Oleh:
Yuan Sidarta
11630018
HALAMAN PENGESAHAN
PENETAPAN KADAR BOD PADA LIMBAH INDUSTRI
Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat Sarjana Kimia
Mengesahkan,
Pembimbing Lapangan
Balai Besar Litbang TO-OT
Mengetahui,
Kepala Badan Lingkungan Hidup
a.n. Dekan
Ketua Prodi Kimia FST UIN SUKA
Drs. Isdiyanto.
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang berjudul Penetapan Kadar BOD Pada
Limbah Industri dengan menggunakan parameter parameter yang ada di Balai
Lingkungan Hidup (BLH) Kota Semarang. Laporan Praktek Kerja Lapangan ini
disusun dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana Kimia.
Selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan,penyusun mendapatkan banyak
pengetahuan dan pengalaman berharga yang tidak ternilai. Oleh karena itu penyusun
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pelaksanaan dan proses penyelesaian laporan PKL ini. Ucapan terima kasih tersebut
secara khusus disampaikan kepada:
1. Prof. Drs. Akh. Minhaji, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Drs. Isdiyanto, selaku Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Semarang.
3. Ir Wahyu Tri Nurindah, selaku Kepala Sub Laboratorium, serta para pegawai
Laboratorium BLH Kota Semarang.
4. Esti Wahyu Widowati, M.Si., M. Biotech., selaku Ketua Program Studi Kimia,
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
5. Karmanto, S.Si., M.Sc, Selaku Dosen Pembimbing Praktek Kerja Lapangan yang
telah banyak memberikan pengarahan, petunjuk serta bimbingan sebelum dan
sesudah pelaksanaan PKL.
6. Surani Retno Kuncoro, ST, selaku Pembimbing Praktek Kerja Lapangan Di
Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Semarang.
7. Didik Krisdiyanto, M.Sc. dan Endaruji Sedyadi, S.Si, M.Sc, selaku Koordinator
PKL Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi.
8. Seluruh pegawai Badan Lingkungan Hidup Kota Semarang yang telah
memberikan bantuan dan petunjuk selama PKL.
9. Kedua orang tua atas dukungan serta doanya.
10. Teman-teman senasib seperjuangan yaitu Riandy dan Nasik yang telah melewati
masa-masa kebersamaan selama PKL. Terimakasih atas kerjasamanya.
11. Kepada semua pihak yang telah membantu penyusun dalam pelaksanaan PKL
maupun penyusunan laporan PKL yang tidak mungkin penyusun sebutkan satu
persatu.
Penyusun
menyadari
bahwa
laporan
PKL
ini
masih
jauh
dari
kesempurnaan.Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik
yang konstruktif sangat diharapkan guna peningkatan pembuatan laporan penelitian
pada tugas yang lain di waktu mendatang.Semoga penelitian yang dilakukan dan
laporan yang telah disusun ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Yuan Sidarta
11630018
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
1.
2.
3.
4.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan industri di Indonesia pada saat ini cukup pesat. Hal ini ditandai
dengan semakin banyaknya industri yang memproduksi berbagai jenis kebutuhan
manusia seperti industri kertas, tekstil, makanan, dan sebagainya. Seiring dengan
perkembangan tersebut, maka semakin banyak pula hasil samping yang diproduksi
sebagai limbah. Banyaknya limbah dapat menyebabkan terjadinya pencemaran,
terutama limbah cair yang dapat mencemari sistem perairan seperti sungai. Dengan
demikian limbah cair yang dikeluarkan harus memiliki baku mutu untuk mencegah
pencemaran. Jika terjadinya pencemaran, hal ini harus ditanggulangi (dicegah)
dengan mengolah limbah yang dikeluarkan agar sesuai dengan baku mutu.
Salah satu parameter yang sering digunakan sebagai tolak ukur tercemarnya
suatu sungai adalah BOD (Biochemical Oxygen Demand). Dengan mengetahui nilai
BOD suatu limbah cair, maka dapat diketahui limbah tersebut dapat berpotensi
tercemari sungai atau tidak. Pada umumnya, limbah industri makanan seperti tahu,
kecap, gula, minyak sawit, dan sebagainya yang mengandung nilai BOD tinggi jika
dibandingkan dengan industri kimia.
masyarakat.
Adanya
berbagai
dampak
atau
masalah
tersebut
menunjukkan upaya pengelolaan kualitas air perlu diprioritaskan dan perlu dijaga
kelestariannya sehingga dapat berfungsi optimal sesuai dengan kebutuhan dan
pemanfaatannya.
Pengelolaan kualitas air melibatkan banyak kegiatan di berbagai tingkatan dan
menjadi bahan pertimbangan mulai dari tahap perencanaan sampai tahap pelaksanaan
dan monitoring. Dalam manajemen kualitas air diperlukan kemampuan untuk
8
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui kadar BOD dari masing masing limbah industri dengan
menggunakan parameter-parameter yang ada di Badan Lingkungan Hidup (BLH)
Kota Semarang serta mengetahui dampak nilai BOD terhadap lingkungan.
D. Manfaat Penelitian
10
BAB II
PROFIL BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA SEMARANG
11
pengawasan
dampak
lingkungan,
12
penanganan
sengketa
9. Penyelenggaraan
penilaian
Analisis
Mengenai
Dampak
Lingkungan
(AMDAL).
13
14. Pembinaan dan pengawasan penerapan SNI dan Standard kompetensi personil
bidang pengelolaan lingkungan hidup.
14
1. Kepala Badan;
terdiri
6. Bidang
Penanganan
Sengketa
Lingkungan
dan
Pemulihan
Kualitas
16
17
BAB III
DASAR TEORI
Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Bahkan dapat dipastikan tanpa pengembangan sumberdaya air secara konsisten
peradaban manusia tidak akan mencapai tingkat yang dinikmati sampai saat ini. Oleh
karena itu pengembangan dan pengolahan sumber daya air merupakan dasar
peradaban manusia (Sunaryo, dkk, 2005).
Salah satu faktor penting penggunaan air dalam kehidupan sehari-hari adalah
untuk kebutuhan air minum. Air bersih merupakan air yang harus bebas dari
mikroorganisme penyebab penyakit dan bahan-bahan kimia yang dapat merugikan
kesehatan manusia maupun makhluk hidup lainnya. Air merupakan zat kehidupan, di
mana tidak ada satupun makhluk hidup di bumi ini yang tidak membutuhkan air.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65-75% dari berat manusia terdiri dari air.
Menurut ilmu kesehatan setiap orang memerlukan air minum sebanyak 2,5 . 3 liter
setiap hari termasuk air yang berada dalam makanan. Manusia bisa bertahan hidup 2.
3 minggu tanpa makan, tetapi hanya 2 . 3 hari tanpa minum (Suripin, 2002).
A. Kualitas Air
Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam secara
berlimpah-limpah. Namun, ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan
manusia relative sedikit karena dibatasi oleh berbagai fahtor. Oleh karena itu sumber
daya ini harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia
serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus
18
Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kualitas
air yang sudah tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan
kualitas air untuk keperluan domestic, dan kegiatan lain berdampak negative terhadap
sumber daya air, antara ain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat
menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang
bergantung pada sumber daya air secara seksama.
2. Golongan B, yaitu yaitu air yang digunakan sebagai air baku air minum
19
B. Pencemaran Air
Pencemaran air didefenisikan sebagai perubahan langsung atau tidak langsung
terhadap keadaan air yang berbahaya atau berpotensi menyebabkan penyakit atau
gangguan bagi kehidupan makhluk hidup. Perubahan langsung dan tidak langsung ini
dapat berupa perubahan fisik, kimia, termal, biologi, atau radioaktif. Kualitas air
merupakan salah satu faktor dalam menentukan kesejahteraan manusia. Kehadiran
bahan pencemar di dalam air dalam jumlah tidak normal mengakibatkan air
dinyatakan sebagai terpolusi.
Beberapa indikator terhadap pencemaran air dapat diamati dengan melihat
perubahan keadaan air dari keadaan yang normal, diantaranya: (1) adanya perubahan
suhu air, (2) adanya perubahan tingkat keasaman, basa dan garam (salinitas ) air, (3)
adanya perubahan warna, bau dan rasa pada air, (4) terbentuknya endapan, koloid dari
bahan terlarut, dan (5) terdapat mikroorganisme di dalam air (Situmorang, 2007).
C. Limbah
Jumlah aliran air limbah yang berasal dari industry sangat bervariasi
tergantung dari jenis dan besar kecilnya industry,pengasan pada proses industry,
derajat penggunaan air,derajat pengolahan air limbah yang ada. Puncak tertinggi
aliran selalu tidak akan dilewati apabila menggunakan tanki penahan dan bak
pengaman. Untuk memperkirakan jumlah air limbah yang dihasilkan oleh industry
20
Limbah yang dihasilkan harus memenuhi standart baku mutu limbah dan
sesuai dengan baku mutu lingkungan yang berlaku bagi kondisi lingkungan dimana
kegiatan industry sedang berlangsung. Karena itu setiap parameter harus tersedia
nilainya sebelum masuk system pengolahan dan setelah limbah keluar system
pengolahan harus ditetapkan nilai-nilai parameter kunci yang harus dicapai. Artinya
harus diungkapkan kualitas limbah sebelum dan sesudah limbah diolah dan apakah
limbah ini memenuhi syarat baku mutu (Perdana Ginting,2007).
D. Jenis Limbah
Air limbah yang harus dibuang dari suatu daerah pemukiman terdiri dari:
(1) Air limbah rumah tangga (yang juga disebbut saniter), yaitu air limbah dari daerah
perumahan serta sarana-sarana komersial, institusional, dan yang serupa dengan
itu;
(2) Air limbah industri yaitu bila bahan-bahan buangan industri merupakan bagian
terbesar;
(3) Air resapan/ aliran masuk, yaitu air dari luar yang masuk ke dalam sistem
pembuangan dengan berbagai cara, serta air hujan yang tercurah dari sumbersumber seperti talang dan drainasi pondasi;
(4) air hujan hasil dari aliran curah hujan (Linsley, 1991).
Berdasarkan karakteristiknya limbah industri dapat dibagi menjadi empat
bagian :
21
1. Limbah cair biasanya dikenal sebagai entitas pencemar air. Komponen pencemaran
air pada umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan buangan organik, dan
bahan buangan anorganik.
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel
4. Limbah B3 (Bahan Beracun Berbahaya) (www.wikipedia.org).
E. Kualitas Limbah
Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang diukur dari kandungan
pencemar dalam limbah. Kandungan pencemar dalam limbah terdiri dari berbagai
parameter. Semakin sedikit parameter dan semakin kecil konsentrasi, menunjukkan
peluang pencemar terhadap lingkungan semakin kecil (Koestoer, 1995).
Kualitas limbah dipengaruhi berbagai faktor yaitu : volume air limbah,
kandungan bahan pencemar, frekuensi pembuangan limbah. Penetapan standar
kualitas limbah harus dihubungkan dengan kualitas lingkungan.
Kualitas lingkungan dipengaruhi berbagai komponen yang ada dalam
lingkungan itu seperti kualitas air, kepadatan penduduk, flora dan fauna, kesuburan
tanah, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain (www.chem-is-try.org).
Apabila limbah masuk ke dalam lingkungan, ada beberapa kemungkinan yang
diciptakan. Kemungkinan pertama, lingkungan tidak mendapat pengaruh yang berarti
(pencemaran ringan). Kedua, ada pengaruh perubahan tapi tidak menyebabkan
pencemaran (pencemaran sedang). Ketiga, memberi perubahan dan menimbulkan
pencemaran (pencemaran berat).
Ada berbagai alasan untuk mengatakan demikian. Tidak memberi pengaruh
terhadap lingkungan karena volume limbah kecil dan parameter pencemar yang
terdapat di dalamnya sedikit dengan konsentrasi kecil. Karena itu andaikata
masukpun dalam lingkungan ternyata lingkungan mampu menetralisasinya.
Kandungan bahan yang terdapat dalam limbah konsentrasinya barangkali dapat
22
23
24
mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan keaaan menjadi anaerobic dan
dapat menimbulkan bau busuk pada air tersebut. (Alaert, G dan Sri simestri santika.
1984)
Biochemical Oxygen Demand menunjukkan jumlah oksigen dalam satuan ppm
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecahkan bahan-bahan organik yang
terdapat di dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban
pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri. Penguraian zat organik adalah
peristiwa alamiah, apabila suatu badan air dicemari oleh zat oragnik, bakteri dapat
menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses oksidasi tersebut yang bisa
mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan dapat menimbulkan bau busuk pada
air tersebut. Beberapa zat organik maupun anorganik dapat bersifat racun misalnya
sianida, tembaga, dan sebagainya, sehingga harus dikurangi sampai batas yang
diinginkan.
Berkurangnya oksigen selama biooksidasi ini sebenarnya selain digunakan
untuk oksidasi bahan organik, juga digunakan dalam proses sintesa sel serta oksidasi
sel dari mikroorganisme. Oleh karena itu uji BOD ini tidak dapat digunakan untuk
mengukur jumlah bahan-bahan organik yang sebenarnya terdapat di dalam air, tetapi
hanya mengukur secara relatif jumlah konsumsi oksigen yang digunakan untuk
mengoksidasi bahan organik tersebut. Semakin banyak oksigen yang dikonsumsi,
maka semakin banyak pula kandungan bahan-bahan organik di dalamnya.
Oksigen yang dikonsumsi dalam uji BOD ini dapat diketahui dengan
menginkubasikan contoh air pada suhu 20 0C selama lima hari. Untuk memecahkan
bahan-bahan organik tersebut secara sempurna pada suhu 20
C sebenarnya
dibutuhkan waktu lebih dari 20 hari, tetapi untuk prasktisnya diambil waktu lima hari
sebagai standar. Inkubasi selama lima hari tersebut hanya dapat mengukur kira-kira
68 persen dari total BOD (Sasongko, 1990).
Terdapat pembatasan BOD yang penting sebagai petunjuk dari pencemaran
organik. Apabila ion logam yang beracun terdapat dalam sampel maka aktivitas
25
bakteri akan terhambat sehingga nilai BOD menjadi lebih rendah dari yang
semestinya (Mahida, 1981).
Pengujian BOD menggunakan metode Winkler-Alkali iodida azida, adalah
penetapan BOD yang dilakukan dengan cara mengukur berkurangnya kadar oksigen
terlarut dalam sampel yang disimpan dalam botol tertutup rapat, diinkubasi selama 5
hari pada temperatur kamar, dalam metode Winkler digunakan larutan pengencer
MgSO4, FeCl3, CaCl2 dan buffer fosfat. Kemudian dilanjutkan dengan metode Alkali
iodida azida yaitu dengan cara titrasi, dalam penetapan kadar oksigen terlarut
digunakan pereaksi MnSO4, H2SO4, dan alkali iodida azida. Sampel dititrasi dengan
natrium thiosulfat memakai indikator amilum (Alaerts dan Santika, 1984).
Penentuan
BOD
dapat
dinaggap
prosedur
oksidasi
basah,
dimana
mikroorganisme yang terdapat di dalam contoh air dipakai sebagai pengoksidasi zat
organic menjadi karbon dioksida (CO2) dan amoniak (NH3). Untuk penetapan
kuantitatif contoh harus dilindungi dari udara bebas. Hal ini bertujuan untuk
mencegah aerasi yang dapat menurunkan daya larutan oksigen dalam contoh yang
diperiksa. Karena terbatasnya kelarutan oksigen di dalam air maka untuk air limbah
yang pencemarannya cukup tinggi, perlu dilakukan pengenceran. Hal ini bertujuan
agar
menjamin
kebutuhan
oksigen
mencukupi
selama
proses
penentapan
berlangsung.
Kadar BOD dapat diukur dengan menggunakan Metode Winkler. Pada Metode
Winkler untuk mengukur kelarutan oksigen pada sampel ditambahkan MnSO4 dan
pereaksi oksigen (missal KI). Fungsi MnSO4 dan Ki, yaitu untuk mengikat oksigen
sehingga terjadi endapan. Lalu ditambahkan lagi asam sulfat, yang berfungsi untuk
menghilangkan endapan yang telah terbentuk dan juga akan membebaskan molekul
iodium yang ekivalen dengan jumlah oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan akan
dititrasi dengan tiosulfat (Na2S2O3) dengan menggunakan indicator larutan kanji.
Reaksi yang terjadi antara iodium dan tiosulfat :
I2 + 2 Na2SO4 Na2S4O6 + 2 NaI
26
27
BAB IV
METODE PENELITIAN
B. Alat-alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas beaker, pipet,
Botol dari gelas 5 L 10 L, Labu ukur 100,0 mL; 200,0mL dan 1000,0 mL, Lemari
inkubasi, Botol DO, DO meter yang terkalibrasi, Shaker, Blender, Aerator , Tabung
Aerasi.
C. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Air bebas mineral,
Larutan nutrisi, Larutan buffer fosfat, Larutan Pengencer, Larutan Magnesium sulfat,
Larutan suspensi bibit mikroba.
28
b. dalam 700 mL air bebas mineral, atur pH larutan sampai 7,2 dengan
penambahan.
c. larutan NaOH 30 %, kemudian encerkan hingga 1 L.
a. siapkan air bebas mineral yang jenuh oksigen atau minimal 7,5 mg/L, dalam
Diambil 100 mL sampel limbah yang akan di uji kadar DO, dimasukkan ke
dalam tabung reaksi, lalu diencerkan sampai volume 200 mL dengan larutan
pengencer, kemudian di aduk dengan menggunakan pengaduk. Pengenceran
dilakukan berdasarkan perbandingan yang di inginkan, jika ingin pengenceran
29
dilakukan sebanyak 4x maka diambil volume sampel sebanyak 50mL dan 150 mL
larutan pengencer (yang telah dibuat pada cara kerja ke 2).
a) Disiapkan 1 buah botol DO untuk 1 sampel limbah industri, tandai masingmasing botol dengan notasi A, B, C dan selanjutnya
b) Diambil sampel sebanyak 100mL dan disimpan pada gelas beeker 100mL
f) Dimasukkan sampel yang telah diencerkan sampai leher bawah botol dengan
larutan pengencer ke dalam masing-masing botol DO yang telah di berikan
notasi,
30
h) Ditambahkan lagi larutan sampel yang telah diencerkan hingga sampel dalam
botol hampir meluap, atau hingga larutan mencapai batas leher atas botol
k) Dibuat larutan blanko dengan perlakuan yang sama dengan larutan sampel
31
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Hasil Pengamatan
1. Contoh uji
NO
KODE
A inlet
DO-0 (M1),
PENGENCER
mg/L
A
outlet
B inlet
B
outlet
Kode
AN
mg/L
5.5
20
0.4
0.257
4.4
0.4
2.02
5.6
20
0.2
0.271
5.7
40
0.3
0.135
DO-0 (M1),
DO-5 (M2),
mg/L
mg/L
7.8
2. Blanko
BOD
DO-5 (M2),
mg/L
6.9
B. Perhitungan
32
Penurunan DO
(M1 - M2) mg/L
0.86
A 1 A 2
BOD=
2
Vc
( B 1B
Vb )
P
dengan pengertian:
33
Pembahasan
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui nilai kebutuhan oksigen biologi
(BOD) pada larutan sampel. Nilai BOD ini menunjukkan banyaknya oksigen yang
diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik pada kondisi aerobik.
Kondisi aerobik atau dengan adanya penambahan oksigen dilakukan untuk
memberikan sumber kehidupan bagi mikroorganisme yang membutuhkan proses
oksidasi sehingga menjadi sumber energi saat memecah bahan organik sebagai
sumber makanan. Kadar BOD pada sampel tersebut perlu untuk diketahui karena
nilai BOD digunakan sebagai parameter untuk mengetahui tingkat pencemaran air
sebelum dibuang ke lingkungan. Pengukuran nilai BOD yang dilakukan ini
menggunakan parameter BOD yang ada di Balai Lingkungan Hiduup (BLH)
menuruut SNI tahun 2004. Metoda ini menggunakan alat DO meter yang terkalibrasi
sesuai dengan Standard Methods for the Examination of Water and Wasterwater 21st
Edition, 2005.
34
Pengenceran dan/atau aerasi diperlukan agar masih cukup tersisa oksigen pada hari
kelima. Karena melibatkan mikroorganisme (bakteri) sebagai pengurai bahan
organik, maka analisis BOD memang cukup memerlukan waktu. Oksidasi biokimia
adalah proses yang lambat. Dalam waktu 20 hari, oksidasi bahan organik karbon
mencapai 95 99 %, dan dalam waktu 5 hari sekitar 60 70 % bahan organik telah
terdekomposisi. Lima hari inkubasi adalah kesepakatan umum dalam penentuan
BOD. Bisa saja BOD ditentukan dengan menggunakan waktu inkubasi yang berbeda,
asalkan dengan menyebutkan lama waktu tersebut dalam nilai yang dilaporkan (misal
BOD7, BOD10) agar tidak salah dalam interpretasi atau memperbandingkan.
Temperatur 20 oC dalam inkubasi juga merupakan temperatur standard. Temperatur
20oC adalah nilai rata-rata temperatur sungai beraliran lambat di daerah beriklim
sedang dimana teori BOD ini berasal. Untuk daerah tropic seperti Indonesia, bisa jadi
temperatur inkubasi ini tidaklah tepat. Temperatur perairan tropik umumnya berkisar
antara 25 30oC, dengan temperature inkubasi yang relatif lebih rendah bisa jadi
aktivitas bakteri pengurai juga lebih rendah dan tidak optimal sebagaimana yang
diharapkan. Ini adalah salah satu kelemahan lain BOD selain waktu penentuan yang
lama tersebut. Analisis ini dilakukan pengukuran terhadap BOD setelah lima hari
setelah inkubasi pada suhu 20oC selama lima hari, dengan anggapan bahwa waktu
selama itu presentasi reaksi cukup besar dari total BOD (70-80% dari nilai BOD
total). Pengambilan waktu selama lima hari ini juga memungkinkan mengurangi
kemungkinan hasil oksidasi ammonia yang cukup tinggi, yang dapat teroksidasi
menjadi nitrit dan nitrat, sehingga dapat mempengaruhi nilai BOD. Setelah
dimasukkan ke dalam botol BOD, kemudian dilakukan penetapan nilai DO 0 dan DO5.
DOo diperoleh dari hasil pengukuran dengan menggunakan alat DO meter.
Sedangkan penentuan nilai DO5 dilakukan setelah sampel diinkubasi selama lima
hari. Dari hasil pengukuran tersebut, diperoleh nilai DO dengan hasil yang
menunjukan perbedaan akibat waktu dan konsentrasinya.
35
Dari data pengamatan diperoleh bahwa nilai oksigen terlarut setelah lima hari
lebih kecil dibandingkan dengan nilai oksigen terlarut pada awal pembuatan sampel.
Hasil ini menunjukkan terdapat penurunan nilai oksigen yang menunjukkan
penggunaan oksigen oleh mikroorganisme (aerobik) untuk menguraikan bahan-bahan
organik dari sampel pabrik tekstil tersebut. Dari hasil perhitungan didapat nilai BOD
pada industri A inlet lebih kecil di banding dengan industri B inlet dan nilai BOD
pada industri A outlet lebih kecil dari industi B outlet dimana inlet adalah keadaan
limbah sebelum diolah dan outlet adalah keadaan limbah setelah diolah. Hasil ini
menunjukkan bahwa kandungan bahan organik pada sampel cukup rendah dengan
diketahui kebutuhan oksigen untuk menguraikan bahan organic tersebut ada di bawah
nilai baku mutu BOD maksimal yaitu sekitar 150 mg/L.
Keterangan diatas
menunjukkan bahwa semakin rendah kadar BOD dalam suatu perairan, maka
semakin baik kualitas air tersebut karena kandungan oksigennya semakin banyak,
kondisi seperti ini tidak dapat membahayakan kehidupan biota perairan dan manusia
yang mempergunakan air ini secara langsung. Sebaliknya dengan semakin tinggi
kadar BOD dalam suatu perairan, maka semakin buruk kualitas air tersebut karena
kandungan oksigen terlarutnya (dissolved oxygen) semakin sedikit. Hal ini terjadi
karena banyaknya limbah organik yang ada di perairan tersebut.
36
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Hasil analisa BOD menunjukkan bahwa semakin rendah kadar BOD dalam suatu
perairan, maka semakin baik kualitas air tersebut karena kandungan oksigennya
semakin banyak, kondisi seperti ini tidak dapat membahayakan kehidupan biota
perairan dan manusia yang mempergunakan air ini secara langsung.. Dimana dapat
diketahui nilai kadar BOD pada limbah industri adalah sebagai berikut :
2. Nilai BOD yang didapatkan terlihat rendah karena tidak melebihi baku mutu yang
ditetapkan pemerintah pada PP No. 82/01 untuk baku mutu air kelas I. II dan III.
Apabila limbah masuk ke dalam lingkungan, ada beberapa kemungkinan yang
diciptakan. Kemungkinan pertama, lingkungan tidak mendapat pengaruh yang
berarti (pencemaran ringan)
37
B. DAFTAR PUSTAKA
Alaerts G, dan Sri Simestri Santika. 1984. Metoda Penelitian Air. Surabaya :
Usaha Nasional.
Monoarfa, Winarni. 2002. DO dan Kebutuha BOD Sebagai Salah Satu Indikator
Kristanto,P.2004.Ekologi Industri.Yogyakarta:Andi
38
Anonim. 2008. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2008. Semarang.
Anonim. 2009. Tinjauan Pustaka Air dan Air Limbah. Sumatera Utara : Universitas
Sumatera Utara.
Sonny Widiarto. 2009. Kimia Analitik. Dalam Jurnal Volumetri Vol 1 Tahun 2009.
LAMPIRAN
A. Perhitungan BOD
Nilai BOD contoh uji dihitung sebagai berikut:
39
A 1 A 2
BOD=
2
Vc
( B 1B
Vb )
P
dengan pengertian:
1.
3.
Industri A inlet
2.
5.50.4
A 1 A 2
BOD=
2
Vc
( B 1B
Vb )
BOD=
40
100
( 7.86.9
100 )
20
4.
14.
0.9
5.50.4
100
100
BOD=
20
( )
5.
4.40.4
BOD=
BOD=
7.
4.40.4
BOD=
5.50.36
20
17.
9.
10.
11.
13.
18.
19.
0.9
( 100
) 100
2
16.
BOD=0.257
8.
20
15.
5.50. 4 X 0 .9
BOD=
20
6.
100
( 7.86.9
100 )
BOD=
4.40. 4 X 0 .9
20
BOD=
4.40.36
2
BOD=0.2
20.
A 1 A 2
BOD=
21.
22.
B 1B 2
Vc
Vb
P
27.
23.
5.60.2
BOD=
25.
A 1 A 2
BOD=
2
Vc
( B 1B
Vb )
28.
29.
26.
5.60.2
BOD=
30.
100
( 7.86.9
100 )
31.
20
35.
41
0.9
( 100
)100
20
BOD=
5.60.2 X 0 .9
20
BOD=
5.60.18
20
BOD=0.271
32.
33.
34.
Industri B outlet
36.
38.
5.70.3
B 1B 2
A 1 A 2
Vc
Vb
BOD=
P
BOD=
39.
37.
5.70.3
BOD=
40.
7.86.9
100
100
20
41.
42.
43.
44.
42
0.9
( 100
)100
40
BOD=
5.70.3 X 0 .9
40
BOD=
5.70.27
40
BOD=0.135
B. tabel grafik konsentrasi oksigen terlarut air pengencer pada suhu 20oC setelah
diaerasi 24 jam.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
43
C. Dokumentasi Gambar
58.
a
59. (Limbah outlet di IPA
industri)
62.c
63.(tabung Pengencer)
64.
65.
L
60.b
66.d
67. (sample)
68.
44
69.
71.(Lemari Inkubator)
72.
73.
74.f
75.(tabung pengencer)
70.e
45
76.
77.
78.
g
(botol DO)
79.
80.
81.
82.
H
(DO Meter)
83.
47