Anda di halaman 1dari 7

Nama : Anindiah Rizqi Haisani

NIM : 19312241037
Kelas : P. IPA A 2019

Tugas Merangkum Jurnal

1. Jurnal 1 (Tinjauan Proses Pembuatan Perhiasan Berbahan Dasar Logam Pewter)


Perhiasan biasanya terbuat dari bahan emas ataupun perak, seiring waktu berjalan dan
permintaan pasar akan pengembangan motif perhiasan semakin meningkat maka perhiasan
berbahan dasar Pewter dapat menjadi salah satu pilihan. Perhiasan secara garis besar terbagi
menjadi dua jenis yaitu fine jewelry dan fashion jewelry. Fine Jewelry lebih mengarah pada
perhiasan yang dibuat dengan material mulia, baik deri segi logam maupun bebatuan yang
digunakan sehingga bersifat abadi dan memiliki nilai ekonomis, sedangkan fashion jewelry
dalam perkembangannya sejalan dengan perkembangan mode karena merupakan bagian dari
perlengkapan busana.
Logam Pewter adalah paduan dari logam lunak antara antimon, bismuth dan tembaga
perhiasan berbahan dasar logam ini. Mudah dibentuk dan memiliki sifat logam yang baik untuk
diolah menjadi perhiasan. Biasanya logam pewter diaplikasikan ke dalam sebuah produk
berupa peralatan dapur, perhiasan fashion mampu melalui teknik cor, tempa, spinning dan roll.
Pewter di Indonesia dibagi menjadi dua jenis yaitu:
a. Pewter Klasik : Jenis ini mengandung timbal dengan kadar yang tinggi dengan sifat kilapan
mudah pudar dan mudah teroksidasi sehingga menjadi buram.
b. Pewter Modern : Jenis ini mengandung 90 % timah putih dan tidak mengandung timbal,
tetapi digantikan dengan campuran antimon atau bismot.
Perhiasan logam pewter yang menggunakan teknik cor sangatlah sempurna terlihat padat
dan tidak keropos sesuai dengan sifat fisiknya yang mapu cor, spinning dan mampu tempa
dengan hasil bentuk yang baik. Logam Pewter lebih tahan terhadap zat asam pada keringat
daripada logam perak, sehingga logam pewter apabila dibuat menjadi perhiasan akan memiliki
warna yang tahan lama, memiliki kemilau perak dan tidak mudah kusam.
Sebuah perusahaan Bernama Workshop Antelope yang berlokasi di Komplek Nata Endah
Margahayu Bandung berdiri pada bulan Maret 2018 dan salah satu pendirinya yaitu Wedy
Pramudi-yang telah bergelut di bidang kerjainan logam selama 5 tahun- ini menerima jasa
pembuatan aksesories seperti kepala ikat pinggang, pin, kancing dan perhiasan fashion berupa
cincin, gelang dan kalung. Bahan baku dan peralatan yang digunakan oleh Antelope Craft
untuk membuat produk perhiasan fashion adalah sebagai berikut:
 Logam Pewter. Pewter 1 kg bisa menghasilkan kurang lebih 20 cincin, jenis logam Pewter
yang dibeli adalah jenis Logam Pewter Modern non timbal dengan kadar 98 % Timah, 1
% Antimoni dan 1 % Tembaga.
 Polymer clay yang berjenis Super Sculpey dengan tipe soft, yang memiliki karakteristik
material lembut ada pula tipe medium tergantung kebutuhan pengukir.
 Polymer clay Softener berfungsi sebagai pelembut polymer clay guna melunakan bahan
polymer clay yang mengeras serta mempermudah proses pembentukan atau pengukiran,
yang digunakan di workshop ini adalah Johnson baby oil.
 Silicone Rubber adalah bahan dasar pembuatan cetakan (molding) dengan jenis Silicone
Rubber dengan RTV 585.
 Catalyst adalah bahan campuran Silicone Rubber agar dapat mengeras, semakin banyak
campuran Catalyst maka akan mempercepat proses pengerasan.
 Plastisin atau lilin adalah sebagai pemisah cetakan satu dengan cetakan yang lain pada saat
penuangan cairan molding
 Asam Klorida (HCL) merupakan larutan asam yang kuat yang nantinya akan dicampurkan
dengan feriklorida (FeCI3) yang merupakan senyawa kimia untuk proses oksidasi logam
demi mendapatkan warna gelap pada bagian permukaan yang bertekstur pada ukiran
logam.
 Bedak Tabur yang ditaburkan secukupnya pada rongga rongga molding berfungsi sebagai
lapisan yang membuat permukaan logam cair yang membeku tidak terlalu menempel pada
molding
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan perhiasan logam Pewter ini adalah; Printer,
Sculping Tools, Ring Sizer Stick, Plat Timah (Foil), Oven, Box Silicone Molds, Vacuum
Chamber, Ragum, Gunting Holow Galvalum, Amplas, Kikir, Sarung Tangan Karet, Mesin
Gerinda Duduk, Mesin Gerinda Ukir.
Pewter adalah sebuah bentuk seni karya atau kerajinan tangan yang memanfaatkan media
atau bahan logam timah. Lebih jelasnya, material pewter adalah logam campuran yang
mengandung timah hingga 97 %, tambaga sebanyak 2 % dan Antimon sebanyak 1 %.
Kerajinan Logam pewter adalah kerajinan yang terbuat dari logam timah dengan bahan baku
pewter, yang menghasilkan suatu karya yang bernilai estetika dibuat dengan tangan dan
menggunakan bahan baku logam pewter tersebut.
Adapun tahapan yang harus dilalui dalam pembuatan perhiasan logam pewter ini secara
garis besarnya:
1) Pengecoran : Tahap pertama dalam produksi pengecoran pada pembuatan kerajinan pewter
adalah membuat model atau pola. Pengecoran dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu
pengecoran dengan menggunakan cetakan logam besi dan pengecoran menggunakan
cetakan silicone rubber.
2) Pembentukan : Adapun tahapan dalam proses pembentukan sebagai berikut :
a. Potong : diawali dengan mengukur dan menandai bahan baku pewter lalu dipotong
menggunakan gunting atau gergaji.
b. Pengisian lubang : memperbaiki permukaan yang berlubang dengan diisi menggunakan
cairan pewter yang dilebur dengan solder.
c. Ketok : bahan baku lembaran dipukul ke atas mal dari besi untuk membentuk lipatan
sudut, bentuk lengkungan dan silinder.
d. Sambung : menyatukan bagian satu dengan yang lainnya dengan menggunakan bahan
penyatu
e. Bubut : menyempurnakan bentuk yang berupa silinder, bola atau benda yang berbentuk
dasar lingkaran.
f. Perlubangan : memberi lubang menggunakan mesin bor untuk lingkaran kecil
3) Penyolderan : Berfungsi untuk menyatukan atau merekatkan bagian komponen satu dengan
yang lainnya serta menambalkan bagian bagian yang berlubang atau menebalkan bagian
bagian yang kurang tebal dengan menggunakan batang solder (kawat solder) sebagai
perekat.
4) Finishing : Tampilan alami dari pewter adalah berwarna putih, mengkilap seperti warna
material pewter pada kondisi cair, namun akibat pengecoran pada membuat permukaan
pewter menjadi kasar dan tidak berkilau sehingga dibutuhkan proses finishing yakni
perataan, penambalan dan pengkilauan.
2. Jurnal 2 (Penurunan Kadar Tembaga pada Limbah Cair Industri Kerajinan Perak
dengan Presipitasi Menggunakan Natrium Hidroksida).
Melihat perkembangan industri yang semakin pesat memicu penggunaan bahan yang
menimbulkan bahan beracun dan berbahaya, maka kita harus mengurangi kadar limbah agar
pencemaran limbah dapat berkurang. Penelitian ini menitikberatkan pada limbah cair. Limbah
cair ini merupakan hasil buangan dari industri pengolahan perak di Kotagede yang
mengandung logam berat, diantaranya unsur cuprum (Cu2+) atau yang lebih dikenal dengan
nama tembaga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penurunan kadar Cu2+ dengan
presipitasi menggunakan NaOH. Selain itu juga untuk mengetahui konsentrasi NaOH yang
efektif dalam penurunan kadar Cu2+ serta untuk mengetahui waktu pengendapan yang efektif.
Limbah cair yang dihasilkan oleh industri kerajinan perak bersifat asam (pH antara 1
sampai dengan 2) dan mengandung kadar Cu2+ yang tinggi. Hal ini disebabkan karena
kerajinan perak yang dihasilkan adalah hasil campuran perak dengan tembaga. Pada saat
pencucian dengan larutan HCl, sisa-sisa logam tembaga larut dalam larutan HCl dalam bentuk
CuCl2, dan hasil pencucian ini langsung dibuang ke perairan. Reaksi proses pencucian dengan
HCl adalah sebagai berikut:
Cu2+ + 2HCl → CuCl2 + H2+
Toksisitas yang dimiliki oleh tembaga baru akan bekerja dan memperlihatkan pengaruhnya
bila logam ini telah masuk ke dalam tubuh organisme dalam jumlah besar atau melebihi nilai
toleransi organisme terkait (Palar, 1994).
Metode presipitasi (pengendapan) merupakan salah satu metode pengolahan limbah yang
banyak digunakan untuk memisahkan logam berat dari limbah cair. Pada pengolahan air
limbah yang mengandung ion logam seperti Cu2+ perlu dilakukan suatu reaksi pengendapan
(presipitasi) dengan suatu raegen kimia dengan didasarkan atas apakah suatu kation Cu2+ yang
bereaksi dengan beberapa reagensia yang ada akan membentuk endapan atau tidak. Menurut
Vogel (1985), pengendapan (presipitasi) adalah suatu proses pemisahan diri suatu fase padat
keluar dari larutan. Endapannya mungkin berupa kristal atau koloid dan dapat dikeluarkan dari
larutan dengan penyaringan atau pemusingan (centrifuge).
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Proses Industri Kimia IST AKPRIND
Yogyakarta. Sedangkan analisa sampel Cu2+ dilakukan di Laboratorium Teknik Lingkungan
IST AKPRIND Yogyakarta. Obyek penelitian ini adalah air limbah industri perak Kotagede
yang belum mengalami pengolahan. Dari berbagai macam variabel yang bisa digunakan dalam
penelitian ini, kami menitikberatkan pada beberapa variabel saja, yaitu variabel bebas meliputi
variabel konsentrasi dengan memvariasi konsentrasi NaOH dari 3% sampai dengan 15%, dan
variabel waktu pengendapan dengan memvariasi waktu (lama) pengendapan dari 20 menit
sampai dengan 100 menit. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kandungan
Cu2+ dalam limbah cair industri perak dan jumlah volume endapan. Untuk pengumpulan data,
data primer diperoleh dari hasil penelitian penurunan kadar Cu2+ pada limbah cair industri
perak di Kotagede dengan cara presipitasi menggunakan NaOH. Sedangkan data sekunder
diperoleh dari literatur– literatur di perpustakaan seperti buku-buku pustaka maupun data dari
instansi terkait. Data ini digunakan sebagai alat pendukung.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel limbah cair industri
kerajinan perak dan lautan NaOH. Sedangkan alat–alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah meliputi spektrofotometer, pengaduk mekanik, motor penggerak, beker gelas 400 mL,
gelas ukur 500 mL, gayung, jirigen, ember plastik, botol sampel, kertas label, pH stick,
timbangan analitik, pipet volum, stop watch, dan corong gelas.
Sebelum dilakukan uji pendahuluan, sampel yang berupa limbah cair industri kerajianan
perak dimasukkan dalam botol sampel, diberi label, kemudian dikirim ke Laboratorium Tek-
nik Lingkungan untuk dianalsis kandungan tembaganya (Cu2+) dengan spektrofotometer.
Kemudian dilakukan uji pendahuluan untuk mengetahui terbentuknya endapan, dan jumlah
volume endapan dengan cara menambahkan larutan NaOH 9% dengan volum tertentu ke
dalam sampel limbah cair. Hasil optimum yang diperoleh dari uji pendahuluan ini digunakan
pada pelaksanaan penelitian.
Pada tahap awal penelitian, sampel limbah cair industri kerajinan perak Kotagede
dilakukan analisis kandungan tembaganya menggunakan spektrofotometer di Laboratorium
Teknik Lingkungan Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta. Hasil analisis
menunjukkan bahwa kandungan tembaga (Cu2+) dari limbah cair industri kerajianan perak
Kotagede sebesar 14,35 ppm dan pH limbah cair sebesar 2. Menurut baku mutu limbah cair,
ambang batas kadar Cu2+ pada limbah cair sebesar 0.6 ppm, sehingga limbah cair tesebut
terlihat telah melebihi ambang batas. Oleh karena itu diperlukan pengolahan sebelum limbah
dibuang ke perairan. Limbah ini juga memiliki pH rendah (bersifat asam) karena pada
pengolahannya mengguna-kan HCl untuk menghasilkan perak yang bersih dan cemerlang.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada penelitian ini dapat diketahui:
1. Pengaruh konsentrasi NaOH terhadap penurunan kadar tembaga

Kadar Cu2+ pada limbah cair industri perak dapat diturunkan dengan metode presipitasi
menggunakan larutan NaOH.

Adanya penurunan kadar Cu2+ ini disebabkan adanya NaOH yang mengubah keadaan
kimia dan fisika partikel Cu2+ sehingga memungkinkan untuk dipisahkan dari limbah cair
dengan cara pengendapan. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil yang optimum untuk
menurunkan kadar Cu2+ limbah cair industri perak, terjadi pada penambahan NaOH
konsentrasi 9% yang menghasilkan beningan dengan kadar Cu2+ sebesar 0.65 ppm atau
menurunkan kadar Cu2+ sebesar 95,47%. Penurunan kadar Cu2+ dengan presipitasi
menggunakan larutan NaOH cukup baik karena metode ini mampu menurunkan kadar
Cu2+ menjadi 0,65 ppm. Kadar ini mendekati baku mutu yang diizinkan yaitu 0,6 ppm.

2. Pengaruh waktu pengendapan terhadap volume endapan

Namun bila dilihat dari laju pengendapan (satuan volume/satu-an waktu) maka laju
pengendapan pada tahap awal (20 menit sampai 40 menit) mengalami laju pengendapan
sebesar 0,05 mL/menit, kemudian pada 40 menit sampai 80 menit mempunyai laju yang
konstan yakni 0,025 mL/menit, sedangkan pada tahap akhir (100 menit ke atas) mengalami
penurunan yang konstan (0,0125 mL/menit). Laju pengendapan setelah waktu
pengendapan 40 menit akan mengalami penurunan secara konstan dengan bertambahnya
waktu pengendapan dan diperkirakan untuk waktu di atas 120 menit laju volume
pengendapan tidak mengalami perubahan yang siknifikan atau terhenti sama sekali. Maka
dapat dikatakan semakin lama waktu pengendapan maka volume endapan yang terbentuk
semakin banyak. Laju pengendapan secara keseluruhan diperoleh sebesar 0,028125
mL/menit.

Sumber:

Andaka, Ganjar. 2008. Penurunan Kadar Tembaga Pada Limbah Cair Industri Kerajinan Perak

Dengan Presipitasi Menggunakan Natrium Hidroksida. Jurnal Teknologi Volume. 1


Nomor 2,127-134

Widodo, Irwan dan Muhamad Dicka Maulana. 2020. Tinjauan Proses Pembuatan Perhiasan
Berbahan Dasar Logam Pewter. Imaginarium:jurnal seni rupa dan desain vol 1 no.3, 321-
334.

Anda mungkin juga menyukai