MODUL : FILTRASI
PEMBIMBING : Fauzi Abdillah, S.Si., M.T.
II.1 Air
Air dengan rumus kimia H2O adalah suatu zat kimia berupa oksida
hydrogen yang merupakanp roduk dari reaksi antara unsur hydrogen dengan unsur
oksigen :
2H2 (g) + O2 (g) 2H2O (l)
Air berbentuk cairan yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.
Memiliki titik beku 0°C pada tekanan 1 atm, titik didih 100°C dan kerapatan 1,0
g/cm3 pada suhu 4°C (Schroeder, 1977). Wujud air dapat berupa cairan, gas (uap
air) dan padatan (es).
Menurut Susana (2003), untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, air
dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti air hujan (rain water), air permukaan
(surface water), air tanah (ground water) dan air laut (seawater). Air tersebut tidak
dapat langsung dimanfaatkan karena tercampur dengan pengotor-pengotor tertentu
yang berasal dari bermacam-macam sumber pengotor (industri, rumah tangga,
pertanian dan lain-lain). Penggunaan air pada umumnya diperuntukkan sebagai air
minum, keperluan rumah tangga, industri, pengairan, pertanian, perikanan, dan
lain-lain. Karena penggunaannya yang begitu luas, maka air harus memenuhi syarat
baku mutu tertentu agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.
II.2 Filtrasi
II.4 Parameter
a. pH
pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas
keadaan asam atau basa sesuatu larutan. Sebagai satu faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan atau kehidupan mikroorganisme
dalam air, secara empirik pH yang optimum untuk tiap spesifik harus
ditentukan. Kebanyakan mikroorganisme tumbuh terbaik pada pH 6,0-8,0
meskipun beberapa bentuk mempunyai pH optimum rendah 2,0 dan lainnya
punya pH optimum 8,5. Pengetahuan pH ini sangat diperlukan dalam
penentuan range pH yang akan diterapkan pada usaha pengelolaan air bekas
yang menggunakan proses-proses biologis. Pengaruh yang menyangkut
aspek kesehatan dari penyimpanan standar kualitas air minum dalam pH ini
yaitu bahwa pH yang lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan dapat
menyebabkan korosi pada pipa-pipa air dan menyebabkan beberapa
senyawa menjadi racun, sehingga menggangu kesehatan (Sutrisno, 2004).
b. TDS (Total Dissolve Solid)
TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat
organic maupun anorganic) yang terdapat pada sebuah larutan. Umumnya
berdasarkan definisi di atas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan)
harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2 mikrometer (2×10-6
meter). Aplikasi yang umum digunakan adalah untuk mengukur kualitas
cairan biasanya untuk pengairan, pemeliharaan aquarium, kolam renang,
proses kimia, dan pembuatan air mineral. Setidaknya, kita dapat mengetahui
air minum mana yang baik dikonsumsi tubuh, ataupun air murni untuk
keperluan kimia misalnya pembuatan kosmetika, obat-obatan, dan makanan
(Misnani, 2010). Banyak zat terlarut yang tidak diinginkan dalam air.
Mineral, gas, zat organik yang terlarut mungkin menghasilkan warna, rasa
dan bau yang secara estetis tidak menyenangkan. Beberapa zat kimia
mungkin bersifat racun, dan beberapa zat organik terlarut bersifat
karsinogen yaitu zat yang dapat menyebabkan penyakit kanker. Cukup
sering, dua atau lebih zat terlarut khususnya zat terlarut dan anggota
golongan halogen akan bergabung membentuk senyawa yang bersifat lebih
dapat diterima daripada bentuk tunggalnya (Misnani, 2010).
c. Kekeruhan
Kekeruhan merupakan sifat optik dari suatu larutan yang
menyebabkan cahaya yang melaluinya terabsosi dan terbias dihitung dalam
satuan mg/l SiO2 Unit Kekeruhan Nephelometri (UKN). Air akan dikatakan
keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan yang
tersuspensi, sehingga memberikan warna atau rupa yang berlumpur dan
kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat,
lumpur dan bahan-bahan organik. Kekeruhan tidak merupakan sifat air yang
membahayakan, tetapi kekeruhan menjadi tidak disenangi karena rupanya.
