Disusun oleh :
24030116130116
DEPARTEMEN KIMIA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
NIM : 24030116130116
Telah Diseminarkan :
Semarang,
Mengetahui, Menyetujui,
Koordinator PKL Dosen Pembimbing
ii
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
NIM : 24030116130116
Telah Diseminarkan :
Semarang,
Mengetahui, Menyetujui,
Kepala Laboratorium Kepala Sie. Pengujian Air
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat, inayah, taufik dan hidayah-Nya, shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada junjungan nabi-Nya yang mulia, Rasulullah Muhammad
SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan dan meyusun laporan praktek kerja
lapangan ini. Praktek kerja lapangan ini dimaksudkan untuk menambah
pengalaman dan mampu untuk lebih memahami dan mempelajari penerapan ilmu
kimia dalam hal analisa kimia air, khususnya di Cabang Dinas Energi dan Sumber
Daya Mineral provinsi Jawa Tengah wilayah Serayu Selatan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan PKL ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan selanjutnya.
Akhir kata, semoga laporan PKL ini dapat berguna bagi semua. Amin
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
IV.2 Lokasi ........................................................................................................ 28
IV.3 Metode Penelitian ...................................................................................... 28
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 33
V.1 Derajat Keasaman (pH) .............................................................................. 33
V.2 Kadar Besi (Fe) terlarut dalam sampel air tanah ........................................ 34
V.3 Kadar Klorida (Cl) terlarut dalam sampel air tanah ................................... 36
BAB VI PENUTUP .............................................................................................. 38
VI.1 Kesimpulan ............................................................................................... 38
VI.2 Saran .......................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 39
LAMPIRAN .......................................................................................................... 40
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O. Satu molekul air
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom
oksigen. Air besifat tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau pada
kondisi standar yaitu pada tekanan 100 kPa dan temperatur 273,15 K
(Larry, 1997). Air merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki
kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia, seperti garam-garam, gula,
asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik. Oleh karena
itu air menjadi suatu substansi yang penting yang sangat diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari.
Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan
banyak zat kimia. Kemampuan ini mengakibatkan air dapat melarutkan zat-
zat dari batu-batuan yang berkontak dengannya. Bahan-bahan mineral dan
anion yang dapat terkandung dalam air antara lain: Fe2O3, CaCO3, NaCl,
MgSO4, dll.
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di
minum. Menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah
tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung
mikroorganisme yang berbahaya, dan tidak mengandung logam berat.
Salah satu parameter penting air dalam pemanfaatan dan konservasinya
adalah kualitas air tanah. Dalam penulisan ini akan dicoba beberapa
perlakuan untuk mengestimasi kualitas air tanah dengan mengamati
beberapa parameter kimia yang terkandung dalam air, parameter yang
diamati adalah pH (derajat keasaman), besi terlarut (Fe) dan kandungan
klorida terlarut (Cl)
1
Dari berbagai fakta di atas maka dapat disimpulkan bahwa perlu adanya
penentuan tingkat kandungan kimia dalam peninjauan kualitas air beberapa
daerah di Cilacap. Dengan melakukan uji kimia air kita dapat mengetahui
nilai dan kelayakan kualitas air untuk kepentingan tertentu serta
membandingkannya dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No
492/MENKES/PER/IV/2010 sebagai tolak ukur prasyarat air tanah layak
minum.
1. Bagaimana cara pengujian Kimia air tanah sebagai syarat baku mutu air
minum?
2. Bagaimana tingkat kandungan air berdasarkan parameter Kimia sebagai
air konsumsi menurut baku mutu air minum?
I.3 Tujuan
2
BAB II
GAMBARAN UMUM PROFIL DINAS ESDM
PROVINSI JAWA TENGAH
KOTA SEMARANG
3
7. Tahun 1963 : Biro Minyak dan Gas Bumi diubah menjadi Direktorat
Minyak dan Gas Bumi yang berada di baah kewenangan Pembantu
Menteri Urusan Pertambangan dan Perusahaan-Perusahaan Tambang
Negara.
