Anda di halaman 1dari 26

LABORATORIUM

PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI


LAPORAN PRAKTIKUM

MODUL IV
RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL)

OLEH:
SHIFT: SABTU PAGI

KELOMPOK XV
1. ELTIRA MUTIARA 1510017311021
2. ANGGA HICOAN M.IKHSA N 1510017311032

LAB. PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Revolusi Industri merupakan periode antara tahun 1750-1850 di mana
terjadinya perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur,
pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam
terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Revolusi Industri dimulai dari
Britania Raya dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa Barat, Amerika Utara,
Jepang, dan menyebar ke seluruh dunia.
Revolusi Industri dimulai pada akhir abad ke-18, di mana terjadinya peralihan
dalam penggunaan tenaga kerja di Inggris yang sebelumnya menggunakan tenaga
hewan dan manusia, yang kemudian digantikan oleh penggunaan mesin yang berbasis
menufaktur. Periode awal dimulai dengan dilakukannya mekanisasi terhadap industri
tekstil, pengembangan teknik pembuatan besi dan peningkatan penggunaan batubara.
Ekspansi perdagangan turut dikembangkan dengan dibangunnya terusan, perbaikan
jalan raya dan rel kereta api. Adanya peralihan dari perekonomian yang berbasis
pertanian ke perekonomian yang berbasis manufaktur menyebabkan terjadinya
perpindahan penduduk besar-besaran dari desa ke kota, dan pada akhirnya
menyebabkan membengkaknya populasi di kota-kota besar di dunia.
Disamping berkembang pesatnya industri manufaktur di dunia, maka tenaga
kerja atau operator juga semakin meningkat. Salah satu pekerjaan operator dalam
perusahaan adalah mengangkat beban. Kondisi fisik terutama posisi badan operator
ketika mengkat beban ini sangat berpengaruh terhadap produktivitas suatu
perusahaan. Yang pasti perusahaan tidak ada yang menginginkan jika terjadi cidera
atau kecelakaan pada tenaga kerjanya, karena mennyangkut dengan produktivitas.
Untuk mencapai hasil maksimal ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
melakukan pekerjaan. Misalnya berat beban dan jarak beban dari tangan. Jika hal ini
dilakukan maka terciptalah keamanan dan kenyamanan si operator atau tenaga kerja
dalam melakukan pekerjaanya.
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat mengenal parameter – parameter apa saja yang perlu
diukur.
2. Mahasiswa mampu menganalisa cara kerja yang ada sekarang.
3. Mahasiswa mampu merancang cara kerja baru sesuai dengan RWL.

1.3 ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


1. Meteran
2. Alat tulis
3. Pengukur sudut
4. Beban yang akan diangkat
5. Stopwatch

1.4 BATASAN MASALAH


Dalam hal ini kita melakukan suatu pekerjaan pengangkatan beban yang
beraagam beratnya. Apakah cara dalam pengangkatan beban itu sudah yang terbaik
dan tidak melukai si pekerja. Untuk pratikum Recommended Weight Limit, kita hanya
melakukan single task (tugas tunggal) sehingga dapat diketahui lifting indeks, untuk
masing-masing beban yang diangkat.

1.5 PENTINGNYA PEMECAHAN MASALAH


RWL merupakan produk perusahaan NIOSH yang telah direvisi. RWL
didefinisikan sebagai berat beban yang dapat diangkat oleh semua pekerja yang sehat
selama periode tertentu maksimal 8 jam kerja tanpa mengakibatkan cedera pada
tulang belakang. Nilai RWL dan LI dan masing-masing beban yang diangkat dapat
digunakan melakukan redesign pada pekerjaan pengangkatan manual. Sehingga kita
dapat menganalisa cara kerja sekarang dan membuat usulan yang dapat memberikan
kenyamanan pekerjaan.
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang, tujuan praktikum, alat dan bahan
yang digunakan, batasan masalah, pentingnya pemecahan masalah,
serta sistematika penulisan laporan.

BAB II LANDASAN TEORI


Bab ini berisikan uraian tentang teori-teori yang mendukung
tentang RWL.

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


Pada bab ini terdapat data-data yang digunakan dalam
perancangan, juga data-data yang didapat dari praktikan secara
keseluruhan.

BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini berisikan tentang analisa yang diperoleh dari pengumpulan
dan pengolahan data.

BAB V PENUTUP
Berisikan kesimpulan secara keseluruhan yang dapat ditarik
yang ada hubungannya dengan tujuan praktikum yang telah
dicapai dan saran-saran yang membangun untuk penyempurnaan
pencapaian tujuan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 RWL (Recommended Weight Limit)


The National Institute for Occupational and Health (NIOSH) yang berdiri
pada tahun 1981 telah dapat membuat persamaan yang dapat membantu bagi praktisi
agar dapat mengevaluasi suatu pekerjaan pengangkatan benda secara manual, denagn
memberikan fokus perhatian pada segi keselamatan dan kesehatan bagi para pekerja.
Persamaan yang dikeluarkan NIOSH memberikan suatu nilai beban angka teoritis
yang disarankan untuk pekerjaan mengangkat benda yang disebut Recommended
Weight Limit (RWL). Karena persamaan tahun 1981 hanya dapat diterapkan pada
lingkungan yang sempit maka pada 1991 NIOSH melakukan revisi dengan maksud
agar persamaan pengangkatan (lifting equalio) ini dapat diterapkan pada lingkungan
yang lebih luas.

Gambar 2.1 Contoh Posisi Gerakan


Persamaan yang dibuat tahun 1991 memberikan faktor pengali tambahan
berupa perhitungan penggerak asimetrik dan faktor pengangkatan tangan sebagai
fungsi kopling. Tujuan dari persamaan pembebanan ini adalah untuk mencegah dan
mengurangi terjadinya cedera tulang punggung belakang bagian bawah bagi pekerja
yang melakukan aktivitas pengangkatan beban secara manual. Ada tiga kriteria yang
menjadi komponen utama dalam persamaan yaitu kriteria biomekanika fisiologis dan
psikofisik.
Persamaan NIOSH berlaku pada keadaan :
1. Beban yang diberikan adalah beban statis, tidak ada penambahan ataupun
pengurangan beban di tengah-tengah pekerjaan.
2. Beban diangkat dengan kedua tangan
3. Pengangkatan atau penurunan benda dilakukan dalam waktu maksimal 8 jam.
4. Pengangkatan atau penurunan beban tidak boleh dilakukan saat duduk atau
berlutut .
5. Tempat kerja tidak sempit.
a. Ketetapan NIOSH untuk Perancangan Kriteria Biomekanika 
Hipotesis biomekanika menetapkan bahwa kemampuan mengangkat
merupakan kombinasi fungsi dari kekuatan otot dan kekuatan structural tubuh
seseorang. Terutama pada lumbar tulang belakang. Komite NIOSH ( 1991 )
mengumpulkan data dari berbagai studi dan hasil penelitian beberapa ahli untuk
menentukan besarnya gaya tekan pada lumbar 15/SI. Jager dan Luttman ( 1989 )
menemukan bahwa rata-rata gaya tekan pada lumbar adalah 4,4 kN dengan standar
deviasi 1,88 kN. Hasil menyatakan bahwa kira-kira 30 % tekanan akhir dibagian
lumbar lebih kecil dari 3,4 kN dan 16 % tekanannya lebih kecil dari 2,5 kN.
Berdasarkan studi lapangan yang telah dilakukan oleh para ahli, Komite NIOS 1991
menyimpulkan bahwa gaya pada tulang punggung tidak lebih dari 3,4 kN. Namun
studi lebih lanjut perlu dilakukan untuk melihat apakah gaya tekan pada tulakang
punggung tidak lebih dari 3,4 kN pada 15 / SI telah dapat melindungi semua pekerja
dari cedera tulang belakang. 
b. Ketetapan NIOSH untuk Perancangan Kriteria Fisiologi 
Komite NIOSH 1991 memilih kriteria psiologi yaitu pengeluaran
energi pada pengangkatan yang berulang. Energi erobik dan oksigen yang diperlukan
unruk menyuplai otot yang berkontraksi. Proses erobik yaitu perubahan ATP
(adenosin tri pospart) menjadi ADP (adenosin di pospart) dan energi dengan bantuan
oksigen yang cukup. Jika aktivitas telah melebihi produksi energi pekerja, maka
seluruh tubuh akan merasa kelelahan. Kerja berat didefenisikan sebagai usaha otot
besar > 70% dari maksimum dari interaksi yang terjadi.
Untuk mengontrol kelelahan yang berlebihan kapasitas erobik
maksimum ditetapkan untuk menentukan maksimum pengeluaran energi pada
pengangkatan berulang. Kapasitas erobik berbeda untuk setiap indipidu tergantung
pada usia, jenis kelamin dan sebagainya. Komite NIOSH 1991 menetapkan kapasitas
erobik adalah 9,5 Kkal/menit (nilai 95 Kkal/menit = kapasitas 4000 Kkal/hari dalam
420 menit /periode kerja). Nilai 9,5 Kkal /menit didasarkan pada asumsi data
kapasitas erobik rata-rata pekerja wanita usia 40 tahun. Dasar kapasitas erobik
selanjutnya disesuaikan dengan perbedaan lokasi dan durasi pengangkatan.
RWL merupakan produk perusahaan NIOSH yang telah direvisi. RWL
didefinisikan sebagai berat beban yang dapat diangkat oleh semua pekerja yang sehat
selama periode tertentu maksimal 8 jam kerja tanpa mengakibatkan cedera pada
tulang belakang. Yang dimaksud dengan pekerjaan yang sehat pekerja yang bebas
dari kondisi kesehatan yang rawan yang akan meningkatkan resiko cedera otot.
Adapun rumusan yang diberikan NIOSH untuk RWL ini adalah:

RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
Tujuan dari
persamaan pengankatan ini adalah untuk mencegah terjadinya cedera tulang belakang
bagian bawah (low back pain) bagi pekerja dalam melakukan aktivitas pengangkatan
beban secara manual. Juga persamaan ini mereduksi kemungkinan timbul berbagai
cedera akibat dari pekerjaan pengangkatan beban manual itu.
Faktor–faktor pengali pada persamaan yang telah direvisi terdiri dari enam
koefisien yang digunakan sebagai pengurang konstanta beban berdasarkan
karakteristik komponen pengangkatan beban yang berbeda dari lokasi standar
pengangkatan beban atau kondisi yang optimal. Kondisi–kondisi atau faktor ini telah
diidentifikasikan sebagai salah satu atau lebih studi epidiomologi tentang
pengangkatan beban secara manual.
Keenam pengali (koefisien) didapat dari sejumlah litersi dimana koefisien
yang telah direvisi ini digunakan untuk mempekirakan beban yang boleh diangkat.
1. Konstanta Beban (Load Constanta/LC)
Nilai LC ini ditentukan berdasarkan maksimum beban yang dibolehkan untuk
diangkat pada lokasi standar dibawah kondisi yang optimum. Pengertiannya
adalah pengangkatan dilakukan pada posisi sagital, dengan frekuensi tidak
terlalu sering, kopling yang baik dan lokasi perpindahan ≤ 25 cm. Berat beban
maksimum yang direkomendasikan untuk pengangkatan pada posisi
pengangkatan standar dalam kondisi optimal yaitu 23 kg atau 51 lbs.
pemilihan konstanta beban berdasarkan pada kriteria psikofik dan biomekanik.

Pada tahun 1991, komite NIOSH mengestimasi bahwa pengangkatan beban


ekivalen dengan konstanta beban dalam kondisi yang ideal dimana dapat
diterima oleh 75% pekerja wanita dan 90% pekerja dan gaya tekan terhadap
ruas–ruas tulang belakang berkurang dari 3,4 Kn.

2. Faktor Pengali Horizontal (Horizontal Multiplier/HM)


Studi tentang biomekanik dan psikofisik mengindikasikan bahwa semakin
besar jarak horizontal beban terhadap terhadap tulang belakang, maka
semakin besar pula gaya tekan terhadap lempengan (disc) dan menurunkan
batas maksimum beban yang diperbolehkan untuk diangkat. Tegangan acial
pada tulang belakang selama pengangkatan beban secara umum meningkat
secara proporsional dengan jarak horizontal antara beban dengan tulang
belakang.
Pengali horizontal ditetapkan:

Hm = 25 / H

Dimana H = jarak horizontal dalam centimeter.


Hm = 10 / H

Dimana H = jarak horizontal dalam inchi.

3. Faktor Pengali Vertikal (Vertical Multiplier/VM)


Studi tentang biomekanik menjelaskan bahwa terjadi tegangan lumbar yang
meningkat pada pengangkatan yang makin mendekati lantai. Studi tentang
epidemologi mengindikasikan bahwa pengangkatan beban yang semakin
mendekati lantai berhubungan dengan semakin membesarkan prosentase
cedera tulang belakang bagian bawah karena pengangkatan beban.

Pengali vertikal ditetapkan:

VM = ( 1 – 0.003 l V – 75 l )

Dimana V = tinggi vertikal dalam centimeter.

VM = ( 1 – 0.0075 l V – 30 l )

Dimana V = tinggi vertikal dalam inchi.

4. Faktor Pengali Jarak (Distance Multiplier/DM)


Hasil dari studi psikofisik memperkirakan terjadi penurunan 15% terhadap
MAWL ketika jarak total perpindahan mendekati maksimum (benda diangkat
dari lantai sampai ke bahu). Hasil ini juga mengindikasikan peningkatan
kebutuhan fisiologis sejalan dengan peningkatan jarak pengangkatan.
Sehingga untuk pengangkatan dimana total jarak perpindahan ≤ 25 cm (10
inchi) dan kenaikan kebutuhan fisiologisnya tidak signifikan, maka pengali
haruslah konstant.
Pengali jarak yang dietapkan:

DM = 0.82 + ( 4.5 / D )

Dimana D = total jarak perpindahan dalam centimeter.

DM = 0.82 + ( 1.8 / D )

Dimana D = total jarak perpindahan dalam inchi.

5. Faktor Pengali Asimetri (Asymetric Multiplier/AM)


Pengangkatan asimetri adalah pengangkatan beban yang tidak pada bidang
sagital atau pengangkatan dimana benda kerja ditempatkan membentuk sudut
terhadap bidang sagital. Sampai kini sedikit penyelidikan yang memberikan
data hubungan antara pengangkatan asimetri dengan kapasitas maksimum
beban yang dibolehkan untuk diangkat. Hasil dari penelitian biomekanik juga
mendukung pengurangan terhadap MAWL akibat pengangkatan secara
asimetri. Maka pada tahun 1991 pengali asimetri ditentukan sebagai yang
mengurangi sekitar 30% dari beban yang dibolehkan untuk diangkat pada
pengangkatan dengan sudut pergerakan 900.

6. Faktor Pengali Kopling (Coupling Multiplier/CM)


Beban yang harus diangkat umumnya dilengkapi dengan suatu komponen
yang dimaksudkan sebagai alat pemegang pada saat pekerja hendak
mengangkat beban tersebut. Kegunaan dari komponen pelengkap ini adalah
agar pekerja dapat mengangkat beban dengan lebih baik. Selanjutnya
komponen ini kita sebut sebagai pegangan tangan (handle). Perpaduan kerja
antara fungsi tangan handle yang ada inilah yang disebut dengan kopling.
Penyelidikan psikofisik menemukan bahwa terjadi penurunan nilai MAWL
pada pekerjaan pengangkatan beban yang tidak dilengakapi dengan handle
yang baik. Walaupun penyelidikan ini tidak secara tepat menetukan besarnya
tingkat pengurangan yang terjadi. Banyak kesimpulan yang menyatakan
bahwa untuk beban yang diangkat tanpa handle harus dilakukan reduksi
antara 7% hingga 11%.

7. Faktor Pengali Frekuensi (Frequency Multiplier/FM)


Frekuensi pengangkatan adalah jumlah pengangkatan rata – rata permenit.
Pengali frekuensi ditentukan oleh jumlah pengangkatan pernenit, jumlah
waktu yang diperlukan untuk pengangkatan (durasi) dan tinggi vertikal
pengangkatan dari lantai.

Keterangan:
RWL : Batas beban yang direkomendasikan
LC : Konstanta pembebanan = 23 kg
HM : Faktor pengali horizontal = 25/H
VM : Faktor pengali vertikal = 1 - 0.003│‌‌V-75│*
DM : Faktor pengali perpindahan = 0.82 + 4.5/D
AM : Faktor pengali asimetrik = 1 – 0.0032 A**
FM : Faktor pengali frekuensi
CM : Faktor pengali kopling (handle)

Gambar 2.2 Frekuensi Multiplayer


2.2 LI (Lifting Index)
Menyatakan nilai estimasi relatif dari tingkat tegangan fisik dalam suatu
kegiatan pengangkatan manual. Nilai estimasi tingkat tegangan fisik tersebut
dinyatakan sebagai hasil bagi antara nilai beban pengangkatan dengan nilai RWL
(Recommended Weight Limit) hasil perhitungan. Nilai LI (Lifting Index) tersebut
yaitu:
Load Weigh
LI = Recommanded Weight Limit
Atau:

R
LI =
RWL

Interpretasi atas nilai LI:


a. LI dapat digunakan untuk memprioritaskan perancangan ulang secara
ergonomis dengan cara mengurutkan pekerjaan berdasarkan besaran LI.
b. LI dapat digunakan untuk mengestimasi besaran relatif dari tekanan fisik
suatu tugas.
c. Tugas-tugas dengan nilai LI > 1.0 mengakibatkan peningkatan risiko
cedera punggung bawah (akibat pengangkatan) pada sebagian pekerja.
d. RWL dapat digunakan untuk merekomendasikan berat beban yang
akan membuat pekerjaan menjadi lebih aman.

2.3 Biomekanika
2.3.1 Ruang Lingkup Biomekanika
Biomekanika merupakan ilmu yang membahas aspek-aspek biomekanika
dari gerakan–gerakan tubuh manusia. Biomekanika merupakan kombinasi antar
keilmuan mekanika, antropometri, dan dasar ilmu kedokteran (biologi dan
fisiologi). Menurut Frankel dan Nordin, biomekanika menggunakan konsep fisika
dan teknik untuk menjelaskan gerakan pada berbagai macam bagian tubuh dan gaya
yang bekerja pada bagian tubuh pada aktivitas sehari-hari. Menurut Caffin
dan Anderson (1984), occupacional biomechanics adalah ilmu yang mempelajari
hubungan antar pekerja dan peralatannya, lingkungan kerja dan lain-lain untuk
meningkatkan performansi dan meminimisasi kemungkinan cidera.
Biomekanika dan cara kerja adalah pengaturan sikap tubuh dalam bekerja.
Sikap kerja yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula dalam
melakukan tugas. Dalam hal ini penelitian biomekanika mengukur kekuatan dan
ketahanan fisik manusia dalam melakukan pekerjaan tertentu, dengan sikap kerja
tertentu. Tujuannya untuk mendapatkan cara kerja yang lebih baik, dimana
kekuatan/ketahanan fisik maksimum dan kemungkinan cidera minimum.
Ilmu Biomekanika membahas mengenai manusia dari segi kemampuan-
kemampuannya seperti kekuatan, daya tahan, kecepatan dan ketelitian. Biomekanika
didefinisikan sebagai bidang ilmu aplikasi mekanika pada system biologi.
Biomekanika merupakan kombinasi antara disiplin ilmu mekanika terapan dan ilmu-
ilmu biologi dan fisiologi. Biomekanika menyangkut tubuh manusia dan hampir
semua tubuh mahluk hidup. Dalam biomekanika prinsip-prinsip mekanika dipakai
dalam penyusunan konsep, analisis, disain dan pengembangan peralatan dan sistem
dalam biologi dan kedoteran.
Dalam melakukan tugas-tugas yang manipulatif, maka ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, antara lain:

1. Menyeimbangkan antara gerakan yang statik dan gerak yang dinamis.

2. Menjaga kekuatan otot, dimana pemakaian otot maksimum di bawah 15%.

3. Mencegah Range of Motion (ROM) sendi yang berlebihan.

4. Menggunakan grup otot yang lebih kecil untuk kecepatan dan ketelitian.

Biomekanika merupakan salah satu dari empat bidang penelitian informasi


hasil ergonomi. Yaitu penelitian tentang kekuatan fisik manusia yang mencakup
kekuatan atau daya fisik manusia ketika bekerja dan mempelajari bagaimana cara
kerja serta peralatan harus dirancang agar sesuai dengan kemampuan fisik manusia
ketika melakukan aktivitas kerja tersebut.
Dalam biomekanik ini banyak disiplin ilmu yang mendasari dan berkaitan
untuk dapat menopang perkembangan biomekanik. Disiplin ilmu ini tidak terlepas
dari kompleksnya masalah yang ditangani oleh biomekanik ini. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat bagan di bawah ini:

Gambar 2.3 Diagram Ilmu Biomekanika

Dalam biomekanika, pada dasarnya ada 2 jenis model gerakan, yaitu:

1. Single- segment Static Model

Menggambarkan beban diterima oleh siku (elbow), yaitu gayareaksi siku (RE)


dan momen reaksi siku (ME).

2. Two-segment Static Model

Menggambarkan beban diterima oleh bahu (shoulder), yaitu gayareaksi bahu


(RE) dan momen reaksi bahu (MS).
2.3.2 Konsep Biomekanika

Biomekanika diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :


1. General Biomechanic
General Biomechanic adalah bagian dari Biomekanika yang berbicara
mengenai hukum –hukum dan konsep –konsep dasar yang mempengaruhi tubuh
organic manusia baik dalam posisi diam maupun bergerak.
Dibagi menjadi 2, yaitu:
a) Biostatics adalah bagian dari biomekanika umum yang hanya menganalisis
tubuh pada posisi diam atau bergerak pada garis lurus dengan kecepatan
seragam (uniform).
b) Biodinamic adalah bagian dari biomekanik umum yang berkaitan dengan
gambaran gerakan –gerakan tubuh tanpa mempertim-bangkan gaya yang
terjadi (kinematik) dan gerakan yang disebabkan gaya yang bekerja dalam
tubuh (kinetik) (Tayyari, 1997).
2. Occupational Biomechanic.
Didefinisikan sebagai bagian dari biomekanik terapan yang mempelajari
interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan dengan tujuan
untuk meminimumkan keluhan pada sistem kerangka otot agar produktifitas kerja
dapat meningkat.
Untuk lebih jelasnya disini akan kita bahas tentang anatomi tubuh yang
menjadi dasar perhitungan dan penganalisaan biomekanik. Dalam biomekanik ini
banyak melibatkan bagian bagian tubuh yang berkolaborasi untuk menghasilkan
gerak yang akan dilakukan oleh organ tubuh yakni kolaborasi antara Tulang, Jaringan
penghubung (Connective Tissue) dan otot yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tulang
Tulang adalah alat untuk meredam dan mendistribusikan gaya/tegangan
yang ada padanya. Tulang yang besar dan panjang berfungsi untuk memberikan
perbandingan terhadap beban yang terjadi pada tulang tersebut. Mungkin dalam
aplikasinya biomekanik selalu berhubungan dengan kerangka manusia, oleh sebab itu
di bawah ini adalah gambar kerangka manusia (Eko Nurmianto, 1996).
Gambar 2.4 Kerangka manusia (Nurmianto, 1988)

Tulang juga selalu terikat dengan otot, dan jaringan penghubung


(connective Tissue) yakni ligamen,cartilage dan Tendon. Fungsi otot disini
untuk menjaga posisi tubuh agar tetap sikap sempurna.
2. Connective Tissue atau jaringan penghubung
a. Cartilagenous
Fungsi dari sambungan Cartilagenous adalah untuk pergerakan
yang relatif kecil.
Contoh: Sambungan tulang iga ( ribs ) dan pangkal tulang iga (sternum)
Sambungan cartilagenous khusus, antara vertebrata ( ruas-ruas
tulang belakang) yaitu dikenal sebagai interveterbratal disc, yang terdiri
dari pembungkus, dan dikelilingi oleh inti (puply core). Verterbrae juga
terdapat pada ligamen dan otot. Adanya gerakan yang relatif kecil pada
setiap jointnya, dapat mengakibatkan adanya flaksibelitas badan manusia
untuk membungkuk, menengadah, dan memutar. Sedangkan disc
berfungsisebagai peredam getaran pada saat manusia bergerak baik
translasi dan rotasi (Nurmianto, 1996).
b. Ligamen
Ligamen berfungsi sebagai penghubung antara tulang dengan tulang
untuk stabilitas sambungan (joint stability) atau untuk membentuk
bagian sambungan dan menempel pada tulang. Ligamen tersusun atas
serabut yang letaknya tidak paralel. Oleh karenanya tendon dan ligamen
bersifat inelastic dan berfungsi pula untuk menahan deformasi. Adanya
tegangan yang konstan akan dapat memperpanjang ligamen dan
menjadikannya kurang efektif dalam menstabilkan sambungan (joints).
Ligamen tersebut untuk membatasi rentang gerakan. Batasan
jangkauan dapat menentukan ruang gerakan atau aktifitas yang
digambarkan oleh sistem sambungan tulang. Sambungan tulang yang
sederhana ada pada siku dan lutut. Dengan adanya alasan bahwa kedua
adalah sambungan yang membatasi gerakan fleksi (flexion). Sambungan
siku memberikan kebebasan gerak pada tulang tangan.
Lengan dan tungkai adalah sambungan yang komplek, yang mampu
untuk mengadakan gerakan 3 dimensi, Contoh: gerakan mengangkat
tangan, sambungan siku juga dibantu oleh sambungan bahu, pergerakan
rotasi seluruh tangan pada sumbunya dan gerakan lengan tangan pada
sambungan pergelangan tangannya. Tangan manusia mempunyai
flesibilitas yang tinggi dalam gerakannya (Nurmianto, 1996).
c. Tendon
Berfungsi sebagai penghubung antara antara tulang dan otot terdiri
dari sekelompok serabut collagen yang letaknya paralel dengan panjang
tendon. Tendon bergerak dalam sekelompok jaringan serabut dalam sutu
area dimana adanya gaya gesekan harus diminimumkan. Bagian dalam
dari jaringan ini mengeluarkan cairan synovial untuk pelumasan
(Nurmianto, 1996).
3. Otot ( Muscle )
Membahas masalah otot striatik yaitu otot sadar. Otot terbentuk atas
visber (fibre), dengan ukuran panjang dari 10-40 mm dan berdiameter 0,01-
0,1 mm dan sumber energi otot berasal dari pemecahan senyawa kaya
energi melalui proses aerob maupun anaerob.
a. Anaerobic
Yaitu proses perubahan ATP menjadi ADP dan energi tanpa
bantuan oksigen. Glikogen yang terdapat dalam otot terpecah menjadi
energi, dan membentuk asam laktat. Dalam proses ini asam laktat akan
memberikan indikasi adanya kelelahan otot secara local, karena kurangnya
jumlah oksigen yang disebabkan oleh kurangnya jumlah suplai darah yang
dipompa dari jantung. Misalnya jika ada gerakan yang sifatnya tiba-tiba
(mendadak), lari jarak dekat (sprint), dan lain sebagainya. Sebab lain
adalah karena pencegahan kebutuhan aliran darah yang mengandung
oksigen dengan adanya beban otot statis. Ataupun karena aliran darah yang
tidak cukup mensuplai oksigen dan glikogen akan melepaskan asam laktat.
b. Aerobic
Yaitu proses perubahan ATP menjadi ADP dan enegi dengan bantuan
oksigen yang cukup. Asam laktat yang dihasilkan oleh kontraksi otot
dioksidasi dengan cepat menjadi CO2 dan H2O dalam kondisi aerobic.
Sehingga beban pekerjaan yang tidak terlalu melelahkan akan dapat
berlangsung cukup lama. Di samping itu aliran darah yang cukup akan
mensuplai lemak, karbohidrat dan oksigen ke dalam otot. Akibat dari
kondisi kerja yang terlalu lama akan menyebabkan kadar glikogen dalam
darah akan menurun drastic di bawah norma, dan kebalikannya kadar asam
laktat akan meningkat, dan kalau sudah demikian maka cara terbaik adalah
menghentikan pekerjaan, kemudian istirahat dan makan makanan yang
bergizi untuk membentuk kadar gula dalam darah.
Hal tersebut di atas adalah merupakan proses kontraksi otot yang telah
disederhanakan analisa pembangkit energinya, dan sekaligus menandakan
arti pentingnya aliran darah untuk otot. Oleh karenanya para ergonom
hendaklah

memperhatikan hal-hal seperti berikut untuk sedapat mungkin dihindari


(Nurmianto, 1996):
a) Beban otot statis (static muscle loads).
b) Oklusi (penyumbatan aliran darah) karena tekanan, misalnya tekanan
segi kursi pada popliteal (lipat lutut).
c) Bekerja dengan lengan berada di atas yang menyebabkan siku aliran
darah bekerja berlawanan dengan arah gravitasi.
Dalam dunia kerja yang menjadi perhatian
adalah : a. Kekuatan kerja otot.
Kekuatan kerja otot bergantung pada :
1. Posisi anggota tubuh yang bekerja
2. Arah gerakan kerja.
3. Perbedaan kekuatan antar bagian tubuh.
4. Usia.
b. Kecepatan dan ketelitian.
c. Daya tahan jaringan tubuh terhadap beban.

Suatu hal yang penting untuk mengetahui jenis otot yang sesuai untuk
menopang beban statis. Beban statis yang terjadi pada semua otot harus
diminimumkan. Gaya yang terjadi pada kontraksi otot sama dengan
sebanding dengan penampang melintangnya. Otot hanya mempunyai
kemampuan berkontraksi dan relaksi bila bergerak dengan arah berlawanan
terhadap otot yang lain, dikenal dengan gerakan antagonis.
Biomekanika dapat diterapkan pada [CHA91]: perancangan kembali
pekerjaan yang sudah ada, mengevaluasi pekerjaan, penanganan material
secara manual, pembebanan statis dan penentuan sistem waktu.
Prinsip-prinsip biomekanika dalam pengangkatan beban [CHA91]:
1. Sesuaikan berat dengan kemapanan pekerja dengan mempertimbangkan
frekuensi pemindahan.
2. Manfaatkan dua atau lebih pekerja untuk memindahkan barang yang
berat.
3. Ubahlah aktivitas jika mungkin sehingga lebih mudah, ringan dan tidak
berbahaya.
4. Minimasi jarak horizontal gerakan antara tempat mulai dan berakhir
pada pemindahan barang.
5. Material terletak tidak lebih tinggi dari bahu.
6. Kurangi frekuensi pemindahan.
7. Berikan waktu istirahat.
8. Berlakukan rotasi kerja terhadap pekerjaan yang sedikit membutuhkan
tenaga.
9. Rancang kontainer agar mempunyai pegangan yang dapat dipegang
dekat dengan tubuh.
10. Benda yang berat ditempatkan setinggi lutut agar dalam pemindahan
tidak menimbulkan cidera punggung.
2.3.3 Tujuan Biomekanika
1. Mencegah gangguan/cedera pada sistem otot rangka (MSDs)
2. Memperbaiki kondisi tempat kerja
3. Meningkatkan kinerja organisasi (effisiensi, kualitas dan kepuasan
pekerja)
4. Panduan prinsip :

Maintain D < C

D: task Demands (force, moment, etc.)

C: human Capacity (strength, tissue tolerance, etc.)

Faktor-faktor Resiko terkait Permasalahan MSDs (hand & wrist):


1. Masalah postur kerja yang tidak normal
2. Pekerjaan yang berulang (repetitif)
3. Durasi kerja yang lama
4. Pembebanan statis pada otot
5. Tekanan kontak fisik
6. Getaran
7. Temperatur

2.3.4 Biomekanika dan Manual Material Handling

Titik berat bahasan biomekanika adalah pada fisik manusia khususnya pada
saat manusia melakukan kegiatan penanganan material secara manual (Manual
Material Handling / MMH) yang biasanya tanpa menggunakan alat bantu apapun.
Contoh MMH adalah pengangkatan dan pemindahan secara manual, atau pekerjaan
lain yang dominan menggunakan otot tubuh. Pekerjaan penanganan material secara
manual (Manual Material Handling) yang terdiri dari mengangkat, menurunkan,
mendorong, menarik dan membawa merupakan sumber utama komplain karyawan di
industri. Meskipun kemajuan teknologi telah banyak membantu aktivitas manusia,
namun tetap saja ada beberapa pekerjaan manual seperti MMH yang tidak dapat
dihilangkan dengan pertimbangan biaya maupun kemudahan. Pekerjaan ini
membutuhkan usaha fisik sedang hingga besar dalam durasi waktu kerja tertentu.
Usaha fisik ini banyak mengakibatkan kecelakaan kerja ataupun low back pain, yang
menjadi isu besar di negara-negara industri belakangan ini.

Gambar 2.5 Posisi Kerja Operator


Aktivitas MMH yang tidak tepat dapat menimbulkan kerugian bahkan
kecelakaan kerja. Akibat yang ditimbulkan dari aktivitas MMH yang tidak benar
salah satunya adalah keluhan muskoloskeletal. Keluhan muskoloskeletal adalah
keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari
keluhan yang sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis
secara berulang dalam jangka waktu yang lama akan dapat menyebabkan keluhan
berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan inilah yang biasanya
disebut sebagai muskoloskeletal disorder (MSDs) atau cedera pada sistem
muskuloskeletal (Grandjean, 1993).
Khusus saat melakukan MMH jenis pengangkatan, organ tubuh yang
mendapatkan pengaruh paling besar adalah pada bagian tulang belakang,
biomekanika pun membahas mengenai struktur tulang belakang pada tubuh manusia.
Pengangkatan manual yang dilakukan oleh operator akan membuat struktur tulang
belakang mengalami tekanan yang berlebihan, meskipun pengangkatan manual
tersebut dilakukan tidak terlalu sering atau dengan kata lain frekuensinya jarang.
Namun demikian, hal tersebut tetap saja memberikan pengaruh buruk terhadap
struktur tulang belakang.
Tingginya tingkat cidera atau kecelakaan kerja selain merugikan secara
langsung yaitu sakit yang diderita oleh pekerja, kecelakaan tersebut juga akan
berdampak buruk terhadap kinerja perusahaan yaitu berupa penurunan produktivitas
perusahaan, baik melalui beban biaya pengobatan yang cukup tinggi dan juga
ketidakhadiran pekerja serta penurunan dalam kualitas kerja. Contoh dari penerapan
ilmu biomekanika selain MMH adalah untuk menjelaskan efek getaran dan dampak
yang timbul akibat kerja, menyelidiki karakteristik kolom tulang belakang, menguji
penggunaan alat prosthetic, dll.

2.3.5 Aplikasi Biomekanika


Pada banyak kegiatan/ pekerjaan sehari-hari secara tidak langsung ilmu
biomekanika telah diaplikasikan. Dalam pekerjaan-pekerjaan tertentu, seperti
mengecat langit-langit rumah atau operator dengan display yang tidak sesuai, ilmu
biomekanika menganalisanya sebagai pembebanan yang statis.
Jadi pada industri atau kehidupan sehari-hari aspek ilmu biomekanika adalah
sebagai berikut:

1. Dalam perindustrian, ilmu mekanika digunakan untuk mengukur


besarnya gaya yang dibutuhkan oleh seorang operator untuk melakukan suatu
pekerjaan dengan postur tubuhnya.
2. Dengan ilmu biomekanika, aplikasinya dalam industri menyatakan
besarnya gaya otot yang diperlukan oleh seorang operator dalam
menyelesaikan pekerjaan dengan menggunakan prinsip-prinsip fisika dan
mekanika.
3. Dengan meng-aplikasikan ilmu biomekanika, kita mengetahui dan memahami
serta dapat menentukan sikap kerja yang berbeda dapat menghasilkan
kekuatan atau tingkat produktivitas yang terbaik.
4. Dengan ilmu biomekanika, aplikasinya digunakan dalam mengevaluasi
pekerjaan operator sehingga dapat menghasilkan cara kerja yang lebih baik
yang meminimumkan gaya dan momen yang dibebankan pada operator
supaya tidak terjadi kecelakaan kerja.
5. Aplikasinya yang lain adalah menentukan perancangan sistem tempat kerja
dengan pertimbangan dari gerakan-gerakan tubuh manusia/ pekerja.

Dengan ilmu biomekanika ini, jelas bahwa kita akan lebih mudah untuk
menentukan rancangan sistem tempat kerja, di samping tingkat ergonomisnya tinggi
(maksudnya tercipta keadaan lingkungan kerja yang ENASE) maka tingkat
produktivitas meningkat dan tingkat kecelakaan menjadi minimum.

2.4 Proses Terjadinya Kelelahan


Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan
peredaran darah, di mana produk-produk sisa ini bersifat membatasi kelangsungan
aktivitas otot dan mempengaruhi serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga
orang menjadi lambat bekerja. Makanan yang mengandung glikogen mengalir dalam
tubuh melalui peredaran darah. Setiap kontraksi dari otot selalu diikuti oleh kimia
(oksidasi glukosa) yang merubah glikogen menjadi tenaga, panas dan asam laktat
(produk sisa).
Pada dasarnya kelelahan timbul karena terakumulasinya produk sisa dalam
otot dan tidak seimbangnya antara kerja dan proses pemulihan.
Secara lebih jelas terdapat 3 penyebab timbulnya kelelahan fisik, yaitu:
1. Oksidase glukosa dalam otot menimbulkan CO2 ,saerolactic, phosphati dan
sebagainya, dimana zat-zat tersebut terikat dalam darah yang kemusian
dikeluarkan waktu bernafass.
Kelelahan terjadi apabila pembentukan zat-zat tersebut tidak seimbang
dengan proses pengeluaran, sehingga timbul penimbunan dalam jaringan otot
yang mengganggu kegiatan otot selanjutnya.
2. Karbohidrat didapat dari makanan dirubah jadi glukosa dan disimpan dihati
dalam bentuk glukogen. Setiap cm2 darah normal akan membawa 1 mm
glukosa, berarti setiap sirkulasi darah hanya membawa 0,1% dari sejumlah
glikogen yang ada dalam hati karena bekerja persediaan glikogen akan
menipis dan kelelahan akan timbul apabila konsentrasi glikogen dalam hati
tinggal 0,7%.
Dalam keadaan normal jumlah udara yang masuk dalam pernafasan kira-kira
4 Lt/menit, sedangkan dalam keadaan kerja keras dibutuhkan udara kira-kira 15
Lt/menit. Ini berarti pada suatu tingkat kerja tetentu akan dijumpai suatu keadaan
dimana jumlah oksigen yang masuk melalui pernafasan lebih kecil dari tingkat
kebutuhan. Jika hal ini terjadi maka kelelahan yang timbul dikarenakan reaksi
oksidasi dalam tubuh yaitu untuk mengurangi asam laktat menjadi air dan karbon
dioksida agar dikeluarkan dari tubuh, menjadi tidak seimbang dengan pembentukan
asam laktat itu sendiri (asam laktat terakumulasi dalam otot dalam peredaran darah)
Secara pasti datangnya keletihan yang menimpa pada diri seseorang akan
sulit untuk diidentifikasikan secara jelas mengukur lingkungan kelelahan seseorang
bukanlah pekerjaan yang mudah. Prestasi ataupun performansi kerja yang bisa
mengevaluasi tingkatan kelelahan. Kelelahan dapat kita lihat melalui indikasi-indikasi
(gejala-gejala) sebagai berikut:
1. Perhatian pekerja yang menurun.
2. Perasaan berat dikepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki terasa berat
menguap, pikiran merasa kacau, mata merasa berat, kaku dan canggung
dalam gerakan tidak seimbang dalam berdiri terasa berbaring.
3. Merasa susah berpikir menjadi gugup tidak dapat konsentrasi tidak dapat
mempunyai perhatian terhadap sesuatu cenderung lupa kurang
kepercayaan cemas terhadap sesuatu tidak dapat mengontrol sikap dan
tidak tekun dalam pekerjaan.
4. Sakit kekakuan bahu nyeri di pinggang pernafasan merasa tertekan suara
serat, haus, terasa pening , spasme dari kelopak mata, tremor pada
anggota badan merasa kurang sehat badan.

2.5 Upaya Mengurangi Kelelahan.

Problematika kelelahan akhirnya membawa manajemen untuk selalu


berupaya mencari jalan keluar. Karena apabila kelelahan tidak segera ditangani secara
serius akan menghambat produktivitas kerja dan bisa menyebabkan kecelakaan kerja.
Adapun upaya-upaya untuk mengurangi kelelahan adalah sebagai
berikut;

1. Sediakan kalori secukupnya sebagai input untuk tubuh.

2. Bekerja menggunakan metode kerja yang baik. Misalkan bekerja dengan


menggunakan prinsip ekonomi gerakan.
3. Memperhatikan kemampuan tubuh, artinya mengeluarkan tenaga tidak
melebihi pemasukannya dengan memperhatikan batasan- batasannya.
4. Memperhatikan waktu kerja yang teratur. Berarti harus dilakukan
pengaturan terhadap jam kerja, waktu istirahat, dan sarana-sarananya.
Masa-masa libur dan rekreasi.
5. Mengatur lingkungan fisik sebaik-baiknya, seperti temperatur,
kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan kebisingan getaran,
bau/wangi-wangian, dll.
6. Berusaha untuk mengurangi monotoni warna dan dekorasi ruangan
kerja, menyediakan musik, menyediakan waktu-waktu olah raga, dll.

Kelelahan yang terjadi dapat disebabkan berbagai hal penyebab yang


paling penting adalah:
1. Monotonitas
2. Intensitas dan durasi kerja
3. Lingkungan suasana, cahaya, dan kebisingan.
4. Fisiologi tanggung jawab.
5. Sakit, ngilu, dan gejala nutrisi.

2.6 Hubungan Biomekanika Dengan Ergonomi

Biomekanika memiliki hubungan yang sangat erat dengan Antropometri,


dikarenakan dalam Biomekanika mempelajari bagaimana melakukan suatu pekerjaan
dengan menggunakan gaya dengan energi yang kecil. Sedangkan Antropometri
merupakan pembelajaran dalam suatu perhitungan kepada alat-alat yang di gunakan
oleh manusia di dalam kehidupan sehari-hari. Antropometri menganalisis dimensi-
dimensi alat tersebut dengan menghubungkan tubuh manusi sebagai acuan, sehingga
terciptalah suatu alat atau perkakas yang dapat digunakan dengan gaya yang tidak
terlalu besar. Biomekanika tidak saja berhubungan erat dengan Antropometri tetapi
juga dengan ilmu fisiologi dan postur kerja karena dengan mempelajari tentang gaya
yang bekerja pada tubuh, maka dapat dihitung dan diketahui berapa jumlah energi
dan konsumsi oksigen yang dibutuhkan serta dapat mengevaluasi posisi tubuh yang
kurang ergonomis pada saat melakukan suatu pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai