Anda di halaman 1dari 22

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2017/2018

MODUL : Pertukaran Ion


PEMBIMBING : Dr. Ir. Endang Sri Rahayu, M.T.

Tanggal Praktikum : 6 Oktober 2017


Tanggal Pelaporan : 10 Oktober 2017

Oleh

Kelompok :8
Nama : Septiani Rasyidah (151411028)
Syifa Nur Ulla (151411029)
Syifa Siti Aisyah A (151411030)
Utari Dewi S. (151411031)
Kelas : 3A – D3 Teknik Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Meningkatnya jumlah industry di Indonesia tidak hanya memberikan dampak positif,


tetapi juga memberikan dampak negatif, misalnya pencemaran lingkungan yang
diakibatkan oleh limbah industri, yang dapat menyebabkan penurunan kualitas
lingkungan. Dampak pencemaran lingkungan yang mungkin timbul akibat limbah cair
yang dihasilkan dari kegiatan industri dapat diketahui dengan mengukur konsentrasi
parameter-parameter limbah cair, baik berupa parameter fisik, parameter kimia (senyawa
organik dan anorganik) ataupun parameter biologi.
Air konsumsi adalah air yang memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan
Kemenkes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tanggal 29 Juli 2002 tentang Syarat-syarat
dan Pengawasan Kualitas Air Minum yaitu kadar Fe sebesar 0,3 mg/l. Secara kualitas,
ditemukan beberapa penyimpangan terhadap parameter kualitas air bersih, baik kualitas
fisik, kimia, biologi, ataupun radioaktif. Penurunan kualitas air diantaranya diakibatkan
oleh adanya kandungan besi yang sudah ada pada tanah karena lapisan-lapisan tanah yang
dilewati air mengandung unsur-unsur kimia tertentu, salah satunya adalah persenyawaan
besi.
Proses pertukaran ion adalah proses dimana suatu material atau bahan tidak larut
menangkap ion-ion bermuatan, baik muatan positif maupun negatif dari suatu larutan dan
melepaskan ion-ion bermuatan sejenis ke dalam larutan dalam jumlah yang setara. Bila
proses pertukaran telah mencapai titik jenuh, maka dilakukan proses regenerasi dengan
tujuan agar kapasitas penukaran material penukar ion dapat kembali seperti semula.
Untuk menjadi penukar ion yang efektif, suatu resin penukar ion harus mempunyai ion-
ion yang mudah bertukar dalam struktur yang tidak mudah larut dalam air, dan ruangan
yang cukup dalam strukturnya untuk menjamin kebebasan ion-ion bergerak keluar dan
masuk dalam matriks bahan.

1.2 Tujuan
 Melakukan operasi pelayanan (in service) dan operasi backwash pada resin kation
dan anion.
 Menganalisis nilai kekeruhan dan pH terhadap waktu operasi.
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Zat Pengotor dalam air


Dalam proses daur hidrologi air tidak akan lepas dari zat pengotor, sehingga
menyebabkan air tersebut menjadi tidak murni lagi. Zat-zat itu disebut sebagai zat
pengotor atau impurities. Zat pengotor dalam air pada dasarnya dapat dikelompokkan
dalam tiga golongan (Chang, 1993), yaitu :
 Padatan tersuspensi dalam air
Padatan tersuspensi merupakan istilah untuk zat heterogen yang terkandung di
dalam berbagai jenis air. Padatan tersuspensi memiliki ukuran partikel lebih besar dan
dapat dilihat secara kasat mata, dapat dipisahkan secara fisika dengan cara
sedimentasi. Padatan tersuspensi menyebabkan air menjadi keruh atau kotor dan bila
digunakan sebagai air umpan ketel akan menyebabkan terbentuknya deposit, kerak
dan atau busa.
 Padatan terlarut dalam air
Air merupakan zat pelarut dan dapat melarutkan berbagai zat dari batu-batuan
dan tanah yang kontak dengan air. Bahan-bahan mineral yang dapat terkandung di
dalam air karena kontaknya dengan batu-batuan tersebut, antara lain: CaCO3, MgCO3,
CaSO4, MgSO4, NaCl, Na2SO4, SiO2 dan sebagainya. (Soebagio, 2005). Padatan
terlarut biasanya sering disebut kesadahan dan alkalinitas.
 Gas terlarut dalam air
Gas yang dapat terlarut dalam air, antara lain : CO2, O2, N2, NH3, NO2 dan H2S.
(Soebagio, 2005). Gas-gas yang terlarut tersebut dapat menyebabkan korosi. Sebagai
contoh Karbon dioksida adalah suatu asam jika bergabung dengan air, dan dengan
demikian dapat menyebabkan korosi pada logam. Oksigen terlarut dalam air
merupakan penyebab utama terjadinya korosi pada ketel dan sistem pendingin.
Penghilangan oksigen dari air umpan ketel dapat dilakukan dengan cara deaerasi
secara fisik dan kimia.

