Anda di halaman 1dari 16

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2019/2020


JUDUL : FILTRASI
PEMBIMBING : Fauzi Abdillah, S.Si.M.T

Tanggal Praktikum:11 September 2019


Tanggal Penyerahan:
Oleh18
: September 2019

Oleh:
Kelompok : VII
Nama : Siti Atika Mayapramesti 171431028
Kelas : 3 Analis Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia.
Dengan perkembangan penduduk yang semakin meningkat. Maka kebutuhan akan air bersih
akan ikut meningkat. Sedangkan hal tersebut tidak sebanding dengan ketersediaan air bersih
di lingkungan sekitar. Ada banyak faktor yang menyebabkan sulitnya mendapatkan air
bersih. Salah satunya adalah karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam
limbah dari hasil kegiatan manusia seperti limbah dari hasil kegiatan rumah tangga. Ada
berbagai macam upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut. Salah satu
upayanya yaitu dengan metode filtrasi atau penyaringan. Filtrasi adalah suatu proses
pemisahan zat padat dari fluida ( gas maupun cair ) yang membawanya mengunakan suatu
medium berpori atau bahan berpori lain untuk menghilangkan sebanyak mungkin zat padat
halus yang tersuspensi dan koloid. Disamping mereduksi kandungan zat padat, filtrasi dapat
pula mereduksi bakteri, menghilangkan warna, rasa, bau besi, dan mangan.

Berdasarkan hal tersebut dilakukan praktikum yang berkaitan dengan permasalahan


tersebut yaitu praktikum Pengolahan Limbah Industri dengan metode Filtrasi. Dengan adanya
praktikum ini, diharapkan kita dapat mengatasi permasalahan air kotor di berbagai daerah.
Diharapkan juga kita dapat menerapkan praktikum ini di lingkungan sekitar kita. Sehingga
kita dapat menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana menentukan laju optimum pada proses filtrasi?
2. Bagaimana pengaruh kekeruhan (NTU), derajat pH, dan TDS (Total Dissolved Solids)
pada hasil filtrasi setelah disampling?
3. Bagaimana Menentukan efisiensi penurunan konsentrasi?

1.1 Tujuan
1. Menentukan kecepatan laju optimum pada proses filtrasi.
2. Mengetahui pengaruh kekeruhan (NTU), derajat pH, dan TDS (Total Dissolved
Solids) pada hasil filtrasi setelah disampling.
3. Menentukan efisiensi penurunan konsentrasi.

1.2 Manfaat
1. Meningkatkan pengetahuan praktikan dalam memahami proses filtrasi.
2. Mengetahui prinsip kerja filtrasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Baku


Air adalah unsur yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup termasuk manusia.
Salah satu penggunaan air yaitu untuk memenuhi keperluan rumah tangga. Selain
sebagai kebutuhan utama untuk kelangsungan hidup manusia, air juga berperan
sebagai penentu kesehatan masyarakat. Baku mutu yang digunakan untuk air hasil olahan
dalam penelitian ini mengacu pada baku mutu air bersih, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan
No. 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan
Pemandian Umum. Berikut parameter fisika untuk keperluan higiene sanitasi :

Tabel 1. Parameter Fisik dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk Media Air
untuk Keperluan Higiene Sanitasi
Berikut parameter kimia untuk keperluan higiene sanitasi :

Tabel 2. Parameter Kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk Media Air
untuk Keperluan Higiene Sanitasi
2.2 Filtrasi

Filtrasi adalah pembersihan partikel padat dari suatu fluida dengan melewatkannya
pada medium penyaringan, atau septum, yang di atasnya padatan akan terendapkan.
Filtrasi adalah suatu operasi pemisahan campuran antara padatan dan cairan dengan
melewatkan umpan (slurry) melalui medium penyaring. Untuk semua proses filtrasi,
umpan mengalir disebabkan adanya tenaga dorong berupa beda tekanan, sebagai contoh
adalah akibat gravitasi atau tenaga putar. Secara umum filtrasi dilakukan bila jumlah
padatan dalam suspensi relatif lebih kecil dibandingkan zat cairnya(Deep Bed Filter,
2013).

2.3 Tipe filter


Berdasarkan pada kapasitas produksi air yang terolah, filter pasir dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu filter pasir cepat dan filter pasir lambat.
2.3.1 Filter pasir cepat
Filter pasir cepat atau rapid sand filter adalah filter yang mempunyai kecepatan
filtrasi cepat, berkisar 4-21 m/jam. Filter ini selalu didahului dengan proses koagulasi –
flokulasi dan pengendapan untuk memisahkan padatan tersuspensi. Jika kekeruhan pada
influen filter pasir cepat berkisar 5-10 NTU maka efisiensi penurunan kekeruhannya dapat
mencapai 90-98%.

Gambar 1. Bagian-bagian dari filter pasir cepat

Pengoperasian pasir cepat adalah sebagai berikut:

1. Selama proses filtrasi berlangsung, partikel yang terbawa air akan tersaring di media
filter. Sementara itu, air terus mengalir melewati media pasir dan penyangga, masuk
lubang/orifice, ke pipa lateral, terkumpul di pipa manifold, dan akhirnya air keluar
menuju bak penampung (gambar 2)
2. Partikel yang tersaring di media lama kelamaan akan menyumbat pori-pori media
sehingga terjadi clogging (penymbatan). Clogging ini akan meningkatkan headloss
aliran air media atau menurunnya debit filtrasi. Untuk menghilangkan clogging,
dilakukan pencucian media.
3. Pencucian dilakukan dengan cara memberikan aliran balik pada media (backwash)
dengan tujuan untuk mengurangi media dan mengangkat kotoran yang menyumbat
pori-pori media filter. Aliran air dari manifold, ke lateral, keluar orifice, naik ke
media hingga media terangkat dan air dibuang melewati gutter yang terletak di atas
media (gambar 3)
4. Bila media filter telah bersih, filter dapat dioperasikan kembali

Gambar 2. Aliran Air Pada Saat Operasi Filter


(Sumber: http://www.academia.edu/5874059/BAB_7_UNIT_FILTRASI)

Gambar 3. Aliran Air Pada Saat Pencucian Filter


(Sumber: http://www.academia.edu/5874059/BAB_7_UNIT_FILTRASI)

2.3.2 Filter pasir lambat


Filter pasir lambat atau slow sand filter adalah filter yang mempunyai kecepatan
filtrasi lambat, yaitu sekitar 0,1-0,4 m/jam. Kecepatan yang lebih lambat ini disebabkan
ukuran media pasir lebih kecil (effective size = 0,15-0,35 mm). Filter pasir lambat
merupakan sistem filtrasi yang pertama kali digunakan untuk pengolahan air, dimana
sistem ini dikembangkan sejak taun 1800 SM. Prasedimentasi dilakukan pada air baku
mendahului proses filtrasi.
Filter pasir lambat cukup efektif digunakan untuk menghilangkan kandungan bahan
organik dan organisme patogen pada air baku yang mempunyai kekeruhan relatif rendah.
Filter pasir lambat banyak digunakan untuk pengolahan air dengan kekeruhan air baku di
bawah 50 NTU. Efisiensi filter pasir lambat tergantung pada distribusi ukuran partikel
pasir, ratio luas permukaan filter terhadap kedalaman kecepatan filtrasi. Keuntungan
filter lambat antara lain:
1. Biaya kontruksi rendah
2. Rancangan dan pengoperasian lebih sederhana
3. Tidak diperlukan tambahan bahan kimia
4. Variasi kualitas air baku tidak terlalu mengganggu
5. Tidak diperlukan banyak air untuk pencucian, pencucian yang tidak menggunakan
backwash, hanya dilakukan di bagian atas media
Kerugian filter pasir lambat adalah besarnya kebutuhan lahan, yaitu sebagai akibat dari
lambatnya kecepatan filtrasi.

Secara umum, filter pasir lambat hampir sama dengan filter pasir cepat. Filter pasir
lambat tersusun oleh bak filter, media pasir, dan sisten underdrain (Gambar 4)

Gambar 4. Skema Filter Pasir Lambat


(Sumber: http://www.academia.edu/5874059/BAB_7_UNIT_FILTRASI)

2.4 Kekeruhan
Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk
mengukur keadaan air baku dengan skala NTU (nephelometrix turbidity unit)atau JTU
(jackson turbidity unit) ,Makin tinggi kekuatan dari sinar yang terbesar,makin tinggi
kekeruhannya(Rohmah,t.t.).Bahan yang menyebabkan air menjadi keruh yaitu : tanah
liat, endapan (lumpur), zat organik dan bukan organik yang terbagi dalam butir-butir
halus, plankton, jasad renik (mahluk hidup yang sangat kecil).
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya
cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahanyang terdapat dalam
air.Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi
dan terlarut(misalnya lumpur dan pasir halus),maupun bahanan organik dan organik yang
berupa plankton dan mikroorganisem lain.Kekeruhan dinyatakan dalam satuan
turbiditas,yang setara dengan 1mg/liter SiO2.
Standar yang ditetapkan oleh U.S.Public health Service mengenai kekeruhan ini
adalah batas maksimal 10ppm dengans kala silikat,tetapi dalam angka praktik angka
standar ini umumnya tidak memuaskan.Kebanyakan pengolahan air yang modern
menghasilkan air dengan kekeruhan 1ppm atau kurang.Sebagian besar air baku untuk
penyediaan air bersih diambil dari air permukaan seperti sungai,danau dan
sebagainya.Salah satu langkah penting pengolahan untuk mendapatkan air bersih adalah
menghilangkan kekeruhan dari air baku tersebut.Kekeruhan ini sendiri diakibatkan oleh
adanya partikel-partikel kecil dan koloid yang berukuran 10 nm sampai 10 µm.

2.5 Hubungan Kekeruruhan dan Efisiensi


Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan diperlukan kesesuaian atara konsentrasi
air limbah dan kondisi media yang ada. Konsentrasi yang terlalu tinggi akan
menyebabkan tidak berfungsinya filter secara efisien. Karena konsentrasi air limbah yang
terlalu tinggi akan menyebabkan tersumbatnya media filter dan menyebabkan clogging.
Dalam suatu proses filtrasi terdapat suatu parameter yang menjadi acuan bahwa proses
filtrasi berjalan dengan baik diantaranya adalah efisiensi.Efisiensi ini menunjukkan
seberapa besar kandungan pengotor yang terolah.Adapun untuk menentukan
efisiensi,yaitu dengan menggunakan rumus:
𝑘𝑒𝑘𝑒𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑘𝑒𝑘𝑒𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
η= 𝑘𝑒𝑘𝑒𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙
x 100%

2.6 Waktu Tinggal


Waktu tinggal air limbah pada media filtrasi akan mempengaruhi hasil filtrasi.
Karena semakin lama waktu tinggal maka endapan pengotor lebih banyak tertahan di
dalam media filter, sehingga air keluaran menjadi semakin bersih. Namun, ada waktu
tertentu dimana terjadi penurunan kekeruhan menjadi paling drastis, waktu tersebut
dinamakan waktu tinggal optimum.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 04 September 2019 di Laboratorium


Pengolahan Limbah Industri, Politeknik Negeri Bandung.

3.2. Alat dan Bahan Praktikum

3.2.1. Alat Praktikum


Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain: alat filtrasi dan
stopwatch, penampung, gelas kimia, Turbidity-meter, TDS-meter, pH-meter.

3.2.2. Bahan Praktikum


Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah air limbah organik (terigu),
bentonit (powder), pasir silika, karbon aktif, zat organik (berwarna) dan lokulant
(polimer).

3.3. Prosedur Kerja


Adapun cara kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
Isi bak umpan dengan air keran

Lakukan kalibrasi dengan mengatur laju alir air yang masuk dan keluar

Isi kembali bak umpan dengan air sebanyak 24 Liter

Larutkan 10 gram temung ke dalam bak umpan tersebut

Aduk sampai rata

Mengukur nilai kekeruhan, TDS dan pH awal dari air baku

Mengalirkan air yang mengandung zat tersuspensi ke dalam bak filtrasi


Sampling air yang keluar dalam 2 menit sekali

Mengukur nilai kekeruhan TDS dan pH akhir dari air hasil filtrasi

 Mengukur Nilai Kekeruhan

Masukkan sample ke dalam vial yang bersih dan kering hingga. Tutuplah vial
tersebut.

Bersihkan vial dengan kain pembersih yang disediakan untuk membersihkan tetsan air
dan sidik jari.

Nyalakan alat dengan menekan tombol ON/OFF.

Letakkan vial pada sumur optik dan indeks ke pembacaan terendah.

3.3. Prosedur Kerja


Adapun cara kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
Isi bak umpan dengan air keran

Lakukan kalibrasi dengan mengatur laju alir air yang masuk dan keluar

Isi kembali bak umpan dengan air sebanyak 24 Liter

Larutkan 10 gram temung ke dalam bak umpan tersebut

Aduk sampai rata

Mengukur nilai kekeruhan, TDS dan pH awal dari air baku

Mengalirkan air yang mengandung zat tersuspensi ke dalam bak filtrasi

Sampling air yang keluar dalam 2 menit sekali

Mengukur nilai kekeruhan TDS dan pH akhir dari air hasil filtrasi
 Mengukur Nilai Kekeruhan

Masukkan sample ke dalam vial yang bersih dan kering hingga. Tutuplah vial
tersebut.

Bersihkan vial dengan kain pembersih yang disediakan untuk membersihkan tetsan air
dan sidik jari.

Nyalakan alat dengan menekan tombol ON/OFF.

Letakkan vial pada sumur optik dan indeks ke pembacaan terendah.

Ukur nilai NTU dengan menekan tombol

Hasil akan menunjukkan pada display


dalam NTU. Catat.

Buka vial turbidimeter dan bersihkan.

 Mengukur Nilai TDS

Nyalakan alat dengan menekan tombol POWER

Tekan tombol HOLD lalu tekan tombol CAL C untuk mengukur nilai TDS

Celupkan elektroda ke dalam sampel yang akan diuji

Tunggu sampai nilai TDS muncul. Catat.

Ukur nilai NTU dengan menekan tombol

Hasil akan menunjukkan pada display


dalam NTU. Catat.
Buka vial turbidimeter dan bersihkan.

 Mengukur Nilai TDS

Nyalakan alat dengan menekan tombol POWER

Tekan tombol HOLD lalu tekan tombol CAL C untuk mengukur nilai TDS

Celupkan elektroda ke dalam sampel yang akan diuji

Tunggu sampai nilai TDS muncul. Catat.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1 Data Pengamatan

Berat tepung terigu : 15 gram (×2)


Volume air keran : 25 Liter (×2)
Debit air : 1,2 Liter/menit
Waktu Tinggal : 8 menit
Run 1 Run 2
Kekeruhan awal :11,57 NTU Kekeruhan awal : 55,82 NTU
Efisiensi Efisiensi
Waktu Kekeruhan TDS penurunan Waktu Kekeruhan TDS penurunan
pH pH
(menit) (NTU) (ppm) konsentrasi (menit) (NTU) (ppm) konsentrasi
(%) (%)
0 8,63 176 7 25,41 0 20,47 175 7 63,33
2 9,74 173 6 15,82 2 17,98 175 6 67,79
4 9,49 169 6 17,98 4 19,98 177 6 64,21
6 14,77 175 6 -27,66 6 20,11 173 6 63,97
8 10,78 174 6 6,83 8 20,43 173 6 63,40
10 11,85 176 6 -2,42 10 19,41 173 6 65,23
12 12,14 173 6 -4,93 12 18,72 172 6 66,19
14 12,69 177 7 -9,68 14 20,44 171 7 63,38
16 11,27 174 7 2,59 16 18,87 179 7 66,19
18 7,96 175 7 31,20 18 18,86 175 7 66,21
20 20,15 172 7 63,90
Grafik Kekeruhan terhadap Waktu (Run 1)
16
14

Kekeruhan (NTU)
12
10
8
6
4
2
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Waktu (menit)

Grafik TDS terhadap Waktu (Run 1)


178
176
174
TDS (mg/L)

172
170
168
166
164
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Waktu (menit)

Grafik Kekeruhan terhadap Waktu (Run 2)


21
20.5
Kekeruhan (NTU)

20
19.5
19
18.5
18
17.5
17
16.5
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Waktu (menit)
Grafik TDS terhadap Waktu (Run 2)
180
178
176

TDS (mg/L)
174
172
170
168
166
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Waktu (menit)

Rata-rata TDS Run 1 = 174,2 mg/L

Rata-rata TDS Run 2 = 174,1 mg/L

Rata-rata Kekeruhan Run 1 = 10,93 NTU

Rata-rata Kekeruhan Run 2 = 19,58 NTU

Rumus Menghitung Efisiensi Penurunan Kekeruhan (%)

Konsentrasi influent (NTU) − Konsentrasi effluent (NTU)


Efisiensi (%): 𝑥 100
Konsentrasi influent (NTU)

4.1 Pembahasan
Filtrasi adalah suatu operasi pemisahan campuran antara padatan dan cairan dengan
melewatkan umpan (slurry) melalui medium penyaring. Untuk semua proses filtrasi, umpan
mengalir disebabkan adanya tenaga dorong berupa beda tekanan, sebagai contoh adalah
akibat gravitasi atau tenaga putar. Pada praktikum kali ini dilakukan proses filtrasi, yaitu
pemisahan partikel padat yang tersuspensi melalui media penyaringan. Prinsip kerjanya
adalah air yang mengandung zat tersuspensi dialirkan melalui media penyaringan dengan
gaya grafitasi sehingga partikel padat akan tertahan dalam media penyaring dan cairan akan
turun melewati media penyaring.Pada proses filtrasi ini digunakan media penyaring yang
terdiri dari empat lapisan dengan susunan dari atas ke bawah yaitu ijuk untuk menahan
kotoran yang bersifat mikro seperti bakteri dan mikroba lain yang mungkin terdapat dalam
air, pasir silika yang berfungsi untuk menghilangkan sifat fisik seperti kekeruhan, karbon
aktif untuk menghilangkan bau dan yang paling bawah berisi kerikil yang berfungsi untuk
menjernihkan air. Praktikum ini bertujuan untuk menentukan efisiensi proses filtrasi
menggunakan filter multi media, menentukan nilai kekeruhan, pH serta nilai total padatan
terlarut (TDS) pada influent dan effluent dari proses filtrasi.

Proses filtrasi pada praktikum ini dilakukan dengan air baku yaitu campuran dari 15 gram
tepung terigu dalam 25 L air kran dimana pada percobaan ini dilakukan dua kali percobaan
dan dilakukan pengujian setiap 2 menit sekali. Konsentrasi air baku yang digunakan tidak
terlalu tinggi dikarenakan konsentrasi yang tinggi menghasilkan kekeruhan yang tinggi
sehingga dapat menyebabkan tersumbatnya lubang pori dari media filter (clogging). Baik
tidaknya effluen yang dihasilkan dari proses filtrasi biasanya dinyatakan dalam satuan
kekeruhan (NTU). Dimana semakin kecil nilai kekeruhan pada effluen, maka efisiensi proses
filtrasi yang berlangsung semakin baik. Menurtu literatur menunjukan bahwa kurva turbiditas
terhadap waktu bahwa nilai kekeruhan akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya
waktu filtrasi. Karena semakin lama waktu filtrasi maka peluang lolosnya partikel halus dari
media filtrasi akan semakin kecil sehingga nilai kekeruhan effluen akan semakin kecil.
Nilai rata-rata TDS Run 1 sebesar 174,2 mg/L dan Run 2 sebesar 174,1 mg/L
kemudain nilai rata-rata turbiditas dalam proses filtrasi ini ialahRun 1 sebesar 10,93 NTU dan
Run 2 sebesar 19,58 NTU. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan no. 492 tahun 2010,
standar maksimum nilai TDS sebesar 30 ppm, sedangkan nilai turbiditas maksimum sebesar
5 NTU. Bila dibandingkan antara nilai standar dan hasil praktikum, air tidak layak untuk
dikonsumsi, karena masih banyak nya zat zat pengotor atau partikel-partikel yang lolos ketika
melewati media filter.Dari data hasil percobaan dapat dilihat bahwa semakin lama proses
filtrasi maka nilai TDS akan berkurang. Hal tersebut menunjukkan bahwa partikel tepung
terigu tertahan di media penyaringan menyebabkan nilai TDS berkurang.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dapat disimpulkan sebagai berikut

1. Nilai kekeruhan sebelum dilakukan filtrasi pada percobaan pertama sebesar 10,93
NTU sedangkan pada percobaan kedua sebesar 19,58 NTU
2. Nilai TDS percobaan pertama setelah filtrasi sebesar 174,2 ppm dan pada percobaan
kedua setelah filtrasi sebesar 174,1 ppm.Semakin lama waktu yang digunakan dalam
proses filtrasi maka nilai TDS akan semakin berkurang
3. Nilai pH yang dihasilkan sebelum proses filtrasi maupun setelah proses filtrasi
memiliki nilai yang sama yaitu 6-7
4. Pada percobaan pertama menghasilkan nilai efisiensi penurunan konsentrasi sebesar
31,20% sedangkan pada percobaan pertama sebesar 63,90%.

5.3 Saran

Pada praktikum yang akan dilakukan selanjutnya sebaiknya sebelum di lakukan


percobaan, alat filtrasi harus di kalibrasi terlebih dahulu agar proses berjalan dengan baik dan
tidak terhambat. Pada media filtrasi harus di cek dan di bersihkan secara berkala agar media
filtrasi tidak terjadi penyumbatan karena terdapat kotoran limbah yang tidak lolos saat
penyaringan. Selain itu alat-alat yang di gunakan untuk mengukur nilai-nilai pada setiap
parameter seperti alat untuk mengukur kekeruhan atau turbidimeter, tds meter untuk
mengetahui jumlah zat terlarut harus di lakukan kalibrasi secara berkala agar hasil yang
diperoleh akurat, selain itu untuk mengetahui pH dari air baku sebaiknya di cek dengan
menggunakan alat pH meter sehingga akan memberikan hasil yang akurat.
LAMPIRAN

a. Menghitung Efisiensi Penurunan Konsentrasi Effluent (%)

𝐊𝐨𝐧𝐬𝐞𝐧𝐭𝐫𝐚𝐬𝐢 𝑰𝒏𝒇𝒍𝒖𝒆𝒏𝒕 (𝐩𝐩𝐦) − 𝐊𝐨𝐧𝐬𝐞𝐧𝐭𝐫𝐚𝐬𝐢 𝑬𝒇𝒇𝒍𝒖𝒆𝒏𝒕 (𝐍𝐓𝐔)


𝐄𝐟𝐢𝐬𝐢𝐞𝐧𝐬𝐢 (%): 𝒙 𝟏𝟎𝟎
𝐊𝐨𝐧𝐬𝐞𝐧𝐭𝐫𝐚𝐬𝐢 𝑰𝒏𝒇𝒍𝒖𝒆𝒏𝒕 (𝐍𝐓𝐔)

b. Alat yang digunakan dalam praktikum Filtrasi

Gambar 1 Rangkaian Alat Filtrasi Gambar 2 TDS-meter

Gambar 3 Turbidimeter Gambar 4 Indikator Universal

Gambar 5 Larutan Tepung Terigu Gambar 6 Larutan di masukan ke bak

Anda mungkin juga menyukai