Anda di halaman 1dari 29

TUGAS BESAR

ERGONOMI
KELOMPOK 8
YUKI SURATMAN (105060702111009)
DWI SEPTA NURHUDA
(105060707111004)
OZZYSTA AYUDYA PRAMADI (115060700111035)
AMALIA KURNIA HAPSARI
(115060700111054)
RASYIDAH ARIFI (115060701111042)

JURNAL 1
Judul
Physiological and Perceptual Responses in Male
Chinese Workers Performing Combined Manual
Materials Handling Tasks
Penulis
Kai
Way
Li,
Department
of
Industrial
Engineering and System Management, ChungHua University, Taiwan
Rui-feng Yu dan Yang Gao, Department of
Industrial Engineering, Tsinghua University,
Beijing, China
Rammohan V. Maikala, Liberty Mutual Research
Institute for Safety, Hopkinton, MA 01748, USA
Hwa-Hwa
Tsai,
Department
of
Business

Keywords

Lifting
Lowering
Carrying
Energy expenditure
Oxygen uptake
Perceived exertion

Tahun Publikasi : 2009

JURNAL 2
Judul
Work-related musculoskeletal disorders in the
automotive industry due to repetitive work implications for rehabilitation
Penulis
Michael Spallek, Walter Kuhn, Stefanie Uibel,
dan David Quarcoo (Institute of Occupational
Medicine, Charit-Universittsmedizin Berlin,
Free University Berlin, Humboldt-University
Berlin, Thielallee 69-73, 14195 Berlin, Germany)
Anke van Mark, 2Institute of Occupational
Medicine, University Lubeck, Ratzeburger Allee
160, 23538 Lbeck, Germany.
Tahun Publikasi : 2010

PHYSIOLOGICAL AND PERCEPTUAL RESPONSES


IN MALE CHINESE WORKERS PERFORMING
COMBINED MANUAL MATERIALS HANDLING
TASKS

LATAR BELAKANG
Tugas MMH sangat umum di lokasi konstruksi, dan
salah satu kontributor utama untuk gejala
muskuloskeletal untuk pekerja konstruksi. Pekerja
konstruksi menangani bahan bangunan, termasuk
semen, batu bata, baja, kayu, dan lain-lain.

Tugas MMH di lokasi konstruksi biasanya memiliki


tingkat variabilitas tinggi, baik dalam durasi dan
konten.
Kompleksitas dalam pekerjaan konstruksi
membuat peran ergonomi jauh lebih rumit
dibandingkan dengan orang-orang dalam
manufaktur dan sektor jasa.
Salah satu pendekatan yang paling diterima
secara luas dalam merancang MMH adalah untuk
merancang atau memodifikasi pekerjaan agar
tidak melebihi kemampuan dari material handling.

PERMASALAHAN
Pekerjaan konstruksi adalah salah satu
penyumbang kecelakaan kerja tertinggi di antara
semua industri di Shanghai, Cina.
Di samping kematian, masalah muskuloskeletal
juga sangat umum di pekerjaan konstruksi.

Setengah dari mereka yang diwawancarai ternyata


sedang dirawat oleh tenaga medis dengan nyeri
punggung bawah.
Dari survey tersebut disarankan untuk menyelidiki
masalah tersebut yaitu Apakah MMH berpengaruh
terhadap respon pekerja secara fisiologis?

METODE

HASIL PENELITIAN
SERAPAN OKSIGEN
Banyaknya serapan oksigen dipengaruhi oleh frekuensi
tugas kinerja dan kombinasi tinggi mengangkat
menurunkan.
Serapan oksigen selama dilakukan di sesi frekuensi dua
kali per menit (1,05 0,15 L / min) lebih tinggi dari pada
sekali per menit (0,70 0,14 L / min).
Sesi F-F memiliki penyerapan oksigen yang paling tinggi
(1,08 0,12 L / min) dibandingkan semua kombinasi
lainnya.
Sesi F-K memiliki penyerapan oksigen yang lebih tinggi
(0,92 0,17 L / min) dari pada kombinasi K-F (0,78
0,12 L / min).
Sesi K-K memiliki penyerapan oksigen yang paling
rendah (0.73 0.16 L / min).

DENYUT JANTUNG
Denyut jantung untuk sesi dilakukan di frekuensi
dua kali per menit (111,3 8,5 denyut / menit) lebih
tinggi dibandingkan dengan satu kali per menit
(97,0 10,1 denyut / menit).
Sesi kombinasi F-F memiliki detak jantung yang
paling tinggi (115,0 10,5 denyut / menit)
dibandingkan semua kombinasi lainnya. Kinerja
selama kombinasi dari F-K memiliki detak jantung
yang lebih tinggi (103,5 9,4 denyut / menit)
dibandingkan dengan K-F (102,1 7,6 denyut /
menit), dan K-K memiliki frekuensi detak jantung
paling rendah (95,9 9,4 denyut / menit).

NILAI RPE
RPE selama frekuensi tugas dua kali per menit (12.1 0.9)
lebih tinggi dibandingkan dengan satu kali per menit
(10,8 1.0).
Nilai RPE juga menunjukkan bahwa sesi dengan
kombinasi F-F adalah kombinasi yang paling stress
sedangkan K-K adalah sedikit di antara semua
kombinasi.
DENYUT JANTUNG ISTIRAHAT
Rata-rata denyut jantung istirahat yang diperoleh adalah
82 denyut / menit, sedangkan denyut jantung rata-rata
bekerja maksimal untuk tugas diperoleh selama kinerja
frekuensi tugas tertinggi adalah 115 denyut / menit.

KESIMPULAN
Kedua variabel, yaitu frekuensi dan kombinasi
tinggi secara signifikan mempengaruhi respon
pekerja fisiologis dan subjektif pada ketegangan
seluruh tubuh, dengan frekuensi penanganan
tugas adalah faktor yang lebih dominan
dibandingkan dengan kombinasi yang berbeda dari
yang mengangkat dan menurunkan ketinggian.

IMPLEMENTASI DI INDONESIA
Mayoritas pekerja di Indonesia juga menggunakan
manual material handling dalam melakukan
aktifitas kerja.
Analisa mengenai pengaruh MMH terhadap
fisiologis pekerja hanya dilakukan di kebanyakan
perusahaan besar, sedangkan hal ini perlu
diperhatikan di seluruh kegiatan produksi
berkaitan dengan ergonomi.
Untuk menganalisis hal tersebut, industrial
engineer dapat menggunakan sistem perhitungan
ANOVA seperti pada jurnal ini agar dapat
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pekerja banyak mengalami masalah
musculoskeletal dengan mudah (menggunakan
Two Way ANOVA).

WORK RELATED MUSCULOSKELETAL DISORDERS IN


THE AUTOMOTIVE INDUSTRY DUE TO REPETITIVE
WORK - IMPLICATIONS FOR REHABILITATION

LATAR BELAKANG
Gangguan muskuloskeletal (MSDS) karena
pekerjaan berulang sudah umum terjadi di
industri manufaktur, seperti industri otomotif.
Masih belum jelas pemeriksaan kerja
apakah sudah sesuai dengan yang
diharapkan di dalam industri otomotif.
Belum ada metode pemeriksaan
mana yang efektif untuk
melakukan diagnosa ada atau tidaknya MSDS
akibat pekerjaan yang berulang.

PERMASALAHAN
Dalam jurnal ini, penulis ingin mengetahui apakah
ada musculoskeletal disorders (MSDS) yang
terjadi pada industri otomotif yang dikarenakan
pekerjaan yang berulang-ulang.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menentukan jenis MSDS pada pegawai lapangan
dan pegawai kantoran pada industri otomotif dan
untuk mengetahui adakah hubungan gangguan
individu yang terjadi akibat pekerjaan yang
berulang-ulang.

METODE
Jurnal ini meneliti status kesehatan pada 2 buah
populasi pada dua buah pabrik di Jerman.

Plant A assembled
gearboxes and
small service parts
for two German car
Manufacturers
67 orang

Plant B
manufactured light
duty vehicles and
small passenger
busses.
209 orang

HASIL PENELITIAN

POPULASI 1
Dari 67 pekerja di bagian pertama dari penelitian,
sebagian besar (52,5%) didiagnosis dengan tandatanda klinis untuk
tendovaginitis lengan bawah.
Gangguan fleksor dari lengan kalah jumlah gangguan
ekstensor lengan hampir 3:1.
Karena sifat berulang digunakan pekerja pada lini
perakitan, memutar membutuhkan gerakan, maka
tingkat epicondylagia antarapekerja dalam penelitian
ini berada dalam kisaran yang sama.
Selanjutnya, hasil informasi tes fungsional membantu
para dokter membuat keputusan tentang pilihan
pengobatan dan cuti pekerja sakit serta pada perlunya
pencegahan efektif, pelatihan, atau aspek rehabilitasi.

POPULASI 2
Studi dari 209 karyawan yang bekerja di VDTs
menunjukkan bahwa 24,4% dari subyek memiliki
pembatasan gerak.
Daerah bahu dan leher yang lebih sering terkena
dibanding lengan bawah. Fungsional tes gerakan
di leher, bahu dan lengan menunjukkan terjadi
penurunan rotasi terbesar dan sisi-fleksi vertebra
serviks dari menengah dan bawah.
Hasil penelitian menunjukkan 97% dari subyek
tidak memiliki
hasil uji fungsional luar biasa atau pembatasan
gerakan pada pergelangan tangan dan lengan.

KESIMPULAN
Pekerjaan yang berulang dapat menimbulkan
berbagai penyakit, seperti MSDS, tendovag
ekstensor, tendovag flexor, chiroagn, epikondyl,
cedera leher, bahu, dan lengan, bahkan trauma.
Maka dari itu, diperlukan pembatasan kegiatan
kerja di dalam perusahaan khususnya dalam hal
pekerjaan berulang.

IMPLEMENTASI DI INDONESIA
Repetitive work sebagian besar dilakukan oleh
pekerja di Indonesia. Dibutuhkan penelitian lebih
lanjut tentang pengaruhnya terhadap MSDS,
karena hal ini masih jarang dilakukan kecuali pada
industri besar yang memiliki standar kerja yang
jelas bagi pekerjanya.
Jika jurnal tersebut di implementasikan di
Indonesia, akan terjadi perbaikan kinerja pekerja,
karena dilakukan pendataan penyakit yang
pernah diderita setelah kerja, dan kemudian
perusahaan mampu melakukan perbaikan untuk
meningkatkan produktivitas pekerjanya.

TERIMA KASIH
SEE YOU NEXT TIME ~

Anda mungkin juga menyukai