PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketergantungan makhluk hidup akan air, merupakan alasan bahwa
sumberdaya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan, baik generasi sekarang maupun yang akan datang.
Selain kuantitas, kualitas air juga sangat penting, yang mencakup aspek fisik,
kimia dan biologi.
Praktikum
ini
bertujuan
untuk
menentukan
kadar
alkalinitas
Phenolphthalein dan alkalinitas total dalam sampel air sumur gali daerah
LPPU, Tembalang.
C. Manfaat Praktikum
1. Mahasiswa mampu mengetahui kadar alkalinitas phenolphthalein dan
alkalinitas total dalam sampel air sumur gali daerah LPPU, Tembalang.
2. Mahasiswa mampu menganalisis kualitas air sumur gali daerah LPPU,
Tembalang.
3. Mahasiswa mampu membandingkan air sumur gali daerah LPPU,
Tembalang dengan baku mutu yang sesuai (PP No.82 Tahun 2001;
Permenkes No. 492 Tahun 2010).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Alkalinitas
Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam
atau kuantitas anion air yang dapat menetralkan kation hidrogen serta
sebagai kapasitas penyangga terhadap perubahan pH perairan. Secara
khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan
kapasitas menyangga dari ion bikarbonat, dan sampai tahap terlentu
terhadap ion karbonat dan hidroksida dalam air. Semakin tinggi alkalinitas
maka kemampuan air untuk menyangga lebih tinggi sehingga fluktuasi pH
perairan semakin rendah. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm
(mg/l) kalsium karbonat.10
Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan
yang mampu menetralisir keasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas
sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pembuffferan
dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida
dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion
hidrogen sehingga menurunkan keasaman dan menaikkan pH. Alkalinitas
biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO 3). Air
dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai
alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut
sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan
yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20
ppm.2
Alkalinitas merupakan gambaran dari kapasitas air untuk menetralkan
asam atau yang lebih kenal dengan nama ANC (Acid Neutralizing Capacity).
Selain itu, alkalinitas juga didefinisikan sebagai kapasitas penyangga (buffer
capacity) yang menetralkan perubahan pH perairan yang sering terjadi.1
B. Peraturan yang Berkaitan dengan Alkalinitas
Nilai alkalinitas berkisar antara 30-500 mg/l. Nilai alkalinitas di perairan
berkisar antara 5 hingga ratusan mg/l. Nilai alkalinitas yang alami pada
perairan adalah 400 mg/l. Perairan dengan nilai >40 mg/l disebut sadah,
sedangkan perairan dengan nilai <40 mg/l disebut lunak.1
Standar baku konsentrasi alkalinitas pada air baku menurut PP no 82
tahun 2001 yaitu 500 mg/lt. Alkaliniti diperlukan pada konsentrasi tertentu,
kalau kadar alkaliniti terlalu tinggi (dibandingkan dengan Ca+2 dan Mg+2 yaitu
kadar kesadahan) air menjadi agresif dan menyebabkan karat pada pipa;
sebaliknya alkaliniti yang rendah dan tidak seimbang dengan kesadahan
dapat menyebabkan kerak CaCO3 pada dinding pipa yang dapat
memperkecil penampang basah pipa. Antara kesadahan, alkalinitas, dan pH
saling berhubungan. Jika, alkalinitas tinggi maka kesadahan dan pHnya juga
tinggi, dan menandakan air di perairan tersebut bersifat basa. 13
Perairan dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai
oleh organisme akuatik karena biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang
tinggi atau kadar garam natrium yang tinggi. Berikut tabel kualitas air
berdasarkan alkalinitas : 14
Tabel 3.1 Kualitas air berdasarkan alkalinitas
Alkalinitas
Kondisi perairan
(mg/l)
0 10
10 50
50 200
>500
sedang
Stabil, produktivitas rendah, ikan terancam
yakni
pada
daerah
hulu/sumber
alamiah,
daerah
dengan
air
sampel
saat
pengambilan
sampel.
Hal
ini
A. Waktu Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada hari Selasa,5 Mei 2015 pukul 13.00 WIB
s/d selesai.
B. Tempat Praktikum
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro Gedung D Lantai 3.
