Anda di halaman 1dari 69

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan : Analisa Kadar Klorin (Cl​2​) Pada Air Metode Spektrofotometer UV-VIS
Nama Siswa : ​Fajar Derisman
NIS : ​10131408947
Lokasi : ​Balai Besar Industri Agro Bogor

Disahkan pada tanggal …..,……………….,2015


Oleh :

Pembimbing Sekolah ​Pembimbing Di Laboratorium

​Tri Pristiwiwati Marrie Rachell


NIP. 196510131989022001 NIP. 199001282014022001
Tanggal ……………........ Tanggal …………………..

Mengetahui

Kepala SMKN 1 Cibadak​ ​A/N Kepala Industri Agro


​Kepala Bagian Kepegawaian

Drs. Juanda, Msi Anton Simorangkir, SH

1
NIP. 196403081989031007 NIP. 196007211983031007

2
RINGKASAN
Air adalah zat yang tidak mempunyai rasa, warna, dan bau yang terdiri dari
hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H​2​O. Air merupakan suatu larutan yang
bersifat universal (Linsley, 1991).
Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan fungsinya tidak
pernah dapan digantikan oleh senyawa lain. Dalam keadaan kesulitan bahan pangan dan air,
manusia mungkin dapat bertahan hidup tanpa makan lebih dari 2 bulan, tetapi tanpa minum
akan meninggal dalam waktu kurang seminggu (Winarno, 1982).
Air Minum Dalam Kemasan yang selanjutnya disebut AMDK adalah air yang telah diproses
tanpa bahan pangan lainnya dan bahan tambahan pangan, dikemas serta aman diminum. (
Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor 49/M-IND/PERS/3/2012)
Klorin adalah unsur yang umum di bumi, tetapi tidak ditemukan secara alami dalam
keadaan murni karena sangat reaktif dan cenderung membentuk senyawa dengan
unsur-unsur lainnya.pada suhu kamar dan tekanan normal, klorin adalah gas kuning-hijau yang
lebih berat dari udara.
Konsentrasi yang sangat rendah klorin sudah cukup untuk membunuh sebagian besar
organisme penyebab penyakit. Klorin digunakan dalam industri untuk memproduksi plastik,
insektisida, dan obat-obatan; untuk membersihkan air untuk minum dan kolam renang; dan
sebagi agen pemutih dalam industri kertas.

3
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Alhamdulilah dan rasa syukur atas rahmat Allah SWT yang
telah memberi karunia-Nya serta izinnya kepada penyususn sehingga dapat
menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang berjudul ”Analisa Kadar
Klorin (Cl​2​) Pada Air Metode Spektrofotometer UV-VIS” tepat waktu dan dengan baik.
Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh pendidikan di
SMKN 1 Cibadak, Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan selama 3 bulan dari
tanggal 27 Juli s/d 27 Oktober 2015 di Balai Besar Industri Agro Bogor, Jalan Ir. H
Juanda No. 11, Bogor.
Penyusun menyadari dalam menyelesaikan laporan PKL ini banyak dibantu oleh
berbagai pihak yang membantu material maupun spiritual, walaupun penulis menyadari
masih banyak kesalah dalam penulisan laporan ini.Oleh karena itu melalui kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT
2. Ibu ​Ir. Rochmi Widjajanti, M.Eng​ selaku direktur BBIA
3. Bapak Drs. Juanda, M.Si selaku kepala sekolah SMKN 1 Cibadak
4. Bapak Mulhaquddin S, S.Si, M.Si selaku kepala Seksi Pengujian
5. Ibu Tri Pristiwiwati.STP.MMPd selaku pembimbing I yang telah memberi bekal
ilmu dan pengarahan
6. Kakak Marrie Rachell selaku pembimbing II yang telah membantu dan
membimbing selama PKL
7. Orang tua dan keluarga yang selalu memberi dukungan moril dan materil
8. Bapak Wagiyono dan Ibu Tri yang sudah membimbing selama di sekolah
9. Teh Asri Wahyuni yang sudah membantu selama praktik di sekolah
10. Seluruh pengajar SMKN 1 Cibadak atas semua jasa dan ilmu yang diberikan
11. Seluruh staff Lab. Kimia air dan lingkungan (Bu Tina, Bu Fientje, Pak Chaerul,
Pak Agus, Kak Silvi, Bu Triana, Kak Marrie, Kak Achmad) yang sudah
mengajarkan ilmu baru selama PKL.
12. Teman seperjuangan di BBIA (Radea, Ayu, Yona, chelsy, Andiani, Ikrom,
Widya, Teh Ninda, Indra) yang sama-sama bekerja keras membuat laporan.
13. A Umar Bahari yang baik selama di kosan

4
14. Buat semua anak XII A1 dan A2 yang sama-sama PKL.
Akhir kata , penyususn mengharapkan agar semua tugas yang penyususn laksanakan
selama ini menjad ibadah dan mendapatkan ridha dari Allah SWT. Semoga laporan ini
bisa dapat memberi manfaat bagi semua yang membacanya.

Sukabumi, Oktober 2015

Penyusun

5
6
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
RINGKASAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Tempat dan Waktu
1.4 Metode
BAB II KEADAAN UMUM PERUSAHAAN / LEMBAGA / LABORATORIUM
3.1 Riwayat Perusahaan / Lembaga
3.2 Visi dan Misi
3.3 Bidang Usaha
3.4 Struktur Organisasi dan Manajemen
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Air
3.2 Klorin
3.3 Teori Spektrofotometer
3.4 Teori Verifikasi dan Limit Deteksi
BAB IV METODE ANALISIS
4.1 Penetapan Kadar Klorin Pada Air Metode Spektrofotometer UV-VIS
4.2 Pelaksanaan Verifikasi
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
5.2 Pembahasan
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran

7
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Susunan organisasi di BBIA


Tabel 2 Kadar ion-ion halogen pada perairan alami
Tabel 3. Data Hasil Pembacaan Deret Standar
Tabel 4. Hasil uji akurasi perolehan kembali (Recovery) kadar klorin dalam air
Tabel 5. Hasil uji presisi keterulangan (Repeatibility) kadar Klorin dalam contoh air
Tabel 6 Hasil penetapan limit deteksi instrumen
Tabel 7 hasil pengulangan 10 kali limit deteksi

8
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 BBIA 1920, 1959, 2009


Gambar 2 Contoh Air Minum
Gambar 3 Contoh Air Demineral
Gambar 4 Contoh Air Baku
Gambar 5 Contoh Air Limbah
Gambar 6 Gas Klor
Gambar 7 Kurva kalibrasi spektrofotometer
Gambar 8 Skema bagian-bagian alat spektrofotometer
Gambar 9 Dispersi cahaya oleh prisma
Gambar 11 Foto tube
Gambar 12 skema single beam
Gambar 13 skema double beam
Gambar 14 Hubungan Bias dan Presisi
Gambar 15 Grafik Pengendalian uji akurasi

9
10
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan Kepegawaian BBIA


Lampiran 2. Data Hasil Limit Deteksi
Lampiran 3. Data Hasil Uji Presisi (Repitabilitas)
Lampiran 4. Data Hasil uji Akurasi
Lampiran 5. Buku Sumber
Lampiran 6. Instruksi Kerja Alat Spektrofotometer UV-Vis
Lampiran 7. Spektrofotometer yang dipakai

11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan unsur utama pembangunan sumber daya manusia, harus
secara jelas berperan membentuk peserta didik menjadi aset bangsa, yaitu sumber
daya manusia yang berakhlak mulia dan berkeahlian profesional. Dengan demikian
setiap insani hasil pendidikan memiliki kemampuan profesional sesuai bidang
keahliannya.
Keahlian profesional yang harus dikuasai oleh setiap orang atau peserta didik
adalah kemampuan berupa ilmu pengetahuan, keteknikan atau keterampilan dan
sikap profesional (kiat). Ketiga unsur tersebut dapat diperoleh peserta didik selama
belajar di sekolah (khususnya sekolah kujuruan atau SMK), tetapi masih dalam
bentuk metodik didaktik belum pada kondisi praktik yang nyata (sungguhan).
Untuk itu peserta didik perlu mendapatkan pengalaman belajar pada kondisi
praktik yang nyata, yaitu yang ada di dunia industri atau masyaraka. Dua hal yang
hendak dicapai melalui belajar di industri/masyarakat yang pertama adalah
penguasaan atas penerapan teknologi yang mana industri umumnya lebih cepat dan
lebih maju dibandingkan di sekolah. PKL diharapkan dapat menjadi wahana yang
dapat memperkecil kesenjangan yang ada antara sekolah dengan industri.
Kedua, terkait dengan pembentukan sikap profesional pada peserta didik di
industri akan lebih mudah dicapai. Melaksanakan tugas bekerja di lini produksi
baik produksi barang atau jasa, akan memeberikan pengalaman untuk menanggung
resiko dan bertanggung jawab atas berhasil atau gagalnya suatu tugas bagi peserta
didik. Hal seperti itu jarang atau sulit diperoleh ketika melaksanakan tugas belajar
praktik di sekolah.
Memperhatikan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan
potensi dan pembangunan karakter setiap peserta didik. Pembelajaran berlangsung
di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh
lembaga pendidikan formal (sekolah) merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian kegiatan dari mulai perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Proses

12
pembelajaran yang berlangsung di masyrakat/industri yang juga menjadi program
kurikuler di sekolah, khusus SMK disebut Praktik Kerja Lapangan (PKL) atau
yang sebelumnya disebut Praktik Kerja Industri (Prakerin).

