilakukan dengan menggunakan arus listrik yang dialirkan pada dua elektroda yang dicelupkan kedalam air atau larutan kimia, dan mengukur tegangan yang dihasilkan. Selama proses ini ,kation berpindah ke elektroda negative dan anion berpindah ke elektroda positif , larutan bertindak sebagai penghantar listrik. Beberapa jenis khusus konduktivimeter menggunakan arus listrik bolak-balik (AC).Pada frekwensi optimal dengan dua elektroda aktif dan mengukur beda tegangan yang dihasilkan suatu larutan. Kuat arus dan beda tegangan digunakan untuk menghiutng hantaran listrik (Conductance). Conductance = I/V.

a. b. c. d. e.

Konduktivitimeter kemudian menggunakan konduktance dan cell konstan untuk menampilkan nilai konduktivitas. Nilai konduktivitas merupakan ukuran terhadap konsentrasi total elektrolit di dalam air.Kandungan elektrolit yang pada prinsipnya merupakan garam-garam yang terlarut dalam air, berkaitandengan kemampuan air di dalam menghantarkan arus listrik. Semakin banyak garam-garam yang terlarut semakin baik daya hantar listrik air tersebut. Air suling yang tidak mengandung garam-garam terlarut dengan demikian bukan merupakan penghantar listrik yang baik. Selain dipengaruhi oleh jumlah garam-garam trelarut, konduktivitas juga di pengaruhi oleh temperatur. Konduktivitas dapat merujuk pada: Konduktivitas listrik , ukuran kemampuan bahan untuk membuat arus listrik Konduktivitas hidrolik , properti kemampuan bahan untuk mengirim air Konduktivitas termal, properti intensif bahan yang menandakan kemampuannya untuk membuat panas Konduktivitas Rayleigh,menjelaskan kelakuan apertur mengenai aliran cairan atau gas Konduktivitas listrik adalah ukuran dari kemampuan suatu bahanuntuk menghantarkanarus listrik . Jika suatu beda potensial listrik ditempatkan pada ujung-ujung sebuah konduktor ,muatan-muatanbergeraknya akan berpindah, menghasilkan arus listrik. Konduktivitas listrik didefinsikan sebagai ratio dari rapat arus terhadap kuat medan listrik :

1.2 TujuanPercobaan 1. Mempelajari dasar-dasar pengukuran dengan menggunakan konduktometer. 2. Mempelajari pengaruh perubahan konsentrasi terhadap konduktivitas suatu larutan

BAB II METODOLOGI PERCOBAAN 2.1 1) 2) 3) 2.2 1) 2) 3) 4) 5) 2.3 Bahan yang digunakan NaCl Aquades NaOH Alat yang digunakan Konduktometer Labu Ukur Gelas Kimia Timbangan Batang pengaduk Prosedur percobaan

1) Untuk membuat larutan NaCl dan NaOH 0.1%, timbang 0.1 gr NaCl dan NaOH kemudian larutkan dalam labu ukur 100 ml kemudian tambahkan air sampai tanda batas.

2) Lalu Larutan NaCl dan NaOH diencerkan menjadi 0.08%, 0.06%, 0.04%, dan0.02% dalam labu ukur 100 ml kemudian tambahkan sampai tanda batas. 3) Setelah semua larutan selesai dibuat, maka selanjutnya mengukur nilai konduktifitas masingmasing larutan. Namun sebelum itu hendaknya ujung dari sensor dikalibrasiterlebih dahulu dimasukkan dalam aquades. 4) Celupkan batang sensor tersebut ke dalam larutan NaCl dan NaOH hingga tenggelam secara keseluruhan, catat hasil nilai konduktivitas yang ditunjukkan. Lakukan untuk masing-masing larutan NaCl dengan konsentrasi yang telah ditentukan. 5) Buatlah grafik kurva konsentrasi vs konduktivitas setelah nilai konduktivitas larutan NaCl dan NaOH didapat. BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil data percobaan Tabel 3.1 Hasil Pengukuran Konduktivitas larutan NaCl Konsentrasi (%) 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 Konduktivitas (mS/cm) 2.45 1.75 1.25 0.82 0.50

