Anda di halaman 1dari 15

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2019/2020

MODUL : FILTRASI
PEMBIMBING : Fauzi Abdillah, S.Si., M.T.

Tanggal Praktikum: 2 Oktober 2019


Tanggal Penyerahan:
Oleh : 9 Oktober 2019
Oleh:
Kelompok : II
Nama : Elida Amelia (171431008)
Kelas : 3 Analis Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan senyawa yang paling penting di bumi karena air merupakan
salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan, seperti
kebutuhan rumah tangga, industri, dan pertanian. Perkembangan industri dan
teknologi banyak memberikan manfaat kepada masyarakat tetapi juga
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan yang berupa pencemaran udara,
pencemaran air dan pencemaran daratan yang menurunkan kualitas lingkungan.
Salah satu cara untuk mengurangi pencemaran air adalah filtrasi. Proses
filtrasi (penyaringan) merupakan pengolahan limbah cair yang sering digunakan
dalam pengolahan limbah cair setelah mengalami proses biologis atau proses fisika
kimia (Sugiarto, 2008). Proses filtrasi dapat memperbaiki kualitas air karena adanya
pemisahan partikel-partikel tersuspensi dan koloidal. Maka dari itu, dilakukan
praktikum Pengolahn Limbah Industri menggunakan metode filtrasi yang
diharapkan dapat mengatasi permasalahan kebutuhan air bersih.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Menentukan nilai kekeruhan, TDS dan pH
2. Menentukan efisiensi penurunan kekeruhan dari proses filtrasi
3. Menentukan kurva breaktrough

I.3 Ruang Lingkup


Pada industri, proses filtrasi ini meliputi ragam operasi mulai dari
penyaringan sederhana hingga pemisahan yang lebih kompleks. Fluida yang
difiltrasi dapat berupa cairan atau gas. Praktikum ini bertujuan untuk
mengaplikasikan sistem pengolahan air sehingga nantinya akan dihasilkan air besih
yang memenuhi persyaratan baku mutu. sampel yang digunakan adalah air
tersuspensi (air keran + tepung terigu) dan parameter yang diukur adalah
kekeruhan, pH dan TDS.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Air
Air dengan rumus kimia H2O adalah suatu zat kimia berupa oksida
hydrogen yang merupakanp roduk dari reaksi antara unsur hydrogen dengan unsur
oksigen :
2H2 (g) + O2 (g) 2H2O (l)
Air berbentuk cairan yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.
Memiliki titik beku 0°C pada tekanan 1 atm, titik didih 100°C dan kerapatan 1,0
g/cm3 pada suhu 4°C (Schroeder, 1977). Wujud air dapat berupa cairan, gas (uap
air) dan padatan (es).
Menurut Susana (2003), untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, air
dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti air hujan (rain water), air permukaan
(surface water), air tanah (ground water) dan air laut (seawater). Air tersebut tidak
dapat langsung dimanfaatkan karena tercampur dengan pengotor-pengotor tertentu
yang berasal dari bermacam-macam sumber pengotor (industri, rumah tangga,
pertanian dan lain-lain). Penggunaan air pada umumnya diperuntukkan sebagai air
minum, keperluan rumah tangga, industri, pengairan, pertanian, perikanan, dan
lain-lain. Karena penggunaannya yang begitu luas, maka air harus memenuhi syarat
baku mutu tertentu agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.

II.2 Filtrasi

Filtrasi merupakan proses pemisahan antara padatan yang tersuspesi dengan


cairan yang menggunakan prinsip perbedaan ukuran partikel. Pada proses filtrasi,
air yang mengandung zat tersuspensi dialirkan melalui media penyaringan sehingga
padatan akan tertahan diatas penyaring dan cairan akan turun melewati penyaring.
Campuran padat-cair yang dapat dipisahkan dengan filtrasi adalah koloid, suspensi,
dan campuran dengan ukuran padatan yang lebih besar.Menurut Istianah, dkk
(2018:89), ada beberapa metode yang terlibat di dalam proses filtrasi, yaitu.
a. Gravitasi, digunakan untuk filtrasi dengan konfigurasi penyaring horizontal.
Filtrat akan terpisah dari residu dengan bantuan tarikan gaya gravitasi ke
bawah.
b. Sentrifugasi, digunakan untuk filtrasi yang dibantu dengan gaya putar untuk
memisahkan partikel dengan densitas rendah agar keluar menembus filter
yang berada di bagian samping.
c. Tekanan, digunakan untuk filtrasi dengan tekanan tinggi dan suspense kasar.
Pada filtrasi ini, padatan dipisahkan dari cairan dibantu dengan memberikan
tekanan besar pada suspense.
Penggunaan proses filtrasi sangatlah luas hampir pada segala bidang
industri. Penggunaan yang sangat umum yakni pada pengolahan air baik itu air
bahan bakuindustri, maupun air limbah. Pada pengolahan air, filtrasi merupakan
tahapan pengolahan primer. Padatan yang berukuran besar disaring, dihilangkan
dari badan air.

II.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi filtrasi


1. Debit filtrasi
Dimana debit yang terlalu besar akan menyebabkan tidak berfungsinya filter
secara efisien.
2. Konsentrasi
Konsentrasi sangat mempengaruhi efisiensi dari filtrasi. Konsentrasi air
yang sangat tinggi akan menyebabkan tersumbatnya lubang pori dari
mediaatau akan jadi clogging.
3. Temperatur
Adanya perubahan suhu dari air yang akan di filtrasi, akan menyebabkan
massa jenis, viskositas akan mengalami perubahan. Selain itu juga akan
mempengaruhi daya tarik menarik diantara partikel halus, sehingga terjadi
perbedaan dalam ukuran besar partikel yang akan disaring.
4. Kedalaman media, ukuran dan material
Pemilihan media dan ukuran merupakan keputuan penting dalam
perencanaan bangunan filter. Tebal tipisnya media akan menentukan
lamanya pengaliran dan daya saring. Media yang terlalu tebal biasanya
mempunyai daya saring yang sangat tinggi, tetapi membutuhkan waktu
pengaliran yang lama.
5. Tinggi muka air diatas media dan kehilangan tekanan
Keadaan tinggi muka air di atas media berpegaruh terhadap besarnya debit
atau laju filtrasi dalam media. Tersedianya muka air yang cukup tinggi di
atas media akan meningkatkan daya tekan air untuk masuk ke dalam pori.
Dengan muka piori yang tinggi akan meningkatkan laju filtrasi.

II.4 Parameter
a. pH
pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas
keadaan asam atau basa sesuatu larutan. Sebagai satu faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan atau kehidupan mikroorganisme
dalam air, secara empirik pH yang optimum untuk tiap spesifik harus
ditentukan. Kebanyakan mikroorganisme tumbuh terbaik pada pH 6,0-8,0
meskipun beberapa bentuk mempunyai pH optimum rendah 2,0 dan lainnya
punya pH optimum 8,5. Pengetahuan pH ini sangat diperlukan dalam
penentuan range pH yang akan diterapkan pada usaha pengelolaan air bekas
yang menggunakan proses-proses biologis. Pengaruh yang menyangkut
aspek kesehatan dari penyimpanan standar kualitas air minum dalam pH ini
yaitu bahwa pH yang lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan dapat
menyebabkan korosi pada pipa-pipa air dan menyebabkan beberapa
senyawa menjadi racun, sehingga menggangu kesehatan (Sutrisno, 2004).
b. TDS (Total Dissolve Solid)
TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat
organic maupun anorganic) yang terdapat pada sebuah larutan. Umumnya
berdasarkan definisi di atas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan)
harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2 mikrometer (2×10-6
meter). Aplikasi yang umum digunakan adalah untuk mengukur kualitas
cairan biasanya untuk pengairan, pemeliharaan aquarium, kolam renang,
proses kimia, dan pembuatan air mineral. Setidaknya, kita dapat mengetahui
air minum mana yang baik dikonsumsi tubuh, ataupun air murni untuk
keperluan kimia misalnya pembuatan kosmetika, obat-obatan, dan makanan
(Misnani, 2010). Banyak zat terlarut yang tidak diinginkan dalam air.
Mineral, gas, zat organik yang terlarut mungkin menghasilkan warna, rasa
dan bau yang secara estetis tidak menyenangkan. Beberapa zat kimia
mungkin bersifat racun, dan beberapa zat organik terlarut bersifat
karsinogen yaitu zat yang dapat menyebabkan penyakit kanker. Cukup
sering, dua atau lebih zat terlarut khususnya zat terlarut dan anggota
golongan halogen akan bergabung membentuk senyawa yang bersifat lebih
dapat diterima daripada bentuk tunggalnya (Misnani, 2010).
c. Kekeruhan
Kekeruhan merupakan sifat optik dari suatu larutan yang
menyebabkan cahaya yang melaluinya terabsosi dan terbias dihitung dalam
satuan mg/l SiO2 Unit Kekeruhan Nephelometri (UKN). Air akan dikatakan
keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan yang
tersuspensi, sehingga memberikan warna atau rupa yang berlumpur dan
kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat,
lumpur dan bahan-bahan organik. Kekeruhan tidak merupakan sifat air yang
membahayakan, tetapi kekeruhan menjadi tidak disenangi karena rupanya.
Kekeruhan walaupun hanya sedikit dapat menyebabkan warna lebih tua tua
dari warna yang sesungguhnya. Setiap tingkat,kekeruhan dipengaruhi oleh
pH air. Kekeruhan pada air minum pada umumnya telah diupayakan
sedemikian rupa sehingga air menjadi jernih (Sutrisno, 2004).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 2 Oktober 2019 pada pukul
13.00 sampai dengan 16.00 WIB di Laboratorium Pengolahan Limbah Industri,
Gedung Teknik Kimia Atas, Politeknik Negeri Bandung.

III.2 Alat dan Bahan


Peralatan yang digunakan : satu set alat filtrasi, TDS-meter, Turbidity-meter, kertas
pH universal, batang pengaduk, beaker plastik, penampung (ember), gelas kimia
untuk sampling, stopwatch.
Bahan yang digunakan : air kran, tepung terigu, media filter (ijuk, pasir silikia,
karbon aktif, gravel).

III.3 Prosedur Kerja


Disapkan bak penampung (umpan) dan isi dengan 25 L air kran. Setelah itu
dilakukan kalibrasi pada aliran influen dan efluen dengan membuka kran aliran air
lalu menghitung laju alir dengan bantuan stopwatch. Kalibrasi dilakukan dengan
mengukur volume air yang ditampung pada aliran influen dan efluen sebanyak 2 L
kemudian aturlah laju alir influen agar sama dengan efluen. Jika kalibrasi telah
selesai, pastikan kran tidak berubah dan dalam keadaan tetap. Selanjutnya timbang
20 gram tepung terigu dan larutkan dengan menggunakan air. Lalu masukkan
tepung terigu yan telah dilarutkan kedalam bak penampung (larutan influen). Ukur
TDS, kekeruhan dan pH larutan influen tersebut. Setelah itu, alirkan air pada bak
filtrasi. Tampung pada bagian kran efluen dan lakukan pengukuran TDS, kekeruhan
dan pH setiap 2 menit sekali. Setelah diperoleh data kekeruhan, membuat grafik
antara waktu sampling dengan kekeruhan filtrat. Kemudian tentukan kekeruhan dan
waktu breaktrough secara grafis. Setelah itu, menentukan kapasitas media filter dari
percobaan tersebut.
III.3.1 Pengukuran Kekeruhan
Kuvet turbidimeter dibilas dengan aquades dan larutan yang akan diuji. Lalu
kuvet diisi penuh dengan larutan yang akan diuji dan bersihkan/keringkan bagian
luar kuvet. Lau menyalakan alat dengan menekan tombol ON/OFF. Kemudian
masukkan kuvet ke dalam lubang pada alat tersebut. Setelah itu tekan tombol untuk
mengukur nilai kekeruhan dan catatlah nilai kekeruhan yang diperoleh.

III.3.2 Mengukur Nilai TDS

Menyalakan alat dengan menekan tombol POWER. Lalu set alat untuk
pengukuran TDS. Setelah diset, bilas elektroda dengan aquades, dan keringkan.
Kemudian celupkan elektroda ke larutan yang akan diuji. Lalu tekan tombol
measurement dan tunggu sampai nilai TDS stabil dan catat.

III.3.3 Pengukuran pH menggunakan Indikator Universal

Dicelupkan kertas pH universal ke larutan yang akan diuji maka akan


muncul perubahan warna pada kertas terebut. Bandingkan warna kertas tersebut
dengan indikator universal untuk melihat nilai pH yang terukur. Kemudian catat
nilai pH yang diperoleh.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Data Pengamatan

Berat tepung terigu = 20 gram


Debit air = 1,08 L/menit
Volume sampel = 25 L
Waktu tinggal = 7 menit
Tabel 4.1 Data Pengamatan (RUN 2)
Waktu Kekeruhan TDS Efisiensi Penurunan
No pH
(menit) (NTU) (ppm) Konsentrasi (%)
1 Influen 68,15 209 6
2 0 22,05 204,6 6
3 2 20,49 204,9 6
4 4 17,95 205,5 6
5 6 20,64 205,4 6
6 8 20,46 205,2 6
68,60
7 10 20,77 205,1 6
8 12 21,59 204,6 6
9 14 22,99 204,5 6
10 16 24,2 203,5 6
11 18 21,99 203,6 6
12 20 22,29 203,1 6
Rata-rata 21,40 204,55

IV.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan penjernihan air melalui proses filtrasi.
Proses filtrasi umumnya digunakan untuk mengurangi partikel yang tersuspensi
(suspended solid) yang dapat diendapkan (seatable). Biasanya filtrasi digunakan
pada pengolahan air (water treatment), pengolahan air limbah (waste water
treatment) dan pengolahan air langsung minum (dari proses Reverse Osmosis). Alat
filtrasi merupakan suatu penampung yang terdiri dari beberapa bagian penyaring
yang berisi media filter dan terhubung dengan pompa. Susunan media filter dari
atas ke bawah yaitu berisi ijuk untuk menahan kotoran/partikel padatan yang
berukuran mikro seperti mikroba dan bakteri yang terdapat dalam air selain itu ijuk
pun berfungsi untuk menyaring kotoran dengan ukuran yang lebih besar
(Kumalasari dan Satoto, 2011). Pasir silica yang berfungsi untuk menghilangkan
kekeruhan pada air, lalu digunakan karbon aktif untuk menghilangkan bau dan pada
bagian terakhir berupa batu kerikil untuk menjernihkan air.
Prinsip kerjanya adalah air yang mengandung zat tersuspensi dialirkan
melalui media penyaringan dengan gaya grafitasi sehingga partikel padat akan
tertahan dalam media penyaring dan cairan akan turun melewati media penyaring.
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan nilai kekeruhan, pH, TDS, mengetahui
efisiensi penurunan kekeruhan dari proses filtrasi dan untuk menentukan kurva
breaktrough.
Sebelum melakukan proses filtrasi, aliran influen dan efluen perlu
dikalibrasi agar diketahui laju alir optimum prosesnya. Ke dalam bak umpan
dimasukkan air kran sampai penuh. Kemudian air tersebut dialirkan melalui kran
pipa dan akan mulai memasuki media filter. Diusahakan laju alir yang masuk
(influen) sama dengan laju alir yang keluar (efluen) hal ini bertujuan untuk
mencegah meluapnya air dari bak filtrasi karena laju alir sebelum memasuki media
filter lebih besar daripada laju alir pembuangan. Laju alir kalibrasi yang didapatkan
pada percobaan ini sebesar 1,08 L/menit.
Setelah proses kalibrasi dilakukan, isi kembali bak penampung (umpan)
dengan air hingga volume 25 L, Kemudian dibuat air baku dengan melarutkan 20
gram tepung terigu kemudian dimasukan kedalam bak penampung yang berisi air
umpan tersebut dan aduk hingga homogen. Alirkan cairan tersuspensi tersebut
dengan laju alir 1,08 L/menit sehingga cairan akan memenuhi media filter.
Lamanya waktu cairan tersebut untuk memenuhi media filter dinamakan waktu
tunggu, waktu tunggu yang teramati yaitu selama 7 menit. Yang berarti dibutuhkan
waktu selama 7 menit untuk cairan tersuspensi memasuki media filter mulai dari
atas hingga bawah dengan volume bak filter 24,99 L. Menurut teori seharusnya
waktu tinggalnya 23,14 menit, hal ini dikarenakan media filter tidak merata.
Pada percobaan ini dilakukan dua kali percobaan (RUN 1 dan RUN 2) dan
dilakukan pengujian/ disampling setiap 2 menit sekali lalu diukur kekeruhan, pH
dan TDS. Konsentrasi air baku yang digunakan tidak terlalu tinggi dikarenakan
konsentrasi yang tinggi menghasilkan kekeruhan yang tinggi sehingga dapat
menyebabkan tersumbatnya lubang pori dari media filter (clogging). Baik tidaknya
efluen yang dihasilkan dari proses filtrasi biasanya dinyatakan dalam satuan
kekeruhan (NTU) yang diukur menggunaka alat turbidy-meter, dimana semakin
kecil nilai kekeruhan pada efluen maka efisiensi proses filtrasi yang berlangsung
semakin baik dan air semakin jernih. Data yang digunakan adalah data percobaan
RUN 2 karena pada percobaan RUN 1 data yang didapatkan fluktuatif. Pengukuran
terlebih dahulu dilakukan pada bak penampung (sebelum dilakukan filtrasi),
dimana didapatkan kekeruhan influen sebesar 68,15 NTU, pH 6, dan TDS 209
mg/L. Dan didapatkan grafik kekeruhan sampling sebagai berikut:

Kurva Kekeruhan Efluen terhadap Waktu Proses


(RUN 2)
25
Kekeruhan (NTU)

23
21
19
17
15
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Waktu (menit)

Gambar 4.1 Kurva Kekeruhan Efluen terhadap Waktu Proses (RUN 2)


Pada grafik tersebut, menunjukkan bahwa nilai kekeruhan efluen
mengalami penuruhan setelah 4 menit proses filtrasi (sampling t2), menit
berikutnya mengalami kenaikan yang menandakan media filter sudah jenuh atau
dapat diakibatkan karena terjadinya penumpukan padatan tersuspensi pada bak
umpan sehingga menjadikan aliran tidak bersifat homogen. Sehingga didapatkan
nilai kekeruhan rata-rata sebesar 21,40 NTU.
Selanjutnya yaitu pengukuran TDS menggunakan alat TDS-meter. TDS
merupakan indikator dari jumlah partikel atau zat tersebut terlarut yang terdapat
pada sebuah larutan, baik berupa senyawa organik maupun non-organik. Zat atau
partikel padat terlarut yang ditemukan dalam air dapat berupa natrium (garam),
kalsium, magnesium, kalium, karbonat, nitrat, bikarbonat, klorida dan sulfat. Dan
didapatkan grafik TDS sampling sebagai berikut:

Kurva TDS Efluen terhadap Waktu Proses


(RUN 2)
206
205.5
205
TDS (mg/L)

204.5
204
203.5
203
202.5
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Menit (waktu)

Gambar 4.2 Kurva TDS terhadap Waktu Proses (RUN 2)


Pada grafik tersebut, menunjukkan bahwa nilai TDS mengalami penurunan
setelah dilakukan proses filtrasi. Karena semakin lama waktu yang digunakan
dalam proses filtrasi maka nilai TDS akan semakin berkurang. Dan didapatkan nilai
TDS rata-rata sebesar 204,55 ppm.
Pada pengukuran pH, didapatkan pH yang dihasilkan efluen/setelah proses
filtrasi memiliki nilai yang sama/konstan yaitu pH 6. Berdasarkan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP- 51/MENLH/10/1995 pH untuk
air limbah berkisar 6.0 – 9.0.
Nilai efisiensi penurunan konsentrasi digunakan untuk mengetahui seberapa
baik media filter untuk melakukan proses kalibrasi. Nilai efesiensi penurunan
konsentrasi yang dihasilkan sebesar 68,60%. Sehingga dapat dikatakan bahawa
proses filtrasi baik karena dapat dilihat dari nilai kekeruhan efluen lebih kecil dari
nilai kekeruhan influen.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
V.1 Simpulan

1. Laju alir yang didapatkan sebesar 1,08 L/menit


2. Pengukuran parameter pada bak penampung (sebelum dilakukan filtrasi)
RUN 2, didapatkan kekeruhan influent sebesar 68,15 NTU, pH 6, dan TDS
209 mg/L.
3. Pengukuran nilai kekeruhan pada RUN 2 di menit ke 4 proses filtrasi nilai
kekeruhan efluen mengalami penurunan dan selanjutnya mengalami
kenaikan karena media filtrasi sudah jenuh. Dengan rata-rata nilai
kekeruhan 21,40 NTU.
4. Pengukuran nilai TDS pada RUN 2 rata-rata sebesar 204,55 ppm. Nilai TDS
mengalami penurunan karena semakin lama waktu yang digunakan untuk
proses filtrasi.
5. Nilai pH yang dihasilkan efluen/setelah proses filtrasi memiliki nilai yang
sama yaitu 6.
6. Nilai efisiensi penurunan konsentrasi yang dihasilkan sebesar 68,60% .
Sehingga dapat dikatakan bahawa proses filtrasi baik karena dapat dilihat
dari nilai kekeruhan efluen lebih kecil dari nilai kekeruhan influen.

V.2 Saran
Pada pengukuran pH sebaiknya digunakan pH meter untuk menentukan pH
agar nilai pH yang diukur lebih cepat dan akurat. Seharusnya media filter merata
agar cairan tersuspensi memasuki bak filter dari atas ke bawah bisa berjalan dengan
baik dan tepat. Selain itu, alat filtrasi dan media filter sebaiknya dibersihkan dan
diregenerasi secara berkala agar saluran filtrasi tidak tersumbat oleh kotoran-
kotoran bekas filtrasi.
DAFTAR PUSTAKA

Amani, Fauzi dan Prawiroredjo, Kiki. 2016. Alat ukur Kualitas Air Minum dengan
Parameter pH, Suhu, Tingkat Kekeruhan , dan Jumlah Padatan Terlarut.
Universitas Trisakti : Jakarta Barat.
Gia, Bahagia. No Date. Slow Sand Filter (Online).
https://www.academia.edu/18547748/SLOW_SAND_FILTER. Diakses 4
Oktober 2019.
Istianah, Nur, dkk. 2018. Teknologi Bioproses. Malang: Tim Universitas Brawijaya
Press.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-51/MENLH/10/1995
tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.
Kumalasari F., Satoto Y. 2011. Teknik Praktis Mengolah Air Kotor Menjadi Air
Bersih. Bekasi : Laskar Aksara
Schroeder,E.D. 1977. Water and wastewater treatment. Mc Graw-Hill: 357 pp.
Susana, Tjutju. 2003. Air Sebagai Sumber Kehidupan. Oseana, Volume XXVIII,
Nomor 3, 2003: 17-25.
LAMPIRAN
1. Data Pengamatan RUN 1
Tabel 1.1 Data Pengamatan RUN 1
Waktu Kekeruhan TDS
No pH
(menit) (NTU) (mg/L)
1 Influen 35,74 208,1 6
2 0 12,99 199,1 6
3 2 17,12 199,0 6
4 4 20,44 199,9 6
5 6 23,44 201,9 6
6 8 19,15 204,5 6
7 10 20,07 202,9 6
8 12 28,50 202,1 6
9 14 27,66 202,5 6
10 16 25,10 203,4 6
11 18 23,00 201,0 6
2. Menghitung Efisiensi Penurunan Konsentrasi Effluent (%)
𝐊𝐨𝐧𝐬𝐞𝐧𝐭𝐫𝐚𝐬𝐢 𝑰𝒏𝒇𝒍𝒖𝒆𝒏𝒕 (𝐩𝐩𝐦) − 𝐊𝐨𝐧𝐬𝐞𝐧𝐭𝐫𝐚𝐬𝐢 𝑬𝒇𝒇𝒍𝒖𝒆𝒏𝒕 (𝐍𝐓𝐔)
𝐄𝐟𝐢𝐬𝐢𝐞𝐧𝐬𝐢 (%): 𝒙 𝟏𝟎𝟎
𝐊𝐨𝐧𝐬𝐞𝐧𝐭𝐫𝐚𝐬𝐢 𝑰𝒏𝒇𝒍𝒖𝒆𝒏𝒕 (𝐍𝐓𝐔)

3. Peralatan yang Digunakan

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Filtrasi Gambar 3.2 TDS meter

Gambar 3.3 Turbidimeter Gambar 3.4 Indikator Universal

Anda mungkin juga menyukai