8. Tahun 1965 : Departemen Perindustrian Dasar dan Pertambangan
dipecah menjadi tiga departemen yaitu : Departemen Perindustrian
Dasar, Departemen Pertambangan, dan Departemen Usaha Minyak dan
Gas Bumi.
9. Pada tanggal 11 Juni 1965 Menteri Urusan Minyak dan Gas Bumi
menetapkan berdirinya Lembaga Minyak dan Gas Bumi (Lemigas).
10. Tahun 1966 : Departemen Urusan Minyak dan Gas Bumi dilebur
menjadi Kementrian Pertambangan dan Migas yang membawahi
Departemen Minyak dan Gas Bumi.
11. Tahun 1966 : dalam Kabinet Ampera, Departemen Minyak dan Gas
Bumi serta Departemen Pertambangan dilebur menjadi Departemen
Pertambangan.
12. Tahun 1978 : Departemen Pertambangan berubah menjadi Departemen
Pertambangan dan Energi.
13. Tahun 2000 : Departemen Pertambangan dan Energi berubah menjadi
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
4
1988 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pertambangan
Provinsi Jawa Tengah. Seiring Dengan Perkembangan waktu, Dinas
Pertambangan Provinsi Tingkat I Jawa Tengah sesuai Perda Provinsi Jawa
Tengah No. 1 Tahun 2002 berubah menjadi Dinas Pertambngan dan Energi
Provinsi Jawa Tengah. Dengan berubahnya nama tersebut, maka
kewenangan dan tupoksinya makin bertambah selain menangani bidang
pertambangan dan air bawah tanah (ABT) juga menangani bidang geologi,
panas bumi, ketenagalistrikan, dan migas.
Selanjutnya dengan telah diterbitkannya PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, maka dalam rangka optimalisasi tugas Dinas
Energi dan Sumber Daya Mineral di kabupaten dan atau kota sebagai unsur
pelaksanaan otonomi daerah telah diterbitkan Perda Provinsi Jawa Tengah
No. 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Provinsi Jawa
Tengah, dimana dalam pembentukan dinas baru tersebut Dinas
Pertambangan dan Energi Provinsi Jawa Tengah berganti menjadi Dinas
Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah yang kemudian
diperkuat dengan adanya Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 74 Tahun
2008 tentang Penjabaran Tupoksi dan Tata Kerja Dinas ESDM Jawa
Tengah.
Untuk melaksanakan sebagian tugas dan teknis operasional dan atau
kegiatan teknis penunjang dalam rangka melaksanakan kewenangan
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang berada di Kabupaten/Kota,
keberadaan fungsinya dalam memenuhi pelayanan kepada mesayarakat
semakin meningkat, maka berdasarkan Perda Provinsi Jawa Tengah No. 5
Tahun 2006, Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Jawa Tengah
memiliki unit pelaksana teknis sebagai berikut :
5
Seiring dengan diberlakukannya Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Tengah No. 6 Tahun 2008, maka unit pelaksana teknis pada Dinas ESDM
Provinsi Jawa Tengah mengalami perubahan sesuai Peraturan Gubernur
Jawa Tengan No. 46 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis pada Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah sebagai berikut :
6
5. Pematauan, evaluasi, dan pelaporan bidang energi dan sumber daya
mineral.
6. Pelaksanaan kesekertariatan dinas.
7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya.
1. Sekretariat.
2. Bidang Geologi, Mineral, dan Batubara.
3. Bidang Air Tanah dan Panas Bumi.
4. Bidang Ketenagalistrikan.
5. Bidang Minyak dan Gas Bumi.
6. UPT.
7. Kelompok Jabatan Fungsional.
Dalam Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Energi dan Sumber
Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah secara jelas digambarkan jenjang-
jenjang struktural yang terdiri dari Kepala Dinas sebagai unsur pimpinan
sampai kepada jenjang yang berada di bawahnya sebagai unsur pelaksana.
