Anda di halaman 1dari 16

1.

2 Dasar Teori

1.2.1 Reaktor Kimia

Reaktor kimia adalah suatu alat tempat terjadinya reaksi kimia atau reaksi suatu bahan mentah
menjadi bahan yang lebih bermanfaat. Reaktor dapat didefinisikan sebagai tempat
berlangsungnya suatu proses atau reaksi kimia. Bahan - bahan yang diperlukan dimasukkan
kedalam reaktor, kemudian dicampur, dipanaskan, didinginkan, ditekan, disuling dan lain-lannya
agar menghasilkan reaksi kimia yang diinginkan. Tempat atau bejana ini harus dikonstruksi
sedemikian rupa sehingga mampu menahan tekanan sewaktu dihampakan, mampu menahan
tekanan tinggi maupun temperature rendah atau tinggi. Rancangan dari reaktor ini tergantung
dari banyak variabel yang dapat dipelajari di teknik kimia. Perancangan suatu reaktor kimia
harus mengutamakan efisiensi kinerja reaktor, sehingga didapatkan hasil produk dibandingkan
masukan (input) yang lebih besar dengan biaya yang minimum, baik itu biaya modal maupun
operasi. Tentu saja faktor keselamatan pun tidak boleh dikesampingkan. Biaya operasi biasanya
termasuk besarnya energi yang akan diberikan atau diambil, harga bahan baku, upah operator,
dll. Perubahan energi didalam suatu reaktor kimia bisa karena adanya suatu pemanasan atau
pendinginan, penambahan atau pengurangan tekanan, gaya gesekan (pengaduk dan cairan), dll.
Untuk merancang reaktor diperlukan bekal pengetahuan tentang pengaruh variabel-variabel
konsentrasi, suhu, tekanan, kecepatan aliran umpan pada persamaan kecepatan reaksi. Sumber
data yang diperlukan pada perancangan sebuah reaktor dapat diperoleh dengan jalan melakukan
percobaan pada reaktor kecil di laboratorium (Tim Laboratorium, 2016).

a. Dilihat dari segi Operasi, Reaktor dapat dibedakan atas:

1. Operasi reaksi secara Diskontinyu, disebut juga operasi bertahap atau operasi batch.

2. Operasi reaksi Kontinyu

3. Operasi reaksi Semikontinyu


b. Tujuan pemilihan Reaktor adalah :

1. Mendapat keuntungan yang besar

2. Biaya produksi rendah

3. Modal kecil/volume Reaktor minimum

4. Operasinya sederhana dan murah

5. Keselamatan kerja terjamin c. Polusi terhadap sekelilingnya (lingkungan) dijaga sekecil-


kecilnya (Irfani, 2011).

1. Pemilihan jenis Reaktor dipengaruhi oleh :

2. Fase zat pereaksi dan hasil reaksi

3. Tipe reaksi dan persamaan kecepatan reaksi, serta ada tidaknya reaksi samping

4. Kapasitas produksi

5. Harga alat (reaktor) dan biaya instalasinya

6. Kemampuan Reaktor untuk menyediakan luas permukaan yang cukup untuk perpindahan
panas. ( Irfani, 2011 )

Disamping melakukan pemilihan Reaktor yang tepat, adapun hal-hal yang diperhatikan dalam
perancangan Reaktor yaitu:

1. Bahan mentah, fase, konsentrasi, dan sifat fisis dari zat pereaksi

2. Kapasitas produksi optimum

3. Katalis

4. Kondisi operasi (temperatur, tekanan, pengadukan dan lain-lain)

5. Proses (batch, kontinyu, dan semikontinyu)

6. Tipe Reaktor

7. Ukuran Reaktor
8. Transfer energi dalam Reaktor

9. Perlu Recyle (pengambilan produk untuk meningkatkan konsentrasi)

1.2.2 Jenis-Jenis Reaktor Berikut adalah beberapa jenis-jensi reaktor :

1. Berdasarkan bentuknya

a. Reaktor tangki

Dikatakan reaktor tangki ideal bila pengadukannya sempurna, sehingga komposisi dan suhu
didalam reaktor setiap saat selalu uniform. Dapat dipakai untuk proses batch, semi batch, dan
proses alir. ( Irfani, 2011). b. Reaktor pipa Biasanya digunakan tanpa pengaduk sehingga disebut
Reaktor Alir Pipa. Dikatakan ideal bila zat pereaksi yang berupa gas atau cairan, mengalir
didalam pipa dengan arah sejajar sumbu pipa (Irfani, 2011).

2. Berdasarkan prosesnya

a. Reaktor Batch

Reaktor Batch adalah tempat terjadinya suatu reaksi kimia tunggal, yaitu reaksi yang
berlangsung dengan hanya satu persamaan laju reaksi yang berpasangan dengan persamaan
kesetimbangan dan stokiometri. Reaktor batch ini biasanya untuk produksi berkapasitas kecil
misalnya dalam proses pelarutan padatan, pencampuran produk, reaksi kimia, batch distillation,
kristalisasi, ekstraksi cair-cair,

polimerisasi, fermentasi dan farmasi. Beberapa ketetapan penggunaan Reaktor Batch yaitu
selama reaksi berlangsung tidak terjadi perubahan temperatur dan pengadukkan dilakukan.
dengan sempurna, konsentrasi disemua titik dalam Reaktor adalah sama atau homogen pada
waktu yang sama. (Krismitro dkk, 2011).
Menurut Irfani (2011) Reaktor batch memiliki keuntungan dan kerugian yaitu :

1. Keuntungan Reaktor Batch: - Lebih murah dibanding reaktor alir - Lebih mudah
pengoperasiannya - Lebih mudah dikontrol

2. Kerugian Reaktor Batch: - Tidak begitu baik untuk reaksi fase gas (mudah terjadi kebocoran
pada lubang pengaduk) - Waktu yang dibutuhkan lama, tidak produktif (untuk pengisian,
pemanasan zat pereaksi, pendinginan zat hasil, pembersihan reaktor, waktu reaksi)

b. Reaktor Alir (Continous Flow)

Reaktor alir (Continous Flow) ada 2 jenis yaitu :

1. RATB (Reaktor Alir Tangki Berpengaduk)

a. Keuntungan - Suhu dan komposisi campuran dalam reaktor sama - Volume reaktor besar,
maka waktu tinggal juga besar, berarti zat pereaksi lebih lama bereaksi di reaktor. –

b. Kerugian - Tidak effisien untuk reaksi fase gas dan reaksi yang bertekanan tinggi. -
Kecepatan perpindahan panas lebih rendah dibanding RAP - Untuk menghasilkan konversi yang
sama, volume yang dibutuhkan RATB lebih besar dari RAP.

2. RAP (Reaktor Alir Pipa)

Dikatakan ideal jika zat pereaksi dan hasil reaksi mengalir dengan kecepatan yang sama
diseluruh penampang pipa.

a. Keuntungan - Memberikan volume yang lebih kecil daripada RATB, untuk konversi yang
sama

b. Kerugian - Harga alat dan biaya instalasi tinggi. - Memerlukan waktu untuk mencapai kondisi
steady state. - Untuk reaksi eksotermis kadang-kadang terjadi “Hot Spot” (bagian yang suhunya
sangat tinggi) pada tempat pemasukan. Dapat menyebabkan kerusakan pada dinding reaktor
(Irfani, 2011).

c. Reaktor semi Batch

Biasanya berbentuk tangki berpengaduk, cara pengoprasiannya dengan memasukkan sebagian


zat pereaksi kedalam Reaktor dan sisanya dimasukkan secara kontinyu kedalam Reaktor, sedang
hasilnya dapat dikeluarkan secara kontinyu maupun secara Batch hingga diperoleh konversi yang
diinginkan (Irfani, 2011). Adapun proses yang terjadi pada reaktor adalah sebagai berikut:

1. Proses Batch

Pada proses ini semua bahan-bahan yang diperlukan untuk reaksi di masukkan dan dicampur
dalam reaktor. Campuran berada selama waktu reaksi didalam reaktor. Selain itu seluruh massa
reaksi yang terjadi dari produk reaksi yang terbentuk, bahan baku reaksi, bahan pelarut,
katalisator, dan produk samping dikeluarkan dari reaktor dan diolah.

2. Proses Kontinyu

Pada reaktor Kontinyu proses operasi berlangsung kontunyu. Komponen-komponen sama


dengan komponen yang lainnya dimasukkan secara kontinyu kedalam reaktor. Pada proses
kontinyu baik produk maupun umpan yang masuk dan yang keluar dialirkan secara kontinyu dan
kondisi operasi seperti tekanan, temperatur, laju alir, dan pengisian dalam reaktor harus
dipertahankan tetap/konstan.

3. Proses Semikontinyu

Pada reaksi kimia banyak digunakan reaktor yang mempunyai baik proses bacth atau kontinyu.
Operasi kontinyu terjadi apabila suatu reaksi terdapat bagian yang mempunyai berat jenis
berbeda dimana berat seluruh bagian yang lebih ringan ditambah (kembali dikeluarkan) secara
kontinyu.
3. Berdasarkan keadaan operasi

1. Reaktor isotermal. Dikatakan isotermal jika umpan yang masuk, campuran dalam reaktor,
aliran yang keluar dari reaktor selalu seragam dan bersuhu sama.

2. Reaktor adiabatis. Dikatakan adiabatis jika tidak ada perpindahan panas antara reaktor dan
sekelilingnya. Jika reaksinya eksotermis, maka panas yang terjadi karena reaksi dapat dipakai
untuk menaikkan suhu campuran di reaktor. (K naik dan –rA besar sehingga waktu reaksi
menjadi lebih pendek).

3. Reaktor Non-Adiabatis Dalam reaktor ini terjadi pemasukkan dan pengeluaran panas sehingga
terjadi perpindahan panas.

1.2.3 Reaktor Alir Pipa Reaktor alir pipa merupakan reaktor di mana cairan bereaksi dan
mengalir dengan cara melewati tube (tabung) dengan kecepatan tinggi, tanpa terjadi
pembentukan arus putar pada aliran cepat. Reaktor alir pipa pada hakekatnya hampir sama
dengan pipa dan relatif cukup mudah dalam perancangannya. Reaktor ini biasanya
dilengkapi dengan selaput membran untuk menambah yield produk pada reaktor. Produk secara
selektif ditarik dari reaktor sehingga keseimbangan dalam reaktor secara kontinyu bergeser
membentuk lebih banyak produk.

Tubular Plug Flow Reactor Pada umumnya reaktor alir pipa dilengkapi dengan katalisator.
Seperti sebagian besar reaksi pada industry kimia, reaksinya membutuhkan katalisator secara
signifikan pada suhu layak (standar). Dalam RAP, satu atau lebih reaktan dipompakan ke dalam
suatu pipa. Biasanya reaksi yang digunakan pada reaktor ini adalah reaksi fasa gas. Reaksi
kimia berlangsung sepanjang pipa sehingga semakin panjang pipa maka konversi yield akan
semakin tinggi. Namun tidak mudah untuk menaikkan konversi karena di dalam RAP konversi
terjadi secara

gradien. Pada awalnya kecepatan reaksi berlangsung secara cepat namun setelah panjang pipa
tertentu atau pipa bertambah panjang maka jumlah reaktan akan berkurang dan kecepatan reaksi
berlangsung lebih lambat dan akan semakin lambat seiring panjangnya pipa. Artinya, untuk
mencapai konversi 100% panjang pipa yang dibutuhkan adalah tak terhingga.
Beberapa hal penting dalam reaktor alir pipa adalah:

1. Perhitungan dalam model RAP mengasumsikan tidak terjadi pencampuran (mixing) dan
reaktan bergerak secara aksial bukan radial.

2. Katalisator dapat dimasukkan melalui titik yang berbeda dari titik masukan dimana katalisator
ini diharapkan dapat mengoptimalkan reaksi dan terjadi penghematan.

3. Umumnya RAP memiliki konversi yang lebih besar dibandingkan dengan reaktor alir tangki
berpengaduk (RATB) dalam volume yang sama. Artinya, dengan waktu tinggal yang sama
reaktor alir pipa memberikan hasil yang lebih besar dibandingkan RATB.

Di dalam reaktor alir pipa, fluida mengalir dengan perlakuan yang sama sehingga waktu tinggal
(τ) sama untuk semua elemen fluida. Fluida sejenis yang mengalir melalui reaktor ideal ini
disebut dengan plug. Saat plug mengalir sepanjang reaktor alir pipa, fluida bercampur sempurna
dalam arah radial bukan dalam arah axial (dari arah depan atau belakang). Setiap plug dengan
volume berbeda dinyatakan sebagai kesatuan yang terpisah-pisah (hampir seperti batch reaktor)
dimana plug mengalir turun melalui pipa reaktor ini.

Reaktor alir pipa juga dikenal sebagi reaktor aliran piston atau reaktor aliran turbular. Reaktor-
reaktor tersebut memiliki persamaan diferensial biasa, dimana pemecahan persamaan tersebut
dapat diselesaikan jika boundary condition diketahui.Model reaktor alir pipa digunakan
untuk berbagi jenis fluida, seperti: cairan, gas, dan slurry. Walaupun aliran turbulen dan difusi
aksial menyebabkan pencampuran arah axial pada berbagai reaktor namun pada reaktor alir pipa
kondisi ini memiliki efek yang kecil dan

diabaikan. Pada kasus model reaktor alir pipa yang paling sederhana, beberapa asumsi pokok
harus dibuat untuk menyederhanakan masalah ini. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua asumsi
ini perlu, namun pemindahan asumsi ini menambah kerumitan masalah.

Model reaktor alir pipa dapat digunakan pada reaksi lipat ganda (multiple reaction) serta reaksi
yang melibatkan perubahan suhu, tekanan dan densitias fluida. Walaupun kerumitan ini
diabaikan, namun selalu relevan dalam proses industri.
Adapun asumsi yang digunakan pada model reaktor ini sebagai berikut:

1. Aliran plug (plug flow)

2. Keadaan steady state

3. Densitas fluida konstan (untuk cairan dan juga berlaku untuk gas yang tidak mengalami
penurunan tekanan, perubahan mol dan perubahan temperatur).

4. Diameter pipa konstan

5. Reaksi tunggal (single reaction)

6. Zat mengalir di dalam pipa dengan distribusi kecepatan datar

7. Kecepatan pengadukan ke arah radial berlangsung sangat cepat sehingga pada setiap
penampang pipa R, T, P dan komposisi fluida selalu uniform (seragam), dan perbedaan terjadi di
sepanjang pipa R

8. Setiap partikel fluida yg mengalir mempunyai waktu tinggal sama

9. Fluida dalam fasa gas berlangsung pada tekanan tetap dan fluida dalam fasa cair berlangsung
pada volume dan tekanan tetap

Dalam aplikasinya, reaktor alir pipa digunakan pada reaksi:

a. Reaksi skala besar

b. Reaksi cepat

c. Reaksi homogen atau heterogen

d. Reaksi kontinu

e. Reaksi pada temperatur tinggi


1.2.4 Neraca Massa Reaktor Alir Pipa

Input –output – disappearance = Accumulation

Input A, (mol/waktu) = FA

Ouput A, (mol/waktu) = FA + d FA

Jumlah mol A yang hilang setelah bereaksi = (-rA)dV

= ( 𝑜𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒) dV

Dimasukan ke persamaan, maka diperoleh persamaan :

FA = (FA + d FA) + -rA dV d FA = d[(FAo (1- XA)] = FAo.dXA FAo.d XA = (-rA).dV


FAo (kecepatan umpan) yang masuk adalah konstan, sedangkan rA akan bergantung pada
konsentrasi dan konversi. Jika dimasukan ke persamaan didapatkan,

𝑑𝑉 𝐹𝐴0

=∫

𝑑𝑋𝐴 −𝑟𝐴

𝑋𝐴𝐹

Dengan demikian persamaan menjadi :

𝑉 𝐹𝐴0
=

𝜏 𝐶𝐴0

Atau

𝑉 𝐹𝐴0

𝜏 𝐶𝐴0

=∫

𝑑𝑋𝐴 −𝑟𝐴

𝑋𝐴𝐹

𝜏=

𝑉 𝑉0

= 𝐶𝐴0 ∫

𝑑𝑋𝐴 −𝑟𝐴

𝑋𝐴𝐹

Pada umumnya pernyataan untuk Flug Flow Reaktor, seandainya feed atau umpan adalah dasar,
subscript 0, masuk ke reaktor di konversi sebagian, subscript i, dan kemudian konversi
ditunjukan dengan subscript f, maka persamaannya menjadi,
𝑉 𝐹𝐴0

𝑉 𝐶𝐴0 . 𝑉0

=∫

𝑑𝑋𝐴 −𝑟𝐴

𝑋𝐴𝐹

𝑋𝐴𝑡

𝜏=

𝑉 𝑉0

= 𝐶𝐴0 ∫

𝑑𝑋𝐴 −𝑟𝐴

𝑋𝐴𝐹

𝑋𝐴𝑡

Persamaan ditunjukan dengan menghubungkannya dengan konsentrasi,

𝑉 𝐹𝐴0

𝜏 𝐶𝐴0

=∫

𝑑𝑋𝐴 −𝑟𝐴
𝑋𝐴𝐹

=−

1 𝐶𝐴0

𝑑𝐶𝐴 −𝑟𝐴

𝐶𝐴𝐹

𝐶𝐴0

𝜏=

𝑉 𝑉0

= 𝐶𝐴0 ∫

𝑑𝑋𝐴 −𝑟𝐴

𝑋𝐴𝐹

= −∫

𝑑𝐶𝐴 −𝑟𝐴

𝐶𝐴𝐹

𝐶𝐴0

Misalkan reaksi sebagai berikut :


A+B P

Jadi persamaan laju reaksinya,

-rA = k . CA . CB

CA0 = CB0 dimana banyaknya A yang bereaksi sama dengan B yang bereaksi

𝐶𝐴0.𝑋𝐴 = 𝐶𝐵0.𝑋𝐵

𝑑𝐶𝐴 𝑑𝑡

= 𝑘.𝐶𝐴.𝐶𝐵

𝐶𝐴 = 𝐴0 − 𝐶𝐴0𝑋𝐴

𝐶𝐵 = 𝐵0 − 𝐶𝐵0𝑋𝐵

𝐶𝐵 = 𝐵0 − 𝐶𝐴0𝑋𝐴

−𝑟𝐴 = 𝑘 .𝐶𝐴 .𝐶𝐵

−𝑟𝐴 = 𝑘 .𝐶𝑛

log(−𝑟𝐴) = log𝑘 + 𝑛log𝐶𝐴

Maka grafik yang akan terbentuk adalah,

1.2.5 Kurva Standar Metode umum untuk analisis konsentrasi melibatkan pembuatan kurva
kalibrasi. Kurva kalibrasi atau kurva standar merupakan standar dari sampel tertentu yang dapat
digunakan sebagai pedoman ataupun acuan untuk sampel tersebut pada percobaan. Kurva ini
diperlukan untuk menentukan jumlah bahan kimia dalam suatu bahan dengan cara
membandingkan hasil yang didapat dari suatu sampel dengan sederet standar yang telah
diketahui konsentrasinya. Jika konsentrasi unsur atau
Log CA

Log (-rA)

Slope = n

senyawa dalam sampel terlalu tinggi sehingga keluar dari rentang deteksi, maka sampel dapat
diencerkan dengan pelarut murni.

1.2.6 Debit Aliran Debit aliran adalah jumlah volum fluida yang mengalir per satuan waktu.
Untuk menentukan persamaan debit aliran, mari kita mulai dengan memperhatikan Gambar di
bawah. Kita lihat irisan fluida tegak lurus penampang pipa yang tebalnya Δx.

Anggap luas penampang pipa A. Volume fluida dalam elemen tersebut adalah

∆𝑉 = 𝐴 .∆𝑥

Elemen tersebut tepat bergeser sejauh Δx selama selang waktu Δt. Jika laju aliran fluida adalah v
maka :

∆𝑥 = 𝑉 .∆𝑡

sehingga elemen volum fluida yang mengalir adalah

∆𝑉 = 𝐴 .𝑣 .∆𝑡

Debit aliran fluida didefinisikan sebagai

𝑄=

∆𝑉 ∆𝑡

𝑄 = 𝐴 .𝑣 .∆𝑡

𝑄 = 𝐴 .𝑣 .
∆𝑡 ∆𝑡

𝑄 = 𝐴 .𝑣

Pada reaktor alir pipa, laju alir volumetrik pada rumus diatas menggambarkan laju alir
volumetrik yang masuk ke reaktor sehingga : 𝑄 = 𝑉0

1.2.7 Natrium Hidroksida Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau
sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida
basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang
kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang industri,
kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air
minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam
laboratorium kimia. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk
pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan
menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas
ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam
kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut
non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan
kertas. Sifat fisik Natrium hidroksida (NaOH) : - Berbentuk putih padat dan tersedia dalam
bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% - Bersifat lembab cair

- Secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. - Sangat larut dalam air dan akan
melepaskan panas ketika dilarutkan. - Larut dalam etanol dan metanol - Tidak larut dalam dietil
eter dan pelarut non-polar lainnya - Sangat basa, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur.
- NaOH membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air - Densitas NaOH adalah 2,1 - Senyawa
ini sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida (Anonim, 2013)

1.2.8 Etil Asetat Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3COOC2H5. Senyawa ini
merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan tak berwarna,
memiliki aroma khas. Senyawa ini sering disingkat EtOAc, dengan Et mewakili gugus etil dan
OAc mewakili asetat. Etil asetat diproduksi dalam skala besar sebagai pelarut. Etil asetat adalah
pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak beracun, dan tidak higroskopis. Etil
asetat merupakan penerima ikatan hidrogen yang lemah, dan bukan suatu donor ikatan hidrogen
karena tidak adanya proton yang bersifat asam (yaitu hidrogen yang terikat pada atom
elektronegatif seperti flor, oksigen, dan nitrogen. Etil asetat dapat melarutkan air hingga 3%, dan
larut dalam air hingga kelarutan 8% pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang
lebih tinggi. Namun demikian, senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung basa atau
asam. (Anonim, 2013) Etil asetat disintesis melalui reaksi esterifikasi Fischer dari asam asetat
dan etanol dan hasilnya beraroma jeruk (perisa sintesis), biasanya dalam sintesis disertai katalis
asam seperti asam sulfat. CH3CH2OH + CH3COOH → CH3COOCH2CH3 + H2O

Reaksi di atas merupakan reaksi reversibel dan menghasilkan suatu kesetimbangan kimia.
Karena itu, rasio hasil dari reaksi di atas menjadi rendah jika air yang terbentuk tidak dipisahkan.
Di laboratorium, produk etil asetat yang terbentuk dapat dipisahkan dari air dengan
menggunakan aparatus Dean-Stark.

Etil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa menghasilkan asam asetat dan etanol
kembali. Katalis asam seperti asam sulfat dapat menghambat hidrolisis karena berlangsungnya
reaksi kebalikan hidrolisis yaitu esterifikasi Fischer. Untuk memperoleh rasio hasil yang tinggi,
biasanya digunakan basa kuat dengan proporsi stoikiometris, misalnya natrium hidroksida.
Reaksi ini menghasilkan etanol dan natrium asetat, yang tidak dapat bereaksi lagi dengan etanol:

CH3COOC2H5 + NaOH → C2H5OH + CH3COONa

Anda mungkin juga menyukai