C. Alat
1. Erlenmeyer
2. Buret
3. Pipet tetes
4. Gelas Ukur
5. Corong
6. Statif/Penyangga
D. Bahan
1. Asam sulfat 0,02 N
2. Indikator Metil Orange
3. Indikator Phenolphtalein
4. Aquadest
5. Sampel air sumur gali daerah LPPU, Tembalang
E. Sampling
Pengambilan air dilakukan di sumur gali Daerah LPPU, Tembalang
melalui kran air. Dan diwadahi menggunakan botol bekas 1,5 liter yang telah
dicuci sebelumnya dengan air sumur tersebut. Kemudian botol tersebut diisi
dengan penuh lalu ditutup cepat guna menghindari kontak langsung dengan
udara. Pengambilan dilakukan 3 jam sebelum praktikum dimulai yaitu pukul
10.00 WIB
F. Skema Kerja
1. Alkalinitas Phenolphtalein
Sampel yang telah ditetesi 3 tetes Phenolphtalein, ditambahkan 3 tetes indikator Metil Orange
Dititrasi menggunakan H2SO4 0,02 N dengan buret hingga terjadi perubahan warna menjadi jingga
7
G. Rumus Perhitungan
1. Alkalinitas Phenolphtalein
Alkalinitas=
AxB
x 1000 x 50,4
C
Keterangan :
A
= ml H2SO4
B
= Normalitas H2SO4
C
= ml sampel
50,4 = berat molekul/2 dari CaCO3
2. Alkalinitas Total
Alkalinitas total=
A+ D
x B x 1000 x 50,4
C
Keterangan :
A
= ml H2SO4
= Normalitas H2SO4
= ml sampel
50,4
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Alkalinitas=
AxB
x 1000 x 50,4
C
Keterangan :
A
= ml H2SO4
B
= Normalitas H2SO4
C
= ml sampel
50,4 = berat molekul/2 dari CaCO3
Perhitungan :
Alkalinitas=
0 x 0,02
x 1000 x 50,4
100
= 0 mg/L
Nilai Alkalinitas PP = 0
Gambar 3.1 Sampel Air ditetesi indikator PP (tidak terjadi perubahan warna)
2. Alkalinitas Total
Setelah ditambahkan 10 tetes Metil Orange pada sampel air yang
mengandung larutan PP terlihat sampel berubah menjadi orange,
kemudian setelah dititrasi dengan 0,02 N H2SO4 mengalami perubahan
warna menjadi berwarna merah sebanyak 10,6 ml
Alkalinitas total=
A+ D
x B x 1000 x 50,4
C
10
Keterangan :
A
= ml H2SO4
= Normalitas H2SO4
= ml sampel
50,4
Perhitungan :
Alkalinitas total=
0+ 0
x 0,02 x 1000 x 50,4
100
= 0 mg/L
Perubahan warna tidak sesuai dengan teori, jadi untuk nilai Alkalinitas
Total = 0
Gambar 3.2 Sampel yang ditetesi MO di titrasi 0,02 N H2SO4 (menjadi merah)
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan pengujian alkalinitas dengan
menggunakan sampel yang berasal dari sumur artesis. Pengujian alkalinitas
kali ini untuk mengetahui alkalinitas phenolphthalein dan alkalinitas total
dengan menggunakan indikator Phenolphthalein (PP) dan Methyl Orange
(MO).
Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam,
atau kuantitas anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen.
Penyusun alkalinitas perairan adalah anion bikarbonat (HCO3-), karbonat
(CO32-), dan hidroksida (OH-). Borat (H2BO3-), silikat (HSiO3-), posfat (HPO42dan H2PO4-), sulfida (HS-), dan ammonia (NH3) juga memberikan kontribusi
terhadap alkalinitas. Namun, pembentuk alkalinitas yang utama adalah
bikarbonat, karbonat, dan hidroksida. Diantara ketiga ion tersebut, bikarbonat
paling banyak terdapat pada perairan alami. 1
Alkalinitas ditetapkan melalui titrasi asam basa. Asam kuat seperti
asam sulfat dan asam klorida (H2SO4 dan HCl) menetralkan zat zat
alkalinitas yang merupakan zat basa sampai titik akhir titrasi kira kira pada
pH 8,3 dan pH 4,5.Titik akhir ini dapat di tentukan oleh 1 :
11
larutan
tersebut
terdapat
karbonat
atau
bikarbonat
atau
12
Gambar 3.5. Kurva miliiter titran yang dibutuhkan dalam titrasi penentuan
alkalinitas karbonat dan alkalinitas total 5
Pada persamaan reaksi 1 semua ion OH- telah mengalami konversi
secara sempurna. Pada persamaan reaksi 2, setiap ion karbonat bereaksi
dengan satu ion hydrogen untuk menghasilkan ion bikarbonat. Jika hampir
semua ion karbonat telah di konversi maka penambahan asam ke dalam
13
masih
merupakan
ion
penyusun
alkalinitas.
Jadi
14
Kondisi perairan
Tidak dapat dimanfaatkan
Alkalinitas rendah, kematian mungkin
10-200
>500
Stabil,
terancam
(Sumber : Effendi,2003)
Sehingga didapatkan hasil bahwa pada sampel air yang digunakan
dalam pengujian alkanitas PP dan alkalinitas total dengan menggunakan
15
sampel air sumur artesis memiliki kadar alkali yang rendah sehingga tidak
dapat dihitung kadar yang terkandung di dalamnya.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kesalahan
dalam
praktikum
alkalinitas diantaranya :
a. Waktu dan cara pengambilan sampel serta titrasi
Praktikan mengambil sampel saat siang hari dimana ketika siang
hari sudah berlangsung proses fotosintesis yang dapat mempengaruhi
penurunan kadar pH pada sumur artesis. CO2 akan mempengaruhi
alkalinitas suatu sampel yang terbuka terhadap udara. CO 32-/HCO3-/CO2
yang terlarut dalam sampel akan mencari keseimbangan baru, akibat
CO2 udara yang masuk atau CO2 larutan yang keluar lewat permukaan
tersebut, namun efek perubahan baru tampak setelah setengah jam.
Setiap kegiatan yang bisa memperluas permukaan air, seperti kocokan,
adukan, penyaringan juga dapat mempercepat perubahan tersebut,
sehingga titrasi harus selesai dalam waktu singkat ( 5 menit). Saat
penyimpanan sampel seharusnya pada suhu rendah yaitu antara 1-5 0C
dan ini tidak dilakukan oleh praktikan.7
b. Wadah yang digunakan untuk mengambil sampel
Wadah untuk menampung sampel tidak dihomogenkan terlebih
dahulu dengan air sampel saat pengambilan sampel di Sungai
Kaligarang. Hal ini memungkinkan bahan-bahan yang sebelumnya
memang sudah ada pada wadah yang digunakan bergabung dengan
sampel. Padahal seharusnya, tidak ada bahan-bahan lain yang
terkandung dalam air sampel selain yang berasal dari air sungai
tersebut.7
Faktor yang menyebabkan hasil pengujian alkalinitas 0
Tidak terjadinya perubahan warna pada alkalinitas Phenolphthalein dan
alkalinitas total dapat disebabkan karena bahan-bahan metal yang
terkandung di dalam air terlalu kecil dan tidak menyebabkan air tersebut
bersifat asam. Tinggi rendahnya suatu perubahan alkalinitas ditentukan oleh
adanya faktor intensitas yaitu cahaya dan suhu.
16
air
kehilangan
kemampuan
17
menyangga
perubahan
masih
banyak
parameter
kualitas
air
yang
mempengaruhi
A. KESIMPULAN
1. Dari hasil praktikum alkalinitas dengan Air Sumur gali daerah LPPU,
Tembalang, didapat nilai alkalinitas Phenolphtalein = 0 dan alkalinitas total
= 0.
2. Hasil alkalinitas Phenolphtalein ditunjukan berdasarkan keadaan air
sampel setelah ditetesi dengan indikator PP tidak menunjukan adanya
perubahan warna menjadi warna merah muda. Hal ini menunjukan bahwa
larutan uji tidak ada alkalinitas karbonat (Phenolphtalein). Sedangkan
hasil alkalinitas total ditunjukan berdasarkan keadaan air sampel setelah
ditetesi indikator MO dan dititrasi dengan H2SO4 menunjukan tidak terjadi
perubahan warna menjadi jingga pucat. Jadi tidak dilakukan perhitungan,
dan alkalinitas totalnya = 0.
3. Standar baku konsentrasi alkalinitas pada air baku menurut PP no 82
tahun 2001 yaitu 500 mg/lt. Dapat dilihat bahwa sampel Air Sumur gali
daerah LPPU, Tembalang masih berada di bawah batas maksimal baku
mutu.
B. SARAN
18
menjaga
kebersihan
laboratorium
sebelum
dan
sesudah
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
1. Effendi, I. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya
Lingkungan Perairan. Yogyakarta : Kanisius.
2. Day, R. A. and A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi
Keenam. Jakarta. Penerbit Erlangga. Hal 394, 396-404
3. Cole, G. A. 1988. Textbook of Limnologi. Third Edition. Waverland Press
Inc, New York ISA.
4. Sawyer, C. N.,and McCarty, P. L. 1978. Chemistry for Environment a
l Engineering, Edisi ke-3. Tokyo : McGraw-Hill Kogakusha
5. Peavy, Howard S et.al. 1985. Environmental Engineering. McGraw-Hill.
Singapura.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pencemaran Air.
7. Rekayasa Air dan Limbah Cair
(http://www.ftsl.itb.ac.id/kk/rekayasa_air_dan_limbah_cair/wpcontent/uplo
ads/2010/11/.pdf) diakses tanggal 7 April 2014
8. Kemampuan Alkalinitas Kapasitas Penyanggan (Buffer Capacity) Dalam
Sistem Anaerobik Fixed Bed. (http://www.bppt.go.id) diakses tanggal 7
April 2014
9. Kordi, K.M.G.H., dan A.B. Tancun. Pengelolaan kualitas air dalam
budidaya perairan. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. 2007.
19
(online)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13855/1/09E00361.pdf
diakses pada 10 April 2014.
15. Hadi, Anwar. 2005. Prinsip
Pengelolaan
Pengambilan
Sampel
Kabupaten
20