Anda di halaman 1dari 17

LABORATORIUMANALITIK PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

SEMESTER GENAP TAHUNAJARAN2014/2015

PRAKTIKUM PENGOLAHAN
LIMBAH INDUSTRI
MODUL:FILTRASI
PEMBIMBING:Fauzi Abdillah, S.Si.M.T

Praktikum : 04 September 2019

Penyerahan(Laporan): 11 September 2019

Oleh :
Kelompok : VI

Nama : Shifa Amadea Deviana 171431025


Kelas : 3A Analis Kimia

PROGRAMSTUDI DIPLOMAIII ANALISKIMIA

JURUSANTEKNIK KIMIA
POLITEKNIKNEGERIBANDUNG
2019
1.1 Latar Belakang
Air merupakan komponen yang penting bagi kehidupan manusia. Air yang tercemar
dapat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup. Seperti yang kita ketahui, akhir-akhir ini
kita sulit mendapatkan air bersih dikarenakan musim kemarau yang berkepanjangan. Air
bersih sangat sulit didapat di daerah yang lingkungannya tercemar. Tidak jarang,
ditemukan air yang kotor, keruh, berwarna, dan berbau yang cukup berlimpah. Sehingga
jika dipakai, menyebabkan tersebarnya penyakit yang disebabkan oleh pemakaiain air
yang kotor.
Ada berbagai macam upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan air
kotor. Salah satu upayanya yaitu dengan metode filtrasi atau penyaringan. Penyaringan
(filtrasi) merupakan proses pemisahan antara padatan/koloid dengan cairan (Zulia dan
Suprano, 2016). Filtrasi merupakan salah satu pengolahan air secara fisik. Filtrasi adalah
proses pemisahan solid-liquid dengan cara melewatkan liquid melalui media berpori atau
bahan-bahan untuk menyisihkan atau menghilangkan sebanyak-banyaknya butiran-
butiran halus zat tersuspensi dari liquida (Usman dan Indah, 2014).
Berdasarkan pertimbangan di atas dilakukan praktikum yang berkaitan dengan
permasalahan tersebut yaitu praktikum Pengolahan Limbah Industri dengan metode
Filtrasi. Dengan adanya praktikum ini, diharapkan kita dapat mengatasi permasalahan air
kotor di berbagai daerah. Diharapkan juga kita dapat menerapkan praktikum ini di
lingkungan sekitar kita. Sehingga kita dapat menggunakan air bersih untuk kebutuhan
sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana menentukan laju optimum pada proses filtrasi?
2. Bagaimana pengaruh kekeruhan (NTU), derajat pH, dan TDS (Total Dissolved Solids)
pada hasil filtrasi setelah disampling?
3. Bagaimana Menentukan efisiensi penurunan konsentrasi?

1.3 Tujuan
1. Menentukan kecepatan laju optimum pada proses filtrasi.
2. Mengetahui pengaruh kekeruhan (NTU), derajat pH, dan TDS (Total Dissolved
Solids) pada hasil filtrasi setelah disampling.
3. Menentukan efisiensi penurunan konsentrasi.

