Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air asam tambang terbentuk karena adanya mineral sulfida yang tersingkap akibat
kegiatan penggalian dan penimbunan batuan penutup. Mineral sulfida tersebut
kontak dan teroksidasi oleh oksidator utama yakni oksigen dan membentuk
produk-produk oksidasi. Produk-produk oksidasi tersebut kemudian terlindi oleh
adanya air (air hujan). Hal ini menyebabkan peningkatan keasaman di badan air
penerima yang ditandai dengan rendahnya nilai pH. Selain peningkatan keasaman,
pembentukan air asam tambang juga menyebabkan peningkatan terhadap
konsentrasi logam-logam terlarut di badan air penerima (Sucahyo dkk., 2018).
Kegiatan penambangan merupakan salah satu penyebab penting terjadinya
degradasi lahan di Indonesia. Dari segi luasan daerah yang terusik oleh kegiatan
penambangan sesungguhnya tidak terlalu besar, tetapi intensitas gangguan atau
dampak negatif penambangan batubara maupun mineral, terutama yang dengan
sistem terbuka sangat signifikan. Di pertambangan batubara yang menerapkan
metode tambang terbuka, air asam tambang berpotensi terbentuk di dua lokasi
yakni pit penambangan dan timbunan batuan penutup. Pembentukan air asam
tambang di pit penambangan tidak dapat dihindari ketika lapisan batuan penutup
yang berpotensi membentuk air asam tambang tersingkap menjadi dinding pit dan
kontak dengan oksigen dan air (Bradshaw, 1996).
Memahami kondisi lingkungan pada industri pertambangan merupakan hal
yang sangat penting diketahui oleh Mahasiswa Teknik Pertambangan karena
dalam pengaplikasiannya seorang Sarjana Teknik Pertambangan harus bisa
memberikan solusi terkait dampak lingkungan akibat kegiatan pertambangan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilaksanakanlah kuliah lapangan atau
Fieldtrip Pengetahuan Lingkungan Pertambangan. Fieldtrip ini dilaksanakan
dengan tujuan untuk mempelajari dan memahami tentang kondisi lingkungan di
area bekas penambangan dengan mengalisis sampel air asam tambang dan kondisi
vegetasi sekitar area bekas penambangan. Fieldtrip ini berperan penting untuk
mengetahui lebih jauh tentang kondisi lingkungan pertambangan serta menambah
2

ilmu dan wawasan mengenai mata kuliah Pengetahuan Lingkungan


Pertambangan.

1.2 Tujuan Kuliah Lapangan

Berdasarkan uraian latar belakang, maka diperoleh tujuan praktikum yaitu:


1. Mahasiswa dapat mengetahui dan mempelajari sampel air asam tambang
yang diambil secara langsung di kuliah lapangan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui tingkat keasaman dan kekeruhan dari sampel
air asam tambang yang diambil di kuliah lapangan.

1.3 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Lokasi kuliah lapangan berada di desa Anabanua, Kecamatan Barru, Kabupaten


Barru, Provinsi Sulawesi Selatan. Fieldtrip dilaksanakan selama 2 hari yaitu pada
hari Sabtu hingga Minggu, 2–3 Desember 2023 Lokasi penambilan sampel berada
pada stasiun 2 yang terletak pada 04° 25’ 48,48” lintang Selatan dan 119°
37’54,03” bujur timur, stasiun 3 dan stasiun 10 yang terletak pada 04 ° 30’34,14”
lintang Selatan dan 119° 41’45,40” bujur timur.

1.4 Ruang Lingkup

Kuliah Lapangan Pengetahuan Lingkungan Pertambangan dilaksanakan selama


dua hari, yaitu pada hari Sabtu hingga Minggu, 2–3 Desember 2023 bertempat di
Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis, Kabupaten Barru
terletak pada 4°00'– 5°35' Lintang Selatan dan 199°35'–119°49' Bujur Timur.
Wilayahnya berada di bagian barat daratan Pulau Sulawesi sekitar kurang lebih
102 km sebelah utara. Perjalanan dilakukan dengan menggunakan bus dari
Gedung Jurusan Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin menuju ke
Kampus Lapangan Departemen Teknik Geologi Universitas Hasanuddin di mana
terdapat beberapa stasiun sebelum sampai di lokasi tujuan.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Water Pollution

Polusi air adalah penyimpangan sifat-sifat air dalam keadaan normal, bukan dari
kemurniaannya. Air yang tersebar di alam tidak pernah dapat dalam bentuk murni,
tetapi bukan berarti semua air sudah berpolusi. Air permukaan dan air sumur
biasanya mengandung bahan-bahan metal terlarut seperti Na, Mg, Ca, dan Fe. Air
yang mengandung komponen-komponen tersebut dalam jumlah tinggi disebut air
sadah. Air yang tidak berpolusi tidak selalu merupakan air murni, tetapi adalah air
yang tidak mengandung bahan-bahan asing tertentu dalam jumlah melebihi batas
yang ditetapkan sehingga air tersebut dapat digunakan secara normal untuk
keperluan tertentu. Adanya benda-benda asing yang mengakibatkan air tersebut
tidak dapat digunakan secara normal disebut polusi (Effendi, 2003)
Kegiatan penambangan skala besar seringkali meninggalkan masalah
lingkungan yang serius terkait pencemaran air setelah tambang ditutup. Salah satu
pencemaran yang paling sering dijumpai adalah masuknya mineral dan logam
berat seperti merkuri, arsenik, besi, timbal, tembaga, seng ke dalam aliran badan
air sekitar. Logam-logam ini mengkontaminasi air tanah dan permukaan,
menyebabkan pH air menjadi sangat asam (acid mine drainage) serta
mengganggu kehidupan akuatik (Gray, 1996).

2.2 Konduktivitas

Conductivity atau juga sering disebut dengan konduktivitas merupakan


kemampuan dalam menghantarkan listrik oleh suatu benda. Dalam suatu larutan
konduktivitas ini sering dihubungkan dengan kemampuan suatu larutan dalam
menghantarkan listrik yang tentunya sangat bergantung pada banyaknya ion di
dalam larutan tersebut. Konduktivitas listrik merupakan ukuran kemampuan suatu
larutan untuk menghantarkan arus listrik. Arus listrik di dalam larutan dihantarkan
oleh ion yang terkandung di dalamnya. Ion memiliki karakteristik tersendiri dalam
menghantarkan arus listrik. Maka dari itu nilai konduktivitas listrik hanya
4

menunjukkan konsentrasi ion total dalam larutan. Banyaknya ion di dalam larutan
juga dipengaruhi oleh padatan terlarut di dalamnya. Semakin besar jumlah
padatan terlarut di dalam larutan maka kemungkinan jumlah ion dalam larutan
juga akan semakin besar, sehingga nilai konduktivitas listrik juga akan semakin
besar. Jadi, di sini dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara jumlah zat padat
terlarut yang dinyatakan dengan TDS dengan nilai konduktivitas listrik (Manalu,
2014).
Konduktivitas air sangat penting dalam aplikasi industri seperti menara
pendingin dan boiler. Konduktivitas air sebenarnya dapat memberikan gambaran
berapa banyak bahan kimia, mineral, dan zat terlarut yang ada di dalam air dan
inilah alasan mengapa konduktivitas air penting dalam aplikasi industri. Jika
jumlah bahan kimia, mineral, dan zat terlarutnya tinggi maka besar kemungkinan
air mempunyai daya hantar listrik yang tinggi. Dalam kasus pengolahan air
limbah jika konduktivitas air berubah maka menandakan air tersebut telah
tercemar. Dalam bahasa industri disebut dengan kebocoran limbah. Ada juga
pentingnya konduktivitas air dalam aplikasi industri (Manalu, 2014).
Konduktivitas listrik air sangat penting bagi banyak industri. Karena ikan
dapat mentolerir kisaran konduktivitas listrik air tertentu, maka konduktivitas
listrik air sangat penting bagi industri perikanan. Konduktivitas listrik air juga
bermanfaat untuk perlindungan boiler, pengukuran konsentrasi bahan kimia,
pemantauan lingkungan, pemantauan osmosis balik, dll. Kromatografi ion juga
menggunakan konduktivitas air (Manalu, 2014).

2.3 Turbidity

Kekeruhan atau turbidity dapat diartikan sebagai ukuran relative kejernihan air.
Kekeruhan bukanlah ukuran langsung dari partikel tersuspensi dalam air tetapi
sebaliknya, yaitu ukuran efeek hamburan partikel-partikel tersebut terhadap
Cahaya. Kekeruhan mengukur seberapa besar partikl-partikel itu memengaruhi
Cahaya yang ditransmisikan melalui air, atau bagaimana Cahaya itu memantulka
partikel air. Sedimen seringkali menempati uruta teratas dalam daftar zat atau
polutan yag menyebabkan kekeruhan. Namun, Daerah Aliran Sungai (DAS)
5

memiliki banyak sumber polutan atau fitur fisik yang bisa mempengaruhi
kejernihan air seperti bahan kimia (Nasution, 2014).
Kekeruhan dapat mempunyai banyak implikasi dan penyebab. Misalnya, hal
ini dapat disebabkan oleh tingginya kadar fitoplankton, gangguan di sekitar
seperti konstruksi, pertanian, dan pertambangan , serta limpasan air hujan yang
mengandung polutan. Perairan dengan tingkat kekeruhan yang lebih tinggi dan
konsisten dapat menjadi zona mati, karena kekeruhan air menghalangi cahaya
mencapai kedalaman. Hal ini berdampak pada pertumbuhan tanaman air dan, pada
gilirannya, spesies yang bergantung pada makanan tanaman tersebut. Dalam kasus
kekeruhan yang paling parah, partikel tersebut dapat menyumbat insang ikan yang
hidup di sana. Sedangkan untuk air minum, hanya kekeruhan tertentu yang
diperbolehkan, karena risiko penyakit pencernaan juga meningkat seiring dengan
meningkatnya kekeruhan (Nasution, 2014)
Kekeruhan dapat diukur dengan nephelometer, nephelometer adalah suatu
alat untuk mengukur kekeruhan yang memberikan hasil dalam satuan
Nephelometric Turbidity Unit (NTUs). NTUs adalah satuan standar untuk
mengukur kekeruhan. Pada nephelometri dan turbidimetri, sumber cahaya
diproyeksikan melalui sampel cairan yang disimpan dalam wadah sampel
transparan. Umumnya, nephelometri menggunakan sumber cahaya yang memiliki
panjang gelombang relatif singkat (misalnya, 500 nm-800 nm) dan efektif
digunakan untuk mendeteksi partikel dengan ukuran sangat kecil. Sedangkan,
turbidimetri umumnya menggunakan sumber cahaya yang memiliki panjang
gelombang lebih panjang (misalnya, 800 nm-1100 nm) dan efektif digunakan
untuk mendeteksi partikel dengan ukuran yang lebih besar. Jika seberkas cahaya
dilewatkan melalui sampel keruh, intensitasnya dikurangi dengan hamburan, dan
jumlah cahaya yang tersebar tergantung pada konsentrasi dan distribusi ukuran
partikel. Dalam nephelometri intensitas cahaya yang tersebar diukur, sedangkan
dalam turbidimetri, intensitas cahaya yang ditransmisikan melalui sampel diukur
(Nasution, 2014).

2.4 Total Disolved Solid (TDS)


6

Total Dissolved Solid (TDS) atau padatan terlarut adalah padatan-padatan yang
mempunyai ukuran lebih kecil dari padatan tersuspensi. Bahan-bahan terlarut
pada perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan dapat
meningkatkan nilai kekeruhan yang selanjutnya akan menghambat penetrasi
cahaya matahari ke dalam air dan akhirnya berpengaruh terhadap proses
fotosintesis diperairan. Tingginya kadar TDS apabila tidak dikelola dan diolah
dapat mencemari badan air. Selain itu juga dapat mematikan kehidupan
aquatik, dan memiliki efek samping yang kurang baik pada kesehatan manusia
karena mengandung bahan kimia dengan konsentrasi yang tinggi antara lain
fosfat, surfaktan, ammonia, dan nitrogen serta kadar padatan tersuspensi
maupun terlarut, kekeruhan, BOD5 yang tinggi (Ahmad dan El-Dessouky,
2008).
Konsentrasi dari TDS yang terionisasi dalam suatu zat cair dapat
mempengaruhi konduktivitas listrik sebuah zat cari. Kandungan TDS dalam air
biasanya disebabkan karena adanya bahan anorganik berupa ion-ion yang umum
dijumpai di perairan. Sebagai contoh air buangan sering mengandung molekul
sabun, deterjen dan surfaktan yang larut air, misalnya pada air buangan rumah
tangga dan industri pencucian. Padatan yang terdapat di perairan diklasifikasikan
berdasarkan ukuran diameter partikel seperti (Ahmad dan El-Dessouky, 2008):
Tabel 1 Klasifikasi Ukuran Diameter
Klasifikasi Padatan Ukuran Diameter (µm) Ukuran Diameter (mm)
Padatan Terlarut < 0,001 < 0,000001
Koloid 0,001-1 0,000001 - 0,001
Padatan Tersuspensi >1 > 0,001

Kandungan TDS yang tinggi memiliki dampak negatif terhadap lingkungan,


dimana pada daerah resapan air TDS akan perlahan menutupi pori-pori dari
resapan tanah. Selain itu pada perairan kandungan TDS yang tinggi dapat
mengurangi penetrasi (penembusan) sinar matahari ke dalam air dan menghambat
regenerasi oksigen serta fotosintesis makhluk hidup di perairan. Tanpa kita sadari
dampak berbahaya TDS tinggi yang masuk ke tubuh akan menyebabkan
terjadinya akumulasi garam-garam terlarut pada organ ginjal. Apabila akumulasi
tersebut berlangsung secara terus menerus dapat mengganggu fungsi fisiologis
7

dari organ ginjal bahkan menyebabkan batu ginjal (Ahmad dan El-Dessouky,
2008).

2.5 Total Suspended Solid (TSS)

Total suspended solid (TSS) atau padatan tersuspensi total merupakan residu dari
padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm
atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Material yang termasuk kedalam TSS
antara lain bakteri, jamur, ganggang, tanah liat, lumpur, sulfida, dan logam oksida.
Material tersebut merupakan tempat berlangsungnya reaksi heterogen yang
berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal yang dapat
menghalangi kemampuan produksi zat organik pada suatu perairan. Besarnya TSS
pada suatu perairan menunjukkan kondisi sedimentasi dari perairan tersebut
(Effendi, 2003).
Total Suspended Solid (TSS) atau muatan padatan tersuspensi adalah
bahan-bahan tersuspensi (diameter > 1 μm) yang tertahan pada saringan miliopore
dengan diameter pori 0.45 μm. TSS terdiri dari pasir halus, lumpur, dan jasad
renik. Penyebab TSS di perairan yang utama adalah kikisan tanah atau
erosi tanah yang terbawa ke badan air. Konsentrasi TSS yang tinggi
mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis yang diakibatkan oleh
menghambat masuknya cahaya ke dalam air. Konsentrasi TSS apabila terlalu
tinggi akan menghambat penetrasi cahaya ke dalam air dan mengakibatkan
terganggunya proses fotosintesis (Effendi, 2003).
Analisis data perhitungan TSS dapat dihitung dengan rumus :

TSS ( mgl )= A−B


V
x 1000

Dimana: TSS = Total Suspended Solid (mg/l)


A = berat kertas saring + residu kering (mg)
B = berat kertas saring (mg)
V = volume contoh (l)

2,6 PH (Potential Hydrogen)


8

Asam dan basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting. Asam
dan basa sudah dikenal sejak zaman dulu. Istilah asam (acid) berasal dari bahasa
Latin acetum yang berarti cuka. Istilah basa (alkali) berasal dari bahasa Arab yang
berarti abu. Basa digunakan dalam pembuatan sabun. Asam dan basa saling
menetralkan. Di alam, asam ditemukan dalam buah-buahan, misalnya asam sitrat
di buah jeruk yang berfungsi untuk memberi rasa limun yang tajam. Cuka
mengandung asam asetat, dan asam tanak dari kulit pohon digunakan untuk
menyamak kulit. Asam mineral yang lebih kuat telah dibuat sejak abad
pertengahan, salah satunya adalah aqua forti (asam nitrat) yang digunakan oleh
para peneliti untuk memisahkan emas dan perak. Berkaitan dengan sifat asam dan
basa, larutan dikelompokkan dalam tiga golongan yaitu bersifat asam, basa dan
netral (Kustanti, 2014).
pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman
atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. pH normal memiliki
nilai 7 sementara bila nilai pH > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa
sedangkan nilai pH < 7 menunjukkan keasaman. pH 0 menunjukkan derajat
keasaman yang tinggi, dan pH 14 menunjukkan derajat kebasaan tertinggi
(Sugiharto, 2008). Umumnya indikator sederhana yang digunakan adalah kertas
lakmus yang berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila
keasamannya rendah. Selain menggunakan kertas lakmus, indikator asam basa
dapat diukur dengan pH meter yang berkerja berdasarkan prinsip elektrolit /
konduktivitas suatu larutan. Sistem pengukuran pH mempunyai tiga bagian yaitu
elektroda pengukuran pH, elektroda referensi dan alat pengukur impedansi tinggi.
Istilah pH berdasarkan dari “p”, lambang metematika dari negatif logaritma, dan
“H”, lambang kimia dari unsur Hidrogen (Kustanti, 2014).
Senyawa asam banyak dijumpai pada kehidupan sehari-hari. Semua
senyawa asam mempunyai rasa masam/kecut. Rasa masam/kecut ini desebabkan
oleh adanya senyawa yang bersifat asam. Buah-buahan memiliki rasa asam berkat
adanya senyawa asam yang dikandungnya. Jeruk mengandung asam sitrat
sedangkan anggur mengandung asam tartrat. Air susu yang basi mengandung
asam laktat. Selain itu, senyawa asam dapat kita temukan juga dalam lambung dan
darah. Dalam lambung terdapat asam klorida yang berperan pada pencernaan
9

makanan serta dalam darah terdapat asam karbonat dan asam phosfat yang
berperan pada pengangkutan makanan. (Kustanti, 2014).

Anda mungkin juga menyukai