KEKERUHAN
(METODE NEFELOMETRI)
KELOMPOK V
Nilai :
Paraf Asisten :
DEPOK
2019
I. TUJUAN
Untuk menetapkan kekeruhan air pada sampel Danau Kenanga Inlet UI dengan
turbidimeter berdasarkan metode nefelometri. Commented [IARA1]: Kekeruhan air pada sampel Danau
Kenanga Inlet UI-…..
2. Sumber Kekeruhan
Material penyebab kekeruhan berasal dari semua tempat yang dilewati
aliran air dimulai dari hulu hingga ke hilir. Di sungai es dan danau yang
memiliki banyak gletser, kekeruhan disebabkan oleh partikel batuan koloidal
yang merupakan hasil dari pemecahan gletser, seperti yang terlihat di Glacier
National Park, Montana, USA. Pada aliran sungai yang berangkat dari daerah
pegunungan menuju ke daratan, kekeruhannya berasal dari pertanian dan
kegiatan lainnya yang bertujuan mengubah dan mengganggu bentuk tanah
aslinya. Dalam keadaan banjir, dalam jumlah besar bagian atas tanah akan
terbawa sampai ke sungai yang menerima banjir tersebut. Selanjutnya sungai
mengalir menuju laut, mereka melewati daerah perkotaan dimana banyak
limbah industri dan domestik, yang telah diolah maupun belum diolah. Material
organik dan anorganik dibawa oleh limbah tersebut dan juga dari pembersihan
jalan. Material organik yang dibawa menjadi makanan bagi bakteri yang
membuat mereka tumbuh dan berkembang. Sedangkan, material anorganik
seperti nitrogen dan fosfor merupakan faktor pertumbuhan dari alga. Kedua
material tersebut secara tidak langsung berkontribusi dalam penambahan
kekeruhan air.
Suhu
Ikan adalah makhluk hidup berdarah dingin dan mempunyai suhu tubuh yang
sama dengan suhu lingkungannya, sehingga suhu adalah faktor penting bagi
kehidupan ikan. Suhu air akan memberi kesan terhadap aktivitas, makan, dan
pembiakan ikan serta dapat berperan dalam menentukan jumlah gas (oksigen,
karbondioksida, nitrogen, dll) yang terlarut dalam air. Suhu juga berperan
dalam proses stratifikasi thermal. Air yang mempunyai suhu lebih dingin akan
lebih berat daripada air yang bersuhu panas, sehingga perbedaan suhu ini
menyebabkan air tidak dapat bercampur. Hujan lebat yang terus menerus dapat
memecahkan proses stratifikasi termal ini dan air dibagian bawah empangan
akan bercampur dengan air permukaan, menyebabkan hal yang paling
berbahaya yaitu kematian secara masal.
Karbondioksida
Ada beberapa tingkatan karbondioksida yang harus diperhatikan dalam
ekosistem perairan. Jika kandungan CO2 berada pada tahap 10 mg/L dan pada
masa yang sama kandungan oksigen di dalam air tinggi, maka tidak
mendatangkan kesan kepada kehidupan ikan. Dilihat dari air kolam yang
merupakan tempat perkembang biakan ikan secara normal memiliki kandungan
CO2 sekitar < 5 mg/L. Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk mengontol
kandungan CO2 dalam air. Cara pertama dalah dengan memberikan
pengudaraan atau aeration yaitu pembebasan CO2 ke udara. Cara kedua adalah
menambah senyawa karbonat seperti CaCO3 atau Na2CO3. Cara ini akan
menghilangkan CO2 dari air dan menyimpannya dalam bentuk karbonat atau
bikarbonat, yang selanjutkan akan berkaitan dengan alkalinitas.
Blooming Plankton
Fenomena ini terjadi akibat ledakan (banyak, secara massif) perkembangan
yang begitu cepat dari sejenis fitoplankton yang dapat menyebabkan perubahan
warna dan konsentrasi air secara drastic, kematian massal biota laut, perubahan
struktur komunitas ekosistem perairan, bahkan keracunan dan kematian pada
manusia. Kemudian karena banyaknya jumlah fitoplankton akan berkontribusi
langsung terhadap pertumbuhan alga menimbulkan eutrofikasi yang
berdampak langsung terhadap kekeruhan suatu badan air.
7. Dampak Kekeruhan
Tingkat turbidisitas yang dimiliki suatu perairan akan memiliki dampak
terhadap lingkungan sekitarnya.
Terhadap Manusia
Kekeruhan suatu badan air secara langsung merupakan dampak negatif dari
terjadinya pencemaran air. Pencemaran air sekarang marak disebabkan oleh
banyak hal, termasuk limbah cair yang bersumber dari pemukiman, industri,
pertanian, perkebunan, dll. Air yang tercemar tersebut kemudian berperan
sebagai media untuk hidup mikroba pathogen, sarang insekta penyebar
penyakit, dan media untuk hidup vektor penyakit. Semua penyakit yang
disebabkan oleh air yang tercemar ini disebut dengan waterborne diseases.
Banyak orang yang cenderung was-was terhadap air yang mereka minum setiap
hari. Walaupun telah diolah sedemikian rupa menggunakan bahan kimia yang
efektik untuk memberantas bakteri dan kuman yang sebelumnya ada, tetapi
tetap saja ada kemungkinan bagi sebuah bakteri pathogen untuk lolos dari
filtrasi.
2. Bahan
Larutan sampel
Air suling
f. Melakukan
e. Mengulangi langkah ‘c’
kembali prosedur ini
sampai ‘f’ pada prosedur
untuk pengenceran
tanpa pengenceran
lainnya.
d. Menuangkan
larutan sampel yang
telah diencerkan ke
kuvet
V. DATA PENGAMATAN
Nilai kalibrasi alat (menggunakan air suling) = 0.3 NTU
Tanpa Pengenceran
Jenis Nilai Pengukuran ke- (dalam NTU) Nilai rata-rata
Larutan I II III (dalam NTU)
Air sampel 16,2 16 15,8 16
Dengan Pengenceran
Faktor Nilai Pengukuran ke- (dalam NTU) Nilai rata-rata
Pengenceran I II III (dalam NTU)
2x 8,49 8,34 8,19 8,34
4x 3,98 4,00 4,01 3,99
6x 2,72 2,65 2,80 2,73
8x 1,97 1,91 1,89 1,92
10x 1,71 1,57 1,66 1,64
Maka untuk setiap faktor pengenceran, kita akan mendapat nilai total
kekeruhannya yaitu:
16.4
16.2
16
y = -0.058x + 16.504
15.8 R² = 0.1274
15.6
15.4
15.2
0 2 4 6 8 10 12
Faktor pengenceran
Sehingga dari data di atas, dapat dibuat grafik hubungan faktor pengenceran
dengan nilai kekeruhannya
y = -0.058x + 16,504
y teori = b = 16,504
yteori − ypraktikum
Kesalahan relatif = | | × 100%
yteori
Analisa Hasil
Hasil yang didapat adalah berupa nilai kekeruhan yang terbaca di
turbidimeter. Pada kedua prosedur, tanpa pengenceran ataupun dengan
pengenceran, semuanya mempunyai banyak variasi data 3 buah. Untuk data
tanpa pengenceran didapat nilai rata-rata kekeruhan air sampel sebesar 16 NTU.
Lalu dengan pengenceran, nilai kekeruhan yang didapat setelah dikalikan dengan
faktor pengencerannya dari 2x, 4x, 6x, 8x, dan 10x, berturut-turut adalah 16,68
NTU; 15,96 NTU; 16,38 NTU; 15,36 NTU; dan 16,4 NTU.
Dari hasil tersebut, terbentuk grafik hubungan antara faktor pengencerannya
dengan nilai kekeruhannya yang menunjukkan bahwa hubungan dari keduanya
adalah berbanding lurus. Artinya, semakin besar faktor pengencerannya maka
akan semakin kecil nilai kekeruhan yang dibaca oleh turbidimeter. Hal ini karena
semakin larutan sampel tersebut diencerkan, maka volume larutan sampel juga
semakin sedikit yang dibutuhkan dibandingkan volume air suling, sehingga
kadar kekeruhan akan semakin kecil terbaca oleh turbidimeter. Commented [IARA5]: 1.Jelasin grafik hubungannya
hasilnya kaya gimana,
Berdasarkan Standar Baku Mutu Kekeruhan di Indonesia, dengan nilai 2. jelasin kesalahan realtif nya. Kalua dia besar berarti
kenapa, kalau KR nya kecil berarti gimana
turbiditas yang dimiliki sampel, yaitu sekitar 16 NTU, berarti air pada sampel 3.Jelasin nilai turbiditas sampel yang didapatkan,
berdasarkan BML
ini tidak boleh dijadikan sebagai sumber air minum dan ataupun dijadikan
sebagai sarana kolam renang dan air SPA, tetapi masih bisa digunakan untuk
keperluan sanitasi setiap hari khususnya untuk mencuci.
Analisa Kesalahan
Berdasarkan grafik yang dibuat, praktikan dapat menghitung nilai kekeruhan
teoritis yang kemudian dijadikan tumpuan untuk menghitung nilai kesalahan
relatif saat melakukan prosedur penghitungan kekeruhan dengan pengenceran.
Kesalahan relatif yang didapat saat faktor pengenceran 2x, 4x, 6x, 8x, dan 10x
berturut-turut adalah 1,07%; 3,30%; 0,75%; 6,93%; dan 0,63%. Kesalahan
diperkirakan terjadi karena kurangnya tingkat akurasi saat pengenceran dan
larutan yang sudah berada di dalam kuvet kurang terhomogenkan. Kesalahan
relatif yang tinggi didapat saat sedang faktor pengenceran 4x, yaitu sebesar
6,93% dan kesalahan relatif paling kecil didapat saat sedang melakukan faktor
pengenceran 10x, yaitu sebesar 0,63%. Kesalahan relatif yang besar berarti
kemungkinan volume pengenceran kurang akurasi, atau saat menghomogenkan
sampel tidak semuanya terhomogenkan, selain itu bisa juga pengaruh kuvet yang
digunakan berbeda, sehingga ada kemungkinan salah satu kuvet tidak
dibersihkan dengan baik dan benar sehingga meninggalkan residu dari partikel
kekeruhan larutan sebelumnya.
X. LAMPIRAN
a. Bagan salah
b. Bagan benar
c. Mindmap