Oleh :
FINA IDA MATUS SILMI
11630010
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis tujukan kehadirat Allah
SWT yang selalu memberikan kasih sayang Nya dalam bentuk
kesempatan dan kesehatan serta nikmat lainnya sehingga
penulis mampu menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapangan
di
Balai
Besar
Teknologi
Pencegahan
Pencemaran Industri
yang
telah
mengarahkan,
mendampingi,
dan
bidang
kimia
yang
hingga
ilmu
tentang
hidup
dan
kehidupan.
8. Ibu dan bapak tercinta yang telah memberikan dukungan
baik moril maupun materil.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................v
DAFTAR GAMBAR........................................................................vii
DAFTAR TABEL............................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................1
A.
Latar Belakang..................................................................1
B.
Rumusan Masalah.............................................................2
C.
Tujuan Penelitian...............................................................2
D.
Manfaat Penelitian.............................................................3
Sejarah Singkat.................................................................4
B.
C.
D.
Struktur Organisasi............................................................7
E.
F.
G.
Layanan Teknologi.......................................................................
........................................................................................13
BAB III TINJAUAN KHUSUS...........................................................17
A.
Tepung Terigu..................................................................17
B.
Seng (Zn).........................................................................19
C.
D.
Destruksi.........................................................................24
E.
B.
C.
Prosedur Kerja.................................................................26
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Syarat mutu tepung terigu sebagai bahan makanan.....19
Tabel 2. Jenis-jenis gas pembakar pada SSA...............................22
Tabel 3. Hasil absorbansi larutan standar Zn..............................31
Tabel 4. Hasil pengukuran Absorbansi dan Konsentrasi..............32
Tabel 5. Hasil perhitungan kadar Zn dalam tepung terigu..........32
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia yang
harus terpenuhi setiap harinya. Hak untuk memperoleh
makanan salah satu dari hak asasi manusia di Indonesia. Hal
ini berdasarkan pada peraturan pemerintah UU No. 7/1996
tentang pangan (Undang-undang RI, 1996). Oleh sebab itu,
pangan mempunyai arti dan peran penting bagi kehidupan.
Pangan yang tersedia haruslah pangan yang aman untuk
dikonsumsi, bermutu dan bergizi.
Salah satu komoditi pangan pokok non beras yang ada di
Indonesia adalah tepung terigu. Bahan pangan dari gandum
ini sudah menjadi sumber bahan pangan merata bagi
masyarakat Indonesia. Manfaat gandum sebagai bahan
pangan
sangat
beragam
khususnya
dalam
pembuatan
dikonsumsi
masyarakat,
baik
dilihat
dari
segi
Indonesia,
(Standar
Nasional
standar
yang
Indonesia).
digunakan
Standar
ini
adalah
dibuat
SNI
oleh
harus
ditambahkan
fortifikasi
sehingga
berdaya
guna
dalam
menanggulangi
akibat
Berdasarkan
hal
tersebut,
peneliti
melakukan
sampel
Pencemaran
di
Balai
Industri
Besar
(BBTPPI)
Teknologi
Pencegahan
Semarang
dengan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan
permasalahan, yaitu:
1. Berapakah kadar Zn yang terkandung dalam tepung
terigu?
2. Apakah kadar Zn yang diperoleh sesuai dengan SNI?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Mengetahui kadar seng (Zn) dalam tepung terigu.
b. Mengetahui kesesuaian kandungan Seng (Zn) dalam
tepung terigu dengan SNI.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat pelaksanaan PKL dapat dijelaskan sebagai berikut:
a Bagi Mahasiswa
1 Mengaplikasikan
ilmu
serta
keterampilan
yang
bahan
masukan
dan
evaluasi
program
untuk
menghasilkan
tenaga-tenaga
sarana
untuk
mengetahui
kualitas
BAB II
TINJAUAN UMUM
A. Sejarah Singkat
Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri
Semarang yang lebih dikenal sebagai BBTPPI Semarang
adalah salah satu Balai Riset dan Standardisasi dibawah
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Departemen
Perindustrian sesuai dengan SK Menperindag Nomor 47/MIND/PER/6/2006 tanggal 29 Juni 2006.
Riwayat singkat Balai Besar Teknologi
Pencegahan
untuk
Jawa
Tengah
dan
Daerah
Istimewa Yogyakarta.
1964 1971 : Sebagai Unit PN. PR. Nupiksa Yasa dengan
nama Balai Penelitian Kimia.
1971 1975 : Sebagai Unit Lembaga Penelitian
Pendidikan
Industri
dengan
nama
dan
Balai
Penelitian Kimia.
1975 1980 : Sebagai Unit Penelitian dan Pengembangan
Industri dan Kerajinan Rakyat dengan nama
Balai Penelitian Kimia.
1980 2002 : Sebagai Unit Pelaksana
Penelitian
dengan
dan
nama
Teknis
Pengembangan
Balai
Badan
Industri
Penelitian
dan
dan
teknis
Pengembangan
Badan
Industri
dan
Perdagangan
atau
disingkat
Unit
Penelitian
dengan
Pelaksana
dan
teknis
Badan
Pengembangan
status
Balai
Besar
Industri
Teknologi
teknis
PENCEGAHAN
Berdasarkan
PENCEMARAN
Kep.
Men.
Keu
dan
pencemaran
layanan
industri
teknis
untuk
di
bidang
mendukung
pencegahan
pembangunan
pengkajian,
riset,
pengembangan
dan
berkesinambungan
untuk
mendukung
pelatihan,
pengujian,
konsultasi,
organisasi
secara
bertahap
sesuai
Tugas
Melaksanakan
kegiatan
penelitian,
standardisasi,
pengujian,
sertifikasi,
pengembangan,
kalibrasi
dan
industri
guna
meminimalisasi
dan
BBTPPI,
serta
penyusunan
laporan
dan
Bidang,
Kepala
Subbagian,
Kepala
Seksi
dan
wajib
organisasi
lain
disampaikan
yang
hubungan kerja.
5. Dalam melaksanakan
kepada
secara
tugas,
satuan
fungsional
setiap
satuan
mempunyai
pimpinan
satuan
organisasi
di
bawahnya
dan
dalam
rangka
10
tugasnya,
Bagian
Tata
Usaha
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan program evaluasi dan laporan.
b. Pelaksanaan urusan keuangan dan inventarisasi barang
milik negara.
c. Pelaksanaan
urusan
surat
menyurat,
kearsipan,
dan
perawatan
kepegawaian.
Bagian Tata Usaha terdiri dari:
a. Subbagian Program dan Pelapor
Mempunyai
tugas
melakukan
serta
penyiapan
urusan
bahan
bahan
11
pelanggan,
kerjasama,
kerjasama.
b. Seksi Informasi
Mempunyai
tugas
pengelolaan,
negosiasi,
melakukan
dan
kontrak
penyiapan
pengembangan,
dan
bahan
pemanfaatan
dan
pengkoordinasian
dan
pengembangan
alih
teknologi
dan
dan
pengembangan
alih
bahan
teknologi
dan
Penilaian
penyiapan
penerbitan
sertifikasi
kalibrasi ulang.
kalibrasi,
dan
pelaksanaan
12
lingkungan,
pelayanan
pengambilan
sertifikasi,
dan
contoh,
memelihara
sertifikasi.
Bidang Penilaian Kesesuaian terdiri dari :
a. Seksi Pengujian dan Kalibrasi
Mempunyai
tugas
melakukan
penyiapan
jasa
system
bahan
dan
aktivitas
industri
yang
berpotensi
sistem
mutu,
penyiapan
produk,
bahan
lingkungan,
fungsional
yang
terbagi
dalam
berbagai
jenis
tenaga
fungsional
ditentukan
13
Lembaga
merupakan
Sertifikasi
lembaga
Produk/LS
Pro
independen
BBTPPI
Semarang
yang
melakukan
mendapat
Sertifikasi
Produk
atau
penggunaannya
berkaitan
dengan
14
lingkungan
yang
mengacu
pada
Standar
yang
perusahaan
tersebut
pengelolaan
telah
memiliki
dari
limbahnya
ISO
masalah
telah
14001
artinya
produksi
sampai
mempunyai
Standar
15
garam
16
seperti
industri
tekstil, makanan,
minuman,
dan
rona
Penelitian
peruntukan
lingkungan,
daratan
sungai,
maupun
atmosfer dsb.
3. Penyusunan AMDAL, RKL/RPL, Audit lingkungan, PEL,
SEL, dll.
4. Riset rona lingkungan baik lingkungan perairan,
daratan maupun atmosfer.
4. Jasa Sertifikasi Mutu
a. Sistem Mutu ISO 9001.
b. Sistem Mutu Lingkungan ISO 14001.
c. Sistem Mutu Produk (SNI).
5. Jasa Konsultasi Keteknikan
a. Memberikan konsultasi teknis penerapan sistem mutu
ISO 9001, ISO 14001, HACCP, Cleaner Production
Technology, dll.
b. Perbaikan teknologi proses produksi industri makanan,
minuman dan pakan ternak.
c. Perbaikan teknologi proses pengolahan limbah industri.
d. Pengoperasian Instalasi Pengolah Air Limbah Industri
(IPAL) termasuk commissioning dan trial.
6. Jasa Pelatihan
17
pada
Peraturan
pada
Perdagangan.
Departemen
Perindustrian
dan
18
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
A Tepung Terigu
penggilingan
gandum
yang
memisahkan
biji
19
20
b. Tepung
terigu
dengan
kandungan
protein
sedang
(Medium Flour)
21
Satuan
-
Persyaratan
Serbuk
Normal (bebas
Tidak ada
Minimal 95
semua
bentuk stadia dan
potonganpotongannya yang
tampak
Kehalusan, lolos
ayakan 212 m (mesh
No. 70) (b/b)
Kadar air (b/b)
Kadar abu (b/b)
Kadar protein (b/b)
Keasaman
%
%
%
mg
Maksimal 14,5
Maksimal 0,70
Minimal 7,0
Maksimal 50
KOH/100g
Falling number (atas
dasar
kadar air 14%)
Besi (Fe)
Seng (Zn)
Vitamin B1 (tiamin)
Vitamin B2 (riboflavin)
Asam folat
Cemaran logam:
a. Timbal (Pb)
Detik
Minimal 300
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
Minimal
Minimal
Minimal
Minimal
Minimal
50
30
2,5
4
2
Maksimal 1,0
Maksimal 0,05
Maksimal 0,1
22
b. Raksa (Hg)
c. Cadmium (Cd)
Cemaran arsen
mg/kg
Maksimal 0,50
Maksimal
Maksimal
Maksimal
Maksimal
Cemaran mikroba:
1 x 106
10
1 x 104
1 x 104
a. Angka lempeng
total
b. Escherichia coli
koloni/g
APM/g
koloni/g
koloni/g
c. Kapang
d. Bacillus cereus
(Sumber: SNI, 2009)
E. Seng (Zn)
100
macam
enzim-enzim
lainnya.
Kekurangan
23
asupan
seng
menyebabkan
rendahnya
sistem
imunitas
Atom.
Penggunaan
metode
Spektrofotometri
yaitu
tidak membutuhkan
pelarut
dan
logam
dalam
jumlah renik
dengan
cepat
dan
dengan
logam-logam
lain
tanpa
dilakukan
24
emisi
konvensional.
Metode
serapan
atom
bergantung
pada
besarnya
suhu.
25
A = -Log T = . b. c
Keterangan:
A = absorbansi
b = panjang medium
(Sastrohamidjodjo, 2007).
2. Instrumentasi
(C.1)
26
Lampu
katoda
yang
digunakan
mempunyai
b Nyala
Nyala
yang
digunakan
memberikan suhu
pada
AAS
harus
mampu
27
Gas Pembakar
Gas Oksidan
Temperatur (oK)
Asetilena
Asetilena
Udara
Dinitrogen
2400 2700
2900 3100
Asetilena
Hidrogen
Hidrogen
Sianoen
Oksida
Oksigen
Udara
Oksigen
Oksigen
3300 3400
2300 2400
2800 3000
4800
c Monokromator
Fungsi monokromator adalah untuk memencilkan garis
resonansi dari semua garis yang tak diserap yang
dipancarkan oleh sumber radiasi. Dalam kebanyakan
instrumen komersial digunakan kisi difraksi karena
sebaran yang dilakukan oleh kisi lebih seragam dari
pada yang dilakukan prisma, dan akibatnya instrumen
kisi dapat memelihara daya pisah yang lebih tinggi
sepanjang jangka panjang gelombang yang lebih lebar
(Basset, 1994).
d Detektor
Kepekaan spektral yang lebih baik diperlakukan dalam
spektofotometri
serapan
atom,
maka
digunakan
e Amplifier
Amplifier berfungsi untuk memperkuat sinyal yang
diterima dari detektor sebelum sampai ke rekorder.
