Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS PENGARUH AKTIVITAS ANGKAT

DI
PELABUHAN

KELOMPOK 20
LATAR BELAKANG

 Pekerjaan angkat dan angkut merupakan salah satu contoh dari sekian banyak kondisi kerja yang masih perlu
mendapat perhatian.
 pekerjaan angkat dan angkut melibatkan ratusan pekerja untuk bongkar muat baik dari kapal maupun dari
kontainer.
 pekerjaan bongkar muat merupakan pekerjaan fisik yang berat, faktor-faktor lain seperti kondisi kerja dan
lingkungan kerja yang tidak ergonomis juga memberikan beban tambahan kepada para pekerja.
 Masalah-masalah tersebut di atas apabila tidak dikendalikan dengan baik, akan dapat memberikan stres kepada
pekerja yang melampaui batas kemampuannya, pada akhirnya dapat menyebabkan gangguan kenyamanan,
kesehatan dan keselamatan para pekerja.
 pekerjaan manual handling dan lifting merupakan penyebab utama terjadinya cedera tulang belakang (back
pain)
 Sekitar 25% kecelakaan kerja juga terjadi akibat pekerjaan material manual handling [Pulat,1992 dan Helander,
1995].
 penelitian ini perlu dilakukan dalam upaya mencari alternative pemecahan masalah, sehingga pekerja dapat
bekerja secara nyaman, aman, sehat, efisien dan produktif.
METODE

 Penelitian dilakukan di pelabuhan Benoa


 Objek yang diteliti meliputi; sikap kerja; cara mengangkat; medan kerja; beban angkat dan
lingkungan kerja.
 pengaruh yang diteliti meliputi; beban kerja, gangguan otot skeletal dan kelelahan akibat
kerja.
 Penelitian ini merupakan studi kasus dengan rancangan one-group pretest-post test design.
 Berdasarkan purposive sampling ditetapkan sebanyak 25 orang pekerja
 bongkar muat sebagai subjek. Selanjutnya dilakukan observasi terhadap sistemkerja
bongkar muat dari kontainer dan dilakukan pengukuran mikroklimat di sekitarlokasi kerja.
 Beban kerja dihitung berdasarkan parameter denyut nadi kerja dengan menggunakan
metode 10 denyut dengan cara palpasi pada arteri radialis. Penghitungan denyut nadi
dilakukan pada waktu sebelum kerja dan sebelum istirahat.
 dilakukan pengisian kuesioner tentang gangguan system muskuloskeletal pada akhir jam
kerja dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map.
 Kelelahan diukur berdasarkan reaksi rangsang suara dan cahaya selama 2 kali yaitu sebelum
kerja dan setelah kerja.
Uji statistik yang akan dipakai untuk menganalisis data dari
masingmasing pengukuran adalah sebagai tersebut berikut ini.
1) Hasil observasi sistem kerja dianalisis secara deskriptif yang
dianalisis.
2) Analisis perbedaan kemaknaan rerata antara denyut nadi

ANALISIS DATA
istirahat dengan denyut nadi kerja di analisis dengan uji
statistik t-paired pada tingkat kemaknaan ( α =0,05).
3) Hasil pengukuran reaksi rangsang suara dan cahaya antara
sebelum kerja dan pada akhir jam kerja dianalisis dengan uji
t-paired pada tingkat kemaknaan ( α =0,05).
4) Untuk menganalisis adanya gangguan sistem muskuloskeletal
pada pekerjaadalah menggunakan analisis proporsional.
1. SISTEM KERJA PADA PEKERJAAN BONGKAR MUAT DARI
HASIL KONTAINER
&  cara mengangkat yang dilakukan para pekerja bongkar muat tersebut salah, yang
PEMBAHASAN disebabkan karena ketinggian landasan angkat yang terlalu rendah. Dimana pekerja
selalu membungkukkan pinggang saat mengangkat.
 Di Amerika dilaporkan bahwa, hampir 20% dari seluruh kasus cedera di tempat kerja dan
hampir 25% dari pembayaran kompensasi kesehatan merupakan kasus cedera tulang
belakang [Waters & Putz-Anderson, 1996].
 Cara angkat yang baik harus memenuhi dua prinsip kinetis.
a.Pertama, beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang kuat dan sebanyak
mungkin otot tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari pembebanan.
b.Kedua, momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan. Untuk
mencegah terjadi kerusakan tulang belakang lebih lanjut, maka harus memberikan
pengertian dan penjelasan kepada para pekerja tentang Teknik mengangkat yang benar
Lanjutan..

Cara mengangkat yang benar menurut [Thurman, Louzine, &


Kogi, 1988; Grandjean, 1993 dan Helander, 1995].
a. Pegangan terhadap bahan yang diangkat harus tepat.
b. Lengan harus berada sedekat mungkin dengan badan dan
dalam posisi lurus.
c. Posisi tulang belakang harus tetap lurus.
d. Dagu segera ditarik setelah kepala bisa ditegakkan.
e. Posisi kaki merenggang untuk membagi momentum dalam
posisi mengangkat.
f. Berat badan dimanfaatkan untuk; menarik dan mendorong,
sedangkan gaya untuk gerakan dan perimbangan.
g. Beban diusahakan sedekat mungkin terhadap garis vertikal
yang melalui pusat gravitas tubuh (center of gravity).
Lanjutan…
Cara Meredesain Tinggi Landasan Angkat Sehingga Ke Tinggi Beban Yang
Diangkat Berada Antara Ketinggian Lutut Dan Bahu (40-130 Cm Dari Alas Kaki):

a. tinggi rak landasan semen yang


diangkut forklift ditinggikan dari
12 cm menjadi 40 cm; atau
dengan menumpuk 3 rak semen
kosong sebagai landasan.
b. tumpukan semen mak-simum 5
zak ke atas dan 2-3 zak ke
samping, sehingga ketinggian
maksimum semen dari alas kaki
130 cm
Lanjutan…

2. PENILAIAN LINGKUNGAN KERJA PANAS


 Dari hasil pengujian mikroklimat di sekitar lokasi bongkar muat, didapatkan
rerata Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) sebesar 32,7oC.
 Dirokemendasikan bahwa,untuk pekerjaan dengan beban kerja berat dengan ISBB sebesar 32,7oC
maksimumhanya boleh kerja 25% dan istirahat 75% [ACGIH, 1991 dan Permennaker, 1999].
 Kondisi tersebut diperburuk oleh tingginya suhu radiasi dari pancaran sinar matahari (39,3oC ) dan
kelembaban (82%) yang menyebabkan sulit untuk berkeringat sehingga badan terasa panas dan gerah.
Untuk mengatasi keadaan tersebut pekerja harus menggunakan pakaian yang dapat memantulkan panas
(warna terang); topi; sepatu; pembagian waktu kerja-istirahat yang tepat dan sesering mungkin minum air
untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.
 Di samping sistem kerja (cara mengangkat; ketinggian landasan kerja; waktukerja; regu kerja;dll.),
ternyata mikroklimat juga dapat mempengaruhi performansikerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan
beban kerja dan mempercepatmunculnya kelelahan dan keluhan subjektif (ACGIH, 1991dan Bernard,
1996)
Lanjutan…

3. PENILAIAN BEBAN KERJA PADA PEKERJAAN BONGKAR MUAT

 pendekatan untuk mengetahui berat


ringannya beban kerja fisik adalah
dengan menghitung nadi kerja,
konsumsi oksigen, kapasitas ventilasi
paru dan suhu inti tubuh.  beban kerja fisik dalam kategori berat,
 Dari hasil penghitungan denyut nadi maka kondisi tersebut menyebabkan
didapatkan rerata denyut nadi kerja beban kardiovaskuler meningkat
sebesar 133,92 denyut/menit. sehingga kelelahan akan cepat muncul.
 Berdasarkan rerata denyut nadi kerja  direkomendasikan batas beban
tersebut maka beban kerja dalam kardiovaskuler yang aman yaitu denyut
kategori beban berat. Dibandingkan nadi kerja tidak melebihi 110
dengan rerata denyut nadi istirahat denyut/menit untuk 8 jam shift kerja
(76,75 denyut/menit) terdapat dan tidak melebihi 130 denyut/menit
peningkatan denyut nadi sebesar 57,17 untuk sebagian shift kerja [Konz,
denyut/menit (74,49 %). 1996].
Lanjutan..
4. PENGARUH AKTIVITAS ANGKAT TERHADAP KELUHAN MUSKULOSKELETAL

 problem utama dari bentuk kerja bukan masalah kerja berat pada otot,
melainkan lebih banyak pada pemakaian dan kerusakan pada intervertebral
discs dengan peningkatan resiko cedera bagian belakang (back troubles).
Kondisi tersebut menyebabkan penurunan tingkat mobilitas dan vitalitas
pekerja [Grandjean, 1993].
 Dari hasil pengisian kuesioner Nordic Body Map pada akhir jam kerja,
ternyata sebagian besar operator mengalami gangguan sistem
muskuloskeletal. Kenyerian atau keluhan pada otot skeletal yang dominan
adalah pada bagian punggung dan pinggang (91,67%); bahu kiri & kanan,
lutut kiri & kanan (88,33%); lengan atas kiri, betis kanan dan jari kaki kiri
(66,7%); sedangkan anggota tubuh lainnya kurang dari 50%.
Lanjutan..
5. PENGARUH PEKERJAAN BONGKAR MUAT TERHADAP KELELAHAN

 Kelelahan secara umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang
disebabkan oleh karena monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan
lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi.
 Kelelahan subjektif biasanya terjadi pada akhir 8 jam kerja/hari, apabila rata-rata beban
kerja melebihi 30-40% dari tenaga aerobic maksimal [Astrand & Rodahl, 1977 dan
Pulat, 1992].
 Dalam penelitian ini kelelahan diukur secara objektif dengan mengukur reaksi
terhadap rangsang cahaya dan rangsang suara.Tingkat kelelahan diindikasikan dari
terjadinya pemanjangan waktu reaksi antara sebelum kerja dengan setelah kerja.
 setelah bekerja 3 kali shift (masing-masing shift kerja sekitar 60 menit-istirahat 45
menit), ternyata pekerja bongkar muat msih mengalami kelelahan yang cukup
signifikan. Untuk mengatasi keadaan tersebut, perlu dilakukan pengendalian secara
administratif, yaitu menyediakan tempat yang teduh untuk digunakan pada saat pekerja
istirahat, sehingga terjadi pemulihan segera setelah bekerja pada tiap shifnya.
KESIMPULAN
Sistem kerja, seperti pembagian regu kerja; jam kerja-istirahat
sudah cukup baik.

Teknik cara mengangkat dan ketinggian landasan kerja tidak


ergonomis

Beban kerja fisik dan beban kardiovaskuler dalam


kategori beban berat.

Berdasarkan indek suhu bola basah (ISBB), pekerjaan bongkar muat


hanyaboleh bekerja 25% dan 75% istirahat.

Pengaruh cara mengangkat yang salah, kondisi kerja yang tidak ergonomisdan
lingkungan panas menyebabkan gangguan otot skeletal (khususnya tulang
belakang) dan kelelahan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai