Anda di halaman 1dari 7

Eriochrome Black T (EBT) adalah indikator kompleksometri yang merupakan bagian

dari pengompleksian,contohnya proses determinasi kesadahan air. Di dalam bentuk


protonate EBT berwarna biru. Lalu berubah menjadi warna merah ketika membentuk komplek
dengan

kalsium,magnesium,

dan

ion

logam

lainnya. Nama

lain

dari

Eriochrome

Black T adalah,Solochrome Black T atau EBT. Suatu kelemahan EBT adalah larutannya tidak
stabil. Bila disimpan akan terjadi penguraian secara lambat,sehingga setelah jangka waktu
tertentu indikator tidak berfungsi lagi. Sebagai gantinya dapat diganti dengan indikator
Calmagite Indikator ini stabil dan dalam kebanyakan sifatnya sama dengan Erio T
(Harjadi,1993).

EDTA membentuk satu kompleks kelat yang dapat larut ketika ditambahkan
ke suatu larutan yang mengandung kation logam tertentu. Jika sejumlah kecil Eriochrome
Black Tea atau Calmagite ditambahkan ke suatu larutan mengandung kalsium dan ion-ion
magnesium pada satu pH dari 10,0 0,1, larutan menjadi berwarna merah muda. Jika
EDTA ditambahkan sebagai satu titran, kalsium dan magnesium akan menjadi suatu
kompleks, dan ketika semua magnesium dan kalsium telah manjadi kompleks, larutan
akan berubah dari berwarna merah muda menjadi berwarna biru yang menandakan titik
akhir dari titrasi. Ion magnesium harus muncul untuk menghasilkan suatu titik akhir dari
titrasi. Untuk mememastikankan ini, kompleks garam magnesium netral dari EDTA
ditambahkan ke larutan buffer.
Penentuan Ca dan Mg dalam air sudah dilakukan dengan titrasi EDTA. pH
untuk titrasi adalah 10 dengan indikator Eriochrom Black T (EBT). Pada pH lebih tinggi,
12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca 2+

dengan indikator murexide. Adanya gangguan Cu bebas dari pipa-pipa saluran air dapat
di masking dengan H2S. EBT yang dihaluskan bersama NaCl padat kadangkala juga
digunakan sebagai indikator untuk penentuan Ca ataupun hidroksinaftol. Seharusnya Ca
tidak ikut terkopresitasi dengan Mg, oleh karena itu EDTA direkomendasikan (Ginoest,
2010).

Kesadahan air alam biasanya disebabkan oleh garam karbonat atau


garam asamnya. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh limbah industri
maupun terjadi secara alami karena susunan geologi tanah di sekitar sumber air.
Misalnya, air yang kesadahannya tinggi biasanya terdapat pada air tanah di
daerah yang mengandung kapur. Misalnya, pada sungai yang mengalir melalui
daerah yang mengandung gips CaSO4, akan terkandung garam itu pula. Garam
CaCl2 yang digunakan untuk melawan debu di jalan juga dapat terbawa ke
sungai dan meningkatkan kesadahannya. Kesadahan tidak menguntungkan. Air
yang dianggap bermutu tinggi memiliki kesadahan yang rendah.
Kesadahan yang terlalu tinggi akan menambah nilai pH larutan sehingga
daya kerja aluminat tidak efektif karena ion aluminium yang bersifat amfoter
akan mengikuti lingkungannya dimana akan terbentuk senyawa aluminium
yang sukar mengendap. Apabila kesadahan terlalu rendah, secara simultan
alkalinitas juga cenderung rendah. Ini akan mengganggu penyusunan ikatan
antara koloida dengan aluminat dimana gugus hidrofobik koloida akan tetap
melayang dan sukar bereaksi dengan koagulan mengakibatkan massa atom
relatif ringan sehingga sukar mengendap.
Air sadah juga tidak menguntungkan/mengganggu proses pencucian
menggunakan sabun. Bila sabun digunakan pada air sadah, mula-mula sabun
harus bereaksi terlebih dahulu dengan setiap ion kalsium dan magnesium yang
terdapat dalam air sebelum sabun dapat berfungsi menurunkan tegangan
permukaan. Hal ini bukan saja akan banyak memboroskan pengunaan sabun,
tetapi gumpalan- gumpalan yang terjadi akan mengendap sebagai lapisan tipis