Gambar 3.1 Kurva Konsentrasi vs Konduktivitas pada larutan NaCl

Gambar 3.1 Kurva Konsentrasi vs Konduktivitas pada larutan NaCl 3.2 Pembahasan Berdasarkan Tabel 3.1 dan Gambar 3.1 dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi dari NaCl maka nilai konduktivitas nya juga akan semakin meningkat. Pada konsentrasi 0,1% didapatkan nilai konduktivitasnya 2.45 mS/cm, pada konsentrasi 0,08% didapatkan nilai konduktivitasnya 1.75 mS/cm, pada konsentrasi 0,06% didapatkan nilai konduktivitasnya 1.25 mS/cm, pada konsentrasi 0.04% didapatkan nilai konduktivitasnya 0.82 mS/cm, dan yang terakhir pada konsentrasi 0,02% didapatkan nilai konduktivitasnya 0.50 mS/cm. Hal ini sesuai

dengan teoritis yang menyatakan bahwa semakin meningkatnya konsentrasi di dalam suatu larutan maka nilai konduktivitasnya akan meningkat pula.

3.3 Pengukuran konduktivitas larutan NaOH Tabel 3.2 Hasil Pengukuran Konduktivitas larutan NaOH Konsentrasi (%) 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 Konduktivitas (mS/cm) 4.50 3.59 2.64 1.69 0.87

Gambar 3.2 Kurva Konsentrasi vs Konduktivitas pada larutan NaOH 3.4 Pembahasan Berdasarkan Tabel 3.2 dan Gambar 3.2 dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi dari NaOH maka nilai konduktivitas nya juga akan semakin meningkat. Pada konsentrasi 0.1% didapatkan nilai konduktivitasnya 4.50 mS/cm, pada konsentrasi 0.08% didapatkan nilai konduktivitasnya 3.59 mS/cm, pada konsentrasi 0.06% didapatkan nilai konduktivitasnya 2.64 mS/cm, pada konsentrasi 0.04% didapatkan nilai konduktivitasnya 1.69 mS/cm, dan yang terakhir pada konsentrasi 0.02% didapatkan nilai konduktivitasnya 0.87 mS/cm. Hal ini sesuai dengan teoritis yang menyatakan bahwa semakin meningkatnya konsentrasi di dalam suatu larutan maka nilai konduktivitasnya akan meningkat pula.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Semakin besar konsentrasi nilai konsentrasi larutan NaCl dan larutan NaOH maka nilai konduktivitasnya juga akan semakin meningkat, sebaliknya semakin rendah konsentrasi larutan nya maka nilai konduktivitasnya akan semakin kecil. 4.2 Saran 1. Lakukan praktikum dengan teliti dan penuh kecermatan. 2. Pengambilan data nilai konduktivitas setelah kondisinya konstan (stabil).

DAFTAR PUSTAKA
McCabe L Warren, Smith C Julian, Herriot Peter. OperasiTeknik Kimia Jilid 1 Edisi Ke-

4.diterjemahkanolehJasifi E.1985.Erlangga. Buku Panduan Praktikum Instrumentasi dan Kontrol I. TIM. 2012. Fakultas Teknik Jurusan Diploma III Teknik Kimia. Universitas Riau. Considine, D.M. Process Instrumens and Controls Handbook, 2nd edition, Mc. Graw-Hill Book Co, New York

http://www.scribd.com/doc/56312795/KONDUKTIVITAS

Pembuatan larutan NaCl untuk masing-masing konsentrasi Untuk konsentrasi 0.1%,

LAMPIRAN

( Begitu juga untuk perhitungan larutan NaOH , untk konsentrasi 0.1 % dibutuhkan 0.1 gr NaOH ) Lakukan pengenceran NaCl 0.1% menjadi 0.08%, 0.06 %, 0.04%, 0.02%. dengan menambahkan aquades sampai tanda batas dalam ukur 100ml. a. Larutan NaCl 0.08 % V 1 x N1 = V 2 x N 2 100 x 0.08 = V2 x 0.1 8 = 0.1V2