1.4 Manfaat
1. Meningkatkan pengetahuan praktikan dalam memahami proses filtrasi.
2. Mengetahui prinsip kerja filtrasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air
Air adalah suatu zat cair yang tidak mempunyai rasa, bau dan warna dan terdiri dari
hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H2O. Karena airmempunyai sifat yang hampir
bisa digunakan untuk apa saja, maka air merupakanzat yang paling penting bagi semua
bentuk kehidupan (tumbuhan, hewan, danmanusia) sampai saat ini selain matahari yang
merupakan sumber energi.
Persyaratan air minum dapat ditinjau dari beberapa parameter seperti:
1. Parameter fisik
Parameter fisik menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
492/Menkes/Per/IV/2010 umumnya dapat diidentifikasi dari kondisi fisik air tersebut.
Parameter fisik meliputi bau, kekeruhan, rasa, suhu, warna dan jumlah zat padat terlarut
(TDS). Alat ukur yang digunakan adalah Spektrofotometer. Air yang baik idealnya tidak
berbau, tidak berwarna, tidak memiliki rasa/tawar dan suhu untuk air minum idealnya ± 30 C.
Padatan terlarut total (TDS) dengan bahan terlarut diameter < 10 -6 dan koloid (diameter 10
6 - 10 -3 mm) yang berupa senyawa kimia dan bahan-bahan lain (Effendi, 2003).
2. Parameter kimia
Parameter kimia dikelompokkan menjadi kimia an organik dan kimia organik. Dalam
standard air minum di Indonesia zat kimia anorganik dapat berupa logam, zat reaktif, zat-zat
berbahaya serta beracun serta derajat keasaman (PH). Sedangkan zat kimia organik dapat
berupa insektisida dan herbisida. Sumber logam dalam air dapat berasal dari industri,
pertambangan ataupun proses pelapukan secara alamiah. Korosi dari pipa penyalur air minum
dapat juga sebagai penyebab kehadiran logam dalam air (Mulia, 2005).
Berbagai karakteristik yang dapat mempengaruhi air:
1. Karakteristik fisik
a. Suhu
Suhu air sangat mempengaruhi aktivitas biologi yang ada dalam air, karena kenaikan
suhu perairan dapat menaikkan aktivitas biologi sehingga dapat menghasilkan O2 yang lebih
banyak lagi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
416/MENKES/PER/IX/1990 bahwa temperatur maksimum yang diperbolehkan adalah 30ºC.
Penyimpanan terhadap ketetapan ini akan mengakibatkan:
1. Meningkatnya daya atau tingkat toksisitas bahan kimia atau bahan pencemar
dalam air.
2. Pertumbuhan mikroba dalam air.
Menurut (Mutiara, 1999), perubahan suhu baik naik maupun turun yang
berlangsung secara mendadak, seringkali berakibat lethal (yang dapat menyebabkan
kematian) bagi organisme-organisme perairan terutama ikan, dan seringkali disebut
“shock-thermal”. Pembuangan air yang bersuhu tinggi dalam jumlah banyak dapat
menaikkan suhu perairan penerima beberapa derajat di atas suhu normal. Kenaikkan
itu akan mempengaruhi organisme-organisme penghuni perairan terutama ikan, baik
secara langsung maupun tidak langsung (Mahida, 1993). Adanya kenaikan suhu juga
dapat berakibat berkembangnya suburnya jenis-jenis alga beracun, terutama kelompok
Cyanophyta
b. Warna
Warna air dapat kita ketahui bahwa sumber air ada dari beberapa tempat sehingga warna
yang dimiliki pun berbeda-beda. Sehingga hal tersebut tidak dapat langsung diterima oleh
masyarakat. Warna air yang dapat ditimbulkan dikarenakan adanya ion besi, mangan, humus,
biota laut, plankton, dan limbah industri (Suwittoku,2013). Deteksi warna air dapat dilakukan
oleh indra penglihatan, deteksi ini akan lebih akurat jika dilanjutkan dengan deteksi
kekeruhan. Apabila warna air tidak lagi bening, keruh atau tidak lagi jernih misalnya
berwarna kecoklatan, dapat diduga air tersebut tercemar oleh besi. Air yang berwarna
penyimpang dengan warna aslinya, tidak baik digunakan sebagai air minum. Adapun tujuan
dari deteksi warna pada air minum ini adalah untuk mengetahui warna yang tampak pada air.
Persyaratan air minum yaitu harus tidak berwarna atau jernih. Air yang menyimpang dengan
warna tersebut, tidak baik dikonsumsi (Suwittoku,2013).
c. Bau
Bau pada air dapat disebabkan karena benda asing yang masuk ke dalamair seperti
bangkai binatang, bahan buangan, ataupun disebabkan karena prosespenguraian senyawa
organik oleh bakteri. Pada peristiwa penguraian senyawaorganik yang dilakukan oleh
bakteri tersebut dihasilkan gas – gas berbaumenyengat dan bahkan ada yang beracun. Pada
peristiwa penguraian zat organikberakibat meningkatkan penggunaan oksigen terlarut di air
(BOD = BiologicalOxighen Demand) oleh bakteri dan mengurangi kuantitas oksigen terlarut
(DO =Disvolved Oxigen) di dalam air. Senyawa – senyawa organik umumnya tidakstabil dan
mudah dioksidasi secara biologis dan kimia menjadi senyawa stabil atau biasa dikenal dengan
istilah BOD dan COD. Kebutuhan oksigen biologi(BOD) adalah parameter kualitas air lain
yang penting. BOD menunjukkanbanyaknya oksigen yang digunakan bila bahan organik
dalam suatu volume airtertentu dirombak secara biologis. Sedangkan kebutuhan oksigen
kimia (COD)merupakan suatu cara untuk menentukan kandungan bahan organik dalam
airbuangan dan perairan alami. Dari segi estetika, air yang berbau, apabila bau busuk
seperti bau telur yang membusuk (misalnya oleh H2S) ataupun air yang berasalsecara alami,
tidak dikehendaki dan tidak dibenarkan oleh peraturan yang berlaku. Pada air minum tidak
boleh ada bau yang merugikan pengguna air. Air bersih yaitu harus tidak boleh ada bau.
Karena bau pada air disebabkan adanyabenda asing yang masuk kedalam air sehingga terlarut
dan terurai didalam air laludapat mengganggu kesehatan apabila dikonsumsi
(Suwittoku,2013).
d. Rasa
Rasa yang terdapat dalam air dihasilkan dengan adanya kehadiran organisme seperti
mikroorganisme dan bakteri, kemudian adanya limbah padat dan limbah cair dari hasil
pembuangan rumah tangga yang kemungkinan adanya sisa-sisa yang digunakan untuk infeksi
misalkan klor.
Rasa pada air dapat ditimbulkan oleh beberapa hal yaitu adanya gas terlarut seperti
H2S, organisme hidup, adanya limbah padat dan limbah cair dankemungkinan adanya sisa-
sisa bahan yang digunakan untuk disinfektan sepertiklor. Rasa pada air minum diupayakan
netral atau tawar, sehingga dapat diterimaoleh para konsumen air minum (Sutrisno,2004).
e. Kekeruhan
Kekeruhan merupakan sifat optik dari suatu larutan yang menyebabkan cahaya yang
melaluinya terabsosi dan terbias dihitung dalam satuan mg/l SiO2 Unit Kekeruhan
Nephelometri (UKN). Air akan dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu
banyak partikel bahan yang tersuspensi, sehingga memberikan warna atau rupa yang
berlumpur dan kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat,
lumpur dan bahan-bahan organik. Kekeruhan tidak merupakan sifat air yang membahayakan,
tetapi kekeruhan menjadi tidak disenangi karena rupanya. Kekeruhan walaupun hanya sedikit
dapat menyebabkan warna lebih tua tua dari warna yang sesungguhnya. Setiap
tingkat,kekeruhan dipengaruhi oleh pH air. Kekeruhan pada air minum pada umumnya telah
diupayakan sedemikian rupa sehingga air menjadi jernih(Sutrisno,2004).
2. Karakteristik Kimia
a. pH
pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau
basa sesuatu larutan. Sebagai satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
atau kehidupan mikroorganisme dalam air, secara empirik pH yang optimum untuk tiap
spesifik harus ditentukan. Kebanyakan mikroorganisme tumbuh terbaik pada pH 6,0-8,0
meskipun beberapa bentuk mempunyai pH optimum rendah 2,0 dan lainnya punya pH
optimum 8,5. Pengetahuan pH ini sangat diperlukan dalam penentuan range pH yang akan
diterapkan pada usaha pengelolaan air bekas yang menggunakan proses-proses biologis.
Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari penyimpanan standar kualitas air minum
dalam pH ini yaitu bahwa pH yang lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan dapat
menyebabkan korosi pada pipa-pipa air dan menyebabkan beberapa senyawa menjadi racun,
sehingga menggangu kesehatan (Sutrisno,2004).
b. Konduktivitas
Nilai konduktivitas merupakan ukuran terhadap konsentrasi total elektrolit didalam air.
Kandungan elektrolit yang pada prinsipnya merupakangaram-garam yang terlarut dalam air,
berkaitan dengan kemampuan air didalammenghantarkan arus listrik. Semakin banyak
garam-garam yang terlarut semakinbaik daya hantar listrik air tersebut. Air suling yang tidak
mengandung garamgaramterlarut dengan demikian bukan merupakan penghantar listrik yang
baik.Selain dipengaruhi oleh jumlah garam-garam terlarut, konduktivitas jugadipengaruhi
oleh nilai temperatur (Zullazar Zurkarnain,2015).
c. Total Dissolved Solid (Total Padatan Terlarut)
TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organic maupun
anorganic) yang terdapat pada sebuah larutan. Umumnya berdasarkandefinisi di atas
seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat melewati saringan yang
berdiameter 2 mikrometer (2×10-6 meter). Aplikasi yang umum digunakan adalah untuk
mengukur kualitas cairan biasanya untuk pengairan, pemeliharaan aquarium, kolam renang,
proses kimia, dan pembuatan air mineral. Setidaknya, kita dapat mengetahui air minum mana
yang baikdikonsumsi tubuh, ataupun air murni untuk keperluan kimia misalnya pembuatan
kosmetika, obat-obatan, dan makanan (Misnani, 2010). Banyak zat terlarut yang tidak
diinginkan dalam air. Mineral, gas, zatorganik yang terlarut mungkin menghasilkan warna,
rasa dan bau yang secaraestetis tidak menyenangkan. Beberapa zat kimia mungkin bersifat
racun, dan beberapa zat organik terlarut bersifat karsinogen yaitu zat yang dapatmenyebabkan
penyakit kanker. Cukup sering, dua atau lebih zat terlarutkhususnya zat terlarut dan anggota
golongan halogen akan bergabung membentuksenyawa yang bersifat lebih dapat diterima
daripada bentuk tunggalnya (Misnani,2010).
2.2 Filtrasi

Penyaringan merupakan proses pemisahan padatan yang telarut di dalam air. Media
yang digunakan untuk bahan filter memiliki syarat yaitu pori-pori yang berukuran sesuai
dengan ukuran padatan yang akan disaring dan tahan lapuk. Bahan-bahan tersebut
diantaranya adalah pasir, ijuk, arang, kerikil dan batu. Arang batok disebut juga karbon aktif
dapat berfungsi menghilangkan warna dan bau pada air akibat pencemaran dari bahan kimia.
Ijuk digunakan untuk menyaring yang berukuran sedang dan besar (Ernawati, dkk, 2013).

Untuk pengolahan air, susunan media filter (dari atas ke bawah), biasanya berisi
ijukyang berfungsi untuk menahan kotora atau partikel pada tanggal), kemudian silika
(ukuran keci), silika ukuran lebih besar, karbon aktif, dan paling bawah berisi travel.

Ukuran media filter di unit filtrasi adalah sebagai berikut :

- Silica = 8 - 12 Mesh

- Zeloite = 8 - 12 Mesh

- Active carbon = 8 - 12 Mesh

- Travel = 0.5 - 2.0 cm

Pada industri, filtrasi ini meliputi ragam operasi yang kompleks. Fluida yang difiltrasi dapat
berupa cairan atau gas; aliran yang lolos dari saringan mungkin saja cairan, padatan, atau
keduanya. Suatu saat justru limbah padatnyalah yang harus dipisahkan dari limbah cair
sebelum dibuang. Seringkali umpan dimodifikasi mlalui beberapa pengolahan awal untuk
meningkatkan laju filtrasi, misal dengan pemanasan, kristalisasi, atau memasang peralatan
tambahan pada penyaring seperti selulosa atau tanah diatomae. Oleh karena varietas dari
material yang harus disaring beragam dan kondisi proses berbeda, banyak jenis penyaring
telah dikembangkan.