Hal ini memperlihatkan bahwa adanya pembagian tugas yang dilaksanakan
secara menyeluruh. (Pergub Jateng, 2008).
7
Gambar 1. Bagan Organisasi Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah
1. Visi
2. Misi
3. Motto
8
Pelayanan MINERAL “Mudah, Ikhlas, Nyaman, Efisien, Ramah,
Akuntabel, Legal“. (Pergub Jateng, 2008).
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 Air
Air adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna, dan bau, yang
terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimiawi H2O. Karena air
merupakan suatu larutan yang bersifat universal, maka zat-zat yang paling
alamiah maupun buatan manusia hingga tingkat tertentu terlarut di
dalamnya. Dengan demikian, di dalam air akan mengandung zat-zat terlarut.
(Soeripto, 1976).
Daur hidrologi merupakan salah satu dari peristiwa alam yang unik dan
tidak diketahui awal hingga akhir siklusnya. Namun, dalam siklus ini
diketahui bahwa rupa air terbagi dalam tiga bentuk dimana berupa cairan,
padatan dan berupa gas. Sejalan dengan peristiwa alam tersebut maka dapat
dipahami adanya perbedaan sifat fisik, kimiawi dan bakteriologis, dari
sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk penyediaan air minum. Sumber
utama untuk air bersih dapat berasal dari air hujan, air permukaan dan air
tanah. (Sutrisno, 1987).
1. Air Hujan
10
memperoleh atau terkendala dengan keberadaan air permukaan dan air
tanah pada daerah tertentu.
2. Air Permukaan
3. Air Tanah
Air tanah adalah air yang berada dibawah permukaan tanah , terdapat
diantara pori-pori tanah dan batuan. Air tanah memiliki ketersediaan
lebih banyak dibandingkan dengan air hujan namun memiliki
kertersediaan yang lebih sedikit dibandingkan air permukaan. Ciri air
tanah yaitu memiliki suspended solid rendah namun memiliki dissolved
solid yang tinggi. Dengan demikian permasalahan air tanah yang
mungkin timbul ialah tingginya kandungan total dissolved solids (TDS)
besi dan mangan. Pemanfaatan air tanah ini umumnya lebih utamakan
masyarakat sebagai air konsumsi di lingkup perdesaan.
11
tersebut. Permukaan yang merupakan bagian atas dari tubuh air disebut
permukaan preatik. Volume air yang meresap ke dalam tanah tergantung
pada jenis lapisan batuannya. Terdapat dua jenis lapisan dalam tanah yaitu
lapisan kedap air (impermeable) dan lapisan tak kedap air (permeable).
· Air tanah atau air bawah permukaan adalah batasan yang digunakan
untuk menggambarkan semua air yang ditemukan di bawah permukaan
tanah. Keberadaan air tanah dikontrol oleh sejarah dan kondisi geologi,
deliniasi dan kondisi batas tanah dan formasi batuan di suatu wilayah
dimana air mengalami perkolasi. Faktor lain yang berpengaruh adalah
aktivitas dan iklim lingkungan sekitarnya, baik secara alami maupun
dipengaruhi oleh manusia. Jika air tanah tersebut secara ekonomi dapat
dikembangkan dan jumlahnya mencukupi untuk keperluan manusia, maka
formasi atau keadaan tersebut dinamakan lapisan pembawa air atau akuifer
baik berupa formasi tanah, batuan atau keduanya.
· Air tanah adalah air yang berada pada lapisan di bawah permukaan
tanah. Kedalaman air tanah di tiap tempat tidak sama karena dipengaruhi
oleh tebal atau tipisnya lapisan permukaan di atasnya dan kedudukan
lapisan air tanah tersebut. Kedalaman air dapat dilihat dari sumur-sumur
yang digali oleh penduduk. Permukaan bagian atas air itu lebih preatik.
· Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan
di bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air
Selain air sungai dan air hujan, air tanah juga mempunyai peranan yang
sangat penting terutama dalam menjaga keseimbangan dan ketersediaan
bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga (domestik) maupun untuk
kepentingan industri. Dibeberapa daerah, ketergantungan pasokan air bersih
dan air tanah telah mencapai ± 70%.
Air tanah secara umum mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan,
khususnya dari segi bakteriologis, namun dari segi kimiawi air tanah
mempunyai beberapa karakteristik tertentu tergantung pada lapisan
kesadahan, kalsium, magnesium, sodium, bikarbonat, pH, dan lain-lainnya.
12
Menurut letaknya, air tanah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu air
tanah permukaan (Freatik) dan air tanah dalam:
1. Air tanah permukaan (Freatik) adalah air tanah yang terdapat di atas
lapisan tanah / batuan yang tidak tembus air (impermeable). Air
yang ada di sumur, sungai, danau dan rawa termasuk jenis ini.
2. Air tanah dalam (Artesis), adalah air tanah yang terdapat di bawah
lapisan tanah/ batuan yang tidak tembus air (impermeable). Untuk
memperoleh air tanah jenis ini harus dilakukan pengeboran. Sumur
bor atau artesis merupakan salah satu contoh sumur yang airnya
berasal dari air tanah dalam.
Menurut asalnya air tanah dapat dibedakan menjadi air tanah yang
berasal dari atmosfer (angkasa) dan air tanah yang berasal dari dalam perut
bumi:
1. Air tanah yang berasal dari atmosfer disebut meteoric water, yaitu
air tanah ber asal dari hujan dan pencairan salju.
2. Air tanah yang berasal dari dalam bumi misalnya air tanah turbir
(yaitu air tanah yang tersimpan di dalam batuan sedimen) dan air
tanah juvenil yaitu air tanah yang naik dari magma bila gas-gasnya
dibebaskan melalui mata air panas.
Air yang meresap ke bawah permukaan tanah dalam bentuk penelusan
maupun peresapan, dalam perjalanannya membawa unsur-unsur kimia.
Komposisi zat terlarut dalam air tanah dapat dikelompokkan menjadi 4
(empat) kelompok (dalam Hadipurwo, 2006):
1. Unsur utama (major constituents), dengan kandungan 1,0-1000
mg/l, yakni: natrium, kalsium, magnesium, bikarbonat, sulfat,
klorida, silika.
2. Unsur sekunder (secondary constituents), dengan kandungan 0,01-
10 mg/l, yakni besi, strountium, kalium, kabornat, nitrat, florida,
boron.
3. Unsur minor (minor constituents), dengan kandungan 0,0001-0,1
mg/l, yakni atimon, aluminium, arsen, barium, brom, cadmium,
13
krom, kobalt, tembaga, germanium, jodium, timbal, litium, mangan,
molibdiunum, nikel, fosfat, rubidium, selenium, titanium, uranium,
vanadium, seng.
4. Unsur langka (trace constituents), dengan kandungan biasanya
kurang dari 0,001 mg/l, yakni berilium, bismut, cerium, cesium,
galium, emas, indium, lanthanum, niobium, platina, radium,
ruthenium, scandium, perak, thalium, tharium, timah, tungsten.
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air
minum.
14
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan keperluan perikanan dan
peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian,
usaha perkantoran, industri, dan PLTA.
1. Mengetahui nilai kualitas air dalam bentuk parameter fisik, kimia, dan
biologi.
2. Membandingkan nilai kualitas air tersebut dengan baku mutu sesuai
dengan peruntukannya menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 20 Tahun 1990.
3. Menilai kelayakan suatu sumber daya air untuk kepentingan tertentu.
(Effendi, 2003).
1. Syarat fisik :
15
Syarat-syarat kekeruhan dan warna harus dipenuhi oleh setiap jenis air
dimana dilakukan penyaringan dalam pengelolaannya. Kadar (bilangan)
yang diisyaratkan dan tidak boleh dilampaui adalah sebagai berikut :
2. Syarat Kimia
Air tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia
tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan.