13
14
1.2 Tujuan
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan dengan tujuan, antara lain:
1. Memberikan pengalaman nyata kepada peserta didik (siswa) dalam bentuk
belajar di dunia kerja atau laboratorium industri
2. Meningkatkan kemampuan siswa baik sikap, pengetahuan dan
keterampilannya terutama pada kompetensi yang belum atau masih kurang
didapatkan selama pembelajaran di sekolah.
3. Meningkatkan kerjasama antara sekolah menengah kejuruan (SMK) dengan
Lembaga Pemerintahan atau Swasta dan Industri yang memiliki Laboratorium
pengujian dan kalibrasi, laboratorium penelitian atau laboratorium
pengembangan kompetensi pengujian.

1.3 Tempat dan Waktu


Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan di Balai Besar Industri
Agro (BBIA) Bogor yang dilaksanakan sesuai dengan kurikulum SMK Negeri 1
Cibadak selama kurang lebih tiga bulan, di mulai dari tanggal 27 Juli 2015 sampai
dengan 27 Oktober 2015. Kegiatan yang dilakukan pada waktu PKL adalah untuk
pengenalan diri kepada perusahaan dimulai dari lingkungan perusahaan,
laboratorium,dan sebagainya yang berkaitan dengan seluk-beluk perusahaan/intansi
tersebut.

1.4 Metode
Dalam usaha penyusunan laporan hasil kerja lapangan ini, penulis melakukan
metode sebagai berikut :
1. Mengunjungi perpustakaan
2. Riset ke lapangan
Riset ini dilakukan dengan mengadakan penelitian dilaboratorium kimia air.
Untuk memperoleh data yang diperlukan penulis menggunakan cara melalui :
a. Observasi
Cara ini dilakukan dengan mengamati pada waktu praktik.
b. Wawancara
Cara ini dilakukan dengan bertanya langsung ke narasumber.

15
c. Teori
Cara ini dilakukan dengan mencatat informasi yang disampaikan oleh
pembimbing
d. Diskusi
Cara ini dilakukan dengan saling bertukar pendapat dengan sesama anak PKL.

16
17
BAB II

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN / LEMBAGA / LABORATORIUM

3.1 Riwayat Perusahaan / Lembaga


Balai Besar Industri Agro (BBIA) merupakan institusi yang memberikan jasa
pelayanan teknis kepada masyarakat industri, khususnya industri hasil pertanian,
dalam rangka mewujudkan pengembangan industri yang berdaya saing kompetitif
baik secara nasional maupun internasional.
Awal berdiri tahun 1890 dengan nama Agricultuur Chemisch Laboratorium
dalam lingkungan Departement van Landbouw,Nijverheid en Handel dengan tugas
antara lain:
a. Melayani para ahli dan sarjana pertanian dalan meneliti tanaman-tanaman tropis
terutama yang ada di Kebun Raya serta arti ekonomi dari tanaman-tanaman
tersebut.
b. Memeriksa/menguji barang-barang dan bahan untuk intansi pemerintah
terutama dalam bidang pertanian, perdagangan, dan sebagainya.
Tugas pengujian berkembang dengan pesat mengikuti kemajuan bidang
pertanian dan perdagangan terutama dengan barang-barang ekspor serta
perdagangan dalam negeri sebagai hasil pembinaan dari bagian Nijverheid dalam
Departement Van Lanbouw, Nijverheid en Handel. Maka dalam 1909 nama
Laboratorium diganti menjadi Bureau voor Landbow en Handal-analyse
berdasarkan keputusan Gubernur Jendral Ned. Indie tanggal 29 Januari 1909 dan
tercatat dalam Javasche Couran sebagai Besluit van Direcctur voor Landbouw No.
3952 tanggal 27 Mei 1909.
Tugas pengujian makin berkembang di samping tugas-tugas rutin penelitian,
dan dengan perbaikan serta penambahan fasilitas, tempat dan perlatan menjadikan
Laboratorium ini paling terkemuka di Indonesia pada waktu itu. Dengan makin
meningkatkan peranan Laboratorium ini dalam menguji barang-barang ekspor,
impor dan perdagangan dalam negeri, serta dalam penelitian-penelitian agrokimia
yang merintis pertumbuhan agro industri dalam negeri maka terjadi penggantian

18
nama Laboratorium, yaitu dalam tahun 1911 menjadi Handels Laboratorium dan
tahun 1918 menjadi Analytisch Laboratorium.
Dalam tahun 1934 Laboratorium Kimia Tumbuh-tumbuhan (Phytochemisch
Laboratorium) dalam lingkungan Kebun Raya dan balai penelitian yang tergabung
dalam Balai Besar Penyelidikan Pertanian (Algemeen Proefstation voor de
Landbouw ) melebur diri kedalam Analytisch Laboratorium, dan gabungan
menamakan diri sebagai ​Laboratorium voor Scheikundig Onderzoek​ terdiri dari
Laboratorium-laboratorium sebagai berikut :
a. Laboratorium Analitika
b. Laboratorium Kimia Tumbuh-tumbuhan
c. Laboratorium Kimia Pertanian
d. Laboratorium Harsa
e. Laboratorium Minyak Atsiri
Penelitian-penelitian di bidang agrokimia berjalan dengan seiring tugas
pengujian yaitu pengujian hasil-hasil pertanian dalam arti yang luas untuk
kepentingan ekspor dan memajukan industri pengolahan hasil pertanian dalam
negeri. Penelitian phytokimia dan minyak atsiri sudah dirintis sejak didirikannya
Laboratorium ini. Diberlakukannya sistem pengawasan susu, ditunjuknya
Laboratorium ini sebagai penguji kulit kina oleh pabrik kina Bandung, sistem
pengujian air minum dan pengawasan minuman beralkohol, membuat
Laboratorium voor Scheikundig Onderzoek menjadi Laboratorium terkemuka di
jaman Hindia Belanda.
Di jaman pendudukan Jepang (1942-1945), Balai Penyelidikan Kimia di beri
nama ​Gunsaikanbu Kagaku Kenkyusyu​ dengan tugas terutama melakukan “applied
research”. Tugas ini menjadi cirri Balai seterusnya.
Pada jaman Revolusi Fisik, Balai di masukan dalam Kementrian Kemakmuran
Republik Indonesia dan ikut hijrah ke Klaten, Solo dan Yogyakarta, Pada waktu
kantor di bogor dikuasai Belanda. Pada tahun 1950, pemerintah R.I. kembali ke
Jakarta dan Balai Penyelidikan Kimia kembali melakukan tugasnya seperti biasa.
Lanjutan hijrah ke Klaten telah melahirkan Balai Penyelidikan Kimia
Surabaya (Sekarang Balai Riset dan Standarisasi/BARISTAN SURABAYA)
dalam tahun 1951.

19
Tahun 1951 Balai Penyelidikan Kimia dimasukan ke dalam Departemen
Perdagangan dan Perindustrian yang kemudian berubah menjadi kementrian
Perekonomian, Tahun 1957 Balai dimasukan ke dalam Kementrian Perindustrian
dan tahun 1959 di dalam Departemen Perindutrian Rakyat.
Tahun 1980 Balai Penyelidikan Kimia/Balai Penelitian Kimia berubah
menjadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil
Pertanian (BBPPIHP) dan berada dibawah Departemen Perindustrian. Tahun 2002
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian berubah
menjadi Balai Besar Industri Agro (BBIA) sampai saat ini dan berada dalam
lingkungan Departemen Perindustrian.

Gambar 1 BBIA 1920, 1959, 2009


(Sumber : http://www.bbia.go.id)

3.2 Visi dan Misi


Visi dan Misi merupakan pedoman untuk menentukan arah, tujuan, sasaran
pengembangan bisnis dan kompetensi di masa mendatang.
Visi BBIA adalah menjadikan institusi yang profesional, semakin mandiri dan
terkemukan dalam memberikan jasa pelayanan teknis bagi institusi yang unggul di
bidang komponen aktif bahan alami komoditas agro pada tahun 2015. Visi itu
sudah terrealisasikan yakni, BBIA akan menjadi institusi yang mampu menangani
jasa pelayanan kepada industri secara profesional yang didukung oleh litbang yang
handal seiring dengan permintaan pasar yang terus berkembang dan juga semakin

20
mandiri dengan mengurai ketergantungan pendanaan dari pemerintah, yaitu dengan
sektor swasta yang memanfaatkan jasa balai sehingga pendapatan BBIA dari
swasta meningkat. Balai Besar Industri Agro harus meningkatkan peranan serta
kegiatan pokoknya yang dapat menunjang visinya, misi BBIA adalah sebagai
berikut:
Melaksanakan secara profesional jasa pelayanan teknis untuk industri agro,
yang meliputi jasa kerjasam litbang, pengujian dan kalibrasi, sertifikasi, pelatihan,
RBPI( Rancang Bangun dan Perekayasaan Industri), konsultasi dan inspeksi teknis.
Melakukan pengkajian, riset, pengembangan, dan pendalaman teknologi
komponen aktif bahan alami komoditas agro secara berkesinambungan untuk
membantu pengembangan industri agro.
Mendukung pemerintah pusat dalam rangka melaksanakan kebijakan industri
nasional.