Bahan alami yang dapat digunakan untuk penjernihan air, yaitu kerikil, ijuk, arang, pasir
dan dengan penambahan bahan buatan seperti batu zeolit yang di variasikan menjadi tiga,
yaitu kasar, sedang dan halus. Dimana masing-masing bahan tersebut mempunyai fungsinya
masing-masing, yaitu:
a. Kerikil pada dasarnya adalah batu besar, tetapi hancur karena reaksi alam atau biasa yang
disebut pelapukan yang terjadi karena perubahan suhu alam yang mendadak atau lumut-
lumutan (Odenkz, 2011). Kerikil berfungsi sebagai penyaring dari kotoran-kotoran besar
pada air dan membantu proses aerasi.
b. Ijuk (duk, injuk) adalah serabut hitam dan keras pelindung pangkal pelepah daun enau atau
aren (Arenga pinnata), Aren yang merupakan tumbuhan penghasil ijuk tumbuh di seluruh
daratan Indonesia dengan sangat baik, terutama di ketinggian 400 sampai denga 1000 meter
di atas permukaan laut, Indonesia kaya dengan pohon aren, tapi sayang untuk ijuk belum
sepenuhnya dapat manfaatkan, masih sangat banyak ijuk yang dibakar oleh para petani. Atau
di biarkan tanpa di manfaatkan, tulisan saya ini setidaknya untuk memperkenalkan beberapa
keistimewaan serat ijuk yang bisa kita manfaatkan (Demsyal Aljuwaeni,2015). Kegunaan
ijuk adalah bisa menjadi sapu,sikat, tali, atap dan sebagai penyaring kotoran halus pada air.
Keistimewaan ijuk antara lain:
1. Tahan lama hingga ratusan bahkan ribuan tahun lebih
2. Tahan terhadap asam dan garam laut.
3. Mencegah penembusan rayap tanah dan menyebabkan kematian yang tinggi, hingga 100%
4. Sebagai perisai radiasi nuklir.
c. Pasir besi adalah salah satu hasil dari Sumber Daya Alam yang ada di Indonesia dan
merupakan salah satu bahan baku dasar dalam industri besi baja dimana ketersediaannya
dapat dijumpai didaerah pesisir seperti pesisir pantai Jawa, Sumatra, Sulawesi,dan Kabupaten
Lombok Timur (NTB). Selain sebagai bahan baku industri baja, pasir besi juga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku industri semen dalam pembuatan beton. Pasir besi yang
mempunyai kandungan Fe2O3, SiO2, MgO dan ukuran beton 80-100 meshberpotensi untuk
digunakan sebagai pengganti semen dalam produksi betonberkinerja tinggi (Yasindo Grup,
2015). Menurut Yasindo Grup manfaat dan kegunaan pasir besi adalah:
1.Pemkaian pasir besi sebesar 80% dari berat pasir total memberikan kuat tekan maksimum
diantara kadar pasir besi yaitu 42,65 Mpa dan dapatmeningkatkan kuat tekan sebesar 28,41%
dibandingkan beton normal.
2.Pemakaian pasir besi sebesar 80% dari berat pasir total memberikan kuat tekan maksimum
diantara kadar pasir besi yaitu 3,07 Mpa dan meningkatkan kuat tarik belah sebesar 4,84%
dibandingkan beton normal.
3.Pada pasir besi ini meningkatkan kuat tekan dan kuat tarik belah hingga 80%, hal ini
dimungkinkan karena selain sifat filter juga sifat kimiawi pasir besi yang mengandung
SiO2sehingga membantu kinerja semensebagai bahan pengikat (dapat mengendapkan
kotoran-kotoran halusyang belum tersaring).
d. Karbon aktif atau arang aktif adalah jenis karbon yang memiliki luas permukaan yang
besar sehingga dapat menyerap kotoran dalam air. Karbon aktif atau arang aktif adalah jenis
karbon yang memiliki luas permukaan yang besar sehingga dapat menyerap kotoran dalam
air. Arang aktif berasal dari proses yang sedemikian rupa sehingga mempunyai daya serap
atau adsorpsi yang tinggi terhadap bahan yang berbentuk larutan atau uap. Arang aktif dapat
dibuat dari bahan yang mengandung karbon baik dari organik maupun anorganik dan
biasanya yang sering dijumpai dipasaran yaitu terbuat dari tempurung kelapa, kayu dan
batubara. Biasanya karbon aktif atau arang aktif ini sering digunakan sebagai penyerap dan
penjernih air. Tetapi dalam jumlah kecil dapat digunakan sebagai katalisator. Sifat adsorpsi
dari arang aktif selektif, tergantung dari besar dan volume pori-pori dan luas permukaan dari
arang aktif. Daya serapnya sangat besar, berkisar 25-100% terhadap berat arang aktif.
Karbon aktif yaitu karbon dengan struktur amorphous atau mikrokristalin yang
dengan perlakuan khusus dapat memiliki luas permukaan dalam yang sangat besar antara
300-2000 m2/gr. Pada dasarnya ada dua jenis karbon aktif yaitu kabon aktif fasa cair yang
dihasilkan dari material dengan berat jenis rendah, seperti misalnya arang sekam padi dengan
bentuk butiran rapuh dan mudah hancur, mempunyai kadar abu yang tinggi berupa silika dan
biasanya digunakan untuk menghilangkan bau, rasa, warna dan kontaminan organik lainnya.
Sedangkan karbon aktif fasa gas dihasilkan dari bahan dengan berat jenis tinggi. (Pohan dkk,
2012).

