Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN

MODUL II

WARNA

Kelompok 6

Hafsha Athira Radam 1706986201

Valdo Lohanda Setiawan 1706042541

Vira Azzahra Rizqi 1706042610

Tanggal Praktikum : Rabu, 24 April 2019

Asisten Praktikum : Pebriano Saka

Tanggal Disetujui :

Nilai :

LABORATORIUM KIMIA LINGKUNGAN


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2019
1

LAPORAN PRAKTIKUM
MODUL II

1. TUJUAN

Menentukan warna air secara visual Commented [u1]: Menentukan warna secara visual,
menentukan kekeurhan dari sampel air outlet danau ulin, membuat
deret konsentrasi warna vs abs nya
2. DASAR TEORI

A. Definisi Warna

Pada dasarnya air tidak memiliki warna atau berwarna bening.


Akan tetapi ada beberapa air yang dapat dilihat atau tidak dengan kasat
mata memiliki warna yang menyebabkan air tersebut tidak layak untuk
dikonsumsi. Warna air merupakan sifat fisika air akibat adanya zat dan
molekul dalam air. Warna dalam air menunjukan adanya kandungan
organik seperti humus, sulfat, besi, mangan dan zat warna akibat kegiatan
manusia seperti pewarna tekstil dan industri kertas. Selain itu dapat
disebabkan oleh adanya mikroorganisme seperti alga dan humus, plankton
serta tanaman air. Adanya warna dalam air dapat menghambat masuknya
cahaya matahari ke dalam air sehingga mempengaruhi kehidupan
ekosistem di dalam air tersebut. Kandungan besi pada air akan
menyebabkan warna merah dan kandungan mangan dalam air akan
menyebabkan warna kecoklatan atau kehitaman. Warna juga dapat
disebabkan oleh adanya bahan organik pada air seperti kalsium karbonat
yang memberikan warna hijau dan besi oksida yang memberikan warna
merah. Air yang berwarna dan tercemar biasanya mendandung partikel
padatan seperti padatn terendap (sedimentasi), padatan tersuspensi dan
koloid, padatan terlarut yang tidak dapat diamati oleh mata serta minyak
dan lemak. Warna memiliki panjang gelombang masing-masing sehingga
kemampuan cahaya untuk masuk ke dalam air sesuai dengan besarnya
panjang gelombang warna dalam air tersebut. Semakin kecil panjang
gelombang warna maka akan semakin mudah cahaya matahari menembus
masuk ke dalam air sedangkan semakin kecil panjang gelombang warna

Universitas Indonesia
2

maka akan semakin sulit cahaya matahari menembus masuk ke dalam air.
Jika matahari sulit masuk ke dalam air akan menghambat fotosintesis
tumbuhan pada air tersebut dan menyebabkan matinya tanaman. Warna
dalam air dinyatakan dalam satuan Color Unit (C.U) dari 1 – 500 C.U Commented [u2]: Sumbernya yaa

B. Klasifikasi Warna

Warna dapat dibagi menjadi dua berdasarkan penyebab warnanya, yaitu :

1. Warna Semu

Warna semu atau Apparent color merupakan warna yang


disebabkan oleh zat atau partikel penyebab kekeruhan seperti tanah
dan pasir yang berbentuk koloid dan lebih mudah dihilangkan,
suspensi halus ion besi dan mangan yang menyebabkan warna merah
dan hitam, mikroorganisme seperti alga dan lumut yang memberikan
warna hijau pada air, dan zat warna dari kegiatan manusia yaitu
industri tekstil dan pabrik kertas yang membuang warna langsung ke
perairan (Pararaja, 2008). Warna ini akan mengalami perubahan jika
didiamkan beberapa lama karena zat yang tersuspensi akan mengendap
di bagian dasar. Selain itu, air dengan warna semu juga dapat disaring
untuk mengurangi kadar penyebabnya. Semakin besar kekeruhan pada
air maka warna semu ini akan terus meningkat.

2. Warna Sejati

Warna sejati atau Tuer Color merupakan warna yang berasal dari
penguraian zat organik seperti zat humus yaitu asam sulfat dan asal
fulvat dan lignin. Warna sejati ini sangat susah untuk dihilangkan
terlebih jika konsentrasi zat organik dan lignin sangat tinggi sehjngga
perlu dilakukan pengolahan dengan kondisi operasional yang khusus
untuk menghilangkan warna semu. (Darmayanto, 2009). Menurut
Pararaja (2008) karakteristik warna sejati yaitu :
 Air berwarna kuning terang sampai coklat merah
 Air relatif jernih

Universitas Indonesia
3

 pH air relatif rendah, di bawah 6 (biasanya 3-5) sehingga tidak


mengadung alkalinitas
Selain itu, menurut Darmayanto (2009) terdapat sifat zat humus yang
penting dalam pengolahan air sebagai berikut:
 berat molekul 800-50.000
 Jika ukuran partikel 90% kurang dari 10 nm maka partikel
tersebut koloid
 Partikel warna terdiri dari zat humus yang secara dominan
berukuran negatif
Warna sejati tidak akan mengalami perubahan warna jika
didiamkan selama beberapa jam dan tidak akan hilang walaupun
melewati alat penyaringan dan sentrifugasi.