3.3 Bidang Usaha


Analisis dan Kalibrasi (LAK) Balai Besar Industri Agro (BBIA) berlokasi di
Jalan Ir. H. Juanda No. 11 Bogor (16122) dengan no.telp. (0251) 324068. Fax
(0251) 323339.
LAK BBIA merupakan salah satu bagian dari organisasi Balai Besar Industri
Agro di bawah Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Pada tahun 1980
didirikan ​Agricultur Chemisch Laboratorium di dalam lingkungan Departemen
Pertanian. Laboratorium ini bertugas memeriksa atau menguji barang-barang untuk
intansi pemerintah dan perdagangan di bidang pertanian.
Selain itu, perkembangannya pada tahun 1957 dimasukan kedalam lingkungan
kementrian sehingga berada dalam lingkungan Departemen Perindustrian dan
Perdagangan sesuain dengan SK Menteri Perindustrian No.223/M/SK/6/1980
tanggal 5 Juni 1980 ditetapkan menjadi Balai Besar Industri Hasil Pertanian untuk
memenuhi kebutuhan sertifikasi hasil uji yang diakui. Pada tahun 1991 kegiatan
pengujian di BBIHP dihimpun dalam sub organisasi LAK IHP yang disesuaikan
dengan standar yang berlaku yaitu ISO GUIDE 25. LAK IHP mempunyai beberapa
lab pengujian dan kalibrasi. Lab pengujian terhadap produk-produk industri yang
berhubungan dengan hasil pertanian, termasuk makanan dan minuman mulai dari

21
bahan baku (rempah-rempah, coklat,kopi,dll) bahan setengah jadi(produk
tepung-tepungan, minyak atsiri,dll), maupun produk akhir ( makanan kaleng,
minuman seperti: limun, sirup,makanan kudapan dll). Sementara kemampuan
pengujian nya meliputi bidang fisika, kimia, dan mikrobiologi. Lab kalibrasi
melakukan kalibrasi massa, suhu,dan volume. Kalibrasi massa dilakukan dengan
terhadap batu timbang, neraca analitik. Suhu terhadap oven, tanu,dll. Sedangkan
volume yang dilakukan terhadap alat ukur gelas. Pada tahun 1994 lab pengujian
LAK IHP telah diakreditasi oleh Nasional Assosiaction for Testing Authorites
(NATA) Australia untuk beberapa parameter uji tertentu, sedangkan laboratorium
kalibrasi LAK IHP khususnya untuk kalibrasi masa akreditasi pada tahun 1997
oleh institusi yang sama.
Pada tanggal 30 September 1999 lab pengujian LAK IHP memperoleh
akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional berdasarkan pedoman BSN No.
01-1991. Mulai tahun 2000 persyaratan ISO GUIDE 25 atau adopsinya pedoman
BSN 01-1991 direvisi menjadi ISO-17025-2000 atau adopsinya SNI
19-17025-2000. Sejalan dengan hal tersebut LAK IHP mempersiapkan revisi
semua dokumen yang ada sekaligus mengganti nama LAK IHP menjadi LAK
BBIHP (Lab Analisis dan Kalibrasi Balai Besar Industri Hasil Pertanian). Seluruh
dokumen revisi SNI 19-17025-2000 disahkan mulai bulan September 2000 (
sebagai terbitan 1), namun dengan saran dari asesor kepal KAN, panduan mutu
LAK BBIHP yang semula gabungan pengujian dan kalibrasi dipecah menjadi
masing-masing (sebagai terbitan 2) pada tanggal 1 Juni 2001.
BBIA menempati dua lokasi di Bogor, Lokasi utama di Jl. Ir. H. Djuanda No. 11
yang berisi hampir semua laboratorium pengujian dan penelitian, ditambah dengan
bagian administrasi. Lokasi kedua berada di Cikaret di kaki Gunung Salak Bogor.
Lokasi ini meliputi laboratorium proses pengolahan makanan.
Laboratorium BBIA meliputi laboratorium pengujian yang terdiri dari:
a. Lab Makanan Olahan
b. Lab Minuman
c. Lab Pakan dan Bahan Baku
d. Lab Mikrobiologi
e. Lab Kimia Air

22
f. Lab Aneka Komoditas
g. Lab Instrumen Analisis
Adapun laboratorium kalibrasi terdiri dari lab kalibrasi massa, suhu, dan
volume. Lab penelitian dan pengembangan terdiri dari:
a. Lab Penelitian Makanan
b. Lab Proses Pengolahan Makanan
c. Lab Penelitian Komoditas
d. Lab Minyal Atsiri dan Rempah
e. Lab Manajemen Lingkungan

3.4 Struktur Organisasi dan Manajemen


2.4.1 Tugas Pokok
Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, kerjasama, standardisasi,
pengujian, sertifikasi, kalibrasi dan pengembangan kompetensi industri agro
sesuai kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Badan Pengkajian Kebijakan
Iklim dan Mutu Industri
2.4.2 Fungsi
1. Penelitian dan pengembangan, pelayanan jasa teknis bidang teknologi bahan
baku, bahan pembantu, proses, produk, peralatan dan pelaksanaan pelayanan
dalam bidang pelatihan teknis, konsultansi/penyuluhan, alih teknologi serta
rancang bangun dan perekayasaan industri, inkubasi, dan penanggulangan
pencemaran industri;
2. Pelaksanaan pemasaran, kerjasama, pengembangan dan pemanfaatan teknologi
informasi;
3. Pelaksanakan pengujian dan sertifikasi bahan baku, bahan pembantu, dan
produk industri agro, serta kegiatan kalibrasi mesin dan peralatan;
4. Pelaksanaan perencanaan, pengelolaan, dan koordinasi sarana dan prasarana
kegiatan penelitian dan pengembangan di lingkungan BBIA, serta penyusunan
dan penerapan standardisasi industri agro; dan
5. Pelayanan teknis dan administratif kepada semua unsur di lingkungan BBIA
2.4.3 Susunan Organisasi

23
BBIA sebagai Badan Layanan BLU memiliki Dewan Pengawas Dewan
Pengawas Badan Layanan Umum Balai Besar Industri Agro dibentuk melalui
Keputusan Menteri Perindustrian RI Nomor : 776/M-IND/Kep/12/2013 tentang
Dewan Pengawas Badan Layanan Umum Balai Besar Industri Agro Kementerian
Perindustrian, dengan susunan anggota sebagai berikut:
Ketua merangkap anggota :Arryanto Sagala (Kepala BPKIMI Kementerian
Perindustrian hingga 2014)
Anggota : Hadrian Syah Razad (Bureau Veritas)
Anggota : Djoko Wihantoro (Kepala Kantor Wilayah DJP Jawa Barat)

Tabel 1 Susunan organisasi di BBIA

1. Kepala Balai Besar Industri Agro : Ir. Rochmi Widjajanti, M.Eng

2. Kepala Bagian Tata Usaha : Ramlan Ruvendi, SE, MM


Kepala Sub Bagian Peny. Program & Pelaporan : Drs.Jekson Simanjuntak, M.Si
Kepala Sub Bagian Keuangan : Vivi Ana Kahfi, SE
Kepala Sub Bagian Kepegawaian : Anton Simorangkir, SH
Kepala Sub Bagian Umum : Syarifudin, SE

3. Kepala Bidang. Pengembangan Jasa Teknik : Ir. Sri Wuri Handono, M.App.Sc
Kepala Seksi Pemasaran : Irwan Sutiarna, SE
Kepala Seksi Kerjasama : Anita Pardede, SH
Kepala Seksi Informasi : Aryudi S.Kom

4. Kepala Bidang Sarana Riset dan Standardisasi : Dr. Ir. Rizal Alamsyah, M.Sc
Kepala Seksi Sarana Riset Industri Pangan : Tita Aviana, S.TP, M.Si
Kepala Seksi Sarana Riset Industri Non Pangan : Irma Susanti, STP., M.Si
Kepala Seksi Standardisasi. : Ir. Nurwidiani

5. Kepala Bidang Pengujian, Sertifikasi, dan : Ir. M. Maman Rohaman, M.Sc


Kalibrasi

24
Kepala Seksi Pengujian : Mulhaquddin S, S.Si, M.Si
Kepala Seksi Sertifikasi : Ir. Moch. Noerdin NK, M.Si
Kepala Seksi Kalibrasi : Nasyirudin, S.Si

6. Kepala Bidang Pengembangan Kompetensi dan : Ir. W. Wahyu Wijayadi, MA


Alih Teknologi
Kepala Seksi Konsultansi : Mirna Isyanti, S.TP
Kepala Seksi Pelatihan Teknis : Yuniarti, STP, M.Si
Kepala Seksi Alih Teknologi dan Inkubasi : Dra. Rr. Aryani Endah Purwati

2.4.4 Daftar Nama - Nama Peneliti


Peneliti Utama
1. Agus Sudibyo, Ir . MP
2. Rizal Alamsyah, Ir. M.Sc. DR.
Peneliti Madya
1. Hitler Guring Pohan, Ir
2. Sarjono, Ir
3. Eko Susanto, Ir . M.Sc
4. Moh. Maman Rohaman, Ir . M.Sc
5. Tiurlan Farida Hutajulu, S.Si
6. Enny Hawani Loebis, Dipl.Kim.
Peneliti Muda
1. Dadang Supriatna, Ir
2. Lukman Junaidi, Ir
3. Nami Lestari, Ir
4. Tiurlan Farida Hutajulu, S.Si.
5. Drs. Eddy Sapto Hartanto
6. Rienoviar, Ir .M.Si.
7. Irma Susanti, S.TP
8. Peneliti Pertama
9. Mirna Isyanti, S.TP

25
10. Susi Heryani, SP
11. Ning Ima A.W, S.TP . M.Parm.Sc

26
27
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Air
Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan di Bumi. Air
menutupi hampir 71% permukaan Bumi dengan sebagian besar terdapat di laut (air
asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi
juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danu, uap air, dan
lautan es. Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat dipermukaan
bumi dalam tiga wujud, yakni padatan (es), cairan (air), dan gas (uap air).
Rumus kimia air adalah H​2​O. Satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen
yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Bersifat tidak berwarna, tidak
berasa, tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan100 kPa (1 bar) dan
temperatur 273,14 K (0​o​C).
Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting yang memiliki kemampuan
untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam,
beberapa jenis gas, dan banyak macam molekul organik sehingga sering disebut
sebagai pelarut universal.
Keberdaan air di alam mengalami suatu perputaran atau sirkulasi yang disebut
dengan siklus hoidrologi. Secara alamiah terjadi proses pembersihan diri sebagai
berikut:
a. Penguapan (evaporasi)
b. Pembentukan awan (kondensasi)
c. Peristiwa jatuhnya air ke bumi (hujan)
d. Aliran air di permukaan bumi dan di dalam tanah.
e. Mengalirnya air tanah ke lautan dan mengalami pengupan kembali
Ada beberapa macam air yang dianalisis di tempat Praktik Kerja Lapangan,
antara lain :
a. Air minum, yaitu air yang digunkan untuk konsumsi manusia. Menurut
departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak
berbau, tidak berwarna, tidak mengandung logam berat. Air minum adalah air

28
yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum (Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002).