2.3 Faktor–faktor yang mempengaruhi proses filtrasi

Parameter kualitas air sungai meliputi warna, kekeruhan, pH, kandungan logam,
kandungan zat-zat kimia, dll. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi filtrasi antaranya
yaitu debit yang terlalu besar akan menyebabkan tidak berfungsinya filter secara efisien, hal
ini menyebabkan berkurangnya waktu kontak antara permukaan butiran media penyaring
dengan air yang akan disaring. Kecepatan aliran yang terlalu tinggi saat melewati rongga
butiran menyebabkan partikel – partikel yang terlalu halus yang tersaring akan
lolos,Konsentrasi kekeruhan sangat mempengaruhi efisien dari filtrasi. Konsentrasi
kekeruhan air baku yang sangat tinggi akan menyebabkan tersumbatnya lubang pori dari
media, dan yang terakhir temperaturadalah perubahn suhu atau temperatur dari air yang akan
difiltrasi, menyebabkan massa jenis (density), viskositas absolut, dan viskositas kinematis
dari air akan mengalami perunbahn. Selain itu juga dipengaruhi oleh daya tarik menarik
diantara partikel halus penyebab kekeruhan, sehingga terjadi perbedaan dalam ukuran besar
partikel yang akan disaring (Nurcahyo,2012).

Kekeruhan Air

Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur
keadaan air baku dengan skala NTU (Nephelometrix Turbidity Unit) atau JTU (Jackson
Turbidity Unit) atau FTU (Formazin Turbidity Unit). Kekeruhan dinyatakan dalam satuan
unit turbiditas, yang setara dengan 1 mg/liter SiO2. Kekeruhan ini disebabkan oleh adanya
benda tercampur atau benda koloid di dalam air. Hal ini membuat perbedaan nyata dari segi
estetika maupun dari segikualitas air itu sendiri (Hefni, 2003)

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 04 September 2019 di Laboratorium
Pengolahan Limbah Industri, Politeknik Negeri Bandung.

3.2. Alat dan Bahan Praktikum


3.2.1. Alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain: alat filtrasi dan
stopwatch, penampung, gelas kimia, Turbidity-meter, TDS-meter, pH-meter.

3.2.2. Bahan Praktikum


Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah air limbah organik (terigu),
bentonit (powder), pasir silika, karbon aktif, zat organik (berwarna) dan lokulant (polimer).

3.3. Prosedur Kerja


Adapun cara kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
Isi bak umpan dengan air keran

Lakukan kalibrasi dengan mengatur laju alir air yang masuk dan keluar

Isi kembali bak umpan dengan air sebanyak 24 Liter

Larutkan 10 gram temung ke dalam bak umpan tersebut

Aduk sampai rata

Mengukur nilai kekeruhan, TDS dan pH awal dari air baku

Mengalirkan air yang mengandung zat tersuspensi ke dalam bak filtrasi

Sampling air yang keluar dalam 2 menit sekali

Mengukur nilai kekeruhan TDS dan pH akhir dari air hasil filtrasi
 Mengukur Nilai Kekeruhan

Masukkan sample ke dalam vial yang bersih dan kering hingga. Tutuplah vial
tersebut.

Bersihkan vial dengan kain pembersih yang disediakan untuk membersihkan tetsan air
dan sidik jari.

Nyalakan alat dengan menekan tombol ON/OFF.

Letakkan vial pada sumur optik dan indeks ke pembacaan terendah.

Ukur nilai NTU dengan menekan tombol

Hasil akan menunjukkan pada display


dalam NTU. Catat.

Buka vial turbidimeter dan bersihkan.

 Mengukur Nilai TDS

Nyalakan alat dengan menekan tombol POWER

Tekan tombol HOLD lalu tekan tombol CAL C untuk mengukur nilai TDS

Celupkan elektroda ke dalam sampel yang akan diuji

Tunggu sampai nilai TDS muncul. Catat.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 DATA PENGAMATAN


 Data ke-1

EFISIENSI
WAKTU KEKERUHAN KONSENTRASI,
NO pH PENURUNAN
(MENIT) (NTU) TDS (mg/L)
KONSENTRASI(%)
1 0 1,09 163 6
2 2 0,65 163 6 0,00
3 4 0,00 166 6 1,84
4 6 0,00 177 6 8,59
5 8 0,00 177 6 8,59
6 10 0,00 175 6 7,36
7 12 0,00 175 6 7,36
8 14 0,00 173 6 6,13
9 16 0,00 163 6 0,00
10 18 0,00 155 6 4,91
11 20 0,00 138 6 15,34