C. Faktor yang Mempengaruhi Warna

Warna dalam air berupa warna semu disebabkan oleh beberapa


sumber yang telah disebutkan diatas. Secara singkat, air berwarna
disebabkan oleh adanya zat organik, bahan perwarna, humus, lignin, ion
seperti besi dan mangan, plankton dan mikroorganisme serta tanaman air.
Kandungan besi dalam air akan menyebabkan warna kemerahan
sedangkan kandungan mangan dapat menyebabkan warna kecoklatan
hingga kehitaman. Menurut Peavy (1986) kadar besi sebanyak 0,3 mg.l
dan mangan 0,05 mg/l sudah dapat menimbulkan warna pada air. Selain
itu, kalsium karbonat juga dapat menyebabkan warna kehijauan pada air.
Adanya tanin, asam humus dan lignin dari penguraian tanaman yang sudah
mati juga menyebabkan adanya warna kecoklatan. Keberadaan plankton
baik fitoplankton maupun zooplankton dapat menimbulkan warna pada air
yaitu:

a. Warna hijau yang disebabkan oleh Dunaleilla, Chlorella,


Chaetomorpha dan Enteromorpha.
b. Warna hijau tua yang disebabkan oleh Mycrocystis, Spirulina,
Oscillatoria dan Phormidium yang termasuk ke blue green algae.
c. Hijau kecoklatan yang disebabkan oleh Bacillariophyta.

Universitas Indonesia
4

d. Coklat kemerahan oleh Peridinium dan Schizothriz calciolla.


Menurut Sawyer et all, 1978 terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
warna dalam air, diantaranya :
a. Warna merah dan coklat
Warna merah dan coklat atau berkarat menunjukan adanya besi dan
mangan yang dapat dilihat dengan adanya noda kuning di wastafel dan
cucian baju.
b. Warna kuning
Warna ini berasal dari tanah rawa dan gambut. Sering ditemukan pada
air permukaan dan sumur dangkal serta tidak berbahaya bagi kesehatan
karena hanya suspensi kecil yang tersapat di dalamnya,
c. Warna Biru dan Hijau
Berasal dari tembaga dan korosi pada perpipaan air yang menyebabkan
noda pada pakaian. Lebih banyak ada pada air tanah dan air sumur.
d. Putih awan atau busa
Air berwarna putih awan atau putih busa disebabkan oleh adanya
kekeruhan. Kekeruhan ini disebabkan oleh adanya partikel halus di
dalam air dari zat organik maupun anorganik
e. Hitam atau coklat tua
Warna hitam atau coklat tua pada air disebabkan oleh adanya mangan
dalam air atau pipa.
f. Warna coklat, merah, oranye, kuning
Keempat warna tersebut dapat juga disebabkan oleh adanya karat besi
dan baja pada pipa.

D. Parameter Warna dalam Pemeriksaan Air

Pada dasarnya, warna yang baik untuk digunakan tidak memiliki


warna sehingga adanya warna dalam air mengindikasikan adanya zat
organik dan anorganik, alga dan lumut, humus serta penyebab lainnya.
Adanya warna dalam air tentu mengurangi nilai estetika yang ada pada air
tersebut sehingga orang enggan untuk meminumnya. Hal tersebut
menjadikan air berwarna perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut untuk

Universitas Indonesia
5

mengurangi dan menghilangkan kadar warna nya. Walaupun demikian


adanya warna dalam air bukan berarti air tersebut tidak boleh digunakan
dalam kehidupan sehari-hari seperti mandi dan mencuci karena dalam
PerMenKes nomor 32 tahun 2017 air bersih boleh mengandung warna
maksimum 50 TCU. Selain itu, air yang diminum juga diperbolehkan
memiliki warna dengan batas maksimum 15 TCU berdasarkan PerMenKes
nomor 492 tahun 2010.

Warna dalam air erat kaitannya dengan kekeruhan. Semakin tinggi


tingkat kekeruhan air maka air semakin berwarna. Akan tetapi, kekeruhan
ini juga dapat disebabkan oleh materi tersuspensi dan terlarut yang mana
materi tersuspensi dapat membentuk endapan di bagian dasar air. Materi
tersuspensi dalam air ini juga dapat disaring untuk menghilangkannya
berbeda dengan zat terlarut yang tidak akan hilang dengan penyaringan
saja. Parameter warna air dapat menjadi indikator pencemaran pada air
tersebut karena langsung terlihat oleh mata dan untuk mengetahui
kandungan yang terdapat dalam air. Air yang mengandung warna lebih
besar dari 50 TCU dianggap tidak layak untuk digunakan karena dapat
menyebabkan masalah kesehatan kulit dan memberikan noda warna
sedangkan untuk warna air minum tidak boleh melebihi 15 TCU karena
akan menyebabkan masalah pada pencernaan.