Gambar 2 Contoh Air Minum


(Sumber: Lab Kimia Air&Lingkungan)

b. Air Demineral, yaitu air minum dalam kemasan yang diperoleh melalu proses
permurnian seperti destilasi, deionisasi, reverse osmosis, dan proses setara. Air
jenis ini merupakan air murni yang tidak mengandung ion mineral seperti besi,
tembaga, klorida, dan bromida. Air demineral ini masuk ke parameter SNI No.
01-3553-2006 tentang air minum dalam kemasan​.

Gambar 3 Contoh A​i​r Demineral


(Sumber: Lab Kimia Air&Lingkungan)

c. Air Baku, yaitu air bersih yang dipakai untuk keperluan air minum, rumah
tangga dan industri. Air siap dikonsumsi (portable water) adalah air yang aman
dan sehat karena air rentan terhadap penyebaran penyakit yang disebabkan

29
melalui air (water bornedesease). Adapun sumber air baku adalah air
permukaan, mata air dan air tanah. Sedangkan macam-macam air baku di alam
adalah: air sungai, air danau/waduk, rawa, air tanah, dan mata air serta air laut.

Gambar 4 Contoh Air Baku


(Sumber : http://dsweet-autiezz.blogspot.co.id)

d. Air limbah, yaitu sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri,
maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung
bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia
serta menggangu lingkungan hidup. Oleh sebab itu, air buangan ini harus
dikelola dan atau diolah secara baik. Air limbah ini berasal dari rumh tangga
(domesti wastes water), air buangan industri, air buangan kotapraja (municipal
wastes water).

Gambar 5 Contoh Air Limbah


(Sumber: Lab Kimia Air&Lingkungan)

3.1.1 Penggolongan Air

30
Adapun penggolongan air menurut kegunaannya (tidak termasuk air laut)
berdasarkan Peraturan Menteri No.20 Tahun 1990 adalah sebagai berikut:
a. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung tanpa pengolahan lebih dahulu.
b. Golongan B, yaitu air yang dapt digunakan sebagi air baku untuk air minum.
c. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan
d. Golongn D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan
dapat dimanfaatkan unsuk usaha perkotaan, industri, pembangkit listrik tenaga
air.
3.1.2 Syarat-syarat air
Air yang digunakan harus memenuhi persyaratan air minum yaitu :
1. Syarat Fisik
Menurut azwar (1996) syarat fisik dari air ialah:
● Tidak Boleh berwarna
● Tidak boleh berasa
● Tidak boleh berbau
● Harus jernih
● Suhu sebaiknya dibawah suhu udara, sejuk (25​o​c)
2. Syarat Kimia
Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh
zat-zat kimia dan mineral, terutam oleh zat-zat kimia dan mineral yang
berbahaya bagi kesehatan. Selanjutnya iharapkan pula zat ataupun bahan kimia
yang terdapat didalam air minum, tidak sampai menimbulkan kerusakan pada
tempat penyimpanan air,sebaliknya zat ataupun bahan kimia dan mineral yang
dibutuhkan oleh tubuh, hendaknya harus terdapat dalam kadar yang
sewajarnya dalam sumber air minum tersebut. (Azwar, 1996)
3. Syarat biologi
Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen)
sama sekali tidak boleh mengandung bakteri golongan coli melebihi
batas-batas yang telah ditentukan yaitu 1 coloni/100ml air. Bakteri golongan
coli ini berasal dari usus besar dan tanah. Air yang mengandung golongan coli

31
dengan kadar yang melebihi batas yang telah ditentukan, dianggap telah
terkontaminasi dengan kotoran manusia. Dengan demikian dalam pemeriksaan
bakteriologi, tidak langsung diperiksa apakah air itu mengandung bakteri
patogen, tetapi diperiksa dengan indikator bakteri golongan coli. (Sutrisno,
2002)

3.2 Klorin
Klorin (Cl​2​) merupakan salah satu unsur yang ada di bumi dan jarang dijumpai
dalam bentuk bebas. Pada umumnya klorin dijumpai dalam bentuk terikat dengan
unsur atau senyawa lain membentuk garam natrium klorida (NaCl) atau dalam
bentuk ion klorida di air laut. Dalam kehidupan manusia, klorin memegang
peranan penting yaitu banyak benda-benda yang kita gunakan sehari-hari
mengandung klorin seperti peralatan rumah tangga, alat-alat kesehatan, kertas,
obat dan produk farmasi, pendingin,semprotan pembersih, pelarut, dan berbagai
produk lainnya. Klorin pertama kali diidentifikasi oleh seorang ahli farmasi dari
Swedia, Carl Wilhem Scheele pada tahun 1774,dengan meneteskan sedikit larutan
asam klorida (HCl) pada lempeng mangan oksida (MnO2) yang menghasilkan gas
berwarna kuning kehijauan. Reaksi dari percobaan tersebut adalah sebagai berikut
:
4HCl(ag)+MnO​2​(s) Cl​2​(g)+MnCl​2​(ag)+2H​2​O(l)
​Pada saat itu, Scheele belum dapat memastikan kandungan gas tersebut. Pada
tahun 1810 Sir Humphrey Davu, seorang ahli kimia Inggris menyatakan bahwa gas
kuning kehijauan pada percobaan Scheele adalah sebuah unsur dan menamakannya
Chlorine​, berasal dari bahasa Yunani ​Khloros ​yang berarti hijan. ​Dalam bentuk
gas, klorin berwarna kuning kehijauan, dan sangat ​beracun​.

32
Gambar 6 Gas Klor
(Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Klor)
Pada tahun 1994, Scott menyatakan bahwa klorin dalam suhu kamar berbentuk
gas, termasuk unsur golongan halogen (Golongan VII), sangat reaktif dan
merupakan oksidator kuat yang mudah bereaksi dengan berbagai unsur. Pada suhu
-34​0​C, klorin berbentuk cair dan pada suhu -103​0​C berbentuk padatan kristal
kekuningan.
Anion Halogen Air Tawar (mg/liter) Air Laut (mg/liter)
Klorida (Cl​-​) 8,3000 19000,00
Florida (Fl​-​) 0,2600 1,30
Bromida (Br-) 0,0060 66,00
Iodida (I​-​) 0,0018 0,06

Tabel 2 Kadar ion-ion halogen pada perairan alami


Sumber : Effendi, H, 2003.
Klorin, disamping mempunyai fungsi yang berarti dalam kehidupan manusia
juga berdampak negatif bagi lingkungan. Untuk mencegah terjadinya kerusakan
lingkungan akibat pembuang limbah, termasuk limbah klorin maka suatu industri
diwajibkan mengelola limbahnya terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan.
3.2.1 Penggunaan Klorin Pada Air Minum
Penggunaan klorin yang paling penting adalah untuk tujuan sanitasi pada air
minum yang disebut desinfeksi air minum. Klorin bebas memiliki warna khas
(hijau) dan bau yang tajam. Sudah sejak lama klorin dikenal sebagai deodorant
dan desinfektan yang sangat baik, yang dijadikan standard pengolahan air minum
diseluruh lingkungan. Penggunaan klorin untuk desinfektan air minum dimulai
pada tahun 1903, sejak saat itu penggunaan klorin dalam pengolahan air minum
telah diperluas. Klorin yang dulunya hanya digunakan untuk menghilangkan bau
dari limbah sekarang banyak digunakan untuk air minum, karena klorin dapat
mengontrol bau dan rasa; menghilankan kandungan besi dan mangan; menghapus
warna; mencegah penurunan kualitas air saat distribusi, dll.

33
Menurut linsley (1991), klorin telah terbukti merupakan desinfektan yang
ideal, bila dimasukan kedalam air akan mempunyai pengaruh yang segera akan
memusnahkan kebanyakan makhluk mikroskopis.
Dua jenis reaksi akan terjadi bila klorin dimasukkan kedalam air, yaitu
hidrolisis dan ionisasi.
Reaksi hidrolisis adalah :
Cl​2 +
​ H​2​O HOCl + Cl​- ​+ H​+
Gas Klorin Asam Hipoklorit
Reaksi ionisasi adalah :
HOCl OCl + H​+
Asam hipoklorit ion hipoklorit
Menurut Santika (1991), ion klorida (Cl​-) ​tidak aktif sedangkan Cul​2​, HOCl,
dan OCl​- dianggap sebagai bahan aktif. HOCl yang tidak terionisasi adalah zat
pembasmi yang paling efisien bagi bakteri.
Penambahan klorin pada air minum bisa 1.0 mg/I sampai 16mg/I tergantung
pada kualitas air baku, yaitu tingkat polusi, konsentrasi nutrisi,suhu dan pH.
Diakhir musim dingin pasukan air baku di musim panas akan memerlukan dua
kali lipat klorin. Untuk mengurangi cemaran polusi, masalah pada rasa dan bau,
berbagai kombinasi dan dosis bahan kimia digunakan di United State dan
Canada.
Air baku berkualitas rendah yang sebelumnya mustahil untuk diterima oleh
masyarakat setelah melewati proses klorinasi menjadi bisa diterima karena
kemampuan dari klorin yang mampu mengontrol bau dan rasa serta
menghapuskan warna pada air.
Klorin dalam air juga mempunyai dampak bagi manusia dan hewan, karena
klorin merupakan senyawa desinfektan yang banyak digunakan dalam proses
pengolahan air. Desinfektan ini bekerja dengan baik untuk membunuh bakteri,
fungi, dan virus. Namun desinfektan ini juga dapat menimbulkan efek negatif
terhadap kesehatan manusia selain dapat menimbulkan bau dan rasa yang tidak
enak pada air jika dosis berlebihan. Sebagai contoh klorin dapat bersifat merusak
atau korosif pada kulit dan peralatan juga berpotensi merusak sistem pernafasan
manusia dan hewan.