 Data ke-2

EFISIENSI
WAKTU KEKERUHAN KONSENTRASI, PENURUNAN
NO pH
(MENIT) (NTU) TDS (mg/L) KONSENTRASI
(%)
1 0 6,88 178 6
2 2 0,00 173 6 2,81
3 4 0,00 173 6 2,81
4 6 0,00 173 6 2,81
5 8 0,00 171 6 3,93
6 10 0,00 171 6 3,93
7 12 0,00 167 6 6,18
8 14 0,00 167 6 6,18
9 16 0,00 167 6 6,18
10 18 0,00 166 6 6,74
11 20 0,00 160 6 10,11
12 22 0,00 159 6 10,67
13 24 0,00 155 6 12.92
14 26 0,00 149 6 16,29
15 28 0,00 144 6 19,10
4.2 PEMBAHASAN

Airmempunyai sifat yang hampir bisa digunakan untuk apa saja, maka air
merupakanzat yang paling penting bagi semua bentuk kehidupan (tumbuhan, hewan,
danmanusia) sampai saat ini selain matahari yang merupakan sumber energi. Air yang
tercemar akan mempengaruhi kehidupan makhluk hidup. Maka dari itu, kita perlu
mengetahui cara dalam melakukan penjernihan air dengan beberapa metode.

Praktikum ini, dilakukan proses penjernihan air dengan metode filtrasi. Filtrasi
merupakan proses pemisahan padatan yang telarut di dalam air yang dilewatkan pada suatu
media penyaring. Pada media filtrasi ini terdiri dari beberapa komponen yaitu, kerikil, ijuk,
arang, pasir dan dengan penambahan bahan buatan seperti batu zeolit yang di variasikan
menjadi tiga, yaitu kasar, sedang dan halus. Dimana dari semua kompenen tersebut
mempunyai fungsi masing-masing, diantaranya; kerikil berfungsi sebagai penyaring dari
kotoran-kotoran besar pada air dan membantu proses aerasi, Kegunaan ijuk adalah bisa
menjadi sapu,sikat, tali, atap dan sebagai penyaring kotoran halus pada air. Prinsip kerjanya
adalah cairan yang akan disaring mengalir dari atas ke bawah menembus lapisan pasir karena
gaya grafitasi kemudian partikel padat yang akan dipisahkan tertahan dalam pasir. Kerikil
berfungsi untuk menjernihkan air seperti halnya fungsi kerikil pada sungai yang membuat air
sungai menjadi jernih.

Sebelum melakukan proses penjernihan air dengan metode filtrasi. Media filtrasi
sebaiknya dilakukan kalibrasi terlebih dahulu dengan cara memasukan air keran ke dalam bak
umpan, lalu air dialirkan melalui kran pipa dan air akan terisi ke media filtrasi. Hitung laju
alir air sebelum masuk ke media filtrasi, dan hitung pula laju alir air yang sudah melewati
media filtrasi (sudah tersaring). Pastikan laju alir sebelum dan sesudah masuk media filtrasi
sama. Pada proses kalibrasi ini, didapatkan nilai laju alir 1,2L/menit. Proses tersebut
bertujuan untuk menstabilkan laju alir agar tetap, dan proses kalibrasi ini juga bertujuan
untuk menghilangkan kontaminan yang terdapat pada alat filtrasi yang sebelumnya sudah
digunakan.

Setelah dilakukan pengkalibrasian, selanjutnya dimasukan zat tersuspensi ke dalam


bak umpan. Zat tersuspensi yang digunakan adalah 10 g terigu yang dilarutkan di dalam 24 L
air, diaduk rata. Untuk memulai proses penyaringan atau filtrasi, pastikan kabel sudah
tersambung pada saluran listrik. Kemudian, alir kan zat tersuspensi yang berada pada bak
umpan, pastikan semua kran terbuka sesuai dengan debit yang telah didapatkan sebelumnya.
Setelah zat tersuspensi memenuhi media filtrasi hingga mencapai di atas komponen media
filtrasi , tutup kran pipa yang masuk ke media filrasi. Dan buka kran air yang nantinya akan
keluar air yang sudah tersaring. Lakukan sampling air yang keluar setiap dua menit.
Dilakukan pengukuran nilai kekeruhan, TDS dan pH akhir dari air hasil filtrasi sebelum zat
tersuspensi dialirkan dan setiap sampel air yang didapatkan.

Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk
mengukur keadaan air baku dengan skala NTU (Nephelometrix Turbidity Unit). Alat yang
digunakan untuk mengukur kekeruhan adalah turbidity-meter. Turbidimeter merupakan sifat
optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang
dipantulkan terhadap cahaya yang tiba. Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu
suspensi adalah fungsi konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya konstan. Turbidimeter
merupakan salah satu alat yang berfungsi untuk mengetahui atau mengukur tingkat
kekeruhan air.Prinsip umum dari alat turbidimeter adalah sinar yang datang mengenai suatu
partikel ada yang diteruskan dan ada yang dipantulkan, maka sinar yang diteruskan
digunakan sebagai dasar pengukuran(Day and Underwood, 2002). Nilai kekeruhan yang
didapatkan pada data percobaan pertama, nilai awal kekeruhan dari air zat tersuspensi
sebelum dilewatkan pada media filtrasi adalah 1,09 NTU, nilai kekeruhan setiap sampling
pada 2 menit sekali setelah melewati media filtrasi yang dilakukan sampai sampling ke-11
adalah pada menit ke-2 0,65 NTU, menit ke-4 hingga 11 adalah 0,00 NTU. Lalu pada data
percobaan kedua, nilai awal kekeruhan dari air zat tersuspensi sebelum dilewatkan pada
media filtrasi adalah 6,88 NTU, nilai kekeruhan setiap sampling pada 2 menit sekali setelah
melewati media filtrasi yang dilakukan sampali sampling ke-14 adalah 0,00 NTU. Hasil
tersebut menunjukan bahwa data percobaan 1 dan 2 nilai kekeruhan yang didapatkan adalah
baik karena nilainya tidak melebihi batas standar, dimana standar kekeruhan air ditetapkan
antara 5-25 NTU (Nephelometric Turbidity Unit) dan bila melebihi batas yang telah
ditetapkan akan menyebabkan; 1. Mengganggu estetika, 2. Mengurangi efekifitas
desinfeksi air. Nilai kekeruhan pada sampel zat tersuspensi ini sebenarnya terlalu kecil
dibandingkan hasil dari nilai kekeruhan yang telah dilakukan beberapa penelitian
sebelumnya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pengadukan air zat tersuspensi yang tidak
merata sehingga zat tersuspensi tersebut mengendap di dasar, selain itu juga perbandingan
dari zat organik yang dilarutkan dalam air terlalu kecil sehingga zat organik tersebut akan
mudah larut dan tidak menghasilkan kekeruhan yang tinggi.

Selanjutnya, menentukan nilai TDS dari zat tersuspensi sebelum dan sesudah
dilewatkan pada media filtrasi. TDS (Total Dissolved Solids) merupakan patokan jumlah zat
yang terlarut dalam air. Aplikasi yang umum digunakan adalah untuk mengukur kualitas
cairan biasanya untuk pengairan, pemeliharaan aquarium, kolam renang, proses kimia, dan
pembuatan air mineral. Setidaknya, kita dapat mengetahui air minum mana yang baik
dikonsumsi tubuh, ataupun air murni untuk keperluan kimia misalnya pembuatan kosmetika,
obat-obatan, dan makanan (Misnani, 2010).Dari hasil praktikum yang didapatkan, dapat
dilihat pada data pengamatan bahwa nilai TDS dari kedua data percobaan tersebut hasilnya <
200 mg/L. Dapat disimpulkan bahwa air zat tersuspensi yang telah difiltrasi ini tidak akan
berpengaruh pada kesehatan atau baik. Menurut WHO (World Health Organization),
kandungan mineral dalam air tidak akan berpengaruh terhadap kesehatan selama air masih
dikategorikan tawar. Meski begitu, WHO menetapkan standar kandungan padatan terlarut
dalam air minum yang terbagi menjadi beberapa kriteria level.

KANDUNGAN TDS (mg/l) Penilaian Rasa Air


Kurang dari 300 Bagus sekali
300 – 600 Baik Baik
600 – 900 Bisa diminum
900 – 1.200 Buruk
900 – 1.200 Berbahaya