V2 = 80 ml b. Larutan NaCl 0.06 % V 1 x N1 = V 2 x N 2 100 x 0.06 = V2 x 0.1 6 = 0.1V2 V2 = 60 ml c. Larutan NaCl 0.04 % V 1 x N1 = V 2 x N 2 100 x 0.04 = V2 x 0.1 4 = 0.1V2 V2 = 40 ml d. Larutan NaCl 0.02 % V 1 x N1 = V 2 x N 2 100 x 0.02 = V2 x 0.1 2 = 0.1V2 V2 = 20 ml Lakukan pengenceran NaOH 0.1% menjadi 0.08%, 0.06 %, 0.04%, 0.02%, 0.01 % dengan menambahkan aquades sampai tanda batas dalam ukur 100ml. a. Larutan NaOH 0.08 % V 1 x N1 = V 2 x N 2 100 x 0.08 = V2 x 0.1 80 = 0.1V2 V2 = 80 ml b. Larutan NaOH 0.06 % V 1 x N1 = V 2 x N 2 100 x 0.06 = V2 x 0.1 6 = 0.1V2 V2 = 60 ml c. Larutan NaOH 0.04 % V 1 x N1 = V 2 x N 2 100 x 0.04 = V2 x 0.1 4 = 0.1V2 V2 = 40 ml d. Larutan NaOH 0.02 % V 1 x N1 = V 2 x N 2 100 x 0.02 = V2 x 0.1 2 = 0.1V2 V2 = 20 ml

METODE PENGOLAHAN KESADAHAN (HARDNESS) AIR DENGAN MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ION
Posted by admin under Tak Berkategori [44] Comments

Oleh : Arifin Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah, air akan dapat membentuk busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan pada air berkesadahan tinggi tidak akan terbentuk busa. Disamping itu, kesadahan juga merupakan petunjuk yang penting dalam hubungannya dengan usaha untuk memanipulasi nilai pH. Secara lebih rinci kesadahan dibagi dalam dua tipe, yaitu: (1) kesadahan umum (general hardness atau GH) dan (2) kesadahan karbonat (carbonate hardness atau KH). Disamping dua tipe kesadahan tersebut, dikenal pula tipe kesadahan yang lain yaitu yang disebut sebagai kesadahan total atau total hardness. Kesadahan total merupakan penjumlahan dari GH dan KH. Kesadahan umum atau General Hardness merupakan ukuran yang menunjukkan jumlah ion kalsium (Ca++) dan ion magnesium (Mg++) dalam air. Ion-ion lain sebenarnya ikut pula mempengaruhi nilai GH, akan tetapi pengaruhnya diketahui sangat kecil dan relatif sulit diukur sehingga diabaikan. GH pada umumnya dinyatakan dalam satuan ppm (part per million/ satu persejuta bagian) kalsium karbonat (CaCO3), tingkat kekerasan (dH), atau dengan menggunakan konsentrasi molar CaCO3. Satu satuan kesadahan Jerman atau dH sama dengan 10 mg CaO (kalsium oksida) per liter air. Kesadahan pada umumnya menggunakan satuan ppm CaCO3, dengan demikian satu satuan Jerman (dH) dapat diekspresikan sebagai 17.8 ppm CaCO3. Sedangkan satuan konsentrasi molar dari 1 mili ekuivalen = 2.8 dH = 50 ppm. Berikut adalah kriteria selang kesadahan yang biasa dipakai:
- 0 - 4 dH, 0 - 70 ppm : sangat rendah (sangat lunak) - 4 - 8 dH, 70 140 ppm : rendah (lunak) - 8 12 dH, 140 210 ppm : sedang - 12 18 dH, 210 320 ppm : agak tinggi (agak keras) - 18 30 dH, 320 530 ppm : tinggi (keras)

Dalam kaitannya dengan proses biologi, GH lebih penting peranananya dibandingkan dengan KH ataupun kesadahan total. Apabila ikan atau tanaman dikatakan memerlukan air dengan kesadahan tinggi (keras) atau rendah (lunak), hal ini pada dasarnya mengacu kepada GH. Ketidaksesuaian GH akan mempengaruhi transfer hara/gizi dan hasil sekresi melalui membran dan dapat mempengaruhi kesuburan, fungsi organ dalam (seperti ginjal), dan pertumbuhan. Setiap jenis ikan memerlukan kisaran kesadahan (GH) tertentu untuk hidupnya. Pada umumnya, hampir semua jenis ikan dan tanaman dapat beradaptasi dengan kondisi GH lokal, meskipun demikian, tidak demikian halnya dengan proses pemijahan. Pemijahan bisa gagal apabila dilakukan pada nilai GH yang tidak tepat. Kesadahan karbonat atau KH merupakan besaran yang menunjukkan kandungan ion bikarbonat (HCO3-) dan karbonat (CO3) di dalam air. KH sering disebut sebagai alkalinitas yaitu