34
3.2.2 Penggunaan Klorin Pada Air Limbah
Penggunaan pertama dari klorin dalam pengolahan air limbah adalah untuk
mengontrol bau. Kembali ke 1854 ketika klorin digunakan untuk menghilangkan
bau limbah di London. Pertama kali digunakan untuk mensterilkan limbah di
Amerika Utara pada tahun 1893 di Brewster, New York (White, 1973).
Penerapan klorin untuk penangan limbah adalah untuk perlindungan aliran sungai
Croton, yang merupakan bagian dari pasokan air New York City. Dari tinjauan
umum menunjukkan kecenderungan minat penggunaan klorin mulai aktif dalam
desinfeksi air limbah dimulai sekitar 1945. Sampai saat itu kepentingan utama
dalam klorin adalah untuk mengontrol bau, kerusakan hidrogen sulfida dan
pencegahan kecenderungan akan pembusukan. sebagian besar lembaga atau
instansi pengolahan limbah berlatih desinfeksi di laboratorium milik angkatan
bersenjata AS. Itu adalah masalah kebijakan yang limbah harus diklorinasi di
semua pangkalan militer di Amerika Serikat selama perang dunia II.
Klorin juga memainkan peran penting dalam penanganan limbah sianida, yang
sangat beracun. Limbah sianida harus diperlakukan sebelum dibuang ke sistem
penampungan air limbah atau air sungai. Ketika selesai pemakaian dibuang ke
saluran pembuangan sianida/limbah hanya perlu teroksidasi menjadi sianat, tetapi
ketika pemakaian untuk air sungai sianida harus benar-benar rusak ke unsur
karbon dan nitrogen. Peraturan federal yang baru untuk industri tentang limbah
sianida membuat pengolahan limbah sianida dengan menggunakan klorin sangat
penting.
3.2.3 Dampak Klorin Pada Lingkungan
Klorin dalam bentuk produk kimia buatan menimbulkan dampak terhadap
lingkungan, sepertii penipisan ozon dan pemanasan global. Selain berdampak
pada kesehatan, senyawa klorin juga menimbulkan dampak terhadap lingkungan,
baik berupa produk maupun limbah yang dihasilkan. Senyawa klorin juga dapat
disebabkan dari pembakaran sampah dan kebocoran klorin dalam proses industri.
Seiring dengan meningkatnya perhatian terhadap lingkungan perkembangan
teknologi peralatan analisis, dampak-dampak klorin terhadap lingkungan mulai
diketahui, misalnya saja klorin yang digunakan sebagai desinfektan ternyata juga
bereaksi dengan senyawa-senyawa organik yang terdapat di dalam air. Selain itu

35
terbentuk senyawa organoklorin lain secara tidak sengaja dari proses pembakaran
senyawa yang berbasis klorinat hidrokarbon, yang berdampak negatip terhadap
lingkungan .

3.3 Teori Spektrofotometer


Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri atas
spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dan
panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya
yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk
mengukur energi secara relatif. Jika energi tersebut ditrasmisikan, direfleksikan,
atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Underwood, 1993).
Faktor ketajaman mata pada kolorimeter dapat digantikan dengan suatu sel
fotolistrik yang secara langsung mengukur intensitas dari cahaya yang dipancarkan
(lt) dan secara tidak langsung cahaya diabsorbsi (la), jadi tergantung dari warna
benda. Biasanya alat ini disebut juga fotometer (Krisnandi Ismail, 2003).
Spektrofotometer ultraviolet dan cahaya tampak telah lama digunakan pada
analisa kimia. Teknik ini didasarkan pada pengukuran absorbansi atau transmisi
cahaya ultraviolet atau cahaya tampak oleh molekul.
3.3.1 Hukum Lambert-Beer (A= e.t.c)
Bila menetapkan suatu senyawa (sampel deret standart) serta memakai
panjang gelombang yang sama, maka harga e= sama (tetap). Dalam praktik
ketebalam media (t) adalah ketebalan kuvet yang harganya sama (tetap). Dengan
demikian harga e.t adalah persamaan tetap, sehingga persamaan Lambert-Beer
analog dengan persamaan linear Y=a.x, dimana sumbu Y=A, a=e.t (tetapan), X=c
Untuk membuat kurva kalibrasi, dibuat deret standart mulai kepekatan 0
(Blanko) sampai kepekatan tertentu. Ditetapkan harga A untuk setiap larutan
kemudian alurkan A terhadap C sehingga kita dapat kurva seperti gambar berikut:

36
C

Gambar 7 Kurva kalibrasi spektrofotometer

3.3.2 Instrumentasi Spektrofotometer


Suatu spektrofotometer tersusun atas sumber spektrum tampak maupun daerah
ultraviolet yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi antara untuk larutan
sampel dan blanko, alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan
blanko (pembanding), penguat, pembacaan, dan pengamatan.

Gambar 8 Skema bagian-bagian alat spektrofotometer

Keterangan Gambar:
1. Sumber cahaya
2. Cermin
3. Cermin
4. Monokromator
5. Cermin
6. Slit
7. Kuvet
8. Detector
9. Recorder
Baik spektrofotometer berkas tunggal atau rangkap, dan instrumen yang
beroperasi dalam berbagai daerah spektrum, semuanya mempunyai
komponen-komponen yang sama, meskipun rinciannya sangat berbeda dalam
beberapa hal. Berikut komponen-komponen yang penting dalam
spektrofotometer:
1. Sumber cahaya

37
Sumber cahaya yang biasa digunakan pada spektrofotometer adalah lampu
wolfram yang menghasilkan sinar dengan panjang gelombang diatas 375 nm
atau lampu detrium (D2) yang memiliki panjang gelombang dibawah 375 nm.
Dengan memilih salah satu dari keduanya kita dapat melakukan penetapan
pada daerah ultraviolet atau daerah sinar tampak. Sinar yang dipancarkan
dipusatkan pada sebuah cermin datar yang kemudian dipantulkan dan
diteruskan melalui monokromator.
2. Monokromator
Monokromator merupakan peralatan optik untuk mengisolasikan dari
sumber cahaya kontiyu suatu berkas radiasi dengan kemurnian spektral yang
tinggi dari panjang gelombang apapun yang dikehendaki. Ada dua macam
monokromator yang dipergunakan untuk memilih sinar yang dipakai: Prisma
dan Grating.

Gambar 9 Dispersi cahaya oleh prisma


Alumunium Ruled Surface

Base Optical Flat


Gambar 10 Grating

Bila seberkas cahaya polikomatik melalui sebuah prisma maka akan terjadi
penguraian atau dispersi cahaya. Monokromator berfungsi untuk memisahkan dan
menyeleksi sinar polikromatik menjadi sinar monokromatik sesuai dengan
panjang gelombang yang dipakai pada saat pengukuran .
3. Sampel dan Kuvet
Sampel yang diperika dengan alat spektrofotometer berupa larutan, dan
dengan demikian wadah sampel merupakan sel untuk menempatkan cairan di
dalam sinar dari monokromator. Tempat sampel umunya terbuat dari jenis
bahan yang transparan sehingga tidak menyerap sinar yang melewati pada saat

38
pengukuran, misalnya yang terbuat dari kaca kuarsa. Kuvet untuk analisa
sacara kolorimetri harus memenuhi syarat-syarat sebagi berikut:
a. Tidak berwarna sehingga dapat mentransmisikan semua cahaya.
b. Permukaan secara optis harus benar-benar sejajar.
c. Harus tahan (tidak bereaksi) terhadap bahan-bahan kimia.
d. Tidak boleh rapuh.
e. Mempunyai bentuk (​design​) yang sederhana.
Gelas yang biasa dipakai adalah ​plexiglass atau kuarsa yang tahan pelarut
organik,asam ataupun basa kuat yang pekat serta mentransmisikan sinar
tampak. Bentuk kuvet dapat bulat atau persegi empat.
4. Detector
Detector berfungsi untuk mengubah energi cahaya yang diteruskan menjadi
sinyal-sinyal yang akan dibaca oleh recodern. Detector yang sering digunakan
dalam daerah ultraviolet adalah ​phototube/photosel dan untuk detector dalam
daerah sinar tampak adalah ​photomultiplier karena sifatnya lebih sensitif untuk
daerah sinar tampak.
Tabung pelipat ganda merupak detector yang terpilih dari radiasi ultraviolet
dan sinar tampak. Tabung ini beroperasi berdasarkan pada prinsip pembesaran
elektron. Bila foton mengenai alat yang peka berupa sasaran bahan yang
bermuatan, satu elektron dibebaskan dari permukaan sasaran elektron tersebut.
Elektron dipercepat jalannya ke arah lempeng kedua. Bila elektron telah
membentur lempeng kedua, beberapa elektron dibebaskan lagi dan selanjutnya
menuju sasaran ketiga.

​Photo cathode

RL of Amplifer

Rg of
Galvanometer

39
​Battery

Gambar 11 Foto tube

5. Amplifier (Penguat)
Suatu alat penguat menangkap isyarat masuk(input) dari rangkaian alat
detektor, dan melalui elektronik tertentu menghasilkan suatu isyarat keluar
(output) yang beberapa kali lebih besar dari pada isyarat masuk (input).
Penguat memperkuat sinyal yang berasal dari detektor menjadi suatu potensial
yang cukup besar untuk menggerakan alat pencatat. Dengan menggunakan
teknik elektronik lain maka sinyal penguat selalu diubah dan secara langung
dicatat dalam unit transmisi atau absorbansi.
6. Pembacaan dan Pengamatan
Alat pembaca atau pencatat pengukuran dapat berupa printer, penyimngan
meter, pengamatan angka atau recorder.
3.3.3 Jenis Spektrofotometer
1. Spektrofotometer Sinar Tunggal (​Single Beam Spectrophotometer)​
Spektrofotometer tunggal adalah alat untuk mengukur transmitan dalam %T
atau Absorbansi (A) suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Dengan
alat tersebut dapat juga dilakukan pengukuran absorbansi untuk lebih dari satu
panjang gelombang tertentu.
Spektrofotometer sinar tunggal ini hanya memiliki satu berkas cahaya dari
sumber yang melalui monokromator. Pada peralatan ini setelah melakukan
pengukuran blanko, kuvet diambil dan digantikan kuvet yang berisi larutan
sampel.

Sumber cahaya Monokromator


slit cuvet Detector

40
Gambar 12 skema single beam

2. Spektrofotometer Sinar Ganda ( Double Beam Spectrophotometer)


Pada spektrofotometer sinar ganda ini berkas sinar setelah melewati
monokromator akan dipisahkan menjadi dua berkas, satu untuk sampel yang
lainnya untuk blanko.
Berkas sinar pertama disebut berkas acuan (reference-beam) dan berkas
yang mula-mula berjalan terpisah ini kemudian disatukan kembali dan
diteruskan ke detector.

Gambar 13 skema double beam

3.3.4 Kesalahan-Kesalahan dalam spektrofotometer


Kesalah analisa secara spektrofotometer berasal dari penyimpanagn persamaan
lambert-beer. Sumber-sumber kesalahan analisa secara spektrofotometer menurut
Cristian (1995), adalah penyimpangan kimia dan penyimpangan intrumen.
Penyimpangan kimia terjadi apabila ada perubahan-perubahan akibat proses
kimia seperti senyawa yang dianalisa bereaksi dengan senyawa lain atau pelarut
yang digunakan. Sedangkan penyimpangan instrumen dapat diakibatkan oleh
kemungkinan adanya sinar polikromatik. Hal ini sukar dipenuhi karena
monokromator kurang mampu mengisolasi panjang gelombang yang benar-benar
monokromatik

3.4 Teori Verifikasi dan Limit Deteksi


Verifikasi metode adalah konfirmasi dengan cara menguji suatu metode dan
melengkapi bukti-bukti yang objektif apakah metode memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dan sesuai tujuan.

41
Verifikasi metode uji terdiri dari pengecekan terhadap dokumen metode uji
yang akan digunakan yaitu presisi, akurasi, limit deteksi, dan perolehan kemabali
(Recovery) (Wood, 1998)
Adapun verifikasi terdiri dari :
1. Melakukan pengecekan terhadap dokumen metode uji yang akan digunakan
2. Melakukan Uji Akurasi, yang terdiri atas:
a. Menggunakan Certified Reference Material (CRM)
b. Mengikuti Uji Profisiensi yang diselenggarakan lembaga yang berwenang.
c. Uji Sampel Spike
3. Melakukan Uji Presisi
Berikut akan dibahas mengenai Akurasi, Presisi, Spike, Bias, Limit Deteksi:
a. Akurasi
Akurasi adalah kedekatan antara nilai sebenarnya dengan hasil uji yang
diperoleh dari metode uji yang digunakan. Dengan kata lain pengukuran dari
kepastian metode analisa. Akurasi sering dinyakatan dalam persen (%)
perolehan kembali dari pengujian kadar senyawa yang diketahui, ditambah
banyak analat.
b. Presisi
Presisi adalah derajat persetujuan antara hasil uji individual jika suatu
prosedur ditetapkan secara berulang pada beberapa sampel homogen atau
tingkat kedapat-ulangan suatu set hasil uji diantara hasil-hasil itu sendiri.
Presisi metode analisa biasanya dinyakatan sebagai penyimpangan baku atau
penyimpangan baku relatif.
Menurut USP (United States Pharmacope), ada dua ukuran presisi yaitu:
a. Ripitiblitas sistem (Precision system) merupaka penilaian terhadap
keberulangan sistem untuk mengetahui kesalahan karena sistem yang
tidak bergantung pada penyiapan sampel.
b. Ripitibilitas metode (Precision method) merupakan ukuran dari
variabilitas instrinsik, termasuk kesalahan yang disebabakan oleh
penyiapan sampel.
Presisi metode ada 3 kondisi yaitu:

42
a) Repeatibility merupakan kedekatan dari kesesuaian antara beberapa
hasil pengukurana dari sampel yang sama yang dilakukan dibawah
kondisi ripitibilitas. Kondisi Ripitibilitas adalah kondisi diamana hasil
uji diperoleh dengan :
● Metode sama
● Sampel sama
● Laboratorium yang sama
● Dilakukan oleh operator yang sama dalam interval waktu yang
pendek.
b) Reprodusibility adalah kedekatan dari kesesuaian antara beberapa hasil
pengukuran dari sampel yang sama yang dilakukan dibawah kondisi
reprodusibilitasnya. Kondisi reprodusibilitas adalah kondisi dimana
hasil uji diperoleh dengan
● Metode sama
● Sampel sama
● Laboratorium berbeda
● Operator berbeda
c) External Reprodusibility adalah kedekatan dari kesesuaian antara
beberapa hasil pengukuran dari sampel yang sama dibawah kondisi
reprodusibility eksternal. Kondisi reprodusibility eksternal adalah
kondisi dimana
● Metode sama
● Sampel identik
● Laboratorium berbeda
● Personil penguji berbeda
● Alat berbeda
● Waktu berbeda
c. Spike
Spike adalah menambahkan bahan analit dalam jumlah sedikit dan sudah
diketahui konsentrasinya ke dalam sampel. Kemudian dilakukan pengujian
terhadap sampel. Kemudian dilakukan pengujian terhadap sampel, sebelum
dan sesudah ditambahkan spike. Dihitung perolehan kembali 90%-110%.

43
d. Bias
Bias adalah perbedaan antara hasil uji dengan nilai referensi yang
diterima. Bias ini merupakan komponen kesalahan sistematis dari
pengguanaan instrumen dan prosedur uji. Hubungan antara bias dan presisi
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 14 Hubungan Bias dan Presisi

Hubungan antara kedua yang ditunjukkan pada gambar diatas


mengindikasikan indikator prinsip dari kualitas data dan presisi yang telah
dikombinasikan menghasilkan akurasi. Semakin rendah bias dan semakin
tinggi presisi maka akan menghasilkan data yang akurat.
e. Limit Deteksi
Limit Deteksi adalah jumlah konsentrasi terkecil suatu analit yang masih
dapat dideteksi dan ditetapkan secara statistik melalaui perbedaan blanko
analisis dari suatu metode yang diterapkan secara kuantitaf maupun
kualitatif.
Ada beberapa macam limit deteksi, diantaranya:
a. Limit deteksi instrumen (LDI), adalah jumlah konsentrasi terkecil suatu
analit yang menghasilkan sinyal sebesar 3 kali standar deviasi. Apabila
blanko tidak menghasilkan sinyal, maka LDI ditetapkan dengan
menggunakan larutan standar.
b. Limit deteksi metode (LDM), adalah jumlah konsentrasi terkecil suatu
analit yang menghasilkan sinyal sebesar 3 kali standar deviasi, atau
pembacaan contoh yang sama tidak mengandung analit yang ditetapkan
melalui seluruh tahap dalam metode uji.

44
45
BAB IV

METODE ANALISIS

4.1 Penetapan Kadar Klorin Pada Air Metode Spektrofotometer UV-VIS


Prinsip:
Bila N, N-dietil-p-fenilendiamin (DPD) sebagai indikator dibubuhkan pada
suatu larutan yang mangandung sisa klor aktif akan membentuk warna merah.
Warna yang terjadi dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 515
nm.
Peralatan:
● Spektrofotometer UV-VIS
● Labu ukur 100 ml
● Pipet mohr 5 ml
● Gelas piala
● Pipet tetes
● Labu semprot
Pereaksi:
● Larutan dafar fosfat:
Larutkan 24 g natrium hidrogen fosfat anhidrat (Na​2​HPO​4​) dan 46 g kalium
dihidrogen fosfat (KH​2​PO​4​) dengan air suling 250 ml. Tambahkan 100 ml air
suling yang mengandung 800 mg EDTA. Impitkan sampai 1L dengan air suling.
Tambahkan 20 mg HgCl​2​ untuk mencegah tumbuhnya jamur.
● Larutan indikator DPD:
Larutkan ke dalam labu ukur 500 ml yang berisi 200 ml air suling yang
mengandung 4 ml 1:3 H​2​SO​4 dan 100 mg EDTA, larutkan 0,5 g DPD oksalat
atau 0,75 g DPD sulfat atau 0,55 g DPD sulfat anhidrat. Kemudaian encerkan
sampai 500 ml dengan air suling. Simpan dalam botol kaca berwarna coklat.
● Air suling
● Larutan induk klorin 1000 ppm
Ditimbang 0,8910 g KMnO​4 dan
​ dilarutkan ke dalam labu ukur 1000ml oleh
air suling, impitkan.