28
Recorder
Recorder
pada
instrumen
AAS
berfungsi
untuk
Gangguan
dalam
analisis
AAS
dapat
dikelompokkan
a. Gangguan spektral
Gangguan ini biasa terjadi karena adanaya tumpangtindih frekuensi-frekuensi garis resonansi yang terpilih
dengan garis-garis yang dipancarkan oleh suatu unsur
lain. Gangguan dalam spektroskopi emisi nyala lebih
mungkin terjadi bila emisi garis unsur yang akan
ditetapkan dan emisi garis yang disebabkan zat-zat
pengganggu
berdekatan
panjang
gelombangnya,
29
b. Gangguan kimia
Gangguan
kimia
pembentukan
dapat
terjadi
senyawa
Pembentukan
senyawa
stabil
stabil
karena
dan
adanya
pengionan.
menyebabkan
tidak
dalam
nyala.
Pengionan
atom
gas
G. Destruksi
Menentukan
kandungan
mineral
bahan
makanan,
basah
(wet
digestion).
Pemilihan
tersebut
umumnya
karbon
lebih
cepat
hancur
daripada
adalah
penggunaan
asam
nitrat
untuk
30
menghindar
kehilangan
mineral
akibat
penguapan
(Apriyantono, 1989).
H. Presisi dan Akurasi
Hasil pengukuran yang baik dari suatu parameter
kuantitas kimia, dapat dilihat berdasarkan tingkat presisi dan
akurasi yang dihasilkan. Hasil yang akurat adalah sesuatu
yang disepakati dan sangat mendekati nilai yang sebenarnya
dalam suatu pengukuran kuantitatif. Perbandingan biasanya
dibuat
atas
dasar
pengukuran
keakuratan
terbalik
dari
dengan
nilai
yang
sebenarnya
(Underwood,
1998).
Presisi mengacu kepada kesepakatan di dalam satu
kelompok hasil eksperimen. Nilai presisi mungkin saja tidak
akurat yang disebabkan adanya galat akibat dari deviasi dari
nilai yang sebenarnya yang dapat berpengaruh sama rata
terhadap
pengukuran
namun
tidak
mengganggu
31
mL,
corong kecil, gelas beker 100 mL, pipet volume 5 mL, pipet
volume 10 mL, neraca analitik, spatula, botol analisis,
hotplate, botol akuades, lemari asam, kertas saring 40
mesh dan instrument AAS PerkinElmer.
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya
tepung terigu, larutan Zn 1000 ppm, larutan standar Zn
100 ppm, larutan deret Zn (0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 1; 2; 5
dan 10 ppm), HNO3 p.a, akuades dan blanko.
J. Prosedur Kerja
1. Pembuatan pereaksi
Sebanyak 1 liter akuades dimasukkan dalam beker 1000
mL dan ditambahkan dengan NHO3 1,5 mL.
2. Pembuatan larutan standar
a. Pembuatan larutan standar Zn 100 ppm
Larutan standar Zn 1000 ppm di pipet sebanyak 10 mL
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, ditepatkan
sampai batas dengan pereaksi dan dikocok.
pipet
sebanyak
32
ditutup
destruksi
dengan
dengan
corong
cara
50 mL dan HNO3 2
kecil.
Selanjutnya
dipanaskan
di
menggunakan
kertas
saring
whatman
40
AAS
AAS
dioperasikan,
dan
komputer
dalam
sebelumnya
komputer
panjang
juga
mesh
dan
dinyalakan.
dinyalakan.
dibuka
gelombang
untuk
dan
33
d) Pilih setting > replicase > sample for all sample diisi
1
e) Method description diisi
f) Data kemudian disimpan, file > save as > method >
name
2) Memberi nama sampel
a) Klik file > sample info > sampel ID diisi > tep. Terigu
1-1, tep. Terigu 1-2, dst.
b) Data kemudian disimpan, file > save as > sample
info
3) Operasional AAS
a) Lampu katoda dipasang kemudian dinyalakan lewat
komputer, icon lamp > klik setup > Zn
b) Klik icon flame > ON
c) Isi pada result nama data yang telah disimpan
d) Analisis dikerjakan dengan mengukur blanko terlebih
dahulu dengan cara memasukan selang ke dalam
blanko kemudian klik blanko (komputer), dilakukan 2
kali pengukuran blanko. setelah itu, dilanjutkan
dengan pengukuran larutan standar Zn satu persatu.