E. Metode Pengukuran Warna

a. Metode Larutan Standar


Metode ini menggunakan larutan Potassium kloplatina (K2PtCl6)
yang memiliki warna yang sama dengan warna alami air yaitu kuning
kecoklatan. Pada metode ini dilakukan pengenceran dengan air suling
untuk memberikan variasi kepekatan dari kobalt klorida.
Warna pada 1 mg/l platina dalam K2PtCl6 dinyatakan sebagai unit
standar warna. Prosedur dalam metode ini menggunakan larutan
K2PtCl6 dengan 500 mg/l platina di dalamnya. Setelah itu, terdapat
deret warna yang bersal dari pengenceran larutan induk dengan air
suling kemudian dimasukkan ke dalam tabung nessler dan diurutkan

Universitas Indonesia
6

berdasarkan kepekatannya. Sampel dengan warna dibawah 70 unit


satuan warna diuji dengan dibandingkan dengan larutan induk
K2PtCl6 sedangkan sampel dengan warna diatas 70 unit satuan warna
diencerkan kembali dengan air suling sampai konsentrasi warnanya di
bawah 70 agar berada pada rentang standar. Perhitungan dilakukan
dengan faktor koreksi dari pengenceran.
b. Metode Spektrofotometri
Metode ini digunakan dalam air limbah yang memiliki kadar warna
yang tinggi yang tidak bisa dengan hanya dibandingkan dengan uji
standar saja. Biasanya metode ini dilakukan untuk warna yang
memiliki kepekatan cukup tinggi sehingga perlu dilakuka pengenceran
dengan air suling agar warna berada pada rentang standar. Metode
spektrofotometri ini menggunakan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 400 sampai 700 nm. Selain itu terdapat prosedur lainnya
menggunakan filter fotometer dan 3 filter warna sebagai pembanding
pada karakteristik warna di spektrofotometer. Metode ini dilakukan
untuk evaluasi kinerja pengujian pengurangan dan penghilangan warna
air, menentukan sumber warna air serta pengawasan warna air pada
proses pengolahan air.
c. Metode Kolorimetri
Metode ini merupakan teknik pengukuran berdasarkan diabsorbsi
cahaya oleh zat berwarna baik dari zat tersebut maupun akibat reaksi
dengan zat lain (Khopkar, 1990). Menurut khopkar (1990) dalam
kolometri visual, cahaya putih alami ataupun buatan umumnya
digunakan sebagai sumber cahaya. Penetapannya biasa dilakukan
dengan suatu instrumen sederhana yang disebut pembanding warna
dan perbedaanya dapat dilihat dengan mata. Metode ini didasarkan
pada penyerapan cahaya dan radiasi oleh larutan. Metode kolometri
dapat dibagi menjadi 4 macam yaitu metode standar seri, metode
kesetimbangan, metode pengenceran, dan metode standar sintetis.

d. Methods Employing Propietary Devices

Universitas Indonesia
7

Metode ini merupakan metode yang menggunakan piringan kaca


dengan warna yang sama dengan warna larutan standar. Metode ini
cocok digunakan jika pemeriksaan warna tidak dilakukan di
laboratorium tetapi langsung di lapangan sehingga untuk memakai
larutan standar sangat sulit. Metode ini praktis digunakan tetapi rentan
untuk terjadi kesalahan karena piringan yang digunakan bisa saja tidak
steril. Kemungkinan terdapat debu dan sidik jari yang mempengaruhi
warna dari piringan kaca tersebut.

F. Dampak Warna pada Kualitas Air

Warna pada air berasal dari berbagai faktor yang dapat dibagi menjadi
warna semuy dan warna sejati. Semakin tinggi tingkat penyebab warna
maka warna akan semakin pekat. Hal ini menandakan semakikn tinggi
kekeruhan menyebabkan warna air semakin keruh. Warna dalam air yang
disebabkan oleh partikel dan ion-ion tentu saja berdampak bagi manusia
yang menggunakan atau mengonsumsinya. Sebagai contoh, air berwarna
kuning dan coklat akibat oksida ion besi dan mangan dapat menyebabkan
warna kuning dan coklat pada wastafel dan pakaian jika air tersebut
digunakan untuk mencuci. Selain itu, jika konsentrasi warna melebihi baku
mutu yang diperbolehkan dapat menyebabkan penyakit saluran pencernaan
pada manusia seperti diare dan sembelit. Hal ini tentu berkaitan dengan
penyebab warna itu sendiri. Semakin besar konsenrasi warna diatas baku
mutu berdasarkan PerMenKes nomor 492 tahun 2010 dan PerMenKes
nomor 32 tahun 2017 maka kualitas air semakin tidak layak digunakan.
Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan proses untuk mengurangi dan
menghilangkan konsentrasi warna yang berlebih pada air agar air tersebut
layak untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, keruh dan
warna pada air membuat orang enggan untuk meminumnya sehingga
mengurangi nilai estetika dan nilai manfaat dari air tersebut.