46
● Larutan induk klorin 10 ppm
Dipipet 1 ml larutan induk klorin 1000 ppm ke dalam labu ukur 100 ml dan
diimpitkan dengan air suling.
Cara kerja:
● Siapkan larutan standar yang mempunyai konsentrasi 0,05 mg/l – 4,0 mg/l;
● Masukkan contoh kedalam kuvet sampai dibawah tanda garis hitam;
● Tambahkan 3 tetes larutan dapar dan DPD;
● Baca pada panjang gelombang 515 nm.

4.2 Pelaksanaan Verifikasi


Pelaksanaan Verifikasi dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
1. Melakukan pengecekan terhadap dokumen uji yang akan digunkan dengan
cara mencocokan metode uji dengan acuan metode uji standar yang mampu
di telusuri.
2. Pembuatan Deret Standar
a. Dipipet 1 ml dari larutan baku Klorin 1000 ppm ke dalam labu ukur 100
ml, dan diimpitkan dengan air suling.
b. Dipipet masing-masing 0.5, 1, 1.5, 2, 2.5 dari 100 ml larutan induk Klorin
10 ppm ke dalam labu ukur 100 ml, dan diimpitkan dengan air suling.
c. Diperiksa dengan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 515
nm.
3. Uji akurasi
a. Menggunakan ​Certified Reference Material (​ CRM)
b. Ikut Uji Profesiensi yang diselengarakan lembaga berwenang
c. Uji Contoh Spike
a) Dipipet larutan induk Klorin sebanyak 0.5 ml ke dalam labu ukur 50
ml, kemudian diimpitkan dengan sampel
b) Diperiksa dengan spektrofotometer UV-VIS dengan panjang
gelombang 515 nm.
Perhitungan:

47
Keterangan
R = Recovery (%)
Xa = konsentrasi rata-rata spike (ppm)
Xb = konsentrasi sampel (ppm)
Xc = konsentrasi standar (ppm)
4. Uji Presisi
Presisi metode ada tiga macam, yaitu:
A. Reprodusibility internal
B. Reprodusibility eksternal
C. Repeatability
Cara Kerja Uji repeatabilitas
a. Dilakukan analisis sesuai dengan metode uji paling sedikit 7 kali
pengulangan menggunakan contoh acuan yang sama
b. Dilakukan juga analisis yang sama, analisis berbeda, dan waktu yang
berbeda
c. Dilakukan analisis simplo atau duplo
d. Dihitung rata-ratanya dengan rumus:

e. Dihitng standar deviansinya:

f. Dihitung koefisien keragaman atau Relatif Standar Deviansinya:

5. Limit Deteksi Instrumen


Dasar penetapan :

48
Pembacaan konsentrasi terkecil dari suatu analit atau blanko pereaksi
sekurang-kurangnya sebanyak 7 kali ulangan pada alat spektrofotometer
UV-VIS masih memperoleh sinyal sebesar 3 kali standar deviansi atau
masih dapat terbaca oleh alat.
Tujuan :
Untuk mengetahui kepekaan suatu alat / instrumen dalam mendeteksi
suatu analit.
Peralatan:
● Spektrofotometer UV-VIS ( panjang gelombang 515 nm)
● Pipet ukur 5 ml
● Labu ukur 100 ml
● Labu ukur 50 ml
● Piala gelas 100 ml
● Pipet tetes
● Labu semprot
Bahan :
● Air suling
● Larutan induk klorin 10 ppm
● Larutan DPD (N-dietil-p-fenilendiamin)
● Larutan Dapar Fosfat
Cara kerja :
1. Dibuat deret larutan standart dengan memipet larutan induk 10 ppm
sebanyak 0.5, 1, 1.5, 2, 2.5 ml kedalam labu ukur 100 ml
2. Masukkan standar ke kuvet tambahkan 3 tetes larutan dapar dan DPD
lalu kocok.
3. Diperiksa dengan Spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang
515 nm dari mulai yang terkecil sampai yang terbesar.
4. Setelah didapatkan hasil dari pembacaan standar, baru baca air suling.
5. Masukkan air suling ke kuvet, tambahkan 3 tetes larutan Dapar dan DPD
6. Setelah mendapatkan konsentrasi dari hasil pembacaan yang sebanyak 7
kali.

49
7. Hitung SD (Standar Deviansi) dari data yang diperoleh, maka limit
deteksi instrumen alat tersebut dapat diketahui.
Perhitungan :

LDI = 3 x SD
Keterangan :
S = Standar Deviansi
Xi = nilai yang diperoleh setiap pengulangan analisis
n = jumlah pengulangan analisis
LDI = Limit Deteksi Instrumen

50
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil
Dari hasil praktik yang penulis lakukan mengenai Verifikasi Metode Analisis
Kadar Klorin dalam Air Metode Spektrofotometer UV-VIS, diperoleh hasil-hasil
sebagai berikut:
Pembuatan Deret Standar (Kurva Kalibrasi)

Tabel 3. Data Hasil Pembacaan Deret Standar

mL Larutan Konsentrasi
No Absorbansi
std (mg/L)
1 0,50 0,0500 0,0124
2 1,00 0,1000 0,0212
3 1,50 0,1500 0,0327
4 2,00 0,2000 0,0420
5 2,50 0,2500 0,0483
Coefficient Corelation (r) 0,995832494
Slope 0,1852

5.1.1 Uji Akurasi


Hasil uji akurasi perolehan kembali (Recovery) dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:

Tabel 4. Hasil uji akurasi perolehan kembali (Recovery) kadar klorin dalam air

Konsentrasi Kosentrasi Standar Recovery


No Contoh
mg/L (ppm) (%)
1 Sampel 0,0144 0,1
2 Spk 1 0,1172 0,1 102,8
3 Spk 2 0,1078 0,1 93,4
4 Spk 3 0,1194 0,1 105
5 Spk 4 0,1097 0,1 95,3

51
6 Spk 5 0,1109 0,1 96,5
7 Spk 6 0,1152 0,1 100,8
8 Spk 7 0,1133 0,1 98,9

Syarat : 90%-110%
Berketerimaan
Hasil Pengamatan : 93%-105%
Kesimpulan : Memenuhi Syarat

5.1.1

Dengan melihat data dan grafik tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa
nilai keterulangan (Recovery) cukup baik, karena tidak ada yang melewati batas
syarat berketerimaan.
5.1.2 Uji Presisi
Hasil dari uji presisi keterulangan (Repeatibility) dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:

52
Tabel 5. Hasil uji presisi keterulangan (Repeatibility) kadar Klorin dalam contoh air

No Contoh Nilai Contoh mg/L


1 A 0,1172
2 B 0,1078
3 C 0,1194
4 D 0,1097
5 E 0,1109
6 F 0,1152
7 G 0,1133

Jumlah 0,7935
Rata-rata 0,113357143
SD 0,004182845
RSD 3,689970193
RSD Horwitz 22,20442881
2/3 RSD Horwitz 14,80295254

Syarat Keberterimaan : RSD Pengamatan <2/3 RSD Horwitz


3,689970193 < 14,80295254
Kesimpulan : Hasil Uji Repeatibilitas dapat
diterima

5.1.3 Limit Deteksi Instrumen (LDI)


Hasil dari penetapan limit deteksi instrumen dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6 Hasil penetapan limit deteksi instrumen

Konsentrasi
No mL Larutan Std Absorbansi
(mg/L)
1 0,50 0,0500 0,0100
2 1,00 0,1000 0,0211
3 1,50 0,1500 0,0306
4 2,00 0,2000 0,0412
5 2,50 0,2500 0,0511

53
Coefficient Corelation (r) 0,999765498
Slope 0,2046

Tabel 7 hasil pengulangan 10 kali limit deteksi

Replikat Absorbansi Konsentrasi


1 0,0016 0,0081
2 0,0018 0,0085
3 0,0017 0,0082
4 0,0021 0,0106
5 0,0022 0,0109
6 0,0019 0,0095
7 0,0017 0,0079
8 0,0022 0,0106
9 0,002 0,0096
10 0,0018 0,0086

Rata-Rata 0,0093
SD 0,0011
3SD 0,0034
LD(mg/L) 0,0034

5.2 Pembahasan
Klorin banyak digunakan dalam berbagai industri untuk menghasilkan produk
yang bermanfaat bagi manusia. Produk yang dihasilkan dengan menggabungkan
klorin dengan hidrokarbon (produk klorinat hidrokarbon) merupakan produk yang
amat berguna. Dibidang kesehatan klorin digunakan sebagai disinfektan pada
pengolahan air minum, dibidang industri klorin digunakan sebagai pemutih,
dibidang pertanian digunakan sebagai pestisida, dll.
Klorin disamping mempunyai fungsi yang berarti dalam kehidupan manusia,
juga berdampak negatip bagi lingkungan. Untuk mencegah terjadinya kerusakan

54
lingkungan akibat pembuangan limbah, termasuk limbah klorin maka suatu industri
diwajibkan mengelola limbahnya terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan.
Hal ini sesuai dengan pasal 16 ayat (1) undang-undang No.23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Selain itu untuk mencegah terjadinya pencemaran
pada badan air, Pemerintah melalui Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor Kep-51/menLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Industri menetapkan parameter dan batasan konsentrasi dari limbah cair yang
diizinkan untuk dibuang. Salah satu parameter yang terdapat dalam baku mutu
tersebut adalah klorin dengan batasan 1 mg/l dalam bentuk klorin bebas (Cl​2).
Dalam analisis kadar Klorin dalam air terdapat beberapa metode yang bisa
dilakukan namun penulis baru melakukan analisis dengan Metode kolorimetri DPD
(DPD colorimetric method) dengan Spektrofotometer UV-VIS. Konsentrasi
minimum yang terdeteksi oleh metode ini adalah 10µg Cl​2​/L dan Spektofotometer
yang digunakan memiliki lebar celah 1 cm atau lebih dengan panjang gelombang
515 nm. Dalam metodeini DPD sebagai indikator akan membentuk warna merah
jika dalam sampel terdapat sisa klor bebas aktif. Klor bebas itu yang selanjutnya
akan dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 515 nm.
Regresi yang diperoleh pada pembuatan kurva kalibrasi didapatkan hasil yang
menunjukan angka 0,99344 yang menunjukan hasil yang diperoleh masih
memenuhi syarat lebih besar atau sama dengan 0,99. Walau begitu, hasil yang
diperoleh tidaklah maksimal. Hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor,
diantaranya adalah alat dan pereaksi yang digunakan dan faktor kesalahan
opearator (​human error)​ . Dalam melakukan percobaan ini, kondisi pereaksi yang
tidak fresh atau tidak sesuai syarat yang dapat berpengaruh pada hasil karena reaksi
yang terjadi tidak maksimal. Selain itu, kehomogenan larutan contoh juga
berpengaruh pada hasil.
Akurasi merupakan tingkat kedekatan nilai yang didapatkan dari hasil analisis
dengan nilai sebenarnya. Uji akurasi atau ketepatan bertujuan untuk menguji
keakuratan metode uji yang digunkan dan menggambarkan kesalah sistematik atau
bias. Uji akurasi pada percobaan ini dilakukan dengan perolehan kembali
(​recovery​), yakni dengan membuat spike dan dihitung dalam bentuk nilai

55
perolehan kembali (% ​recovery)​ . Spike dilakukan dengan cara menambahkan
konsentrasi standar yang telah diketahui konsentrasinya ke dalam contoh.
Hasil dari perhitungan masing-masing nilai perolehan kembali (% recovery)
yaitu 93,4-105 %. Dengan hasil yang diperoleh, artinya data akurasi dapat pada
penetapan klorin ini memenuhi syarat karena sesuai dengan batas yang
diperbolehkan yaitu dari 90,00-110,00%.
Presisi merupakan kedekatan dan keseragaman antara hasil pengujian individu
dalam serangkaian pengukuran terhadap suatu contoh homogen menurut prosedur
yang telah ditetapkan. Presisi dinyatakan sebagai Standard deviation (SD), RSD.
Presisi dilakukan dengan cara pengulangan minimal 7 kali
Standard deviasi yang diperoleh adalah sebesar ​0,0042, ​sedangakan Relatif
Standar Deviansi (%RSD) hasil uji presisi keterulangan (Repeatibility) didapatkan
sebesar 3,69%. Dalam persyaratan metode yang baik harus memiliki repitibilitas
dengan nilai %RSD < 2/3 %RSD Horwitz. Hasil perhitungan RSD Horwitz adalah
sebesar 14,9 % yang berarti hasil %RSD yang didapatkan memenuhi standar.
Nilai konsentrasi yang bervariasi dapt disebabkan karena adanya kesalahan
acak. Kesalahan ini bersumber dari perubahan yang tidak terkendali pada analisis,
yaitu fluktuasi suhu laboratorium, volum pengukuran, maupun operator. Hal ini
terjadi mulai dari saat preparasi contoh, hingga saat pembacaan pada alat. Pereaksi
yang digunakan juga berpengaruh pada kesempurnaan reaksi karena ada pereaksi
yang tidak sesuai standar atau sudah lama, walau pereaksi tersebut mengalami
penyimpanan dalam lemari pendingin dan kemudian pada botol kaca gelap. Pada
saat penghomogenan, kocokan yang tidak sama kuat merata dapat menyebabkan
perbedaan konsentrasi satu sama lainnya.
Ada beberapa macam penentuan limit deteksi, yaitu limit deteksi instrumen
(LDI), Limit Deteksi Metode (LDM), dan Limit Deteksi Laporan (LDL). Yang
dilakukan penulis hanyalah penentuan LDI. Penentuan LDI ini dilakukan dengan
melakukan pembacaan sebanyak 7 kali ulangan, kemudian dihitung standar
deviansinya. Limit deteksi instrumen merupakan 3 kali dari hasil standar deviansi
pengukuran yang di dapat. LDI yang diperoleh dari 3 kali standar deviansi adalah
0,0034 ppm.

56
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Kurva kalibrasi yang didapatkan tergolong kurva kalibrasi yang linier
karena lebih besar dari 0,99.
2. Uji akurasi dilakukan dalam nilai perolehan kembali (% ​recovery)​
berkisar antara 93,4-105 % yang berarti berada diatas batas terendah
90,00% dan berada dibawah batas tertinggi 110,00%, sehingga dapat
disimpulkan data memiliki tingkat akurasi yang tinggi.
3. Uji presisi memperoleh hasil presisi yang baik karena diperoleh Relative
Standard Deviation sebesar 3,69% yang berada dibawah hasil 2/3 RSD
Horwitz sebesar 14,80%.
4. Limit deteksi diperoleh sebesar ​0,0034 ​ppm dengan ​standar deviation
0,0011. Jadi, konsentrasi terendah yang dapat dideteksi oleh metode ini
cukup handal.
5. Dari percobaan verifikasi yang telah dilakukan, metode penetapan klorin
dalam air dengan Spektrofotometer UV-VIS secara kolorimetri DPD
dapat diterapkan sacara valid di Laboratorium Kimia Air dan
Lingkungan BBIA.

6.2 Saran
Pada kesempatan ini, penulis ingin mencoba memberikan saran-saran yang
diharapkan dapat membantu kelancaran dan kemajuan kerja analisis, yaitu:
1. Sebaiknya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ketika bekerja lebih
dilengkapi agar terhindar dari kecelakaan yang mungkin terjadi.
2. Sebaiknya alat-alat yang digunakan dalam keadaan baik, bersih, dan kering
sebelum digunakan.

57
3. Diharapkan pada masa yang akan datang Balai Besar Industri Agro akan
terus menjalin hubungan baik dengan SMKN 1 Cibadak.

58
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. “ Sejarah BBIA dan Sistem Management”
http://www.bbia.go.id/index.php?pilih=hal&id=6​, 09 Oktober 2015
pukul 19.00 wib
Anonimous. “Air Limbah dan Pengelolaannya”. Bogor.
http://www.smallcrab.com/kesehatan/629-air-limbah-dan-pengelola
annya.html​, ​10 Oktober 2015 pukul 18.15 wib.
Anonimous. “Hidrosfer”
http://dsweetautiezz.blogspot.co.id/2013/03/hidrosfer.html​, ​10
Oktober 2015 pukul 19.00 wib
Budi Yanto. “Pengertian Klorin dan Penggunaan Klorin Dalam kehidupan”
http://www.sridianti.com/pengertian-klorin-dan-penggunaan-klorin
-dalam-kehidupan.html​, 11 Oktober 2015 pukul 17.35 wib
Anonimous. “Klor”. Bogor​. ​https://id.wikipedia.org/wiki/Klor​, ​11 Oktober 2015
19.30 wib.
Ismail, H.E. Krisnandi B.Sc. 2001. ”​Pengantar Analisa Instrumental”.​ Departemen
Perindustrian dan Perdagangan, Pusdiklat Indag. Sekolah
Menengah Analis Kimia Bogor
Anonimous. “SNI Cara Uji Air Minum Dalam Kemasan”. Bogor.
America Water Works Association (AWWA). 1974. “Special Taste and Odor
Research Committee Meeting”.
Cole, S. A. 1975. “Chlorination for the Control Of Biofouling in Thermal Power
Plant Cooling Water Systems,”
White, G. C. 1972. “Handbook of chlorination”. Van Nostrand Reinhold, New
York.

59
Lampiran

Lampiran 1. Bagan Kepegawaian BBIA

60
Lampiran 2. Data Hasil Limit Deteksi

61
62
Lampiran 3. Data Hasil Uji Presisi (Repitabilitas)

63
64
Lampiran 4. Data Hasil uji Akurasi

65
Lampiran 5. Buku Sumber

66
67
Lampiran 6. Instruksi Kerja Alat Spektrofotometer UV-Vis

Instruksi Kerja Alat


Spektrofotometer Cary Win UV
Spesifikasi Alat:
Spektrofotometer UV-VIS adalah alat untuk mengukur absorbansi dan konsentrasi
dari ion anorganik pada panjang gelombang tertentu dengan spesifikasi sebagai berikut:
Nama alat : Spektrofotometer UV-VIS
Merk Alat : Varian
Type : Cary WinUV
Nominal Voltase : AC 240V AC, 50/60 Hz
Nominal Daya : ​220 + 5% kw
Rentang Operasional: Suhu ruang 15​o​C s/d 35​o​C
Prosedur Pengoperasian
1. Pastikan alat dalam keadaan bersih dan telah tersedia semua yang dibutuhkan
dalam pengoperasian alat spektrofotometer (air suling untuk membilas dan tisu
halus untuk menyeka)
2. Hubungkan alat dengan sumber arus listrik AC 220V.
3. Nyalakan stabilizer dengan cara menekan tombol power (ON) hingga lampu
indikator menyala.
4. Nyalakan Monitor dengan menekan tombol ON/OFF.
5. Nyalakan CPU dengan menekan tombol ON/OFF
6. Nyalakan UV-VIS Spektrofotometer dengan cara menekan tombol power kearah
ON.
7. Klik 2 kali ikon Concentration.
8. Setup data konsetrasi:
● Klik kolom cary : - ketik panjang gelombang yang digunakan
Ketik Replicates / Ulangan
● Klik Kolom Standar : - Isi satuan yang digunakan
Isi konsentrasi Standar
Pilih type grafik
● Klik kolom sampel : ketik jumlah sampel yang akan dibaca dan ketik nomor

68
Lampiran 7. Spektrofotometer yang dipakai

69

Anda mungkin juga menyukai