Kekeruhan walaupun hanya sedikit dapat menyebabkan warna lebih tua tua
dari warna yang sesungguhnya. Setiap tingkat,kekeruhan dipengaruhi oleh
pH air. Kekeruhan pada air minum pada umumnya telah diupayakan
sedemikian rupa sehingga air menjadi jernih (Sutrisno, 2004).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Menyalakan alat dengan menekan tombol POWER. Lalu set alat untuk
pengukuran TDS. Setelah diset, bilas elektroda dengan aquades, dan keringkan.
Kemudian celupkan elektroda ke larutan yang akan diuji. Lalu tekan tombol
measurement dan tunggu sampai nilai TDS stabil dan catat.
IV.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan penjernihan air melalui proses filtrasi.
Proses filtrasi umumnya digunakan untuk mengurangi partikel yang tersuspensi
(suspended solid) yang dapat diendapkan (seatable). Biasanya filtrasi digunakan
pada pengolahan air (water treatment), pengolahan air limbah (waste water
treatment) dan pengolahan air langsung minum (dari proses Reverse Osmosis). Alat
filtrasi merupakan suatu penampung yang terdiri dari beberapa bagian penyaring
yang berisi media filter dan terhubung dengan pompa. Susunan media filter dari
atas ke bawah yaitu berisi ijuk untuk menahan kotoran/partikel padatan yang
berukuran mikro seperti mikroba dan bakteri yang terdapat dalam air selain itu ijuk
pun berfungsi untuk menyaring kotoran dengan ukuran yang lebih besar
(Kumalasari dan Satoto, 2011). Pasir silica yang berfungsi untuk menghilangkan
kekeruhan pada air, lalu digunakan karbon aktif untuk menghilangkan bau dan pada
bagian terakhir berupa batu kerikil untuk menjernihkan air.
Prinsip kerjanya adalah air yang mengandung zat tersuspensi dialirkan
melalui media penyaringan dengan gaya grafitasi sehingga partikel padat akan
tertahan dalam media penyaring dan cairan akan turun melewati media penyaring.
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan nilai kekeruhan, pH, TDS, mengetahui
efisiensi penurunan kekeruhan dari proses filtrasi dan untuk menentukan kurva
breaktrough.
Sebelum melakukan proses filtrasi, aliran influen dan efluen perlu
dikalibrasi agar diketahui laju alir optimum prosesnya. Ke dalam bak umpan
dimasukkan air kran sampai penuh. Kemudian air tersebut dialirkan melalui kran
pipa dan akan mulai memasuki media filter. Diusahakan laju alir yang masuk
(influen) sama dengan laju alir yang keluar (efluen) hal ini bertujuan untuk
mencegah meluapnya air dari bak filtrasi karena laju alir sebelum memasuki media
filter lebih besar daripada laju alir pembuangan. Laju alir kalibrasi yang didapatkan
pada percobaan ini sebesar 1,08 L/menit.
Setelah proses kalibrasi dilakukan, isi kembali bak penampung (umpan)
dengan air hingga volume 25 L, Kemudian dibuat air baku dengan melarutkan 20
gram tepung terigu kemudian dimasukan kedalam bak penampung yang berisi air
umpan tersebut dan aduk hingga homogen. Alirkan cairan tersuspensi tersebut
dengan laju alir 1,08 L/menit sehingga cairan akan memenuhi media filter.
Lamanya waktu cairan tersebut untuk memenuhi media filter dinamakan waktu
tunggu, waktu tunggu yang teramati yaitu selama 7 menit. Yang berarti dibutuhkan
waktu selama 7 menit untuk cairan tersuspensi memasuki media filter mulai dari
atas hingga bawah dengan volume bak filter 24,99 L. Menurut teori seharusnya
waktu tinggalnya 23,14 menit, hal ini dikarenakan media filter tidak merata.
Pada percobaan ini dilakukan dua kali percobaan (RUN 1 dan RUN 2) dan
dilakukan pengujian/ disampling setiap 2 menit sekali lalu diukur kekeruhan, pH
dan TDS. Konsentrasi air baku yang digunakan tidak terlalu tinggi dikarenakan
konsentrasi yang tinggi menghasilkan kekeruhan yang tinggi sehingga dapat
menyebabkan tersumbatnya lubang pori dari media filter (clogging). Baik tidaknya
efluen yang dihasilkan dari proses filtrasi biasanya dinyatakan dalam satuan
kekeruhan (NTU) yang diukur menggunaka alat turbidy-meter, dimana semakin
kecil nilai kekeruhan pada efluen maka efisiensi proses filtrasi yang berlangsung
semakin baik dan air semakin jernih. Data yang digunakan adalah data percobaan
RUN 2 karena pada percobaan RUN 1 data yang didapatkan fluktuatif. Pengukuran
terlebih dahulu dilakukan pada bak penampung (sebelum dilakukan filtrasi),
dimana didapatkan kekeruhan influen sebesar 68,15 NTU, pH 6, dan TDS 209
mg/L. Dan didapatkan grafik kekeruhan sampling sebagai berikut:
23
21
19
17
15
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Waktu (menit)
204.5
204
203.5
203
202.5
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Menit (waktu)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
V.1 Simpulan
V.2 Saran
Pada pengukuran pH sebaiknya digunakan pH meter untuk menentukan pH
agar nilai pH yang diukur lebih cepat dan akurat. Seharusnya media filter merata
agar cairan tersuspensi memasuki bak filter dari atas ke bawah bisa berjalan dengan
baik dan tepat. Selain itu, alat filtrasi dan media filter sebaiknya dibersihkan dan
diregenerasi secara berkala agar saluran filtrasi tidak tersumbat oleh kotoran-
kotoran bekas filtrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Amani, Fauzi dan Prawiroredjo, Kiki. 2016. Alat ukur Kualitas Air Minum dengan
Parameter pH, Suhu, Tingkat Kekeruhan , dan Jumlah Padatan Terlarut.
Universitas Trisakti : Jakarta Barat.
Gia, Bahagia. No Date. Slow Sand Filter (Online).
https://www.academia.edu/18547748/SLOW_SAND_FILTER. Diakses 4
Oktober 2019.
Istianah, Nur, dkk. 2018. Teknologi Bioproses. Malang: Tim Universitas Brawijaya
Press.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-51/MENLH/10/1995
tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.
Kumalasari F., Satoto Y. 2011. Teknik Praktis Mengolah Air Kotor Menjadi Air
Bersih. Bekasi : Laskar Aksara
Schroeder,E.D. 1977. Water and wastewater treatment. Mc Graw-Hill: 357 pp.
Susana, Tjutju. 2003. Air Sebagai Sumber Kehidupan. Oseana, Volume XXVIII,
Nomor 3, 2003: 17-25.
LAMPIRAN
1. Data Pengamatan RUN 1
Tabel 1.1 Data Pengamatan RUN 1
Waktu Kekeruhan TDS
No pH
(menit) (NTU) (mg/L)
1 Influen 35,74 208,1 6
2 0 12,99 199,1 6
3 2 17,12 199,0 6
4 4 20,44 199,9 6
5 6 23,44 201,9 6
6 8 19,15 204,5 6
7 10 20,07 202,9 6
8 12 28,50 202,1 6
9 14 27,66 202,5 6
10 16 25,10 203,4 6
11 18 23,00 201,0 6
2. Menghitung Efisiensi Penurunan Konsentrasi Effluent (%)
𝐊𝐨𝐧𝐬𝐞𝐧𝐭𝐫𝐚𝐬𝐢 𝑰𝒏𝒇𝒍𝒖𝒆𝒏𝒕 (𝐩𝐩𝐦) − 𝐊𝐨𝐧𝐬𝐞𝐧𝐭𝐫𝐚𝐬𝐢 𝑬𝒇𝒇𝒍𝒖𝒆𝒏𝒕 (𝐍𝐓𝐔)
𝐄𝐟𝐢𝐬𝐢𝐞𝐧𝐬𝐢 (%): 𝒙 𝟏𝟎𝟎
𝐊𝐨𝐧𝐬𝐞𝐧𝐭𝐫𝐚𝐬𝐢 𝑰𝒏𝒇𝒍𝒖𝒆𝒏𝒕 (𝐍𝐓𝐔)