G. Standar Baku Mutu Warna di Indonesia

Universitas Indonesia
8

Air minum yang baik dikonsumsi harus memiliki warna yang telah diatur
pada PerMenKes nomor 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum.
Tabel 1. Parameter Warna pada Air Minum

Parameter Fisik Satuan Kadar Maksimum

Warna TCU 15

Sumber: PerMenKes nomor 492 Tahun 2010


Sedangkan untuk air bersih yang boleh digunakan untuk mandi dan
berenang diatur dalam PerMenKes nomor 32 Tahun 2017 tentang
Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiens Sanitasi, Kolam
Renang, Solus per Aqua, dan Pemandian Umum.

Tabel 2. Parameter Warna pada Air Bersih


Parameter Wajib Satuan Kadar Maksimum

Warna TCU 50

Sumber : PerMenKes nomor 32 Tahun 2017

H. Aplikasi Pemeriksaan Warna dalam Bidang Teknik Lingkungan

Pemeriksaan warna pada air sangat dibutuhkan dalam proses


penyediaan air bersih yang akan dikonsumsi oleh manusia. Air harus
diperiksa terlebih dahulu konsentrasi warna nya sehingga jika didapatkan
konsentari lebih besar dari baku mutu, warna tersebut harus dikurangi
dengan beberapa proses dan bahan kimia. Pemeriksaan warna ini
dilakukan untuk menentukan bahan kimia yang akan digunakan beserta
jumlahnya agar proses penyediaan air bersih berjalan dengan efisien.
Penambahan bahan kimia yang sesuai tentu saja dapat menurunkan
konsentrasi warna dalam air dengan efisien dan efektif. Selain itu,
pemeriksaan warna juga digunakan untuk memastikan air layak untuk
dikonsumsi dan digunakan untuk masyarakat. Hal ini penting dilakukan

Universitas Indonesia
9

karena pemasok air harus memastikan air yang disalurkan merupakan air
yang sudah sesuai dengan baku mutu. Jika warna air keruh dan berwarna
tentu saja masyarakat enggan untuk mengonsumsinya karena diduga
terdapat zat organik yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Selain itu,
pemeriksaa air juga digunakan dalam industri karena industri
membutuhkan air tanpa kandungan warna di dalamnya. Hal ini
dikarenakan industri membutuhkan proses desinfeksi menggunakan klorin.
Jika proses desinfeksi dengan klorin ini menggunakan air dengan
konsentrasi warna yang tinggi maka akan menyebabkan pembetukan
trihalomethane. Trihalomethane merupakan senyawa kimia yang
mengandung zat karsinogen. Zat karsinogen ini dapat menyebabkan
kanker pada manusia. Dalam hal ini, industri membutuhkan air dengan
konsentrasi warna yang rendah. Commented [u3]: sumbernya

I. Cara Penghilangan Warna

Terdapat beberapa cara untuk menghilangkan warna, diantaranya :


a. Koagulasi dan flokuasi
Koagulasi adalah proses penyatuan dan penggumpalan partikel
koloid dengan menambahkan bahan kimia sehingga partikel koloid
tersebut akan mengendap ke dasar karena adanya gaya gravitasi. Proses
ini dapat dilakukan jika warna pada air merupakan warna semu yang
terdiri dari partikel koloid maupun partikel tersuspensi. Koagulasi ini
sangat baik digunakan dalam air yang keruh, sehingga jika dilakukan
dan didiamkan beberapa saat endapan penyebab kekeruhan akan turun
dan warna pada air akan berkurang. Proses ini dilakukan dengan
pengaturan pH pada air terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan
penambahan koagulan sesuai dengan jenis air limbah yang akan
dikurangi partikel koloid dan tersuspensinya. Koagulan lain yang
biasanya digunaka yaitu kapur, tawas dan kaporit yang tidak larut
dalam air sehingga dapat mengendap. Pada koagulasi, penambahan
kapur dapat menaikkan pH dan menaikkan kekeruhan yang dibutuhkan
pada proses flokulasi. Menurut Darmayanto (2009) flok yang