pada alat-alat yang dicuci sehingga mengganggu pembersihan dan pembilasan


oleh air.
A Penggolongan Air Sadah
Kesadahan air dapat digolongkan menjadi dua yaitu kesadahan
sementara dan kesadahan tetap. Kesadahan sementara bersifat sementara
sementara kesadahan tetap bersifat menetap dan sulit untuk dikembalikan ke
kondisi awalnya. Kesadahan sementara disebabkan oleh adanya ion-ion kalsium
dan bikarbonat dalam air. Sedangkan kesadahan tetap disebabkan oleh adanya
kalsium atau magnesium sulfat yang proses pelunakannya melalui proses kapursoda abu, proses zeolit dan proses resin organik (Achmad, 2004) Kesadahan
sementara dapat dihilangkan dengan jalan mendidihkan air tersebut karena
terjadi reaksi :
Ca2+ + 2 HCO3-(aq) CaCO3(s) + CO2(g) + H2O(l).
Jenis-Jenis Air Sadah
Kesadahan dibagi dalam dua tipe, yaitu: Kesadahan umum (general
hardness atau GH), dan Kesadahan karbonat (carbonate hardness atau KH).
Disamping dua tipe kesadahan tersebut, dikenal pula tipe kesadahan yang lain
yaitu yang disebut sebagai kesadahan total atau total hardness. Kesadahan total
merupakan penjumlahan dari GH dan KH. Kesadahan umum atau General
Hardness merupakan ukuran yang menunjukkan jumlah ion kalsium (Ca2+) dan
ion magnesium (Mg2+) dalam air. Ion-ion lain sebenarnya ikut pula
mempengaruhi nilai GH, akan tetapi pengaruhnya diketahui sangat kecil dan
relatif sulit diukur sehingga dapat diabaikan. GH pada umumnya dinyatakan
dalam satuan ppm (part per million/satu per-sejuta bagian) kalsium karbonat
(CaCO3), tingkat kekerasan (dH), atau dengan menggunakan konsentrasi molar
CaCO3. Satu satuan kesadahan Jerman atau dH sama dengan 10 mg CaO
(kalsium oksida) per liter air.
Kesadahan pada umumnya menggunakan satuan ppm CaCO 3, dengan
demikian satu satuan Jerman (dH) dapat diekspresikan sebagai 17.8 ppm

CaCO3. Sedangkan satuan konsentrasi molar dari 1 mili ekuivalen = 2.8 dH =


50 ppm.
Berikut adalah kriteria selang kesadahan yang biasa dipakai:

0 4 dH, 0 70 ppm : sangat rendah (sangat lunak)


4 8 dH, 70 140 ppm : rendah (lunak)
8 12 dH, 140 210 ppm : sedang
12 18 dH, 210 320 ppm : agak tinggi (agak keras)
18 30 dH, 320 530 ppm : tinggi (keras)
Untuk air minum, kesadahan dibawah 250 ppm masih dapat diterima,

sementara diatas 500 ppm akan merusak kesehatan. Dalam kaitannya dengan
proses biologi, GH lebih penting peranananya dibandingkan dengan KH
ataupun kesadahan total. Apabila ikan atau tanaman dikatakan memerlukan air
dengan kesadahan tinggi (keras) atau rendah (lunak), hal ini pada dasarnya
mengacu kepada GH. Ketidaksesuaian GH akan mempengaruhi transfer
hara/gizi dan hasil sekresi melalui membran serta dapat mempengaruhi
kesuburan, fungsi organ dalam (seperti ginjal), dan pertumbuhan. Setiap jenis
ikan memerlukan kisaran kesadahan (GH) tertentu untuk hidupnya. Pada
umumnya, hampir semua jenis ikan dan tanaman dapat beradaptasi dengan
kondisi GH lokal, namun tidak demikian halnya dengan proses pemijahan.
Pemijahan bisa gagal apabila dilakukan pada nilai GH yang tidak tepat.
Kesadahan karbonat atau KH merupakan besaran yang menunjukkan
kandungan ion bikarbonat (HCO3-) dan karbonat (CO3) di dalam air. KH sering
disebut sebagai alkalinitas yaitu suatu ekspresi dari kemampuan air untuk
mengikat kemasaman (ion-ion yang mampu mengikat H+).
Oleh karena itu, dalam sistem air tawar, istilah kesadahan karbonat,
pengikat kemasaman, kapasitas pem-bufferan asam, dan alkalinitas sering
digunakan untuk menunjukkan hal yang sama. Dalam hubungannya dengan
kemampuan air mengikat kemasaman, KH berperan sebagai agen pem-bufferan yang berfungsi untuk menjaga kestabilan pH. KH pada umumnya sering

dinyatakan sebagai derajat kekerasan dan diekspresikan dalam CaCO 3 seperti


halnya GH.
Mineral yang merupakan sumber primer ion kalsium dalam air diantara
mineral-mineral yang berperan adalah gips, CaSO 4.2H2O; anhidratnya, CaSO4;
dolomite, CaMg (CO3)2; kalsit dan argonite yang merupakan modifikasi yang
berbeda dari CaCO3. Air yang mengandung karbon dioksida mudah melarutkan
kalsium dari mineral-mineral karbonat.
CaCO3(s) + CO2(g) + H2O(l) Ca2+(aq) + 2HCO3-(aq)
Reaksi sebaliknya berlangsung bila CO2 hilang dari perairan.
karbondioksida yang masuk keperairan melalui keseimbangan dengan atmosfer
tidak cukup besar konsentrasinya untuk melarutkan kalsium dalam perairan
alami, terutama air tanah. Pernafasan mikroorganisma, penghancur bahan
organik dalam air, dan sediment berperan sangat besar terhadap kadar CO 2-dan
HCO3- dalam air. Hal ini merupakan faktor penting dalam proses kimia perairan
dan geokimia.

Titrasi kompleksometri adalah salah satu metode kuantitatif dengan


memanfaatkan reaksi kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya, yang umum
di indonesia EDTA (disodium ethylendiamintetraasetat/tritiplex/ komplekson, dll).
Kestabilan termodinamik (dari) suatu spesi merupakan ukuran sejauh mana spesi ini
akan terbentuk dari spesi-spesi lain pada kondisi-kondisi tertentu, jika sistem itu
dibiarkan mencapai keseimbanagan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan kompleks, yaitu :
a

Kemampuan mengkompleks logam-logam. Kemampuan mengkompleks relatif


(dari) logam-logam digambarkan dengan baik menurut klarifikasi Schwarzenbach,
yang dalam garis besarnya didasarkan atas pembagian logam menjadi asam Lewis

(penerima pasangan elektron) kelas A dan kelas B.


b Ciri-ciri khas ligan itu. Di antara ciri-ciri khas ligan yang umum diakui sebagai
mempengaruhi kestabilan kompleks dalam mana ligan itu terlibat, adalah :
1 kekuatan basa dari ligan itu.

2 sifat-sifat penyepitan (jika ada), dan


3 efek-efek sterik (ruang).
c Keinertan atau kelabilan kinetik dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi pengamatan
umum berikut ini merupakan pedoman yang baik akan perilaku komplekskompleks dari berbagai unsur, yaitu diantaranya :
1 Unsur grup utama, biasanya membentuk kompleks-kompleks labil.
2 Dengan kekecualian Cr(III) dan Co(III), kebanyakan unsur transisi baris3

pertama, membentuk kompleks-kompleks labil.


Unsur transisi baris kedua dan baris ketiga, cenderung membentuk kompleks-

kompleks inert.
Suatu reaksi kompleks dapat dipakai dalam penitaran apabila: Kompleks cukup
memberikan perbedaan pH yang cukup besar pada daerah titik setara. Beberapa jenis
senyawa Kompleks Ada 2 jenis ligan dilihat dari jumlah atom donor di dalamnya : 1.
Ligan monodentat : terdapat 1 atom di dalamnya 2. Ligan polidentat : terdapat lebih
dari 1 atom donor di dalamnya.
Jenis-jenis titrasi EDTA, yaitu :
1

Titrasi langsung

Titrasi balik

Titrasi penggantian atautitrasi substitusi

Titrasi alkalimetri

Macam-macam metode Kurva pada titrasi EDTA dibuat dengan memplot pM


(logaritma negatif dari konsentrasi ion logam bebas : pM = - log[M n + ]) pada
sumbu y dan volume larutan EDTA yang ditambahkan pada sumbu x. Kesalahan
titrasi kompleksometri tergantung pada cara yang dipakai untuk mengetahui titik
akhir. Pada prinsipnya ada dua cara, yaitu kelebihan titran yang pertama
ditunjukkam atau berkurangnya konsentrasi komponen tertentu sampai batas yang
ditentukan, dideteksi. 1. Kesalahan titrasi dihitung dengan cara yang sama pada
titrasi pengendapan. 2. Digunakan senyawa yang membentuk senyawa kompleks
yang berwarna tajam dengan logam yang ditetapkan.
Warna ini hilang atau berubah sewaktu logam telah diikat menjadi kompleks

yang lebih stabil. Misalnya EDTA. Titrasi Kompleksometri Banyak ion logam dapat
ditentukan dengan titrasi menggunakan suatu pereaksi (sebagai titran) yang dapat
membentuk kompleks dengan logam tersebut. Salah satu senyawa komplek yang biasa

digunakan sebagai penitrasi dan larutan standar adalah ethylene diamine tetra acetic
acid (EDTA ). EDTA merupakan asam lemah dengan empat proton. Bentuk asam dari
EDTA dituliskan sebagai H4Y dan reaksi netralisasinya.
Sebagai penitrasi/pengomplek logam, biasanya yang digunakan yaitu garam
Na2EDTA (Na2H2Y), karena EDTA dalam bentuk H4Y dan NaH3Y tidak larut dalam
air. EDTA dapat mengomplekkan hampir semua ion logam dengan perbandingan mol
1 : 1 berapapun bilangan oksidasi logam tersebut. Kestabilan senyawa komplek
dengan EDTA, berbeda antara satu logam dengan logam yang lain. Reaksi
pembentukan komplek logam (M) dengan EDTA (Y) adalah : M + Y MY
Konstanta pembentukan/kestabilan senyawa komplek.
Besarnya harga konstante pembentukan komplek menyatakan tingkat
kestabilan suatu senyawa komplek. Makin besar harga konstante pembentukan
senyawa komplek, maka senyawa komplek tersebut makin stabil dan sebaliknya makin
kecil harga konstante kestabilan senyawa komplek, maka senyawa komplek tersebut
makin tidak (kurang) stabil. Harga konstante kestabilan komplek logam dengan EDTA
(KMY) (Fritz dan Schenk, 1979). Karena selama titrasi terjadi reaksi pelepasan ion H +
maka larutan yang akan dititrasi perlu ditambah larutan bufer. Untuk menentukan titik
akhir titrasi ini digunakan indikator, diantaranya Calmagite, Arsenazo, Eriochrome
Black T (EBT). Sebagai contoh titrasi antara Mg 2+ dengan EDTA sebagai penitrasi,
menggunakan indikator calmagite. Reaksi antara ion Mg 2+ dengan EDTA tanpa adanya
penambahan indikator adalah : Mg2+ + H2Y2- MgY 2- + 2H+
Jika sebelum titrasi ditambahkan indikator maka indikator akan membentuk
kompleks dengan Mg2+ (berwarna merah) kemudian Mg2+ pada komplek akan bereaksi
dengan EDTA yang ditambahkan. Jika semua Mg 2+ sudah bereaksi dengan EDTA
maka warna merah akan hilang selanjutnya kelebihan sedikit EDTA akan
menyebabkan terjadinya titik akhir titrasi yaitu terbentuknya warna biru.

Anda mungkin juga menyukai