TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Limbah Pemurnian Emas
Palladium adalah golongan logam mulia yang memiliki properti fisika dan
kimia yang sangat unik. Paladium ini mempunyai peranan sangat penting dalam
berbagai bidang seperti perangkat elektronik, bahan bakar, dan katalis. Sebagai
katalis, paladium digunakan dalam berbagai macam industri, seperti pertanian dan
kesehatan (Ramesh dkk., 2008). Katalis paladium digunakan pada dunia industri
dan kimia sintesis, karena paladium sangat cocok pada penggunaan sistem
homogen karena tingkat selektivitasnya (Zeng dkk, 2014). Selain itu juga
digunakan pada aplikasi lampu dan optikal seperti lampu LEDs, laser, dan berbagai
perangkat elektronik yang ekonomis dan ramah lingkungan.
Meski mempunyai sederet kelebihan, cincin palladium juga tak lepas dari
kekurangan. Beberapa kekurangan adalah palladium ini cukup sulit dibentuk, sama
seperti platinum.kadar palladium yang bagus adalah 50%, berbeda dengan perak
yang mencapai 95%.salah satu alasannya adalaah karena semakin tinggi kadar
palladium atau semakin murni, justru bakal makin sulit pula dibentuk. Hal inilah
yang akhirnya membuat harga cincin palladium di pasaran tidak semahal platinum
bahkan emas, karena perhiasan palladium yang ada tidak murni sampai 100%.
Namun meskipun begitu, ada beberapa cincin palladium dengan kadar lebih dari
50%.
3. Pengendapan
Untuk mengetahui keberadaan unsur logam paladium pada limbah pemurnian
emas dilakukan dengan cara pengendapan. Beberapa penelitian yang telah
melakukan suatu teknik recovery logam paladium (II) dari limbah industri
pertambangan dengan teknik ekstraksi pelarut transportaktif (EPTA). Teknik
EPTA merupakan ekstraksi pelarut dengan menambahkan zat lain yang berfungsi
ganda sebagai ekstraktan dan zat aktif permukaan.Kelebihan dari teknik
EPTA ini lebih ekonomis dan ramah lingkungan dikarenakan membutuhkan jumlah
pelarut yang lebih sedikit, tidak memerlukan kestabilan emulsi, dan prosesnya lebih
sederhana.Teknik EPTA ini dilakukan dengan terlebih dahulu mengubah
paladium (II) menjadi anion kompleks kloro (PdCl42-) di fasa air, kemudian
ditarik ke fasa organik yang mengandung surfaktan kationik.Proses dalam teknik
ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
1. Pembuatan Larutan Standar Logam Pd (II) 1000 ppm.
2. Pembuatan Larutan Standar Logam Pd (II) 100 ppm.
3. Preparasi Sampel
4. Ekstraksi Pelarut Transpor Aktif Pembuatan Fasa Organik
5. Optimasi Waktu Ekstraksi
6. Optimasi Laju Putaran Pengadukan
7. Pengaruh Konsentrasi Asam Klorida pada Fasa Air terhadap Persen Ekstraksi
8. Pengaruh Konsentrasi TOMAC pada Fasa Organik terhadap Persen Ekstraksi
9. Ekstraksi Sampel
4. Optimasi Waktu
Optimasi waktu ekstraksi merupakan periode waktu antara fasa organik
kontak dengan fasa air.Proses transport atau ekstraksi ion logam terjadi
dikarenakan adanya reaksi pasangan ion antara anion kompleks kloro dari ion
logam dengan kation dari ekstraktan TOMAC di antarmuka, sampai berdifusi
ke fasa organik membutuhkan waktu tertentu.Hal ini berkaitan dengan kemudahan
pembentukan anion kompleks kloro dari logam Pd (II) dan efektivitas interaksi
kompleks kloro dengan ekstraktan di fasa air atau antar muka fasa air-organik,
serta kelarutan senyawa kompleks-ekstraktan yang terbentuk di fasa organik.
Waktu ekstraksi optimum untuk Pd (II) yaitu 20 menit untuk mencapai
persen ekstraksi Pd (II) tertinggi yaitu 99,83%.selain itu laju putaran pengadukan
dibutuhkan untuk membantu difusi ion logam ke antarmuka dan mengurangi
adanya rintangan batas antarmuka,sehingga memudahkan reaksi dapat
berlangsung di antarmuka antara anion kompleks kloro dari logam Pd (II)
dengan ekstraktan dan juga berfungsi untuk homogenisasi pada larutan.
Untuk melakukan pengendapan dengan teknik diatas dibutuhkan biaya yang
mahal karena menggunakan bahan kimia yang banyak dan juga prosedur
pengendapan yang panjang, namun pada penelitian ini dilakukan dengan teknik
recovery yang tidak menghabiskan banyak biaya dan prosedur pengendapannya
juga tidak terlalu sulit.
5. pH
Kelarutan endapan garam yang mengandung anion dari asam lemah dipengaruhi
oleh pH, hal ini disebabkan karena penggabungan proton dengan anion endapannya.
Misalnya endapan AgI akan semakin larut dengan adanya kenaikan pH disebabkan
H+ akan bergabung dengan I- membentuk HI.menurut (Yuri Rahmanto, 2020).
larutan dapat dikatakan netral apa bila memiliki nilai pH=7. Nilai pH> 7
menunjukkan larutan memiliki sifat basa, sedangkan nilai pH<7 menunjukan
keasaman. Tingkat asam atau basa pada umumnya dinyatakan sebagai nilai pH dan
dapat diukur dengan pH meter (Bleam, 2017).selain itu Kondisi pH sebagai salah
satu parameter kualitas air perlu dimonitor bagi kelangsungan hidup organisme
seperti konsumsi air minum, pemantauan air kolam, air akuarium,pengendapan dan
lain sebagainya (Zhao et al., 2013)
6. Temperatur
Merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengendapan.Temperatur adalah
ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda.pengaruh lainnya adalah Kelarutan
semakin meningkat dengan naiknya suhu, jadi dengan meningkatnya suhu maka
pembentukan endapan akan berkurang disebabkan banyak endapan yang berada
pada larutannya.untuk mengukur temperatur menggunakan termometer.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Abidjulu (2008), daerah pertambangan khususnya
tambang emas menghasilkan limbah-limbah yang mengandung senyawa toksik (logam
berat). Sebagian sungai tersebut sudah menjadi tempat pembuangan limbah yang berasal dari
berbagai kegiatan manusia seperti limbah rumah tangga. Limbah pembuangan yang dibuang
berupa limbah organik maupun anorganik.Dalam penelitiannya Pengukuran pH air limbah
dilakukan menggunakan pH meter mengikuti SNI 06-6989.11- 2004, penentuan TSS
dilakukan dengan metode gravimeteri mengikuti SNI 06-6989.11-2004, penentuan kadar
logam dilakukan dengan menggunakan spektrofotomer serapan atom Shimadzu AA-7000
mengikuti SNI 6989.18-2009 dan SNI 01-3554-2006, dan penentuan sianida dilakukan
menggunakan spektrofotometer SpectroDirect Lovibond mengikuti SNI 6989.77- 2011.Hasil
pengukuran untuk parameter-parameter pH, TSS, sianida, dan logam-logam tembaga,
kadmium seng, timbal, arsen, nikel, kromium, dan merkuri dengan nilai T1 6,85; T2 7,02;
dan T3 5,71. T3 merupakan satu titik yang tidak memenuhi syarat baku mutu dengan nilai
pH dibawah 6 yaitu 5,71. T3 terletak di pertengahan jembatan dan sawah, hal ini juga
disebabkan titik temu 2 limbah pertambangan yaitu limbah pertambangan emas tanpa izin
(PETI) secara tradisional dan modern (PT. J-Resource Bolaang Mongondow). Limbah
tersebut mengandung senyawa organik yang dapat menurunkan nilai pH sehingga air sungai
akan bersifat asam.
Dengan hasil yang diperoleh pada pengujian TSS, dari T1 sebesar 970 mg/l dan pada T2
memiliki nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan 4 titik pengambilan sampel lainnya
yaitu sebesar 3650 mg/l. Nilai T1 dan T2 mempunyai nilai yang tinggi pada parameter total
padatan tersuspensi dikarenakan pada T1 merupakan titik yang masih berada di lokasi
Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) dan T2 merupakan titik yang berada didepan jalan
yang digunakan masyarakat sebagai lalu lintas para penambang. Kedua titik yang
mempunyai nilai total padatan tersuspensi yang tinggi ini mempunyai efek yang kurang baik
terhadap kualitas badan air karena dapat menyebabkan menurunkan kejernihan air dan dapat
mempengaruhi kemampuan ikan untuk melihat dan menangkap makanan serta menghalangi
sinar matahari masuk ke dalam air. Menurut Nofitasari (2012), kandungan total padatan
tersuspensi dalam badan air sering menunjukan konsentrasi yang lebih tinggi pada bakteri,
nutrien, pestisida, dan logam didalam air sehingga akan mempengaruhi regenerasi oksigen
serta fotosintesis. Sedangkan pada T2 ke T3 dan T4 mengalami penurunan dan kedua titik
tersebut memiliki nilai yang sama yaitu 10 mg/l, untuk nilai kedua titik tersebut masih
berada pada standar baku mutu yang berdasarkan pada Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 202 Thn. 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan
Penambangan Bijih Emas/Tembaga. Menurut Nugeraha (2010), proses penurunan TSS dapat
dipahami karena TSS adalah polutan yang berada dalam bentuk tersuspensi sehingga
banyaknya flok yang terbentuk dan akhirnya terjadi pengendapan, hal ini menyebabkan TSS
menurun.
C. Kerangk Berfikir