Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH BIOGEOKIMIA

“AIR ASAM TAMBANG”

Tugas Mata Kuliah Ilmu Lingkungan

Dosen Pengampu: RR. Dina Asrifah, S.T., M.Sc

Disusun oleh:

Rosana Aura Adhiany 114220056

Laire Sukma Arti Suci 114220059

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UPN “VETERAN” YOGYAKARTA

2022/2023
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. karena berkat rahmatnya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Air Asam Tambang" ini dengan tepat
waktu. Makalah ini disusun sebagai salah satu bentuk pemenuhan tugas yang diberikan oleh
dosen mata kuliah Ilmu Lingkungan. Pada makalah ini disampaikan tentang pengertian air
asam tambang, proses terbentuknya, sumber air asam tambang, dampak bagi lingkungan dan
makhluk hidup, serta pengelolaan atau penanggulangan akibat air asam tambang.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat konstruktif sangat diharapkan guna perbaikan makalah ini. Tak lupa kami
menyampaikan permohonan maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan
atau kesalahan. Dan semoga laporan hasil penelitian ini dapat dapat memberikan manfaat.

Yogyakarta, 4 April 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertambangan merupakan suatu bidang industri yang kegiatannya secara nyata
dapat mengubah bentuk lingkungan. Kegiatan dalam industri pertambangan dapat
memicu terjadinya degradasi lingkungan yang disebabkan banyaknya logam yang
terlarut dalam air tambang. Pencemaran logam terlarut dalam air tambang disebabkan
oleh air yang masuk dan merembes melalui batuan di permukaan. Hal ini dapat terjadi
ketika air teroksidasi oleh batuan yang mengandung sulfida di dekatnya (Sucahyo, et
al, 2018).
Kandungan logam yang terlarut dalam air tambang ini menyebabkan
tercemarnya air dan tanah di sekitarnya yang disebut Air Asam Tambang (AAT). Air
asam tambang ditandai oleh pH yang rendah. Proses pembentukan AAT tercipta ketika
tiga komponen bersatu, yaitu batuan yang mengandung sulfat, air, dan udara. Kegiatan
penambangan dapat menyebabkan asam pada batuan terkelupas yang kemudian
memungkinkan terjadinya kontak antara udara dan air. Air ini sering tercemar logam
berat, seperti aluminium, besi, mangan, tembaga, dan seng.
Air asam tambang menjadi perhatian besar mengingat dampak yang akan
ditimbulkan sangat berpengaruh pada lingkungan. AAT dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan dan berakibat pada penurunan kesuburan tanah, gangguan
kesehatan masyarakat sekitar, dan korosi peralatan pertambangan (Baiquni, 2007).
Selain itu, apabila air asam tambang dialirkan ke perairan tentu akan mengganggu biota
yang hidup di dalamnya. Hal ini menjadi tantangan besar bagi industri pertambangan
dalam menerapkan Good Mining Environment.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang dibahas di dalam
makalah ini adalah:
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan air asam tambang?
1.2.2 Bagaimana air asam tambang dapat terbentuk?
1.2.3 Dari mana air asam tambang tersebut berasal?
1.2.4 Apa dampak yang ditimbulkan dari air asam tambang tersebut?
1.2.5 Bagaimana cara pengelolaan atau penanggulangan pencemaran akibat air asam
tambang?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui apa yang dimaksud dengan air asam tambang dan terbentuknya air
asam tambang.
1.3.2 Mengetahui sumber atau asal air asam tambang tersebut.
1.3.3 Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari air asam tambang tersebut bagi
lingkungan, manusia, dan makhluk hidup lainnya.
1.3.4 Mengetahui cara pengelolaan, pengolahan, atau penanggulangan yang dapat
dilakukan pada lingkungan yang tercemar oleh air asam tambang.
1.4 Manfaat
1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi para pembaca mengenai air
asam tambang.
2. Paham cara meminimalisasi pembentukan air asam tambang dalam sektor
industri pertambangan dan penerapan Good Mining Environment.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Air Asam Tambang


Air asam tambang (AAT) atau disebut juga dengan Acid Mine Drainage (AMD)
adalah air yang memiliki tingkat keasaman yang tinggi dan sering ditandai dengan nilai
pH yang rendah yaitu di bawah 6 (Hidayat, 2017). Air asam tambang adalah istilah
yang merujuk pada air yang timbul akibat kegiatan pertambangan. Air ini terjadi akibat
dari pengaruh oksidasi alamiah dari mineral sulfida (belerang) yang terkandung di
dalam batuan yang terpapar selama proses penambangan. Air asam tambang dicirikan
dengan rendahnya pH dan tingginya senyawa logam tertentu seperti besi, mangan,
cadmium, aluminium, dan sulfat. Pirit merupakan senyawa yang umum dijumpai di
lokasi pertambangan.
2.2 Pembentukan Air Asam Tambang
Air asam tambang terjadi akibat adanya proses oksidasi mineral pirit dan
mineral sulfida lainnya yang tersingkap dari dalam tanah ke permukaan tanah dalam
proses pengambilan bahan mineral tambang (Perala, Yani, & Mansur, 2022). Oksidasi
logam sulfida terjadi dalam dua reaksi. Reaksi yang pertama adalah reaksi pelapukan
dari pirit disertai dengan proses oksidasi. Pirit dioksidasi menjadi sulfat dan besi ferro.
Reaksi lanjutan dari pirit oleh besi ferro lebih cepat dibandingkan dengan oksidasi
dengan oksigen dan menghasilkan keasaman yang lebih banyak.
Air asam tambang dapat terjadi pada kegiatan penambangan baik tambang
terbuka maupun tambang bawah tanah. Hal ini terjadi umumnya dikarenakan unsur
sulfur yang terdapat di dalam batuan teroksidasi secara alamiah. Hal tersebut didukung
dengan curah hujan yang tinggi yang mempercepat perubahan oksidasi sulfur menjadi
asam.
2.3 Sumber Air Asam Tambang
Air asam tambang dapat berasal dari:
1. Air dari Tambang Terbuka
Air asam tambang terbentuk karena adanya mineral sulfida yang
tersingkap akibat kegiatan penambangan. Lapisan batuan tersebut akan terbuka
sehingga unsur sulfur yang ada dalam batuan sulfida akan terpapar oleh udara
dan terjadi proses oksidasi. Apabila hujan terjadi atau air mengalir di atasnya,
maka akan menjadi air asam tambang.
2. Air dari Unit Pengolah Batuan Buangan
Material yang banyak dihasilkan dan menjadi limbah hasil
penambangan adalah batuan buangan (waste rock). Jumlah batuan buangan
akan terus bertambah seiring dengan kegiatan pertambangan yang semakin
meningkat. Akibatnya batuan buangan yang mengandung sulfur yang ada dalam
batuan sulfida akan berhubungan langsung dengan udara dan membentuk
senyawa sulfur oksida dan saat bertemu dengan air akan menjadi air asam
tambang.
3. Dari Lokasi Penimbunan Batuan
Timbunan batuan sulfida dapat menyebabkan air asam tambang.
Adanya kontak langsung yang terjadi antara timbunan batuan sulfida dan udara
yang selanjutnya terjadi pelarutan dengan air mengakibatkan terbentuknya air
asam tambang.
4. Dari Tempat Penimbunan Bahan Galian atau Stockpile.
Bahan galian batubara yang dihasilkan dari proses penambangan akan
diangkut dan dikumpulkan di stockpile sebelum diolah dan dipasarkan. Pada
proses pengiriman sebelum didistribusikan, batubara tersebut terlebih dahulu
dikecilkan ukurannya melalui proses penghancuran. Dalam proses
penghancuran batubara disiram menggunakan air untuk mengurangi debu, di
mana terkadang terdapat lapisan yang mengandung sulfida pada batubara
tersebut.
2.4 Dampak dari Air Asam Tambang
1. Dampak Terhadap Lingkungan
Air asam tambang (AAT) yang disebabkan karena oksidasi mineral
sulfida mendorong terbentuknya asam sulfida yang mendorong berbagai macam
pelepasan logam. Akibatnya AAT akan mengandung asam dan logam yang
tinggi. Ketika AAT tersebut mengalir ke air tanah, aliran, dan sungai maka akan
menimbulkan permasalahan lingkungan.
AAT yang mengandung asam dan logam berat yang mengalir ke sungai,
danau, atau rawa akan merusak kondisi ekosistem yang ada di perairan tersebut.
Hal tersebut tentu saja akan mengakibatkan penurunan dan perubahan
parameter kualitas air. Parameter kualitas air yang mengalami perubahan
diantaranya pH, padatan terlarut, sulfat, besi dan mangan. Air asam tambang
dapat juga mempengaruhi bentang alam, perubahan struktur tanah, perubahan
pola aliran permukaan dan air tanah serta komposisi kimia air permukaan.
2. Dampak Terhadap Manusia
Air asam tambang banyak mengandung logam berat. Air asam tambang
yang masuk ke pori-pori tanah dapat mengganggu pasokan air bersih yang
digunakan untuk konsumsi masyarakat sehari-hari. Air asam tambang yang
mengandung logam cukup besar akan menjadi kontaminan yang memiliki
dampak serius hingga merusak sel saraf manusia jika terpapar, serta juga akan
menyebabkan perubahan rasa dan warna air.
Logam berat Fe yang terkandung di dalam AAT apabila berlebih di
dalam tubuh manusia akan menyebabkan efek buruk bagi kesehatan manusia
seperti hemokromatosis. Penderita hemokromatosis menunjukkan akumulasi Fe
di jantung, hati, limpa, dan jaringan lainnya yang beresiko terserang penyakit
kanker hati, jantung, dan penyakit lainnya. Konsumsi Fe dalam dosis tinggi
akan berakibat secara langsung pada sistem pencernaan, lalu besi akan masuk
ke dalam peredaran darah (Perala, Yani, & Mansur, 2022). Kerusakan sel akan
meluas ke hati, jantung, dan organ lain bahkan hingga kematian.
3. Dampak Terhadap Makhluk Hidup
Air asam tambang memiliki pH yang rendah. Hal tersebut dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. PH tanah memiliki pengaruh penting
terhadap ketersediaan nutrisi bagi tumbuhan. Ketika pH tanah rendah, nitrogen,
fosfor, dan kalium diikat di dalam tanah dan tidak tersedia untuk tanaman.
Kalsium dan magnesium yang merupakan nutrisi penting bagi tumbuhan akan
berkurang karena rendahnya pH. Pada pH yang rendah, unsur-unsur beracun
seperti aluminium, besi, dan mangan juga dilepaskan dari partikel-partikel tanah
sehingga toksisitasnya meningkat. Jika pH rendah aktivitas organisme di dalam
tanah yang memecah bahan organik akan berkurang.
Selain itu AAT juga memberikan dampak pada kehidupan akuatik.
Proses fisiologis pada perairan berjalan normal di sebagian besar biota air di
bawah kisaran pH yang relatif luas, misalnya 6-9. Bahkan sebagian besar danau
air tawar, sungai, dan kolam memiliki pH alami di kisaran 6-8. Ketika pH
lingkungan melebihi rentang fisiologis yang ditoleransi oleh organisme akuatik,
ia dapat menghasilkan banyak efek sub-letal (misalnya berkurangnya tingkat
pertumbuhan) dan bahkan mortalitas.
2.5 Penanggulangan Pencemaran
Upaya penanggulangan pencemaran asam tambang dilakukan untuk
mengurangi dan mencegah dampak buruk yang terjadi dapat dilakukan dengan:
1. Pengefektifan kembali fungsi sumuran (sump)
Air yang berada di penampung galian dipompa keluar dari area tambang.
Jumlah air yang dipompa keluar tidak selalu disesuaikan dengan jumlah air yang
masuk. Hal ini dapat menyebabkan air menggenang di penampung galian.
2. Mengendalikan perpindahan air asam yang telah terbentuk
Hal ini dilakukan dengan membuat saluran penirisan di daerah sumber air asam
dan pemasangan sistem pipa penirisan di bawah timbunan penghasil air asam
untuk dialirkan ke kolam pengendapan.
3. Menampung dan menetralkan air asam yang telah terbentuk
Penetralan dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa alkali. Hal ini dirasa
penting karena dapat meningkatkan nilai air dan juga mengendapkan logam,
seperti batu kapur, dalam air asam.
4. Membentuk lapisan penutup timbunan (dry cover)
Mineral sulfida pada endapan sedimen terutama terbentuk pada lingkungan
pembentukan batubara. Lapisan batuan yang kontak langsung dengan lapisan
batubara yaitu yang berada di atas dan dibawah lapisan batubara. Sulfida yang
terbentuk berpotensi sebagai pembentuk air asam tambang. Apabila lapisan ini
nantinya dibuang harus ditempatkan dengan perlakuan yang khusus untuk
mencegah terjadinya air asam tambang. Proses pengelolaan air asam tambang
harus menerapkan prinsip simultan dan berkelanjutan mulai dari tahap
eksplorasi, tahap penambangan, hingga tahap rehabilitasi. Salah satu kegiatan
penting yang dilakukan adalah pembentukan lapisan penutup (dry cover) untuk
meminimalkan masuknya oksigen dan air ke dalam timbunan batuan sehingga
mengurangi pembentukan air asam tambang.
BAB III
KESIMPULAN
Pertambangan merupakan bidang industri yang kegiatannya secara nyata dapat
mengubah bentuk lingkungan. Kegiatan dalam industri pertambangan dapat memicu terjadinya
degradasi lingkungan yang disebabkan banyaknya logam yang terlarut dalam air tambang.
Kandungan logam yang terlarut dalam air tambang ini menyebabkan tercemarnya air dan tanah
di sekitarnya. Air asam tambang (AAT) memiliki tingkat keasaman yang tinggi dan sering
ditandai dengan nilai pH yang rendah yaitu di bawah 6. Air asam tambang terjadi akibat adanya
proses oksidasi mineral pirit dan mineral sulfida lainnya yang tersingkap dari dalam tanah ke
permukaan tanah dalam proses pengambilan bahan mineral tambang. Air asam tambang dapat
terjadi pada kegiatan penambangan baik tambang terbuka maupun tambang bawah tanah.
Sumber AAT dapat berasal dari air tambang terbuka, air unit pengolahan batuan uangan, lokasi
penimbunan batuan, dan lokasi penimbunan galian. AAT berdampak bagi lingkungan,
manusia, hewan, dan tumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Baiquni, H. 2007. Pengelolaan Air Asam Tambang Dengan Menggunakan Membran Keramik
Berbahan Tanah Liat, Tepung Jagung, Daun Serbuk Besi. Jurnal Drainase Asam
Logam. Vol. 2. Hal 8
Hidayat, L. 2017. Pengelolaan Lingkungan Areal Tambang Batubara (Studi Kasus Pengelolaan
Air Asam Tambang (Acid Mining Drainage) di PT. Bhumi Rantau Energi Kabupaten
Tapin Kalimantan Selatan. Jurnal ADHUM Vol. VII No. 1, 44-52.
Perala, I., Yani, M., Mansur, I. 2022. Bioremediasi Air Asam Tambang Batubara dengan
Pengayaan Bakteri Pereduksi Sulfat dan Penambahan Substrat Organik. Jurnal
Teknologi Mineral dan Batubara Volume 18, Nomor 2, 81 - 95.
Sucahyo, W. S. Bargawa, M. Nurcholis, and T. A. Cahyadi. 2018. Penerapan Wetland untuk
Pengelolaan Air Asam Tambang. Journal Technology of Civil, Electrical, Mechanical,
Geology, Mining, and Urban Design. Vol. 3, No. 2, Hal. 41-46

Anda mungkin juga menyukai