2.2 Resin Penukar Ion


Pertukaran ion adalah pertukaran reversibel ion antara (bahan penukar ion)
padat dan cairan di mana tidak ada perubahan permanen dalam struktur padatan
(Wheaton, tanpa tahun). Pertukaran ion biasanya digunakan dalam pengolahan air.
Resin penukar ion adalah suatu bahan padat yang memiliki bagian (ion positif
atau negatif) tertentu yang bisa dilepas dan ditukar dengan bahan kimia lain dari luar.
Berdasarkan jenis ion / muatan yang dipertukarkan, resin dapat dibagi menjadi 2 :
1.Resin Penukar Kation, dan
2.Resin Penukar Anion (Wheaton, tanpa tahun).

Gambar 2.1. Resin Penukar Kation (kanan) dan Resin Penukar Anion (kiri)
(Sumber: Shulamit Levin, AC,Medtechnica)

1. Resin Penukar Kation


Merupakan suatu kolom yang berisi asam/R-H berfungsi untuk menukar kation-
kation didalam air dengan ion H+ pada resin tersebut.Contoh reaksi seperti gambar di
bawah

Untuk tipe penukaran kation asam kuat, gugus H berupa gugus asam sulfonat,
yang bersifat asam kuat seperti asam sulfat, sehingga reaksinya.

Sedangkan untuk tipe penukaran kation asam lemah, gugus H berupa gugus
fungsi karboksilat yang hanya terionisasi sebagian dengan reaksinya
(Lestari, 2007)

2. Resin Penukar Anion


Merupakan suatu kolom yang berisi basa /R-OH berfungsi untuk menukar
anion-anion dalam air dengan ion OH- Pada resin tersebut. Contoh reaksi seperti
gambar di bawah :

(Lestari, 2007)
Resin penukar kation asam kuat siklus hidrogen akan mengubah garam-garam
terlarut menjadi asam dan resin penukar anion basa kuat akan menghilangkan asam-
asam tersebut, termasuk asam silikat dan asam karbonat. Resin penukar anion basa
lemah hanya dapat memisahkan asam kuat seperti HCl dan H2SO4 , tetapi tidak dapat
menghilangkan asam lemah seperti asam silikat dan asam karbonat, oleh sebab itu
resin penukar anion basa lemah acap kali disebut sebagai acid adsorbers (Lestari,
2007).

2.3 Proses Pengolahan Air Ion Exchange


 Water Softening
Pertukaran ion pada pembuatan water softener menyingkirkan ion magnesium
dan kalsium pada air dan menggantinya dengan ion non-hardness atau non-kesadahan
biasanya dengan sodium chloride salt atau garam (Loam, tanpa tahun).
Resin untuk water sonftening biasanya adalah polystyrene beads yang jenuh
dengan sodium (Na) yang terselimuti di permukaan beads. Ketika air melewati
permukaan resin, kalsium dan magnesium tertarik oleh resin beads dan resin
melepaskan ion sodium dari resin ke air sehingga terjadi pertukaran ion (Lestari,
2007).
Gambar 2.2. Proses Water Softening

 Demineralisasi
Demineralisasi adalah proses pertukaran ion yang melibatkan proses kation
exchanger,dan anion exchanger (Loam, tanpa tahun).
Pada proses pertukaran kation ion-ion (Ca, Mg, dll) pada air akan digantikan
dengan ion H+, menggunakan penukar kation muatan hidrogen. Tahap kedua, asam
yang dihasilkan dihilangkan dengan penukar anion muatan hidroksida (OH-). Penukar
kation diregenerasi dengan asam dan penukar anion dengan alkali. Reaksinya adalah
Tahap pertukaran kation :

Tahap pertukaran anion :

(Priambodo, 2009)
2.4 Tahap Proses Pada Ion Exchange

 Tahap layanan
Tahap layanan adalah tahap dimana terjadi reaksi pertukaran ion. Sifat tahap
layanan ditentukan oleh konsentrasi ion yang dihilangkan terhadap waktu, atau
volume air produk yang dihasilkan. Hal yang penting pada tahap layanan adalah
kapasitas (teoritik dan operasi) dan beban pertukaran ion (ion exchange load).
Kapasitas pertukaran teoritik didefinisikan sebagai jumlah ion secara teoritik yang
dapat dipertukarkan oleh resin per satuan massa atau volume resin. Kapasitas operasi
adalah kapasitas resin aktual yang digunakan untuk reaksi pertukaran pada kondisi
tertentu (Setiadi, 2007).
Beban pertukaran ion adalah berat ion yang dihilangkan selama tahap layanan
dan diperoleh dari hasil kali antara volume air yang diolah selama tahap layanan
dengan konsentrasi ion yang dihilangkan (Setiadi, 2007). Tahap layanan ini dilakukan
dengan cara mengalirkan air umpan dari atas.

Gambar 2.3. Proses demineralisasi

 Tahap Pencucian Balik (Backwash)


Tahap pencucian balik (backwash) dilakukan jika kemampuan resin telah jenuh
atau tidak bisa menukarkan ion lagi. Pencucian menggunakan air produk. Tujuan
dilakukannya backwash adalah :
o Pemecahan/memisahkan resin yang tergumpal,
o penghilangan partikel halus yang terperangkap dalam ruang antar resin,
o penghilangan kantong-kantong gas atau ruang-ruang dalam unggun, dan
o pembentukan ulang lapisan resin agar terfluidisasi (Setiadi, 2007).
Pencucian balik dilakukan dengan pengaliran air dari bawah ke atas (up flow).
Pada tahap ini terjadi pengembangan (ekspansi) unggun antara 50% hingga 80%
(Venkateswerlu, 1996).

 Tahap Regenerasi
Jumlah kation dan anion yang dpaat ditukar dengan resin tersebut sangat
tergantung pada kapasitas resin tersebut. Jika Resin telah mengikat sejumlah ion yang
melebihi kapasitas maksimum, maka resin tersebut telah jenuh sehingga resin harus
diregenerasi.

Gambar 2.4. Siklus Regenerasi resin


(Sumber: Prinsip Penentuan Kapasitas Resin Sistem Demineralisasi Air)

Regenerasi untuk resin penukar kation digunakan : Asam : HCl, H2SO4.

Reaksinya : Rz – C + H+ ↔ Rz – H + C+

Regenerasi untuk resin penukar anion digunakan : Basa : NaOH.

Reaksinya : Rz – A + OH- ↔ Rz – OH + A+

Larutan regenerasi harus dapat menghasilkan titik puncak (mengembalikan


waktu regenerasi dan jumlah larutan yang digunakan). Jika sistem dapat
dikembalikan ke kemampuan pertukaran awal. Jadi secara teoritik, jumlah larutan
regenerasi (dalam ekivalen) harus sama dengan jumlah ion (dalam ekivalen) yang
dihilangkan (kebutuhan larutan regenerasi teoritik).
 Tahap Pembilasan
Tahap pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa larutan
regenerasi yang terperangkap oleh resin. Pembilasan dilakukan menggunakan air
produk dengan aliran down flow dan dilaksanakan dalam dua tingkat, yaitu:
1. Tingkat laju alir rendah untuk menghilangkan larutan regenerasi, dan
2. Tingkat laju alir tinggi untuk menghilangkan sisa ion. Limbah pembilasan
tingkat laju alir rendah digabungkan dengan larutan garam dan dibuang,
sedangkan limbah pembilasan tingkat laju alir tinggi disimpan dan digunakan
sebagai pelarut senyawa untuk regenerasi (Setiadi, 2007).
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat Bahan
Kolom resin penukar kation Air Baku