suatu ekspresi dari kemampuan air untuk mengikat kemasaman (ion-ion yang mampu mengikat H+). Oleh karena itu, dalam sistem air tawar, istilah kesadahan karbonat, pengikat kemasaman, kapasitas pem-bufferan asam, dan alkalinitas sering digunakan untuk menunjukkan hal yang sama. Dalam hubungannya dengan kemampuan air mengikat kemasaman, KH berperan sebagai agen pem-buffer-an yang berfungsi untuk menjaga kestabilan pH. KH pada umumnya sering dinyatakan sebagai derajat kekerasan dan diekspresikan dalam CaCO3 seperti halnya GH. Kesadahan karbonat dapat diturunkan dengan merebus air yang bersangkutan, atau dengan melalukan air melewati gambut. Untuk menaikkan kesadahan karbonat dapat dilakukan dengan menambahkan natrium bikarbonat (soda kue), atau kalsium karbonat. Penambahan kalsium karbonat akan menaikan sekaligus baik KH maupun GH dengan proporsi yang sama.
Mineral yang merupakan sumber primer ion kalsium dalam air diantara mineral-mineral yang berperan adalah gips, CaSO4.2H2O; anhidratnya, CaSO4; dolomite, CaMg (CO3)2; kalsit dan argonite yang merupakan modifikasi yang berbeda dari CaCO3. Air yang mengandung karbon dioksida mudah melarutkan kalsium dari mineral-mineral karbonat. CaCO3 + CO2 + H2O Ca2+ + 2HCO3-

Reaksi sebaliknya berlangsung bila CO2 hilang dari perairan. karbondioksida yang masuk keperairan melalui keseimbangan dengan atmosfer tidak cukup besar konsentrasinya untuk melarutkan kalsium dalam perairan alami, terutama air tanah. Pernafasan mikroorganisma, penghancur bahan organik dalam air, dan sediment berperan sangat besar terhadap kadar CO2 dan HCO3- dalam air. Hal ini merupakan faktor penting dalam proses kimia perairan dan geokimia. Ion kalsium, bersama-sama dengan magnesium dan kadang-kadang kesadahan air, baik yang bersifat kesadahan tetap. Kesadahan sementara disebabkan oleh bikarbonat dalam air dan dapat dihilangkan dengan jalan mendidihkan air tersebut karena terjadi reaksi: Ca2+ +2 HCO3CaCO3 + CO2 + H2O

Sedangkan kesadahan tetap disebabkan oleh adanya kalsium atau sulfat yang proses pelunakannya melalui proses kapur soda abu, proses zeolit, dan proses resin organik. Air sadah juga tidak menguntungkan/mengganggu proses pencucian menggunakan sabun. Bila sabun digunakan pada air sadah, mula-mula sabun harus bereaksi terlebih dahulu dengan setiap ion kalsium dan magnesium yang terdapat dalam air sebelum sabun dapat berfungsi menurunkan tegangan permukaan. Hal ini bukan saja akan banyak memboroskan pengunaan sabun, tetapi gumpalan-gumpalan yang terjadi akan mengendap sebagai lapisan tipis pada alat-alat yang dicuci sehingga mengganggu pembersihan dan pembilasan oleh air. Air sadah mengakibatkan konsumsi sabun lebih tinggi, karena adanya hubungan kimiawi antara ion kesadahan dengan molekul sabun menyebabkan sifat detergen sabun hilang. Kelebihan ion Ca2+ serta ion CO32-+ (salah satu ion alkaliniti) mengakibatkan terbentuknya kerak pada dinding pipa yang disebabkan oleh endapan kalsiumkarbonat CaCO3. Kerak ini akan mengurangi penampang basah pipa dan menyulitkan pemanasan air dalam ketel, serta mengurangi daya koagulasi yang melalui dalam pipa dengan menurunnya turbulensi. Ion kalsium, Ca2+ mempunyai kecenderungan relatif kecil untuk membentuk ion kompleks. Dalam kebanyakan sistem perairan air tawar, jenis kalsium yang pertama-tama larut yang ada adalah Ca2+, oleh karena itu konsentrasi HCO3- yang sangat tinggi, pasangan ion, Ca2+ HCO3- dapat terbentuk

dalam jumlah yang cukup banyak. Hal yang sama dalam air yang kandungan sulfatnya tinggi pasangan ion Ca2+ SO42- dapat terjadi. Tidak seperti halnya dengan kalsium yang densitas muatan dari ion Ca2+ relatif lebih kecil dibandingkan dengan lainnya, maka densitas muatan ion Mg2+ jauh lebih besar dan ikatan yang lebih kuat dengan air untuk melakukan hidrasi. Magnesiun dalam air terutama terdapat sebagai ion Mg2+ HCO3- dan Mg2+ SO42- terjadi bila konsentrasi bikarbonat dan sulfat yang tinggi. Mineral-mineral seperti dolomit adalah paling umum dalam air. CaMg (CO3)2 + 2 CO2 +2 H2O Ca2+ + Mg2+ + 4 HCO3-

Pelunakan adalah penghapusan ion-ion tertentu yang ada dalam air dan dapat, bereaksi dengan zat-zat lain hingga distribusi air dan penggunaannya terganggu. Kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+, juga oleh Mn2+, Fe2+ dan semua kation yang bermuatan dua. Air yang kesadahannya tinggi biasanya terdapat pada air tanah di daerah yang bersifat kapur. Sebagai kation kesadahan, Ca2+ selalu berhubungan dengan anion yang terlarut khususnya anion alkaliniti : CO32- , HCO3- dan OH-. Ca2+ dapat bereaksi dengan HCO3-membentuk garam yang terlarut tanpa terjadi kejenuhan. Sebaliknya reaksi dengan CO32- akan membentuk garam karbonat yang larut sampai batas kejenuhan di mana titik jenuh berubah dengan nilai pH. Bila titik jenuh dilampaui, terjadi endapan garam kalsium karbonat CaCO3 dan membuat kerak yang terlihat pada dinding pipa atau dasar ketel. Namun, pada proses pelunakan ini keadaan harus dibuat sehingga sedikit jenuh, karena dalam keadaan tidak jenuh terjadi reaksi yang mengakibatkan karat terhadap pipa. Kerak yang tipis akibat keadaan sedikit jenuh itu justru melindungi dinding dari kontak dengan air yang tidak jenuh (agresip). Ion Mg2+ akan bereaksi dengan OH- membentuk garam yang terlarut sampai batas kejenuhan dan mengendap sebagai Mg(OH)2 bila titik kejenuhan dilampaui. Ion Ca2+ dan Mg2+ diendapkan sebagai CaCO3 dan Mg(OH)3 menurut reaksi keseimbangan kimiawi sebagai berikut : Mg2+ + 2 OHMg(OH)2 CaCO3

Ca2+ + C032-

CO32- berasal dari karbondioksida CO2 dan bikarbonat HCO3- yang sudah terlarut dalam air sesuai dengan reaksi berikut : CO2 + OHHCO3+ + OHHCO3CO32- + H2O

Kesadahan yang terlalu tinggi akan menambah nilai pH larutan sehingga daya kerja aluminat tidak efektif karena ion aluminium yang bersifat amfoter akan mengikuti lingkungannya dimana akan terbentuk senyawa aluminium yang sukar mengendap. Apabila kesadahan terlalu rendah secara simultan alkalinitas juga cenderung rendah ini akan mengganggu penyusunan ikatan antara koloida dengan aluminat dimana gugus hidrofobik koloida akan tetap melayang dan sukar bereaksi dengan koagulan mengakibatkan massa atom relatif ringan sehingga sukar mengendap.