Larutan
berikutnya
yang
diukur
adalah
larutan
34
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Zn yang ditentukan dalam penelitian ini adalah
kadar Zn pada tepung terigu. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui berapa besar kadar Zn pada tepung terigu
serta membandingkan hasilnya dengan standar mutu
indonesia tentang tepung terigu. Penentuan kadar Zn
dalam tepung terigu dilakukan dengan
menggunakan
mineral
akibat
penguapan.
Metode
AAS
teroksidasi
sempurna,
larutan
kemudian
dibiarkan
35
hasil
kemudian
konsentrasi
ditentukan
larutan
standar
absorbansinya
yang
dengan
0,0485
0,3
0,0680
0,4
0,0913
0,5
0,1103
0,2170
0,4203
3.
4.
5.
6.
7.
36
8.
5
0,8868
10
1,2877
9.
f(x) =
R = 0
12
10
8
6
Absorbansi
4
2
0
0
10
Konsentrasi (ppm)
Dari data diatas diperoleh :
12
37
sampel
yang
kemudian
dihitung
kadar
Zn
38
BAS 08-2
3,817
BAS 09-1
3,573
3,7055
BAS 09-2
3,838
63,610
31
59,544
05
63,958
14
61,751
09
BAB I
39
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Analisis kadar seng (Zn) dalam tepung terigu bertujuan
untuk mengetahui kadar seng (Zn) yang terkandung dalam
tepung terigu dan membandingkan dengan SNI. Analisis ini
menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom. Hasil
dari penelitian ini menunjukan bahwa kadar Zn yang didapat
dalam tepung terigu sebesar 61-70 mg/g dan sesuai dengan
SNI.
B. Saran
benar-benar
memperhatikan
ketelitian
serta
40
Absorption
41
42
LAMPIRAN
43
44
45
46
B. Perhitungan
1. Menentukan kadar Zn
Kadar (mg/g)=
pembacaan
( mgL ) x V (mL) x Fp
Penimbangan(g)
a. BAS 05-1
47
mg
x 50 mL x 1
L
3,0006 g
mg
4,150
x 50 mL x 1
Kadar (mg/g)=
L
3,0005 g
= 69,15514 mg/g
Kadar (mg/g)=
4,211
BAS 05-2
Rata-rata =
70,1693+69,15514
2
= 69,66222
mg/g
b. BAS 06-1
Kadar (mg/g)=
3,953
mg
x 50 mL x 1 = 65,88114 mg/g
L
3,0001 g
BAS 06-2
Kadar (mg/g)=
3,720
mg
x 50 mL x 1 = 62,00000 mg/g
L
3,0000 g
48
Rata-rata =
65,88114+62,00000 = 63,94057
2
mg/g
c. BAS 07-1
Kadar (mg/g)=
mg
x 50 mL x 1
= 65, 44564 mg/g
L
3,0002 g
3,927
BAS 07-2
mg
3,942
x 50 mL x 1
Kadar (mg/g)=
L
3,0001 g
Rata-rata =
= 65,96781 mg/g
mg/g
d. BAS 08-1
Kadar (mg/g)=
BAS 08-2
3,795
mg
x 50 mL x 1 = 63,24789 mg/g
L
3,0001 g
49
mg
3,817
x 50 mL x 1 = 63, 61031 mg/g
Kadar (mg/g)=
L
3,0003 g
Rata-rata =
63,24789+63,61031 = 63,42910
2
mg/g
e. BAS 08-1
Kadar (mg/g)=
3,573
mg
x 50 mL x 1 = 59,544050 mg/g
L
3,0003 g
BAS 08-2
Kadar (mg/g)=
3, 838
mg
x 50 mL x 1
L
3,0004 g
Rata-rata =
75109 mg/g
2. Perhitungan % Recovery
= 63,958814 mg/g
59,544050+63,958814
2
= 61,
50
R=
C spikeC sampel
5,2653,934
x 100 =
x 100
C standard
2
= 0,6655
= 66,55%
C. Dokumentasi
x100
51
Gambar 8. Botol
52