“PENGECORAN”
TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
Proses pengecoran secara garis besar dapat dibedakan dalam proses pengecoran dan
proses percetakan. Pada proses pengeceron tidak digunakan tekanan sewaktu
mengisi rongga cetakan, sedang pada proses pencetakan logam cair ditekan agar
mengisi rongga cetakan. Karena pengisian logam berbeda, cetakan pun berbeda,
sehingga pada proses percetakan cetakan umumnya dibuat dari loga. Pada proses
pengecoran cetakan biasanya dibuat dari pasir meskipun ada kalanya digunakan pula
plaster, lempung, keramik atau bahan tahan api lainnya.
PASIR
Ada dua cara pengecoran dengan menggunakan cetakan pasir. Pembagian dilakukan
berdasarkan jenis pola yang digunakan:
Pembuatan Cetakan
Sebagai contoh akan diuraikan pembuatan roda gigi seperti pada Gambar 5.2 di
bawah ini. Cetakan dibuat dalam rangka cetak (flak) yang terdiri dari dua bagian,
bagian atas disebut kup dan bagian bawah disebut drag. Pak kotak cetak yang terdiri
dari tiga bagian, bagian tengahnya disebut cheek. Kedua bagian kotak cetakan
disatukan pada tempat tertentu dengan lubang dan pin.
Kerugiannya adalah :
Cetakan pasir basah merupakan cetakan yang banyak digunakan dan paling
murah. Kata “basah” dalam cetakan pasir basah berati pasir cetak itu masih cukup
mengandung air atau lembab ketika logam cair dituangkan ke cetakan itu. Istilah lain
dalam cetakan pasir adalah skin dried. Cetakan ini sebelum dituangkan logam cair
terlebih dahulu permukaan dalam cetakan dipanaskan atau dikeringkan. Karena itu
kekuatan cetakan ini meningkat dan mampu untuk diterapkan pada pengecoran
produk-produk yang besar, dibuat dari campuran pasir, lempung, dan air.
Cetakan pasir basah juga banyak digunakan untuk besi tuang, paduan logam
tembaga dan aluminium yang beratnya relatif kecil (maksimum 100 kg).
Keunggulan :
Kelemahan :
· Uap lembab dalam pasir dapat menyebabkan kerusakan pada berberapa coran,
tergantung pada logam dan geometri coran.
Komposisi :
· Pasir (80-90) %.
· Bentonit (10-15) %.
· Air (4-5) %.
· Bahan penolong /grafit (2-3) %.
Komposisi :
· Pasir (80-90) %.
· Tanah liat (10-15) %.
· Gula tetes (1-2) %.
· Pitch (1-1,5) %.
· Milase (0,5-1) %.
· Air (kurang dari 4 %)
Keunggulan :
Kelemahan :
CO2-process
Terdiri dari:
Air kaca 2% – 5%
Digunakan untuk membuat inti dan dalam batasan yang sempit juga cetakan.
Karakteristik:
Peleburan Logam
Bahan tahan api diklasifikasikan dalam beberapa jenis, yaitu golongan basa, asam,
dan netral. Pemilihin ini tergantung pada jenis dapur apa yang akan digunakan.
Batu bata silika merupakan suatu refraktori yang mengandung paling sedikit 93
% SiO2. Bahan bakunya merupakan batu yang berkualitas. Batu bata silika berbagai
kelas memiliki penggunaan yang luas dalam tungku pelelehan besi dan baja dan
industri kaca. Sebagai tambahan terhadap refraktori jenis multi dengan titik fusi yang
tinggi, sifat penting lainnya adalah ketahanannya yang tinggi terhadap kejutan
panas (spalling) dan kerefraktoriannya.
Sifat batu bata silika yang terkemuka adalah bahwa bahan ini tidak melunak pada
beban tinggi sampai titik fusi terdekati. Sifat ini sangat berlawanan dengan beberapa
refraktori lainnya, contohnya bahan silikat alumina, yang mulai berfusi dan retak
pada suhu jauh lebih rendah dari suhu fusinya. Keuntungan lainnya adalah tahanan
flux dan stag, stabilitas volum dan tahanan spalling tinggi.
2. Semen tahan api
Semen merupakan salah satu bahan perekat yang jika dicampur dengan air
mampu mengikat bahan-bahan padat seperti pasir dan batu menjadi suatu kesatuan
kompak. Sifat pengikatan semen ditentukan oleh susunan kimia yang dikandungnya.
Adapun bahan utama yang dikandung semen adalah kapur (CaO), silikat (SiO2),
alumunia (Al2O3), ferro oksida (Fe2O3), magnesit (MgO), serta oksida lain dalam
jumlah kecil. Bahan pengikat berfungi untuk mengikat batu bata tahan api, serta
untuk menutup celah yang terjadi dari penyusunan batu bata. Bahan pengikat yang
dipakai ini adalah semen tahan api yang juga dapat menambah ketahanan bahan
tahan api terhadap suhu tinggi.
Refraktori semen tahan api, seperti batu bata tahan api, semen tahan api silica dan
refraktori tanah liat alumunium dengan kandungan silika (SiO2) yang bervariasi
sampai mencapai 78% dan kandungan Al2O3 sampai mencapai 44%. Tabel 2.1
memperlihatkan bahwa titik leleh (PCE) batu bata tahan api berkurang dengan
meningkatnya bahan pencemar dan menurunkan Al2O3. Bahan ini seringkali
digunakan dalam tungku, kiln dan kompor sebab bahan tersebut tersedia banyak dan
relatif tidak.