Selanjutnya dilakukan pengecekan pH pada air zat tersuspensi sebelum dan sesudah
melewati media filtrasi. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari penyimpanan
standar kualitas air minum dalam pH ini yaitu bahwa pH yang lebih kecil dari 6,5 dan lebih
besar dari 9,2 akan dapat menyebabkan korosi pada pipa-pipa air dan menyebabkan beberapa
senyawa menjadi racun, sehingga menggangu kesehatan (Sutrisno,2004). Dari hasil kedua
percobaan didapatkan nilai pH air zat tersuspensi sebelum dan setelah dilewatkan pada
mmedia filtrasi adalah 6. Adapun menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor :
416/men.kes/per/ix/1990tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air, persyaratan
kualitas air bersih alah satu diantaranya nilai pH adalah 6,5 – 9,0. Hal tersebut menunjukkan
bahwa air zat tersuspensi tersebut tidak memenuhi batas standar kualitas air bersih, meskipun
hampir mendekati batas minimum dari persyaratan kualitas air bersih, karena air tersebut
bersifat asam, mengandung padatan rendah, dan korosif. Air dengan kondisi seperti ini dapat
mengandung besi, dan lain-lain. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada pipa transmisi,
selain itu juga menimbulkan rasa yang asam, noda pada baju, noda pada kloset, dan lain
sebagainya, serta menimbulkan dampak buruk pada kesehatan.
Dari hasil data yang telah didapatkan, kita dapat menentukan efisiensi penurunan
konsentrasi air zat tersuspensi dari sebelum dan sesudah dilewatkan pada media filtrasi.
Efisiensi penurunan konsentrasi yang didapatkan pada data percobaan ke-1 adalah sebelum
dilakukan proses filtrasi tidak memiliki nilai efisiensi dan nilai efisiensi penurunan
konsentrasi akhir setelah proses filtrasi adalah 15,34%. Sedangkan pada data percobaan ke-2
pada saat sebelum proses filtrasi juga tidak memiliki nilai efisiensi dan nilai efisiensi
penurunan konsentrasi akhir pada saat setelah proses filtrasi adalah 19,10%. Hasil tersebut
menunjukan bahwa efisiensi penurunan konsentrasi pada proses filtrasi ini adalah baik.
Karena hasilnya menunjukkan ada perubahan naik pada saat sebelum filtrasi dan sesudah
filtrasi.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Laju optium pada proses filtrasi yang didapatkan sebesar 1,2L/menit.
2. - Nilai kekeruhan yang didapatkan pada data percobaan pertama, nilai awal
kekeruhan dari air zat tersuspensi sebelum dilewatkan pada media filtrasi adalah
1,09 NTU, nilai kekeruhan setiap sampling pada 2 menit sekali setelah melewati
media filtrasi yang dilakukan sampai sampling ke-11 adalah pada menit ke-2 0,65
NTU, menit ke-4 hingga 11 adalah 0,00 NTU.
- Pada data percobaan kedua, nilai awal kekeruhan dari air zat tersuspensi
sebelum dilewatkan pada media filtrasi adalah 6,88 NTU, nilai kekeruhan setiap
sampling pada 2 menit sekali setelah melewati media filtrasi yang dilakukan
sampali sampling ke-14 adalah 0,00 NTU.
- Data percobaan 1 dan 2 nilai kekeruhan yang didapatkan adalah baik karena
nilainya tidak melebihi batas standar, dimana standar kekeruhan air ditetapkan
antara 5-25 NTU (Nephelometric Turbidity Unit).
3. Nilai TDS dari kedua data percobaan tersebut hasilnya < 200 mg/L. Dapat
disimpulkan bahwa air zat tersuspensi yang telah difiltrasi ini tidak akan
berpengaruh pada kesehatan atau baik.
4. Dari hasil kedua percobaan didapatkan nilai pH air zat tersuspensi sebelum dan
setelah dilewatkan pada mmedia filtrasi adalah 6. Adapun menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor : 416/men.kes/per/ix/1990 tentang syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air, persyaratan kualitas air bersih alah satu diantaranya nilai
pH adalah 6,5 – 9,0. Hal tersebut menunjukkan bahwa air zat tersuspensi tersebut
tidak memenuhi batas standar kualitas air bersih.
5. Efisiensi penurunan konsentrasi yang didapatkan pada data percobaan ke-1 adalah
sebelum dilakukan proses filtrasi tidak memiliki nilai efisiensi dan nilai efisiensi
penurunan konsentrasi akhir setelah proses filtrasi adalah 15,34 %. Sedangkan
pada data percobaan ke-2 pada saat sebelum proses filtrasi juga tidak memiliki
nilai efisiensi dan nilai efisiensi penurunan konsentrasi akhir pada saat setelah
proses filtrasi adalah 19,10 %. Hasil tersebut menunjukan bahwa efisiensi
penurunan konsentrasi pada proses filtrasi ini adalah baik. Karena hasilnya
menunjukkan ada perubahan naik pada saat sebelum filtrasi dan sesudah filtrasi.

4.2 Saran
Alat filtrasi sebaiknya dikalibrasi secara berkala, agar proses filtrasi tidak terhambat. Alat filtrasi
dan media filtrasi harus dicek dan dibersihkan, agar saluran filtrasi tidak tersumbat oleh bekas
kotoran limbah. Turbidimeter dan TDS-meter harus dikalibrasi ulang.
Filtrasi akan sangat berguna bagi kehidupan jika bisa dimanfaatkan secara optimal dengan
bantuan teknologi, alat filtrasi kedepannya diharapkan akan lebih canggih lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Adany, Fildzah. 2017. Proses Pengolahan air Limbah Secara Fisika, Kimia, dan Biologi.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember : Surabaya.
Amani, Fauzi dan Prawiroredjo, Kiki. 2016. Alat ukur Kualitas Air Minum dengan Parameter
pH, Suhu, Tingkat Kekeruhan , dan Jumlah Padatan Terlarut. Universitas Trisakti :
Jakarta Barat.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang
Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air.
Rinawati, dkk. 2016. Penentuan Kandungan Zat Padat (Total Dissolved Solid danTotal
Suspended Solid) di Perairan Teluk Lampung. Analit:Analytical and Enviromental
Chemistry : Bandar Lampung.
Rodiyanti, dkk. 2014. Kinetika Filtrasi Limbah Cair Industri Tahu dengan Menggunakan
Metode Biofilter Media Zeolit. Jurnal Teknik Pertanian Lampung : Universitas
Lampung.
Sri, Ernawati, dkk. 2013. Peningkatan Kualitas Air Bersih dengan Alat Penjernih Air. Jurnal
of Rural and Development : Universitas Sebelas Maret Surakarta.
WHO/SDE/WHS/03.04/16. 2003. Total Dissolved Solid In Drinking-Water.
Yudo, Satmoko dan Said, Nusa Idaman. 2019. Kondisi Kualitas Air Sungai Surabaya Studi
Kasus: Peningkatan Kualitas Air Baku PDAM Surabaya. Pusat Teknologi
Lingkungan, Badan Pengkajuan dan Penerapan Teknologi : Tanggerang Selatan.
Yuniarti, Bernadeta. 2007. Pengukuran Tingkat Kekeruhan Air Menggunakan Turbidimeter
Berdasarkan Prinsip Hamburan Cahaya. Universitas Sanata Dharma : Yogyakarta.

LAMPIRAN
 Menghitung Efisiensi Penurunan Konsentrasi (%)

konsentrasi awal − Konsentrasi akhir


Efisiensi (%): 𝑥 100
Konsentrasi awal

Alat Filtrasi

Turbitidy-meter TDS-meter

Anda mungkin juga menyukai