Kolom resin penukar anion

pH meter

Turbidi meter

Gelas ukur 500 ml

Selang

3.2 Skema Percobaan

3.2.1 Proses Backwash

 Kolom Kation
Terfluidisasi

Tinggi akhir
Tinggi awal 88 cm
60 cm

Laju alir air


Aliran air
-
 Kolom Anion
Terfluidisasi

Tinggi akhir
Tinggi awal 59 96 cm
cm

Laju alir air


Aliran air
3,3956 x 10-3
m/s

3.2.2 In Service

Air umpan dialirkan dari


bagian atas kolom kation

Aliran dilanjutkan melalui


kolom bawah resin anion

Pengambilan sampel setiap 5


menit sekali dan dilakukan
pengecekan pH, TDS dan
DHL
BAB IV

DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1. Karakteristik Air Baku

 Kekeruhan air baku : 3,71 NTU


 pH air baku : 6,99

4.2. Data Operasi Backwash


Tabel 1. Data Pengamatan Operasi Backwash

Kolom Kation Kolom Anion


Laju Alir (m/s) - 3,3956 x 10-3
Tinggi Awal Resin (cm) 60 59
Tinggi Akhir Resin (cm) 88 96
Ekspansi Resin (%) 46,67 62,71
*laju alir pada kolom anion yang dicantumkan diatas yaitu laju alir pada saat ketinggian 96.

- Laju alir superfisial di kolom anion pada ketinggian resin 96cm

Luas penampang = ¼ π D2

= ¼ x 3,14 x 0,122

= 0.0113 m2

0,03837 𝑥 10−3 𝑚3/𝑠


Laju alir =
0,0113 𝑚2

= 3,3956 x 10-3m/s

Tabel 2. Hubungan Kekeruhan terhadap Waktu pada Operasi Backwash

Waktu Kekeruhan (NTU)


(menit) Resin Kation Resin Anion
0 3.72 7.02
5 3.39 3.44
10 3.27 3.39
15 3.26 3.31
4.3. Data Operasi Service

 Laju Alir Air Baku : 2,266 x10-3 m/s

Tabel 3. Hubungan Kekeruhan dan pH Terhadap Waktu Pada Operasi Service

Waktu Kekeruhan pH
(menit) (NTU)
0 3.72 6.99
3.37 3.28 7.00 7.01
10
3.325 7.005

*t0 menunjukkan waktu pengambilan sampel setelah air baku mengaliri kedua kolom resin
selama 40 menit

pada t10, pengambilan sampel dilakukan dua kali (duplo).

D = 12 cm

Luas penampang = ¼ π D2

= ¼ x 3,14 x 0,122

= 0,0113 m2

Laju alir = 2,561 x 10-5 m3/s / 0,0113 m2 = 2,266 x10-3 m/s

D = 12 cm = 0,394 ft

Luas penampang = ¼ π D2

= ¼ x 3,14 x 0,3942

= 0,122 ft2

Laju alir = 0.4060 gpm / 0,122 ft2 = 3,328 gpm/ft2


4.4. Perolehan Data

4.4.1. Grafik Kekeruhan terhadap Waktu pada Proses Backwash

Grafik kekeruhan terhadap waktu


pada resin anion
3.8
K
3.7
e
k 3.6
(

e N 3.5
r T 3.4
u U
3.3
)

h
3.2
a
0 2 4 6 8 10 12 14 16
n
Waktu (menit)

Grafik 1. Hubungan Kekeruhan terhadap Waktu pada Proses Backwash Resin Anion

Grafik kekeruhan terhadap waktu


pada kolom resin kation
8
7
Kekeruhan (ntu)

6
5
4
3
2
1
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Waktu (menit)

Grafik 2. Hubungan Kekeruhan terhadap Waktu pada Proses Backwash Resin Kation
Grafik nilai kekeruhan terhadap waktu
3.75

3.7

3.65

3.6

3.55

3.5

3.45

3.4

3.35

3.3
0 2 4 6 8 10 12

Grafik 3. Hubungan Kekeruhan terhadap Waktu pada Proses In Service Resin Kation
BAB V

PEMBAHASAN

Oleh Septiani Rasidah ( 151411028 )

Pertukaran ion merupakan proses pertukaran ion yang terdapat dalam air dengan resin
yang valensi ion sama. Proses pertukaran terjadi dengan proses adsorpsi kemudian terjadi
pertukaran ion. Sebelum melakukan proses pertukaran ion dengan resin penukar kation dan
anion, dilakukan backwash pada resin kation maupun anion. Backwash dilakukan untuk
menghilangkan partikulat yang menyelimuti ion aggar tidak mengahalangi proses adsorpsi.