Kesadahan ini umumnya dihilangkan menggunakan resin penukar ion. Resin pelunak air komersial dapat digunakan dalam skala kecil, meskipun demikian tidak efektif digunakan untuk sekala besar. Resin adalah zat yang punya pori yang besar dan bersifat sebagai penukar ion yang berasal dari polysterol, atau polyakrilat yang berbentuk granular atau bola kecil dimana mempunyai struktur dasar yang bergabung dengan grup fungsional kationik, non ionik/anionik atau asam. Sering kali resin dipakai untuk menghilangkan molekul yang besar dari air misalnya asam humus, liqnin, asam sulfonat. Untuk regenerasi dipakai garam alkali atau larutan natrium hidroksida, bisa juga dengan asam klorida jika dipakai resin dengan sifat asam.Dalam regenerasi itu dihasilkan eluen yang mengandung organik dengan konsentrasi tinggi. Untuk proses air minum sampai sekarang hunya dipakai resin dengan sifat anionik. Resin penukar ion sintetis merupakan suatu polimer yang terdiri dari dua bagian yaitu struktur fungsional dan matrik resin yang sukar larut. Resin penukar ion ini dibuat melalui kondensasi phenol dengan formaldehid yang kemudian diikuti dengan reaksi sulfonasi untuk memperoleh resin penukar ion asam kuat. Sedangkan untuk resin penukar ion basa kuat diperoleh dengan mengkondensasikan phenilendiamine dengan formaldehid dan telah ditunjukkan bahwa baik resin penukar kation dan resin penukar anion hasil sintesis ini dapat digunakan untuk memisahkan atau mengambil garam garam. Pada umumnya senyawa yang digunakan untuk kerangka dasar resin penukar ion asam kuat dan basa kuat adalah senyawa polimer stiren divinilbenzena. Ikatan kimia pada polimer ini amat kuat sehingga tidak mudah larut dalam keasaman dan sifat basa yang tinggi dan tetap stabil pada suhu diatas 150oC. Polimer ini dibuat dengan mereaksikan stiren dengan divinilbenzena, setelah terbentuk kerangka resin penukar ion maka akan digunakan untuk menempelnya gugus ion yang akan dipertukarkan. Resin penukar kation dibuat dengan cara mereaksikan senyawa dasar tersebut dengan gugus ion yang dapat menghasilkan (melepaskan) ion positif. Gugus ion yang biasa dipakai pada resin penukar kation asam kuat adalah gugus sulfonat dan cara pembuatannya dengan sulfonasi polimer polistyren divinilbenzena (matrik resin). Resin penukar on yang direaksikan dengan gugus ion yang dapat melepaskan ion negatif diperoleh resin penukar anion. Resin penukar anion dibuat dengan matrik yang sama dengan resin penukar kation tetapi gugus ion yang dimasukkan harus bisa melepas ion negatif, misalnya N (CH3)3+ atau gugus lain atau dengan kata lain setelah terbentuk kopolimer styren divinilbenzena (DVB), maka diaminasi kemudian diklorometilasikan untuk memperoleh resin penukar anion. Gugus ion dalam penukar ion merupakan gugus yang hidrofilik (larut dalam air). Ion yang terlarut dalam air adalah ion ion yang dipertukarkan karena gugus ini melekat pada polimer, maka ia dapat menarik seluruh molekul polimer dalam air, maka polimer resin ini diikat

dengan ikatan silang (cross linked) dengan molekul polimer lainnya, akibatnya akan mengembang dalam air. Mekanisme pertukaran ion dalam resin meskipun non kristalisasi adalah sangat mirip dengan pertukaran ion- ion kisi kristal. Pertukaran ion dengan resin ini terjadi pada keseluruhan struktur gel dari resin dan tidak hanya terbatas pada efek permukaan. Pada resin penukar anion, pertukaran terjadi akibat absorbsi kovalen yang asam. Jika penukar anion tersebut adalah poliamin, kandungan amina resin tersebut adalah ukuran kapasitas total pertukaran. Dalam proses pertukaran ion apabila elektrolit terjadi kontak langsung dengan resin penukar ion akan terjadi pertukaran secara stokiometri yaitu sejumlah ion ion yang dipertukarkan dengan ion ion yang muatannya sama akan dipertukarkan dengan ion ion yang muatannya sama pula dengan jumlah yang sebanding. Material penukar ion yang utama berbentuk butiran atau granular dengan struktur dari molekul yang panjang (hasil co-polimerisasi), dengan memasukkan grup fungsional dari asam sulfonat, ion karboksil. Senyawa ini akan bergabung dengan ion pasangan seperti Na+, OHatau H+. Senyawa ini merupakan struktur yang porous. Senyawa ini merupakan penukar ion positif (kationik) untuk menukar ion dengan muatan elektrolit yang sama (positif) demikian sebaliknya penukar ion negatif (anionik) untuk menukar anion yang terdapat di dalam air yang diproses di dalam unit Ion Exchanger. Proses pergantian ion bisa reversible (dapat balik), artinya material penukar ion dapat diregenerasi. Sebagai contoh untuk proses regenerasi material penukar kationik bentuk Na+ dapat diregenerasi dengan larutan NaCl pekat, bentuk H+ diregenerasi dengan larutan HCl sedangkan material penukar anionik bentuk OH dapat diregenerasi dengan larutan NaOH (lihat buku panduan dari pabrik yang menjual material ini).
Regenerasi adalah suatu peremajaan, penginfeksian dengan kekuatan baru terhadap resin penukar ion yang telah habis saat kerjanya atau telah terbebani, telah jenuh. Regenerasi penukaran ion dapat dilakukan dengan mudah karena pertukaran ion merupakan suatu proses yang reversibel yang perlu diusahakan hanyalah agar pada regenerasi berlangsung reaksi dalam arah yang berkebalikan dari pertukaran ion.

Anda mungkin juga menyukai