16
Mg2+ ppm 50
T.Fe ppm 0,3
T.Mn ppm 0,1
T.Cu ppm 1
T.Pb ppm 0,1
T.Zn ppm 0,5
T.Cr ppm 0,05
Cr6+ ppm -
T.Mg ppm -
T.As ppm 0,2
T.FF ppm 1
CN- ppm 0,01
phenol ppm 0,001
R Chlorine ppm -
T.Cd ppm -
Radioaktif - 10-9 c/ml
Activity - 10-8 c/ml
General -
Bacteria -
Caliform Mpn 10
Bacteria -
(Sutrisno, 1987)
3. Syarat Bakteriologik
a. Bakteri thypsum.
b. Vibrio colerae.
17
c. Bakteri dysentriae.
d. Entamoeba hystolotica.
e. Bakteri enteritis (penyakit perut).
18
ditetapkan. Unsur/bahan-bahan tersebut adalah phenolik, arsen, seleniuim,
chromium martabat 6 (Cr6+), cyanida, timbal, dan air raksa.
Adapun tinjauan secara terinci terhadap setiap unsur yang tercantum
dalam standar persyaratan kimia air di bawah ini :
1. Derajat Keasaman ( pH )
Bahan padat (solids) adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada
penguapan dan pengeringan pada suhu 1030-1050 C. Dalam analisa air,
dikenal beberapa istilah tentang bahan padat ini. Istilah-istilah itu
adalah :
19
Departemen. Kesehatan. RI. Untuk ini adalah batas 500 mg/L.
(William, 1975).
4. CO2 Agresif
CO2 yang terkandung dalam air berasal dari udara dan hasil
dekomposisi zat organik. Permukaan air biasanya mengandung CO2
bebas kurang dari 10 mg/L, sedangkan pada dasar air konsentrasinya
dapat lebih dari 10 mg/L. Menurut bentuknya CO2 dalam air dibedakan
dalam :
20
5. Kesadahan Total (Total Hardness)
6. Kalsium (Ca)
7. Magnesium (Mg)
8. Besi (Fe)
21
ini tubuh membutuhkan 7-35 mg unsur perhari, yang tidak hanya
diperolehkan dari air.
Atas dasar pertimbangan tersebut, maka diterapkanlah standar
konsentrasi maksimum Fe dalam air minum oleh Dep. Kes. RI sebesar
0,3 mg/L. (William, 1975).
9. Mangan (Mn)
22
Konsentrasi standar maksimum yang ditetapkan oleh Departemen
Kesehatan RI untuk Zn ini adalah sebesar 3 mg/L sebagai batas
maksimal yang diperbolehkan. (Depkes RI, 2010).
Konsentrasi 250 mg/L unsur ini dalam air merupakan batas maksimal
konsentrasi yang dapat mengakibatkan timbulnya rasa asin. Klorida
dalam konsentrasi yang layak adalah tidak berbahaya bagi manusia. US
Public Health Service menyatakan chlorida hendaknya dibatasi sampai
250 mg/L dalam air yang akan digunakan umum. Sebelum pemeriksaan
bakteriologis, berkembang percobaan kimia untuk chlorida dan
nitrogen, dalam berbagai bentuk digunakan sebagai dasar dalam
pendeteksian kontaminasi air tanah oleh air bekas.
Klorida dalam jumlah kecil dibutuhkan sebagai desinfektan. Unsur ini
apabila berkaitan dengan ion Na+ dapat menyebabkan rasa asin, dan
dapat merusak pipa-pipa air. Konsentrasi maksimal chlorida dalam air
yang ditetapkan sebagai standar persyaratan oleh Departemen
Kesehatan. RI adalah 250 mg/L sebagai konsentrasi maksimal yang
diperbolehkan. (Depkes RI, 2010).
Ion sulfat adalah salah satu anion yang banyak terjadi pada air alam. Ia
merupakan sesuatu yang penting dalam penyediaan air untuk umum
karena pengaruh pencucian perut yang bisa terjadi pada manusia
apabila ada dalam konsentrasi yang cukup besar. Karena alasan ini US
Public Health Service Standard menyatakan satu batas yang tinggi 250
mg/L dalam air yang digunakan untuk konsumsi manusia.
Konsentrasi standar maksimal yang ditetapkan oleh Dep. Kes. RI untuk
SO42- dalam air minum adalah sebesar 250 mg/L sebagai batas
maksimum yang diperbolehkan. (Depkes RI, 2010).
23
Terdapat ammonia dalam air erat hubungannya dengan siklus N di
alam. Dengan melihat siklus tersebut dapat diketahui bahwa ammoia
(NH4+) dapat terbentuk dari :
24
sebesar 3-5 mg/hari tidak menimbulkan gangguan begitu juga untuk
single-dose sebesar 10 mg. Pada konsentrasi 0,2 mg/L bersifat letal
terhadap ikan air tawar, yang jika terklorinasi akan berubah menjari
oral toxicity yang akut 1/20 daripada cyanida.
Standar konsentrasi maksimal yang diperbolehkan untuk CN dalam air
minum menurut Dep. Kes. RI sebesar 0,07 mg/L. Angka ini lebih kecil
daripada angka yang ditetapkan oleh US Public Health Service maupun
WHO internasional yaitu 0,2 mg/L. (Depkes RI, 2010).
25
1. Sumber cahaya berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis dengan
berbagai macam rentang panjang gelombang. Sumber cahaya yang
biasa digunakan pada spektrofotometer adalah lampu wolfram atau
lampu deuterium (D). Sinar yang dipancarkan dipusatkan pada sebuah
cermin datar yang kemudian dipantulkan dan diteruskan melalui
monokromator.
2. Monokromator berfungsi untuk mengubah cahaya polikromatik menjadi
cahaya monokromatik sesuai dengan panjang gelombang yang dipakai
pada saat pengukuran. Bila sebuah cahaya polikromatik melalui sebuah
prisma maka akan terjadi penguraian atau disperse cahaya.
3. Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel. Kuvet
merupakan tempat contoh atau wadah sampel, syarat-syarat yang
terpenting pada kuvet adalah :
III.9 Argentometri
26
reaksi kompleks dan lain sebagainya. (disini hanya dibahas tentang titrasi
asam basa).
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan
biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui
konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam
“buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.
Titrasi Argentometri merupakan alah satu jenis dari titrasi pengendapan
yang telah lama dikenal yaitu melibatkan reaksi pengendapan antara
ion halida (Cl-, I-, Br-) dan ion perak Ag+.
27
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Berikut adalah beberapa sampel air tanah yang diuji derajat keasaman
(pH), kandungan besi (Fe) terlarut, dan kandungan klorida (Cl) terlarut
adalah :
IV.2 Lokasi
1. Pengujian pH
a. Acuan
SNI 06-6989.11-2004
b. Ruang Lingkup
Metode ini meliputi, cara uji derajat keasaman (pH) air dan air
limbah dengan menggunakan alat pH meter.
c. Prinsip
28
Metode pengukuran pH berdasarkan pengukuran aktifitas ion
hidrogen secara potensiometri/elektrometri dengan menggunakan
pH meter.
d. Bahan
- Larutan penyangga 4, 7, dan 10
e. Peralatan
- pH meter dengan perlengkapannya;
- pengaduk gelas atau magnetik;
- gelas piala 250ml;
- kertas tissue;
- timbangan analitik;
- termometer
f. Prosedur
- keringkan dengan kertas tisu selanjutnya bilas dengan air
suling
- bilas elektroda dengan air uji
- celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai pH meter
menunjukkan pembacaan yang tetap
- catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan pH
meter
2. Pengujian Klorida
a. Acuan
SNI 06-6989.19-2004
b. Ruang Lingkup
29
c. Prinsip
d. Bahan
e. Peralatan
- Buret
- Erlenmeyer 250mL
f. Prosedur
- Titrasi blanko
30
g. Perhitungan
𝑚𝑔 (𝐴 − 𝐵)𝑥𝑁𝑥35450
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐶𝑙𝑜𝑟𝑖𝑑𝑎 ( )=
𝐿 𝑉
Keterangan:
3. Pengujian Fe
a. Acuan
Manual book dari Spektrofotometer UV-Vis HACH DR2800
b. Bahan
- Reagen Ferrover
c. Peralatan
- Spektrofotometer UV-Vis HACH DR2800
- Cuvet 25mL
d. Prosedur
- Pengambilan sampel 50mL masukkan ke dalam beker gelas
250mL
- Penghidupan Spektrofotometer dan di setting untuk pengujia
Fe
- Penyiapan cuvet dan reagen ferrover
- Pengambilan sampel sebanyak 10mL lalu dimasukkan
kedalam cuvet pertama
- Penambahan reagen ferrover ke dalam cuvet kedua dan
penggojogan
31
- Penuangan 25mL aquades ke dalam cuvet kedua sebagai
blanko
- Pengujian
32
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian terhadap air tanah yang dilakukan di Cabang Dinas Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM) provinsi Jawa Tengah wilayah Serayu Selatan
dengan judul Pengujian Sifat Kimia Air Tanah sebagai Prasyarat Baku Mutu Air
Minum dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui cara uji terhadap parameter
kimia air, mengetahui kualitas air tanah serta membandingkannya dalam hal
kualitas parameter baku mutu air layak minum.
Sampel pH
S1 7,76
S2 8,00
S3 7,53
S4 7,63
S5 8,47
Dalam kasus air tanah perhitungan pH mungkin saja terjadi sangat
beragam sesuai dengan keadaan lingkungan air tersebut yang akan
mempengaruhi besar kecilnya nilai pH. Maka diterapkanlah nilai maksimum
pH air tanah menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.492/MENKES/PER/IV/2010 sebesar 6,5-8,5.
Dari tabel 3, hasil pengujian seluruh sampel telah memenuhi prasyarat
baku mutu air minum sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.492/MENKES/PER/IV/2010.
33
V.2 Kadar Besi (Fe) terlarut dalam sampel air tanah
34
Gambar 3. Kompleks Fe orto-phenanthroline
35
V.3 Kadar Klorida (Cl) terlarut dalam sampel air tanah
S1 6,00
S2 4,80
S3 12,71
S4 3,35
S5 4,40
Dari data dalam tabel 5 diolah menjadi data matang kadar klorida
dihasilkan nilai sebagai berikut:
36
S4 31,20
S5 23,79
Dari data hasil dalam tabel 6 di tinjau dari kadar maksimum klorida
yang diperbolehlan oleh PERMENKES No.492/MENKES/PER/IV/2010
maka dari kelima sampel tersebut memenuhi syarat baku mutu air minum.
37
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
VI.2 Saran
38
DAFTAR PUSTAKA
Albert dan Santika, Sri Sumestri. 1984.Metode Penelitian Air. ITS Press.
Surabaya
Hadipurwo, S., Syafran, M., dan Hidayat, R.S., 2006, Survei Hidrogeologi dan
Konservasi Air Tanah Daerah Bontang, Kalimantan Timur, Bandung:
Direktorat Geologi Tata Lingkungan. (Laporan Terbuka)
Sutrisno C.Totok, Eny Suciastuti. 1987. Teknologi Penyediaan Air Minum. PT.
Bina Aksara. Jakarta.
William A Andrews, Donna K Moor, dan Alex C Lorey. 1975. A Guide To The
Study Of Environmental Pollution. P.100-205.
39
LAMPIRAN
Lampiran 1.
Perhitungan kadar klorida (Cl) terlarut
V Sampel = 50 mL
[AgNO3] = 0,01 M
40
Kadar Cl−= 24,08 mL
41
Lampiran 2
Tabel 7. Parameter Fisika dan Kimia Sebagai Prasyarat Baku Mutu Air Minum
(Depkes, 2010)
42