Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan Makalah tentang “Pengolahan Air
Asam Tambang” Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah
Teknologi Lingkungan. Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini jauh dari kata sempurna,
baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen
bersangkutan guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi saya untuk lebih
baik di masa yang akan datang.
Nur Aeni
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... 1
DAFTAR ISI.................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 3-4
1.2 Tujuan................................................................................................... 4
1.3 Rumusan Masalah................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penulisan ……………………………………………………. 4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 5
2.1 Pengertian Air Asam Tambang (AAT)................................................. 5-6
2.2 Sumber-sumber Air Asam Tambang.................................................... 6-7
2.3 Proses terjadinya Air Asam Tambang………………………………. . 7-8
2.4 Pengelolaan Air Asam Tambang…….………………………………... 7-8
2.5 Dampak yang ditimbulkan akibat Air Asam Tambang ....................... 8-13
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan........................................................................................... 19
3.2 Saran..................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 20
2
BAB I
PENDAHULUAN
Pertambangan merupakan suatu bidang usaha yang karena sifat kegiatannya pada
dasarnya selalu menimbulkan perubahan pada alam lingkungannya (BPLHD
Jabar, 2005). Aktivitas pertambangan selalu membawa dua sisi. Sisi pertama
adalah memacu kemakmuran ekonomi negara. Sisi yang lainnya adalah sekaligus
perusak lingkungan yang sangat potensial yang memerlukan tenaga, pikiran, dan
biaya yang cukup signifikan untuk proses pemulihannya. Sebagai sumber
kemakmuran, sudah tidak diragukan lagi bahwa sektor ini menyokong pendapatan
negara selama bertahun-tahun. Sebagai perusak lingkungan, pertambangan
terbuka (open pit mining) dapat merubah total iklim dan tanah akibat seluruh
lapisan tanah di atas deposit bahan tambang disingkirkan. Sedangkan untuk
pertambangan bawah (underground mining) kerusakan lingkungan umumnya
diakibatkan karena adanya limbah (tailing) yang dihasilkan pada proses
pemurnian bijih. Baik tambang dalam maupun tambang terbuka menghasilkan air
buangan bersifat asam yang disebut sebagai acid mine drainage/acid rock drainage
(AMD/ARD). Menurut Wilkipedia AMD merujuk kepada air yang terdapat di
kawasan pertambangan atau yang mengalir dari kawasan tersebut yang bersifat
sangat masam (pH < 3). Air asam tambang adalah salah satu permasalahan
lingkungan yang dihasilkan oleh industri pertambangan. Air asam tambang
merupakan hasil dari oksidasi batuan yang mengandung pirit (FeS2 ) dan mineral
sulfida dari sisa batuan yang terpapar oleh oksigen yang berada dalam air
(Elberling.et.al, 2008). Permasalahan air asam tambang adalah salah satu dampak
potensial yang dihadapi industri pertambangan. Air asam tambang juga
mengandung logam berat seperti besi (Fe), alumunium (Al), mangan (Mn).
Potensi air asam tambang harus diketahui dan dihitung agar langkah – langkah
preventif serta pengendaliannya dapat dilakukan. Pengelolaan yang benar harus
3
dilakukan agar suatu cebakan mineral beserta batuan – batuan penutup dan batuan
– batuan sampingnya tidak menjadikan persoalan dikemudian hari, baik sewaktu
tambang itu sedang aktif ataupun setelah tambang tersebut tidak beroperasi lagi.
Pengendalian terhadap air asam tambang merupakan hal yang perlu asam.
1.2 Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Air Asam Tambang (AAT) atau disebut juga Acid Mine Drainage (AMD) terjadi
sebagai akibat proses fisika dan kimia yang cukup kompleks yang melibatkan
beberapa faktor dalam kegiatan pertambangan. Kegiatan pertambangan ini dapat
berupa tambang terbuka maupun tambang dalam (bawah tanah). Umumnya
keadaan ini terjadi karena sulfur yang terjadi dalam batuan teroksidasi secara
alamiah (pada proses pembukaan tambang). Selanjutnya dengan kondisi
kelembaban lingkungan yang cukup tinggi akan menyebabkan oksida sulfur
tersebut berubah menjadi asam. AAT adalah istilah yang digunakan untuk
merujuk pada air asam yang timbul akibat kegiatan penambangan, untuk
membedakan dengan air asam yang timbul oleh kegiatan lain seperti: penggalian
untuk pembangunan pondasi bangunan, pembuatan tambak, dan sebagainya.
Terbentuknya AAT ditandai oleh pH yang rendah (1,5-4) konsentrasi logam
terlarut yang tinggi, nilai acidity yang tinggi, nilai sulfat yang tinggi and
konsentrasi O2 yang rendah. Sebagian besar permasalahan AAT berhubungan
dengan penambangan batubara dan bijih primer, karena pada kedua sumber alam
ini terkadang banyak mineral sulfida yang terkandung didalamnya terutama
mineral pirit (FeS2), baik pada badan bijih maupun batuan sampingnya.
Pada kegiatan penambangan, beberapa mineral sulphida yang umum ditemukan
adalah: FeS2: pyrite, Cu2S: chalcocite, CuS: cuvellite, CuFeS2: chalcopyrite,
MoS2: molybdenite, NiS: millerite, PbS: galena, ZnS: sphalerite.
Pyrite merupakan mineral sulphida yang umum ditemukan pada kegiatan
penambangan, terutama batubara. Berdasarkan persamaan kimia dapat diketahui
proses pembentukan air asam tambang adalah sebagai berikut:
Persamaan 1 : FeS2 + 7/2 O2 + H2O « Fe+2 + 2 SO4-2 + 2 H+ (Besi sulfida
teroksidasi melepaskan besi ferro, sulfat dan asam.)
Persamaan 2 : Fe+2 + 1/4 O2 + H+ « Fe+3 + 1/2 H2O (Besi ferro akan teroksidasi
menjadi besi ferri.)
5
Persamaan 3 : Fe+3 + 3 H2O « Fe(OH) + 3H+ (Besi ferri dapat terhidrolisis dan
membentuk ferri hidrosida dan asam.)
Persamaan 4 : FeS2 + 14 Fe+3 +8 H2O « 15 Fe+2 + 2 SO4 -2 + 16 H+ (Besi ferri
secara langsung bereaksi dengan pirit dan berlaku sebagai katalis yang
menyebabkan besi ferro yang sangat besar, sulfat dan asam.)
Berdasarkan hal tersebut diatas, apabila AAT keluar dari tempat terbentuknya dan
masuk ke sistem lingkungan umum (diluar tambang), maka beberapa faktor
lingkungan dapat terpengaruhi, seperti: kualitas air dan peruntukannya (sebagai
bahan baku air minum, sebagai habitat biota air, sebagai sumber air untuk
tanaman, dsb); kualitas tanah dan peruntukkanya (sebagai habitat flora dan fauna).
6
lime untuk menetralkan air yang bersifat asam yang dibuang kedalamnya. Air
yang masuk ke dalam tailing pond yang bersifat asam tersebut diperkirakan akan
menyebabkan limbah asam bila merembes keluar dari stailing pond.
7
2). Secara Biologi Kondisi keasaman dari pelapukan ion-ion hidrogen selama
oksidasi dapat pula disebabkan karena adanya aktivitas biologi oleh bakteri-
bakteri. Bakteri tersebut mampu untuk mempercepat proses oksidasi dari mineral-
mineral sulfida dan oksidasi besi serta mendapat energi hasil pelepasan energi dari
proses oksidasi. Bakteri ini termasuk dalam subgroup strick aerobes, genus
trobhasillus, species thiobasillus, ferroxidans (kadang-kadang dijumpai
Ferrobacillus ferroxidans). Persamaan reaksi terbentuknya air asam tambang
berdasarkan aktivitas biologi sebagai berikut : FeS2 + H2O + 7/2 O2 à Fe2+ + 2
SO42- Fe2+ + ¼ O2 + 5/2 H2O T.Ferroxidans à Fe(OH)3 + 2 H+ + FeS2 + 7/2
H2O + 15/4 O2 à Fe(OH)3 ¯ + 2 H2SO4 Dari reaksi kimia dan biologi di atas
dapat dilihat bagaimana terbentuk asam sulfat (H2SO4) yang merupakan asam
kuat, dengan adanya kadar asam sulfat ini menyebabkan air yang mengalir pada
daerah yang terjadi proses kimia dan biologi tersebut akan bersifat asam, inilah
yang disebut air asam tambang. Air asam tambang ini dapat dikenal dari warna
jingga atau merah dari endapan besi hidroksida di dasar aliran atau bau belerang,
tetapi ini tidak selalu terjadi karena ada air asam tambang yang warnanya agak
jernih. Terbentuknya AAT ditandai oleh satu atau lebih karakteristik kualitas air
sbb.:
nilai pH yang rendah (1.5 – 4)
konsentrasi logam terlarut yang tinggi, seperti logam besi, aluminium, mangan,
cadmium, tembaga, timbal, seng, arsenik dan mercury
nilai acidity yang tinggi (50 – 1500 mg/L CaCO3)
nilai sulphate yang tinggi (500 – 10.000 mg/L
nilai salinitas (1 – 20 mS/cm)
konsentrasi oksigen terlarut yang rendah
Green Mining yang melekat PT. Berau Coal, memiliki komitmen dalam
mengelola lingkungan. Salah satunya, pengellaan air asam tambang. Dalam
pengelolaannya, Berau Coal melakukan secara aktif dengan menambahkan
8
senyawa alkali kapur padam (Ca(OH)2) yang diperoleh dari industri kapur padam
masyarakat sekitar Berau. Air asam tambang yang terbentuk terlebih dahulu
dialirkan ke sediment pond. Tujuannya, untuk mengendapkan partikel-partikel
padat tersuspensi yang ada. Seterusnya, air asam dinetralkan dengan
menambahkan kapur padam melalui Liming Box yang digerakkan oleh tekanan
air.
Air asam tambang yang telah netral, akan kembali diendapkan melalui beberapa
kompartemen settling pond sebelum dialirkan ke badan air. Untuk mengontrol
kualitas air buangan terhadap baku mutu, PT. Sucofindo sebagai independent
laboratorium, setiap hari memonitor dan menganalisis kualitas air tersebut.
Spektro Potometer
pH Meter
9
Spektro potometer Analitik
TSS Meter
Metode aktif, merupakan metode yang paling efektif. Namun kurang efisien,
melihat pertimbangan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk bahan kimia dan
energi eksternal yang diperlukan. Alternatif lain, pengolahan air asam tambang
secara pasif.
Pada pengelolaan pasif, tidak lagi membutuhkan penambahan bahan kimia secara
terus menerus. Ini akan mengurangi peralatan operasional dan pemeliharaan.
Pengolahan secara pasif mengandalkan terjadinya proses bio-geokimiawi, yang
berlangsung menerus secara alami dalam peningkatan pH dan pengikatan serta
pengendapan logam-logam terlarut. Jadi jelas, saat ini sistem pasif tercatat paling
efektif dan efisien.
10
Settling Pond
11
dikombinasikan dan selanjutnya disebut satu sel. Penelitian ini menggunakan dua
sel bersusun seri. SAPS merupakan salah satu metode pengolahan pasif AAT
yang terdiri atas lapisan bahan organik dan batugamping. Keduanya disusun
secara vertikal dengan ketebalan tertentu. AAT yang diolah akan mengalir secara
vertikal di dalam sistem berdasarkan tekanan grativitas hidrolik. Berbeda dengan
SAPS, AAT yang mengalir pada AW akan mengalir secara horizontal pada
permukaan sistem yang terdiri atas vegetasi tumbuhan air dan bahan organik
sebagai media tanam tumbuhan.
Pada sistem pengelolaan pasif, terdapat 2 (dua) proses utama yang menyebabkan
terjadinya peningkatan pH, yakni larutnya batugamping dan reduksi sulfat secara
biologis. Kedua proses ini menghasilkan alkalinitas dalan bentuk bikarbonat
(HCO3-) sebagai senyawa penetral. Adapun mekanisme terjadinya penurunan
logam terlarut, dimungkinkan beberapa hal sebagai berikut:
12
4. Prosrs biosorpsi logam oleh vegetasi tumbuhan air dan mikroorganisme,
seperti bakteri, fungi, dan alga yang tumbuh pada lapisan bahan organik.
Selain memperbaiki kualitas air asam tambang, teknologi pengolahan pasif berupa
wetland, menjadi lingkungan baru bagi kehidupan flora dan pauna lainnya, seperti
ikan, katak, dan serangga. Ekosistem batu ini sering dinamakan dengan ekosistem
wekland. Namun demekian, terdapat 2 (dua) hal utama yang harus diperhatikan
dalam penerapan pengolahan pasif tersebut, yaitu:
Kedua faktor ini, akan menjadi parameter penentu terhadap jenis, ukuran dan
desain sistem pengolahan yang sesuai dengan karakteristik masing-masing area.
Kedepan, pengolahan air asam tambang PT. Berau Coal akan dititik beratkan pada
kombinasi pengolahan aktif, berupa penambahan senyawa alkali penetral dan
pengolahan pasif. Dengan metode ini, diharapkan dapat meningkatkan efektivitas
dan efisiensi pengolahan air asam tambang. Semua ini dilakukan, sebagai wyjud
komitmen Berau Coal untuk menjaga dan melestarikan lingkungan.
2.5 Dampak Yang Ditimbulkan Akibat Air Asam Tambang
13
2.4.1 Dampak Terhadap Lingkungan Dampak yang dapat ditimbulkan
akibat air asam tambang adalah terjadinya pencemaran lingkungan,
dimana komposisi atau kandungan air di daerah yang terkena dampak
tersebut akan berubah sehingga dapat mengurangi kesuburan tanah,
mengganggu kesehatan masyarakat sekitarnya, dan dapat mengakibatkan
korosi pada peralatan tambang. Derajat keasaman tanah yang telah
tercemar akibat air asam tambang ini akan semakin meningkat, sehingga
tanaman tidak dapat tumbuh karena derajat keasaman tanahnya terlalu
tinggi. Apabila air asam tersebut mencemari air tanah maupun aliran air
sungai dimana masyarakat memanfaatkan air tersebut maka dapat
mengganggu kesehatan masyarakat sekitar, diantaranya dapat
menimbulkan penyakit diare maupun penyakit lainnya yang berhubungan
dengan pencernaan. Akibat dari kegiatan pemboran, pengolahan batuan
penutup dan kegiatan penambangan yang lainnya serta pengolahan
batubara yang dapat menyebabkan senyawa pyrit yang ada dalam mineral
terbentuk dengan oksigen dan bereaksi dengan air tanah atau air hujan. Air
asam tambang ini dicirikan dengan rendahnya pH dan tingginya senyawa
logam tertentu seperti besi, alumunium, mangan. Bila air yang bersifat
asam ini melewati daerah batuan karang/kapur akan melarutkan senyawa
Ca dan Mg dari batuan tersebut.Selanjutnya senyawa Ca dan Mg yang
larut terbawa air akan memberi efek terjadinya AIR SADAH, yang tidak
bisa digunakan untuk mencuci karena sabun tidak bisa berbuih. Bila
dipaksakan akan memboroskan sabun,karena sabun tidak akan berbuih
sebelum semua ion Ca dan Mg mengendap. Limbah pertambangan yang
bersifat asam bisa menyebabkan korosi dan melarutkan logam-logam
sehingga air yang dicemari bersifat racun dan dapat memusnahkan
kehidupan akuatik. Beberapa dampak dari air asam tambang, yaitu :
1).Timbulnya H2SO4 yang dapat menimbulkan peningkatan derajat
keasaman pada air buangan tambang, disamping itu juga dapat terjadi
peningkatan Fe dan total metal.
14
2).Peningkatan konsentrasi TSS (Total Suspended Solid) akibat tingginya
air limpasan yang membawa tanah tererosi akibat pembukaan lahan
tambang yang dapat menganggu penetrasi matahari dalam sungai yang
membawa dampak lanjutan berupa gangguan proses fotosintetis biota
perairan. Proses fotosintetis oleh komunitas pytoplakton juga akan
terganggu, akibat penetrasi cahaya terhambat oleh partikel tersuspensi.
3). Akibat partikel yang mengendap akan menutupi lapisan dasar perairan
sehingga menggangu proses respirasi biota dasar.
4). Penurunan kualitas air permukaan sekaligus penurunan kualitas sanitasi
lingkungan dimana tahap selanjutnya derajat kesehatan penduduk yang
memanfaatkan sumber daya air sungai akan terganggu.
5). Kebutuhan sehari-hari akan menurun dan akan berpotensi terjadi
penyakit perut dan, juga akan menimbulkan persepsi yang buruk
darimasyarakat terhadap proyek tersebut.
2.4.2 Dampak terhadap air tanah Mineral sulfida sering dijumpai berupa
pirit, kalkopirit, spalerit dan galena. Dari karakteristiknya mineral sulfida
dapat dimanfaatkan sebagai bahan industri metalurgi maupun kimia,
namun di alam potensial juga sebagai penghasil air asam yang dapat
menurunkan kualitas lingkungan. Air asam dapat terbentuk secara alami,
sebagai akibat teroksidasi dan terlarutkannya sulfida ke dalam sistem
aliran air permukaan dan air tanah menyebabkan turunnya pH air.
Kegiatan penambangan, dengan membongkar endapan sulfida, berpotensi
memperbesar dan mempercepat proses pembentukan air asam.
Permasalahan mineral sulfida terjadi apabila terpapar pada udara bebas
akan teroksidasi, terlarutkan oleh air permukaan atau air tanah membentuk
air asam. Air asam akan melarutkan logam yang terlewati sehingga
menghasilkan bahan beracun berbahaya yang berpotensi mencemari
lingkungan, terutama air permukaan dan air tanah.
15
2.4.3 Dampak Lainnya Air asam tambang juga dapat mempercepat proses
peralatan tambang, sehingga perlu penanganan agar pengaruh yang
ditimbulkan dari air asam tersebut tidak merusak peralatan tambang 2.5
Pengendalian Air Asam Tambang Upaya pengendalian dilakukan untuk
mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan. Dalam mengatasi masalah
tersebut dapat dilakukan sebelum maupun setelah terbentuknya air asam
tambang Pengendalian air asam tambang secara umum dapat dilakukan
dengan cara :
1. Pencegahan atau pengendalian proses pembentukan asam. Upaya
mencegah dapat dilakukan dengan cara :
a. Mengisolasi mineral sulfida dengan memisahkan material yang
mengandungmineral sulfida dari air dan udara akan mencegah terjadinya
reaksi oksidasi.
b. Mengendalikan aliran air
1) Mencegah aliran air permukaan masuk ke material
2) Mencegah penyerapan air hujan pada material asam
3) Mencegah aliran air tanah masuk pada lokasi material asam
c. Menutup dan menimbun kembali dengan segera lokasi bekas
penambangan yang telah selesai diambil batubaranya agar jangan sampai
terjadi oksidasi mineral sulfida dengan air dan udara pada batuan pirit
yang terbuka akibat proses penambangan
d. melapisi material yang mengandung sulfida dengan tanah liat(Capsule).
Mengendalikan perpindahan air asam yang telah terbentuk. Hal ini dapat
dilakukan dengan : Secara umum terdapat dua cara pengolahan air, yaitu
secara aktif dan pasif. Sebagai contoh,salah satu parameter penting yaitu
pH. Untuk menaikkan nilai pH ke kondisi normal, maka dilakukan
beberapa upaya diantaranya adalah dengan penambahan bahan kimia
seperti kapur (lime).
1). Secara aktif, kapur (berbentuk serbuk/tepung) dicampurkan secara
langsung dengan air asam di saluran air atau wadah khusus, atau di kolam
penampungan air.
16
2). Secara pasif, air asam dialirkan melalui saluran-saluran dimana
terdapat kapur (dalam bentuk batuan) sebagai “media penetral” air asam
yang melaluinya
3). Pembuatan saluran penirisan di sepanjang daerah sumber air asam
4). Pemasangan sistem pipa penirisan di bawah timbunan penghasil air
asam untuk selanjutnya dialirkan ke dalam kolam pengendapan
5). Menambahkan kapur (hydrated lime) ke dalam air. Hydrated lime
adalah suatu bahan kimia yang sangat umum digunakan untuk
menetralkan air asam tambang. Hydrated lime dapat diperoleh dengan
menggunakan proses kalsinasi terhadap batu gamping. Batu gamping
dipanaskan pada suhu 6000 C – 9000 C dengan tekanan 1 atm sehingga
menghasilkan CaO (kapur tohor).
6). Menampung dan menetralkan air asam yang telah terbentuk. Salah satu
proses pengolahan terhadap air asam tambang ini adalah proses netralisasi
asam dengan senyawa alkali, oksida besi (II) menjadi besi (III) yang tidak
larut dan proses sedimentasi untuk menghasilkan endapan yang berbentuk
Fe3+. Air asam yang terjadi ditampung pada kolam pengendapan yang
berfungsi sebagai sarana pemantauan kualitas air sekaligus tempat
penetralan air asam sebelum dilepaskan ke alam.
7). Pencegahan Pembentukan Kembali Air Asam Tambang Pembentukan
air asam tambang dapat diatasi dengan menghilangkan atau mengurangi
satu atau lebih komponen – komponen pembentuk air asam tambang.
Pencegahan terbentuknya air asam tambang pada kolam bekas
penambangan adalah dengan cara pelapisan. Pelapisan adalah cara
pengendalian terbentuknya air asam tambang dengan membatasi kontak
oksigen dan air terhadap lapisan batubara yang mengandung mineral
sulfida. Pelapisan ini dilakukan dengan cara menutupi lapisan batubara
yang berupa lantai batubara dengan material yang bersifat impermeable
misalnya mineral liat.
17
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Adapan saran dari penulis mengenai pembelajaran ini harus lebih terjun langsung
kelapangan dan meniliti agar lebih mengetahui tentang material dan macam-
macam material yang ada.
19
DAFTAR PUSTAKA
20
21