Backwash dilakukan selama 15 menit, backwash yang dilakukan pada resin penukar
kation kekeruhan pada t = 0 didapatkan 3.72 NTU, terlihat pada grafik 2 semakin lama
waktu terjadi penurunan kekeruhan yang menunjukkan partikulat yang menyelimuti resin
terangkat. Ekspansi resin tidak mencapai 50% yaitu hanya 46.67%.

Pada backwash resin anion didapat kekeruhan pada t = 0 adalah 7.02 NTU, kekeruhan
ini sangat besar hal ini dikarenakan ekspansi resin yang terjadi sebesar 62.71%, selain itu
resin anion lebih kecil maka kontak dengan air lebih besar dan resinnya lebih ringan jadi
ekspansi resin lebih besar. Sehingga partikulat yang menyelimuti resin langsung terbawa oleh
aliran air yang membuat kekeruhan sangat besar. Laju alir saat proses backwash 3.39 m/s
pada saat ketinggian resin 96 cm. Pada grafik 1 terlihat penurunan kekeruhan pada proses
backwash.

Saat melakukan proses pertukaran ion, air baku dialirkan pada kolom resin penukar
kation dan anion sehingga proses yang terjadi adalah proses demineralisasi yaitu
penghilangan ion pada air yang tergantikan menjadi H2O atau air. Proses dilakukan pada laju
alir 3.328 gpm/ft2.

Dari hasil praktikum didapat hasil terbaik dari proses demineralisasi air baku dengan
kekeruhan sebesar 3.325 NTU dari keekeruhan awal 3.71 NTU. Hal ini menunjukkan
berkurangnya padatan tersuspensi yang terdapat dalam air baku karena proses demineralisasi
oleh resin penukar kation dan anion.

Oleh Syifa Nur Ulla (151411029)

Umpan yang digunakan pada praktikum pertukaran ion ini adalah air tanah. Air ini
memiliki kekeruhan sebesar 3,71 NTU dengan pH sebesar 6,99. Air tanah ini yang akan
diolah dengan metode penukar ion yang menggunakan 2 kolom yaitu kolom resin kation dan
kolom resin anion. Air tanah yang digunakan harus tidak keruh karena pada proses
pertukaran ion akan dihilangkan ion-ion yang terlarut pada air tanah tersebut.

Dari hasil praktikum yang dilakukan, diperoleh data penurunan nilai kekeruhan pada
proses backwash yang dapat dilihat pada grafik 1 dan grafik 2. Backwash ini bertujuan untuk
menenyahkan partikel pengotor yang menyelimuti resin agar proses adsorbsi tidak terhambat.
Dari proses backwash ini dapat dilihat bahwa nilai kekeruhan terbaik yang didapat dari
praktikum yang telah praktikan lakukan adalah 3,26 NTU pada resin kation dan 3,31 NTU
pada resin anion. Dari table 1 dilihat bahwa penurunan nilai kekeruhan anion pada saat t0
menuju t5 sangat derastis yaitu 7,02 saat t0 dan 3,44 saat t5 dengan laju alir sebesar 3,3956 x
10-3 m/s. Hal ini dikarenakan pada kolom anion, ekspansi resin sebesar 62,71% sehingga
dapat dikatakan bahwa besarnya ekspansi resin mempengaruhi besar penurunan nilai
kekeruhan. Resin anion lebih ringan dan memiliki ukuran yang lebih kecil sehingga dapat
terfluidisasi lebih tinggi jika dibandingkan dengan kation.

Dari data pada table 3 yaitu data hasil proses in service dapat di simpulkan bahwa
proses pertukaran ion baru mulai berlangsung pada menit ke-10 setelah sebelumnya sistem
dibiarkan berjalan selama 40 menit (sebagai waktu tinggal), hal ini ditandai dengan mulai
naiknya pH pada waktu tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem memerlukan
waktu ± 40 menit untuk dapat beroperasi dengan laju alir air baku sebesar 2,266 x10-3 m/s,
dengan kata lain air baru terproses dengan resin anion setelah 40 menit proses berjalan yaitu
saat air tanah telah mengisi kolom kation dan anion.

Oleh Syifa Siti Aisyah Annur (151411030)

Ion exchange atau pertukaran ion merupakan salah satu metode penghilangan mineral
air yang ditujukan untuk mengambil semua ion kation dan anion dalam air. Media pertukaran
ion di dalam kolom yang digunakan adalah resin. Terdapat dua jenis resin, resin kation untuk
pertukaran ion bermuatan positif dan resin anion untuk ion bermuatan negatif.

Pada praktikum yang dilakukan, sebelum melakukan pertukaran ion (in service)
praktikan melakukan proses backwash terlebih dahulu. Backwash dilakukan untuk
mengambil partikular yang melapisi resin di unggun sehingga proses adsorpsi yang terjadi
sebelum proses pertukaran ion dapat berjalan baik. Pada backwash kolom kation, praktikan
tidak mendapatkan data laju alir, namun didapatkan bahwa tinggi awal resin sebesar 60 cm
dan terfluidisasi oleh air yang dialirkan dari bawah sehingga didapatkan ketinggian akhir
resin sebesar 88 cm dengan persen ekspansi resin sebesar 46,67%. Sedangkan pada kolom
anion, didapat laju alir air backwash sebesar 3,3956 x 10-3 m/s dan mengekspansi resin dari
ketinggian 59 cm menjadi 96 cm sehingga didapat persen ekspansi resin sebesar 62,71%.

Proses backwash ini dilakukan selama 15 menit untuk masing-masing kolom dan
diamati nilai kekeruhan sampelnya setiap 5 menit. Pada kolom resin kation dan anion terlihat
bahwa nilai kekeruhan dari waktu ke waktu menurun sehingga dapat disimpulkan bahwa
proses backwash sudah berjalan baik. Namun, pada kolom resin anion terjadi penurunan
kekeruhan yang sangat signifikan, tidak seperti penurunan kekeruhan pada kolom resin
kation, yaitu dari kekeruhan pada 0 menit sebesar 7,02 NTU menjadi 3,44 NTU pada menit
ke-5, sedangkan penurunan kekeruhan pada resin kation adalah pada 0 menit sebesar 3,72
NTU menjadi 3,39 NTU pada menit ke-5. Hal ini disebabkan karena resin anion lebih kecil
daripada resin kation sehingga kontak resin anion lebih banyak dibandingkan dengan resin
kation, selain itu resin anion juga lebih ringan sehingga terekspansi lebih besar.

Kemudian, praktikan melakukan proses in service dengan laju alir air baku sebesar
2,266 x10-3 m/s, laju alir ini didapat pada saat ketinggian resin pada kolom kation dan kolom
anion setara. Sebelum pengambilan sampel, praktikan membiarkan proses pertukaran
berlangsung selama 40 menit, kemudian pengambilan sampel diambil pada menit ke-0 dan
menit ke-10. Dari pengambilan sampel sebanyak 3 kali (pada menit ke-10 dilakukan duplo),
terlihat bahwa nilai kekeruhan (NTU) menurun berdasarkan waktu, yaitu nilai kekeruhan
pada menit ke-0 sebesar 3,72 NTU dan pada menit ke-10 menurun menjadi sebesar 3,325
NTU. Hal ini menunjukkan bahwa proses pertukaran ion sudah berjalan dengan baik.

Oleh Utari Dewi S. (151411031)

Telah dilakukan praktikum pengolahan air menggunakan sistem pertukaran ion.


Peralatan yang digunakan adalah kolom resin kation dan kolom resin anion. Air umpan yang
digunakan bersumber dari air tanah dengan pH 6,99 dan nilai kekeruhan 3,71 NTU.
Berdasarkan teori, air dengan karakteristik tersebut memenuhi kriteria pengolahan dengan
resin penukar ion. Airnya sudah jernih, sehingga tidak akan ada partikulat yang menyelimuti
resin dan menghalangi proses adsorpsi ion. Selain itu, pH-nya cenderung netral sehingga di
dalam air tidak terlalu banyak ion penyebab alkalinitas maupun penyebab asiditas yang akan
menambah beban pertukaran ion.
Operasi yang pertama kali dilakukan dalam praktikum ini adalah operasi backwash.
Dengan melakukan operasi backwash, praktikan telah menghilangkan partikel halus yang
terperangkap dalam ruang antar resin. Hal tersebut terlihat dari hasil pengukuran akhir dari
air yang telah melalui kolom resin ketika backwash pada tabel 1. Ketika backwash dilakukan
terhadap kolom resin kation, kekeruhan air awal adalah 3,72 NTU dan kekeruhan menurun
hingga akhir proses sebesar 3,26 NTU dengan ekspansi resin 46,67%. Ketika backwash
dilakukan terhadap kolom resin anion, kekeruhan air awal adalah 7,02 NTU dan kekeruhan
menurun hingga akhir proses sebesar 3,31 NTU dengan ekspansi resin 62,71%.

Pada kedua operasi backwash, baik kation maupun anion, awalnya meningkatkan
kekeruhan air tanah yang menjadi umpan. Hal tersebut dikarenakan pada keluaran backwash
yang pertama, partikulat-partikulat kotor di dalam resin terangkat dan terbawa oleh air
sehingga air keluaran lebih keruh dibanding air umpan. Selanjutnya jumlah partikulat-
partikulat tersebut berkurag seiring dengan waktu operasi sehingga hasil akhir keluaran
proses backwash lebih jernih daripada air umpan maupun keluaran backwash pertama.

Saat operasi backwash anion dilakukan, peningkatan nilai kekeruhan pada air keluaran
pertama lebih tinggi dibanding dengan kation. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan
waktu yang sama, backwash anion lebih banyak menghilangkan partikel antar resin. Hal
tersebut dikarenakan sifat fisik resin anion yang lebih kecil dan lebih ringan sehingga lebih
mudah terekspansi dan luas kontak antara resin dan air lebih banyak.

Selanjutnya dilakukan operasi service. Air yang digunakan bersumber dari air tanah
yang sama dengan umpan backwash. Pengambilan sampel pertama dilakukan setelah 40
menit pengaliran air ke resin. Waktu 40 menit diambil sebagai waktu tinggal air melalui
kedua kolom resin. Setelah proses service terhitung 10 menit, diambil sampel kedua. Dari
data kekeruhan dan pH air produk service, dapat dilihat bahwa air menjadi lebih jernih
dengan nilai kekeruhan 3,325 NTU dan pH menjadi lebih netral dengan nilai 7,005.
BAB VI

KESIMPULAN

1. Operasi backwash yang dilakukan selama 15 menit oleh praktikan berhasil


menurunkan kekeruhan air umpan yang awalnya bernilai 3,71 NTU. Backwash kation
menurunkan kekeruhan menjadi 3,26 NTU dengan ekspansi resin 46,67% dan
backwash anion menurunkan kekeruhan menjadi 3,21 NTU dengan ekspansi resin
62,71%.
2. Operasi service yang dilakukan selama 10 menit dengan waktu tinggal air melewati
kedua kolom resin selama 40 menit, menurunkan kekeruhan air umpan yang awalnya
bernilai 3,71 NTU menjadi 3,325 NTU, serta menetralkan pH dari 6,99 menjadi
7,005.
DAFTAR PUSTAKA

Chang,Li-Yang.1993.Hazardous Waste Source –Reduction Study With Treated


Groundwater Recycling. California: Departement of Chemical Engineering
University of California.

Lee, Sunggyu. 2006. Encyclopedia of Chemical Processing. New York : Taylor and
Francis.

Lestari, Diyah Erlina. 2007. Karakteristik Kinerja Resin Penukar Ion pada Sistem Air
Bebas Mineral (GCA 01) RSG-GAS. Tangerang : Pusat Reaktor Serba Guna-
BATAN.

M. Loam. tanpa tahun. Chemical Separation. New York: Departement of Chemical


Developement Inc.

Martono, M. Ikhsan. 2009. Prinsip Penentuan Kapasitas Resin Sistem Demineralisasi Air.
Jakarta Utara : CV. Formasi Tangguh.

Priambodo, Dedi. Alimah, Siti. Dewita, Erlan. 2009. Studi Banding Sistem
Demineralisasi Air pada PLNT OPR 1000 dan AP 1000. Pusat Pengembangan
Energi Nuklit (PPEN)-BATAN : Jakarta.

R.M Wheaton and L.J Lefevre. tanpa tahun. Fundamentals of Ion Exchange. Dow
Chemcal U.S.A.

Setiadi, Tjandra. 2007. Pengolahan dan Penyediaan Air. Bandung: Institut


Teknologi Bandung.

Shulamit Levin. tanpa tahun. Ion Exchange and Reaction. Texas: Analythical Consulting,
Medtechnica.

Soebagio, dkk,.(2005). Kimia Analitik II. Malang : UM Press.

Venkateswarlu, K.S. 1996. Industrial and Power Station Water Treatment. New Delhi:
New Age International.

Anda mungkin juga menyukai