Universitas Indonesia
10

diproduksi dari air berwarna tinggi dengan menggunakan koagulan


garam besi atau alumunium, ternyata terlalu ringan untuk siap
diendapkan. Penambahan zat pemberat, yang mempunya spesific
gravity relatif besar, menghasilkan aksi pemberatan dan flok
mengendap dengan cepat.
b. Oksidasi
Penyebab warna juga berasal dari zat yang dapat mengalami
oksidasi. Jika zat yang bisa melakukan oksidasi diberikan oksidator
seperti hidrogen peroksida, O-Nascent dan hipoklorit maka warna akan
hilang. Warna pada air akan hilang karena zat yang dioksidasi tersebut
akan melepaskan elektron oleh molekul, atom dan ion dari zat tersebut.
Proses ini dapat membantu proses koagulasi dan flokulasi untuk
mengendapkan partikel koloid dan tersuspensi yang sudah
menggumpal. Proses ini cocok digunakan untuk limbah domestik,
limbah pabrik makanan dan minuman, limbah farmasi dan limah tekstil Commented [u4]: sumber

c. Absorpsi dengan Media


Metode ini biasanya digunakan pada IPAL yaitu untuk air limbah.
Media yang digunakan yaitu karbon aktif atau ferolit atau mangan.
Media karbon aktif ini dapat menyerap warna yang berasal dari zat
organik. Ferolit atau mangan digunakan untuk menyerap ion-ion logam
penyebab warna pada air seperti beri dan mangan. Menurut Cahyana
(2009) aturan adsorpsi pada jenis adsorben sebagai berikut :
1. Adsorpsi berlangsung sedikit terhdap semua senyawa organik,
kecuali senyawa halogen
2. Adsorpsi berlangsung baik terhadap semua senyawa berhalogen dan
senyawa alifatik
3. Adsorpsi berlangsung sangat baik terhadap semua senyawa
aromatik.
d. Bleaching
Metode ini dilakukan untuk menyerap warna air dengan bahan
kimia bleaching. Metode ini menggunakan bahan kimia kaporit dan
clorin. Metode ini baik digunakan untuk air yang memiliki konsentrasi

Universitas Indonesia
11

air tidak terlalu tinggi karena jika kandungan warna dalam air tinggi
akan menyebabkan timbulnya trihalomethane
e. Proses filtrasi
Warna yang diakibatkan dari partikel penyebab kekeruhan dapat
dihilangkan dengan cara disaring dengan alat penyaring atau filter yang
terdapat instalasi pengolahan air bersih. Air yang berasal dari air
permukaan kan diambil dengan bangunan penangkap air dan menuju ke
alat filtrasi yang dapat menyaring partikel dalam air. Metode ini
memiliki kekurangan yaitu hanya mengurangi penyebab warna yang
tersuspensi saja sedangkan yang terlarut harus tetap dilakukan
pengurangan dengan menambahkan bahan kimia. Commented [u5]: sumber

3. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

- Labu ukur 50 ml - Pipet ukuran 1 ml - Kuvet

- Batang pengaduk - pipet tetes - Spektrofotometer

- Beaker glass - Botol semprot - Kertas serap

2. Bahan

- Sampel air danau - Air teh

- Air kopi - Air beras

- Air susu

4. CARA KERJA

Menuangkan air kopi, susu, teh dan air Memasukkan air sampel outlet
beras ke dalam gelas ukur dan Danau Ulin ke dalam kuvet
didiamkan sampai praktikum selesai

Universitas Indonesia
12

Menentukan larutan warna sesuai deret Memasukkan kuvet ke dalam


spektrofotometer untuk mengukur
pt-co dan absorbansi

Memasukkan larutan warna congo red Mengencerkan larutan sampai 1 cm


sesuai deret warna ke labu ukur di bawah batas tera

Menghomogenkan larutan dengan Membersihkan leher labu ukur


mengocoknya dengan tisu

Menambahkan air suling sampai batas Memasukkan larutan warna ke


tera dalam kuvet

Universitas Indonesia
13

Memasukkan kuvet ke dalam


spektrofotometer untuk mengukur pt-
co dan absorbansi

5. DATA PENGAMATAN

Tabel 3. Data Pengamatan Uji Sifat Larutan


Sampel Mengendap/Tidak Jenis Warna
Air susu Tidak mengendap Sejati

Air Teh Tidak mengendap Sejati

Air Kopi Mengendap Semu

Air Beras Mengendap Semu

Sumber : Analisis Penulis, 2019

6. PENGOLAHAN DATA

Rumus untuk menentukan volume deret

𝑣1 × 𝑁1 = 𝑣2 × 𝑁2 (1.1)

Keterangan :

𝑣1 ꞊ Volume yang akan ditambahkan

𝑁1 ꞊ Konsentrasi larutan warna ꞊ 100 PPM

𝑣2 ꞊ Volume pengenceran ꞊ 50 ml

𝑁2 ꞊ Konsentrasi yang direncanakan ꞊ 1 PPM, 2 PPM, 3 PPM, 4 PPM dan 5


PPM

Universitas Indonesia
14

Tabel 4. Penambahan Volume Deret


Konsentrasi
1 2 3 4 5
(PPM)
Volume
0.5 1 1,5 2 2,5
(ml)
Sumber : Perhitungan Penulis, 2019

Tabel 5. Konsentrasi dan Absorbansi Deret Larutan

Deret Konsentrasi (Pt-co) Absorbansi

Sampel 73 0,048

1 ppm 81 0,054

2 ppm 118 0,079

3 ppm 221 0,148

4 ppm 245 0,163

5 ppm 346 0,231

Sumber : Analisis Penulis, 2019

Grafik 1. Hubungan antara Pt-Co dan Absorbansi

Commented [u6]: masukin titik pengujian yg gue kasih, tebak


Hubungan antara Pt-Co dan posisinya diantara deret berapa

0.25
Absorbansi
0.2
Absorbansi

0.15
y = 0.0007x + 0.0001
0.1
R² = 1
0.05

0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Pt-Co

Sumber : Data Pengamatan Penulis, 2019


Nilai Pt-co berdasarkan teori
𝑦 ꞊ 𝑎𝑥 + 𝑏

Universitas Indonesia
15

𝑦−𝑏
𝑥 = (1.2)
𝑎

Keterangan :
x ꞊ Pt-Co
y ꞊ Absorbansi
Tabel 5. Kadar Konsentrasi Pt-Co Teori

Deret 1 2 3 4 5

Konsentrasi Pt-
77 112,71 211, 28 232,71 330
Co Teori
Sumber: Perhitungan Penulis, 2019

Kesalahan Relatif (Pt-Co)


𝑃𝑡−𝐶𝑜 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑡.𝐶𝑜 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
KR = | | × 100% (1.3)
𝑃𝑡.𝐶𝑜 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

77−81 112,71−118
KR 1 = | 77
| × 100% ꞊ 0,05 KR 2 = | 112,71
| × 100% ꞊ 0,044
211,28−221 232,71−245
KR 3 = | | × 100% ꞊ 0,044 KR 4 = | | × 100% ꞊ 0,052
211,28 232,71
330−346
KR 5 = | 330
| × 100% ꞊ 0,048

Grafik 2. Hubungan Deret dengan Konsentrasi Pt-Co


Commented [u7]: tebak berapa ppm yg gue kasih kemarin,
Grafik Hubungan Deret dengan pake persamaan garisnya, cari x nya berapa. Dimasukkin di grafik
posisi titiknya dimana

Pt-Co
500

400

300
Pt-Co

200
y = 65.7x + 5.1
100
R² = 0.9669
0
1 2 3 4 5
Deret

Sumber : Data Pengamatan Penulis, 2019


Untuk menentukan nilai deret untuk Pt-Co 166 dan Absorbansi 0,110
𝑦−𝑏 166−5,1 Commented [u8]: good, masukin KR buat deret yg gue kasih,
menggunakan cara 𝑥 = 𝑎
maka 𝑥 = 65,7
꞊ 2,45 kemarin gue bikinnya 2.5 ppm

Universitas Indonesia
16

7. ANALISIS

A. Analisis Percobaan

Praktikum warna bertujuan untuk menentukan warna air secara visual dan
menghitung konsentrasi warna dalam satuan Pt-Co dan absorbansi pada
sampel outlet Danau Ulin dan larutan warna congo red. Lat yang digunakan Commented [u9]: typo

yaitu labu ukur 50 ml sebagai tempat pengenceran sampel warna, batang


pengaduk untuk membersihkan leher labu ukur, beaker glass sebagai wadah
uji sifat larutan dan sampel outlet Danau Ulin, pipet ukuran 1 ml untuk
memasukkan sampel warna ke dalam labu ukur, botol semprot untuk
memasukkan air suling ke dalam sampel di labu ukur, kuvet sebagai wadah
sampel yang akan dimasukkan ke alat spektrofotometri dan spektrofotometri
untuk menentukan Pt-Co dan absorbansi sampel. Sedangkan bahan yang
digunakan yaitu air teh, susu, kopi dan air beras untuk uji sifat larutan serta
air sampel outlet Danau Ulin dan larutan warna congo red.

Langkah pertama yang dilakukan praktikan yaitu melakukan uji sifat


larutan dengan menuangkan air teh, susu, kopi danair beras ke dalam beaker
glass untuk didiamkan sampai praktikum warna selesai. Tujuan didiamkan
agar praktikan dapat melihat apakah ada partikel yang mengendap atau tidak.
Jika ada, maka warna air tersebut merupakan air semu tetapi jika tidak ada
yang mengendap maka warna air tersebut adalah warna sejati. Setelah itu,
praktikan mengukur Pt-Co dan absorbansi sampel outlet Danau Ulin
menggunakan spektrofotometri dengan lagkah awal memasukkan sampel ke
dalam kuvet melebihi batas 25 ml. Selain itu, praktikan juga memasukkan air
suling ke dalam kuvet melebihi 25 ml sebagai blangko untuk
mengkalibrasikan alat spektrofotometer menjadi nol. Kemudian, praktikan
membawa kuvet berisi sampel dan kuvet blangko ke spektrofotometri dengan
hati-hati dan menggunakan tisu agar bagian luar kuvet tidak kotor karena
dapat mempengaruhi hasil. Kuvet blangko dimasukkan kedalam
spektrofotometer dan dikalibrasika menjadi nol. Setelah itu, praktikan
memasukkan kuvet berisi air sampel outlet Danau Ulin ke dalam
spektrofotometri untuk mengecek nilai Pt-Co dan absorbasni.

Universitas Indonesia
17

Langkah selanjutnya, dilakukan uji Pt-Co dan absorbansi larutan congo


red menggunakan deret. Deret yang digunakan yaitu 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4
ppm dan 5 ppm dengan rumus persaman 1.2 sehingga didapatkan masing- Commented [u10]: kalau mention persamaan, grafik, tebl, dll
di bold
masing volume congo red yang harus ditambahkan. Kemudian, praktikan
memasukkan volume congo red yang sudah dihitung sebelumnya ke dalam Commented [u11]: sebutin berapa aja larutan yg dimasukkin

labu ukur menggunakan pipet ukuran 1 ml, kemudian sampel diencerkan


dengan air suling yang bersifat netral sehingga tidak akan mengubah kadar
Pt-Co sampel sebanyak 1 cm di bawah tera. Kemudian, bagian leher labu
ukur dibersihkan menggunakan batang pengaduk yang dilapisi tisu agar sisa-
sisa air tersebut tidak menyebabkan bertambahnya volume sampel di dalam
labu ukur saat akan dituangkan ke kuvet. Setelah itu, sampel dan air suling
dikocok agar merata dan homogen. Kemudian, praktikan menambahkan air
suling sampai bata tera agar volume yang terdapat pada labu ukur menjadi 50
ml. Hal ini disesuaikan dengan perhitungan menggunakan rumus persamaan
1.1 yang mana volume 2 ny 50 ml. Kemudian larutan dimasukkan kedalam Commented [u12]: di blod
Commented [u13]: nya
kuvet melebihi batas 25 ml. Selain kuvet sampel, praktikan juga
menggunakan kuvet blangko yang sebelumnya digunakan untuk menguji Pt-
Co dan absorbansi sampel outlet Danau Ulin. Setelah itu, bagian luar kuvet
dibersihkan dengan tisu agar tidak mempengaruhi hasil saat dimasukkan ke
dalam alat spektrofometer. Kemudian, kuvet blangko dimasukkan ke alat
spektrofometer untuk mengkalibrasikan alat menjadi nol. Setelah itu, kuvet
blangko dikeluarkan dan dimasukkan kuvet sampel dan diukut Pt-Co serta
absorbasninya. Langkah ini diulangi untuk setiap deretnya.

B. Analisis Hasil

Pada uji sifat larutan didapatkan air teh dan susu tidak ada yang
mengendap sehinga merupakan warna sejati sedangan air kopi dan air beras
mengendap sehingga merupakan warna semu.

Pada uji Pt-Co dan absorbansi, praktikan menentukan volume yang akan
ditambahkan dengan deret 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm dan 5 ppm dengan
rumus persamaan 1.1 yang hasilnya terdapat pada tabel 3 yaitu berturut-turut
ditambahkan 0,5 ml, 1 ml, 1,5 ml, 2 ml dan 2,5 ml. Kemudian didapatkan

Universitas Indonesia
18

nilai Pt-Co dan absorbansi pada sampel outlet Danau Ulin dan deret larutan
yang terdapat pada tabel 5. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa sampel Commented [u14]: sebutin disini aja

outlet Danau Ulin memiliki nilai Pt-Co dan absorbasni lebih kecil daripada
deret larutan warna congo red karena sampel outlet Danau Ulin hanya
berwarna keruh. Kemudian pada deret larutan warna congo red dapat dilihat
semakin besar konsentrasi ppm dan volume (ml) maka akan semakin tinggi
nilai Pt-Co dan absorbansinya. Dari data tersebut dapat dibuat grafik
hubungan antara Pt-Co dan absorbansi yang terdapat pada grafik 1. Pada Commented [u15]: bold

grafik tersebut dapat dilihat bahwa hubungan Pt-Co dan absorbansi


berbanding lurus. Persamaan garis dapat digunakan untuk mencari nilai Pt-Co
sesuai teori berdasarkan absorbansi, nilai a dan nila b pada persamaan
garisnya. Persamaan garis yang didapatkan yaitu y = 0,0007x + 0,0001
dengan R = 1 yang menunjukan bahwa grafik yang dihasilkan akurat. Commented [u16]: koefisien kolerasi
Commented [u17]: hubungan antara dua variabel berbanding
Kemudian perbedaa antara Pt-Co yang didapatkan pada percobaan dan teori lurus

dapat dicari kesalahan relatifnya menggunakan persamaan (1.3). Dari data Commented [u18]: typo
Commented [u19]: bold
nilai Pt-Co dan deret dapat dibuat grafik hubungan yang mana antara Pt-Co
dan deret berbanding lurus yang dapat dilihat pada grafik 2. Persamaan yang Commented [u20]: bold

didapat yaitu y = 65,7x + 5,1 dengan R = 0,97 yang menunjukan hasil grafik
ini mendekati akurat. Persamaan garis ini digunakan untuk menentukan deret Commented [u21]: berbanding lurus dengan hubungan yg
sangat kuat
jika Pt-Co dan absorbansinya sudah diketahui. Sehingga untuk nilai Pt-Co
116 dan absorbansi 0,110 didapatkan deretnya 2,45.

Nilai Pt-Co pada sampel dan seluruh deret larutan warna congo red berada
diatas baku mutu PerMenKes nomor 32 tahun 2017 tentang Standar Baku
Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan
Higiens Sanitasi, Kolam Renang, Solus per Aqua, dan Pemandian Umum,
nilai Pt-Co yaitu sebesar 50 TCU. Hal ini menunjukan baik air sampel
maupun larutan warna congo red merupakan yang tidak bersih sehingga
diperlukan proses lebih lanjut untuk mengurangi besar Pt-Co pada air tesebut. Commented [u22]: analisis kenapa Pt-Co warna dari sampel air
danau besar? Analisis apa aja sih yg ada di danau ulin shg warna nya
masih diatas baku mutu
C. Analisis Kesalahan
Dalam praktikum ini terdapat perbedaan antara nilai Pt-Co praktikum dan
teori yangdapat dicari dengan rumus persamaa (1.3). kesalahan relatif yang Commented [u23]: typo, bold

Universitas Indonesia
19

diapat berkisar antara 0,044-0,052. Kesalahan tersebut dapat terjadi karena


adanya kesalahan yang dilakukan praktikan, diantaranya:
1. Volume sampel yang diambil menggunakan pipet ukur bisa lebih atau
kurang dari garis karena kelelahan mata praktikan sehingga mempengaruhi
hasil.
2. Pengeringan leher labu ukur dengan tisu tidak dilakukan ke seluruh bagian
dengan benar sehingga masih terdapat sisa-sisa air yang dapat menambah
volume air saat dimasukkan ke dalam kuvet
3. Saat memasukkan air suling ke labu ukur, ada yang melebihi batas tera
karena kelelahan mata praktikan yang menyebabkan garisnya tidak benar-
benar berada di bawah lengkung.
4. Kuvet tidak dibersihkan dengan benar sehingga masih terdapat kotoran
dan sidik jari di permukaan kuvetnya yang menyebabkan adanya
kesalahan pada pembacaan Pt-Co dan absorbansi.
8. KESIMPULAN

1. Praktikum ini dapat menentukan warna secara visual dan menghitung nilai
Pt-Co dari sampel outlet Danau Salam dan larutan warna congo red.

2. Nilai Pt-Co dari sampel outlet Danau Salam dan laruta warna 1 ppm, 2
ppm, 3 ppm, 4 ppm, 5 ppm berturut-turut yaitu 73, 81, 118, 221, 245 dan
346.

3. Nilai Pt-Co, absorbansi dan deret berbandin terbalik.

4. Warna pada air teh dan susu merupakan warna sejati karena tidak ada yang
mengendap serta pada kopi dan air beras merupakan warna semu karena
mengendap.

5. Air pada outlet Danau Ulin dan larutan Congo Red tidak termasuk air
bersih karena nilai Pt-Co nya berada diatas baku mutu pada PerMenKes
nomor 32 tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiens Sanitasi, Kolam
Renang, Solus per Aqua, dan Pemandian Umum sehingga perlu dilakukan Commented [u24]: dibikin 3 poin,
1.Hasil warna secara visual gmn
proses lebih lanjut untuk menghilangkan warna pada sampel tersbebut. 2. Hasil Pt-Co dan abs air sampel, terus masuk baku mutu apa
engga
3.Hubungan Pt-Co dan abs sama Pt-Co sama deret, terus
mention berapa deret yg gue kasih

Universitas Indonesia
20

9. REFERENSI

Darmayanto. (2009). Penggunaan Serbuk Tulang Ayam Sebagai Penurun


Intensitas Warna Air Gambut.

Khopkar. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia.

Pararaja. (2008). Metode Pengolahan Air.

Peavy. (1986). Environmental Engineering. New York: Mc. Graw Hill-Book


Company.

Sawyer. (1978). Chemistry for Environmental Engineering and Science. New


York: Mc. Graw Hill.

http://www.olah-air.com/2017/07/cara-menghilangkan-warna-di-air-limbah.html.
(Diakses pada Sabtu, 27 April 2019 pukul 17.00)

10. LAMPIRAN

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai