Oleh :
Kelompok : VI (Enam)
Nama : 1. Istiqomaturohmah (171431013)
2. Rahma Diani Safitri (1714310)
3. Siti Atika Mayapramesti (171431028)
Kelas : 2A – Analis Kimia
2. Mengetahui dan memahami prinsip pengujian bahan obat seperti yang tertera dalam
monografi Farmakope Indonesia (FI)
3. Mampu menguji dan menetapkan mutu asam salisilat berdasarkan monografi Farmakope
Indonesia (FI)
Monografi resmi adalah monografi yang tercantum sebagai monografi dalam Farmakope
Indonesia. Judul yang tercantum dalam monografi adalah nama resmi dari monografi tersebut.
Nama – nama yang dianggap sinonim dengan judul resmi tidak dapat digunakan sebagai
pengganti judul resmi.
Monografi resmi meliputi bahan resmi dan sediaan resmi. Bahan resmi adalah bahan aktif
obat, bahan tambahan farmasi, komponen lain atau komponen sediaan jadi yang judul
monografinya tidak mencakup indikasi sifat – sifat bentuk jadi tersebut.
Sediaan resmi adalah sediaan obat jadi, sediaan setengah jadi (misalnya suatu padatan
steril yang harus dibuat menjadi larutan jika hendak digunakan) atau produk dari satu atau lebih
bahan resmi atau produk yang diformulasikan dan digunakan untuk pasien.
Asam Salisilat (asam ortohidroksi benzoat) merupakan asam yang bersifat iritan lokal,
yang dapat digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan yang digunakan sebagai obat
luar yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat dan ester dari asam organic. Di samping
itu digunakan pula garam salisilat. Turunannya yang paling dikenal adalah asam asetilsalisilat
(asetosal).
Asam Salisilat mendapatkan namanya dari spesies dedalu (bahasa latin: salix), yang
memiliki kandungan asam tersebut secara alamiah, dari situlah manusia mengisolasinya.
Penggunaan dedalu dalam pengobatan tradisional telah dilakukan oleh bangsa Sumeria, Asyur,
dan sejumlah suku median seperti Cherokee. Pada saat ini, Asam Salisilat banyak dipublikasikan
dalam pembuatan obaat aspirin. Salisilat umumnya bekerja melalui kandungan asamnya tersebut
secara alamiah. Hal tersebut dikembangkan secara menetap ke dalam salisilat baru. Selain
sebagai obat, asam salisilat juga merupakan hormone tumbuhan. Sifat-sifat yang dimiliki oleh
asam salisilat, adalah sebagai berikut :
1. Panas jika dihirup, ditelan dan apabila terjadi kontak dengan kulit
2. Iritasi pada mata
3. Iritasi pada saluran pernafasan
4. Iritasi pada kulit
Secara kimia asam salisilat disintesi pada tahun 1860 dan telah digunakan secara luas
dalam terapi dermatologis sebagai suatu agen keratolik. Digunakan pada bagian luar tubuh yang
pada kulit sebagai antiseptik lemah serta keratolitikum (melarutkan sel-sel kulit mati). Agen ini
berupa bubukberwarna putih yang mudah larut dalam alcohol tetapi sukar larut dalam air asam
salisilat yang merupakan zat anti akne atau keratolik merupakan usaha untuk meningkatkan
kemampuan kosmetika tersebut umumnya dalam kosmetika perawatan kulit yang berjerawat.
Asam salisilat bersifat keratolik dan sering digunakan sebagai obat apapunterhadap kutil
kulit, yang berciri penebalan epidermis setempat dan disebabkan oleh infeksi virus propora.
Asam salisilat sangat iritatik, sehingga hanya digunakan sebagai obat luar. Derifatnya yang dapat
dipakai secara sistemik adalah ester salisilat dan asam organic dengan substitusi pada gugus
hidroksi misalnya asetosal.
a. Klorida
Saring
b. Sulfat
b. Larutan Baku
c. Larutan Uji
(warna yang terjadi tidak lebih gelap dari larutan baku dan intensitas warna
pada larutan monitor sama atau lebih kuat dari larutan baku )
d. Larutan monitor
25 mL larutan uji
Atur pH antara 3,0 dan 4,0 dengan asam asetat 1N atau amonium hidroksida
6N
Berat (gram)
Awal Pemanasan I Pemanasan 2
Botol Timbang 33.9423 - -
Sampel 1.0000 - -
Botol Timbang + Sampel 34.9423 34.9414 34.9414
Pemanasan 2
4.2 Uji Zat Mudah Terarangkan
Pengamatan :
Pengamatan :
Larutan Uji (asam salisilat) tidak lebih
keruh dibandingkan larutan pembanding Larutan Uji (asam salisilat) tidak lebih
(larutan asam sulfat) keruh dibandingkan larutan pembanding
(larutan asam klorida)
Hasil praktikum
1. Larutan uji tidak lebih gelap daripada larutan baku
2. Larutan monitor lebih gelap daripada larutan baku
V. Pembahasan
Perubahan bentuk dan ukuran ini mempengaruhi sifat-sifat fisik dan akhirnya juga
berdampak pada berubahnya tekstur dan sifat transport (transport properties) produk
yang dihasilkan (Yan et al.,2008). Setelah sampel dioven, kemudian dimasukan
dalam desikator, fungsi dari desikator sebagai tempat menyimpan sampel yang harus
bebas air, mengeringkan dan mendinginkan sampel yang akan digunakan untuk uji
kadar air (Crank, 1975).
Hasil yang didapat dari praktikum susut pengeringan ini ialah pada sampel aspirin
didapat susut pengeringannya yaitu sampel tersusut seberat 0.0009 g dengan nilai
susut pengeringan sebesar 0.0026%sedangkan nilai yang dipersyaratkan pada
monografi tidak boleh lebih dari 0.5 %.
Uji batas logam berat digunakan untuk menunjukkan bahwa kandungan pengotor
logam yang diwarnai oleh hidrogen sulfida tidak melebihi batas logam berat yang
diberikan dalam monograf dalam hal mikrogram timbal per gram zat yang diuji.
Pada praktikum kali ini dilakukan pengukuran cemaran timbal pada asam salisilat.
Metode yang digunakan adalah dengan cara membandingkan secara visual. Pada
pengujian cemaran logam timbal dengan cara Farmakope Indonelisa jilid V, dilakukan
dengan mereaksikan logam berat dengan ion sulfida, dimana pengujian ini dimaksudkan
untuk menunjukkan bahwa cemaran logam yang dengan ion sulfida menghasilkan warna
pada kondisi penetapan, tidak melebihi batas logam berat yang tertera pada masing-
masing monografi.
Pengujian ini diawali dengan membuat pereaksi khusus yaitu larutan larutan baku
timbal. Setelah itu dibuat larutan baku, larutan monitor, dan larutan uji untuk
membandingkan secara visual. Setelah preparasi larutan baku, larutan monitor dan larutan
uji, masing- masing larutan direaksikan dengan hidrogen sulfida LP dan dilihat perubahan
reaksi warna yang terjadi.
Hasil pengamatan pada uji logam berat ini adalah larutan uji tidak lebih gelap
daripada larutan baku dan larutan monitor lebih gelap daripada larutan baku, hal ini
menunjukkan bahwa pengotor logam berat pada zat uji yaitu asam salisilat tidak melebihi
kadar logam yang di tentukan.
Salah satu pengujian pada praktikum kali ini yaitu uji batas klorida dan uji batas sulfat.
Uji batas sulfat dan klorida perlu dilakukan untuk menguji kualitas produksi bahan,
walaupun zat-zat tersebut bersifat non-toksik. Dalam pengujiannya larutan uji
dibandingkan dengan larutan pembanding. Larutan pembanding adalah larutan yang
kadarnya sudah diketahui dan digunakan untuk menili kadar cemaran dalam sampel sudah
melewati batas toleransi atau belum.
Klorida adalah zat yang sering digunakan dalam proses produksi bahan baku dan
reagen obat. Adanya kandungan klorida yang berlebih menandakan ketidakmurnian zat.
Uji batas klorida dilakukan untuk mendeteksi adanya cemaran klorida berupa kandungan
klorida yang melewati batas cemaran. Hasil percobaan uji batas klorida pada praktikum ini
adalah larutan uji tidak lebih keruh dibandingkan larutan baku. Hal ini menunjukkan
bahwa kadar klorida dalam larutan uji masih dapat diterima. Kadar klorida yang
diperbolehkan menurut Farmakope adalah 20 bpj.
Uji sulfat dilakukan dengan mereaksikan sampel dengan larutan barium klorida dalam
suasana asam dengan penambahan asam klorida. Reaksi dengan sulfat akan menghasilkan
barium sulfat. Penambahan asam klorida digunakan untuk menetralkan reaksi dan
meningkatkan sensitifitas uji dengan meningkatkan kekeruhan larutan. Reaksi yang
berlangsung adalah :
Hasil percobaan uji batas sulfat pada praktikum ini adalah larutan uji tidak lebih keruh
dibandingkan larutan baku. Sehingga disimpulkan kadar sulfat pada larutan uji tidak
melebihi batas. Batas kadar sulfat yang diperbolehkan menurut Farmakope adalah 0,02 N.
VI. Simpulan
1. Nilai susut pengeringan sampel aspirin sebesar 0.0026 %, dan masih dalam batas
yang dipersyaratkan dalam monografi Farmakope Indonesia, yaitu tidak lebih dari
0.5%
2. Larutan sampel memiliki warna yang sama dengan larutan padanan pada tabung A
dengan komposisi larutan CoCl2 0.1 mL, FeCl3 0.4 mL, CuSO4 0.1 mL dan air 4.4
mL.
3. Pada uji batas logam berat, kandungan pengotor logam masih dapat diterima pada zat uji
(asam salisilat).
4. Pada uji batas klorida dan sulfat, kandungan klorida dan sulfat masih dapat diterima
pada zat uji (asam salisilat).
Daftar Pustaka
Choi, J.M., Kim, K., Cho, E., dan Jung, S. (2012): Solubility Enhancement ofSalicylic Acid by
Complexation withSuccinoglycan Monomers Isolatedfrom Sinorhizobium meliloti,
Bull.Korean Chem. Soc. 2012, Vol. 33,No. 6.Cold Cream Terhadap PelepasanAsam
Salisilat, Pharmacy, Vol. 05,Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen KesehatanRI : Jakarta.
Kuning, Cempaka. 2016. Laporan Farkop Kadar Air Abu Sari Susut Pengeringan. [online].
https://edoc.pub/laporan-farkog-kadar-air-abu-sari-susut-pengeringan-pdf-free.html diakses
pada 15 April 2019.
Patil, A.S., Khairnar, J.B., Mane, V.D., dan Chaudhari, R.B. (2015): A validated stability-
indicating HPLC related substances method for salicylic acid in bulk drug and dosage
form, World J Pharm Sci 2015; 3(6): 1184-1190.
Yuliantini, Anne. 2018. Pengembangan Metode Analisis Cemaran Logam Timbal (Pb) Pada
Asam Askorbat Dengan Teknik Ssa.
[online]http://ejurnal.stikesbth.ac.id/index.php/P3M_JKBTH/article/download/313/275
diakses pada 5 April 2019