Anda di halaman 1dari 13

BIOMEKANIKA 2

RULA, REBA RWL dan Software Ergofellow


Tugas Analisis Perancangan Kerja 1
Dosen : Bpk. Erik Nurhadi S.T

Ke

lompok 8
Agung Labib Roi’han
Dede Hilman Maulana
Endah Prihastanti

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI BANDUNG


PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
PENDAHULUAN
Industri manufaktur dengan skala kecil masih menggunakan tenaga kerja manusia dalam
bekerja. Berdasarkan pengakuan dari sebagian pelaku industri manufaktur dengan skala kecil,
manusia dianggap memerlukan biaya yang lebih rendah dibanding dengan penggunaan mesin
otomasi. Selain dari segi biaya yang diperlukan, penggunaan tenaga kerja manusia dinilai
bisa melakukan beberapa pekerjaan dengan lebih teliti dibanding dengan mesin yang
memiliki tingkat ketelitian yang rendah atau mesin yang murah. Para pelaku industri pada
industri manufaktur tentu mengharapkan produksi bisa berjalan terus-menerus, sehingga bisa
mencapai target produksi yang telah ditetapkan. Dengan harapan tersebut, mesin maupun
tenaga kerja manusia harus bekerja dalam jangka waktu yang lama. Mesin bisa melakukan
pekerjaan dalam waktu lama, karena mesin tidak bisa merasakan kelelahan layaknya
manusia. Penggunaan tenaga kerja manusia dalam waktu yang lama harus didukung dengan
metode kerja yang ideal dan stasiun kerja yang sesuai dengan postur tubuh pekerja, sehingga
tidak terjadi cedera pada pekerja. Pekerja di negara berkembang dengan tenaga kerja murah,
biasanya mengabaikan metode analisis postur padahal proses repetitif dan material handling
manual merupakan problem utama di pabrik yang mengakibatkan musculosketal disorder
(MSDs) karena proses repititif dan postur yang buruk (Singh, 2010).

Perancangan suatu metode kerja dan stasiun kerja harus mempertimbangkan postur tubuh
dari pekerja. Metode kerja dan stasiun kerja yang dirancang harus membuat pekerja memiliki
postur tubuh yang ergonomis saat melakukan pekerjaannya. Tanpa adanya postur tubuh
ergonomis, bisa menyebabkan pekerja bekerja pada postur tubuh yang tidak alami. Pekerja
sering kali melakukan suatu pekerjaan dalam jangka waktu yang lama. Melakukan suatu
pekerjaan dalam jangka waktu yang lama tanpa didukung oleh postur tubuh yang alami bisa
menyebabkan cedera pada pekerja, yaitu musculoskeletal disorders (MSDs). Musculoskeletal
disorders merupakan cedera atau gangguan yang dapat mempengaruhi pergerakan tubuh
manusia atau sistem muskuloskeletal, seperti otot, ligamen, dan lain-lain (Ergomics Plus,
n.d.). Apabila pekerja mengalami cedera, bukan hanya pekerja yang dirugikan, tetapi juga
pihak perusahaan bisa dirugikan, karena pekerja tidak bisa bekerja atau tidak maksimal dalam
melakukan pekerjaannya. Pengukuran tingkat faktor resiko adalah alat pencegahan MSDs
yang penting (Chiasson et.al, 20015). Pengukuran posisi operator juga merupakan hal penting
karena mempengaruhi aktifitas produksi (Annisa, 2018). Berdasarkan permasalahan tersebut
maka pada makalah ini akan membahas metode-metode dalam menganalisis postur tubuh
manusia dengan tujuan menjadi acuan dalam menciptakan metode kerja dan lingkungan kerja
yang ergonomis sehingga memeberikan kesehatan dan keselamatan pada pekerja. Metode-
metode tersebut yaitu :

1. RULA
2. REBA
3. RWL
4. Software Ergofellow
PEMBAHASAN

1. RULA ( Rapid Upper Limb Assasment )

Tahun 1993, Dr. Lynn McAtamney memunculkan metode RULA. Metode Rapid Upper
Limb Assessment (RULA) merupakan metode cepat penilaian postur tubuh bagian atas. Input
metode ini adalah postur (telapak tangan, lengan atas, lengan bawah, punggung dan leher),
beban yang diangkat, tenaga yang dipakai (statis/dinamis), jumlah pekerjaan. Metode ini
menyediakan perlindungan yang cepat dalam pekerjaan seperti resiko pada pekerjaan yang
berhubungan dengan upper limb disorders, mengidentifikasi usaha yang dibutuhkan otot yang
berhubungan dengan postur tubuh saat kerja (penggunaan kekuatan dan kerja statis yang
berulang). Input postur metode RULA dibedakan menjadi 2 grup yaitu grup A (lengan atas
dan bawah dan pergelangan tangan) dan grup B (leher, tulang belakang dan kaki).

Contoh Studi Kasus


Berdasarkan hasil CMDQ ( . Cornell Musculoskeletal Discomfort Questionnaires (CMDQ)
adalah kuesioner yang dirancang oleh Dr. Alan Hedge dan beberapa mahasiswa lulusan
Ergonomi dari Cornell University pada tahun 1999 (Hedge,1999) ), pekerja ini memiliki
keluhan rasa sakit di punggung atas dan punggung bawah. Pekerja ini memiliki pekerjaan
dengan postur yang relatif sama setiap saatnya, sehingga postur tubuh yang akan dianalisa
adalah postur tubuh yang dilakukan pekerja dalam waktu yang paling lama, yaitu pada saat
pengisian bubuk kopi ke dalam plastic.

Berdasarkan analisa RULA pada postur pekerja tersebut yang telah dilakukan, postur pekerja
tersebut menghasilkan nilai 6. Nilai tersebut menunjukkan bahwa postur tersebut perlu
dilakukan investigasi lanjutan dan implementasikan harus dilakukan secepatnya. Pada stasiun
kerja ini, pekerja bekerja dengan posisi yang membungkuk pada bagian punggungnya. Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu meja dan kursi yang tidak ergonomis. Bekerja pada
posisi ini secara terus-menerus bisa mencederai beberapa bagian tubuh pada pekerja,
sehingga dianjurkan untuk mengubah stasiun kerja ini agar lebih ergonomis.

2. REBA (Rapid Entire Body Assasment )


Pada tahun 1995, McAtamney dan Hignett memperkenalkan metode Rapid Entery Body
Assesment (REBA). Metode tersebut dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur
seorang pekerja. Adapun input metode REBA yaitu : pengambilan data postur pekerja
menggunakan handicam, penentuan sudut pada batang tubuh, leher, kaki, lengan atas, lengan
bawah dan pergelangan tangan.
Studi kasus dengan Metode REBA
Berdasarkan hasil CMDQ, pekerja ini memiliki keluhan rasa sakit di bagian leher, punggung
atas, punggung bawah, lutut, dan betis. Pekerja ini bekerja pada 2 stasiun, sehingga keluhan
rasa sakit bisa berasal dari 2 stasiun kerja. Keluhan rasa sakit yang diduga diakibatkan oleh
proses roasting adalah punggung atas, punggung bawah, lutut, dan betis yang disebabkan
oleh proses penarikan karung biji kopi mentah. Hal itu dikarenakan proses penarikan biji kopi
mentah yang berat membutuhkan tenaga dari kaki, sehingga lutut dan betis menjadi sakit dan
pegangan yang kurang ergonomis membuat pekerja harus membungkuk agar bisa
mencapainya, sehingga punggung bagian atas dan bawah menjadi sakit. Proses penuangan
biji kopi ke mesin roasting dilakukan oleh dua orang pekerja dan posisi normal karena itu
tidak dilakukan pengukuran pada saat menuang ke mesin.

Berdasarkan analisa REBA pada postur pekerja roasting yang telah dilakukan, postur pekerja
tersebut menghasilkan nilai 8. Nilai tersebut menunjukkan bahwa postur tersebut tergolong
dalam kategori resiko bahaya yang tinggi, langkah yang harus dilakukan adalah investigasi
dan perubahan harus diimplementasikan. Posisi pegangan yang terlalu rendah menyebabkan
pekerja harus membungkukkan badan dan leher serta lengan atas pekerja membentuk sudut
yang relatif besar, sehingga perbaikan yang dibutuhkan adalah posisi pegangan yang lebih
tinggi agar mengurangi resiko bahaya. Beban yang dihadapi pekerja relatif besar, sehingga
dianjurkan agar mengurangi beban tersebut. Selain posisi pegangan dan beban yang dihadapi
pekerja, bentuk pegangan juga perlu diperhatikan agar pekerja membentuk sudut pergelangan
tangan yang ideal. Solusi perbaikan yang dianjurkan pada stasiun roasting adalah
menggunakan troli adjustable (Harga ± Rp 5 juta)

3. RWL ( Recommended Weight Limit )


Recommended Weight Limit (RWL) merupakan rekomendasi batas beban yang dapat
diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan cedera meskipun pekerjaan tersebut dilakukan
secara repetitive dan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Recommended Weight Limit (RWL) merupakan rekomendasi batas beban yang dapat
diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan cidera meskipun pekerjaan tersebut dilakukan
secara repetitive dan dalam jangka waktu yang cukup lama. RWL ini ditetapkan oleh NIOSH
pada tahun 1991 di Amerika Serikat.
Persamaan NIOSH berlaku pada keadaan : (Waters, et al; 1994)
1. Beban yang diberikan adalah beban statis, tidak ada penambahan ataupun
pengurangan beban ditengah-tengah pekerjaan.
2. Beban diangkat dengan kedua tangan.
3. Pengangkatan atau penurunan benda dilakukan dalam waktu maksimal 8 jam.
4. Pengangkatan atau penurunan benda tidak boleh dilakukan saat duduk atau berlutut.
5. Tempat kerja tidak sempit.

Berdasarkan sikap dan kondisi sistem kerja pengangkatan beban dalam proses pemuatan
barang yang dilakukan oleh pekerja dalam eksperimen, penulis melakukan pengukuran
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengangkatan beban dengan acuan
ketetapan NIOSH. Persamaan untuk menentukan beban yang direkomendasikan untuk
diangkat seorang pekerja dalam kondisi tertentu menurut NIOSH adalah sebagai berikut
(Waters, et al, 1993):
RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
Keterangan :
LC : (Lifting Constanta) konstanta pembebanan = 23 kg
HM : (Horizontal Multiplier) faktor pengali horisontal = 25/H
VM : (Vertical Multiplier) faktor pengali vertikal = 1 – 0,003 [V – 75]
DM : (Distance Multiplier) faktor pengali perpindahan = 0,82 + 4,5/D
AM : (Asymentric Multiplier) faktor pengali asimentrik = 1 – 0,0032 A( 0 )
FM : (Frequency Multiplier) faktor pengali frekuensi
CM : (Coupling Multiplier) faktor pengali kopling (handle)
Catatan :
H = Jarak horizontal posisi tangan yang memegang beban dengan titik pusat tubuh.
V = Jarak vertikal posisi tangan yang memegang beban terhadap lantai
D = Jarak perpindahan beban secara vertikal antara tempat asal sampai tujuan
A = Sudut simetri putaran yang dibentuk antara tangan dan kaki.

Untuk Frequency Multiplier (FM) adalah :


1. Durasi pendek : 1 jam atau kurang.
2. Durasi sedang : antara 1 – 2 jam.
3. Durasi panjang : 2 – 8 jam.
Untuk Coupling Multiplier (CM) adalah :
1. Kriteria Good, adalah :
- Kontainer atau Box merupakan design optimal, pegangan bahannya tidak licin.
- Benda yang didalamnya tidak mudah tumpah.
- Tangan dapat dengan nyaman meraih box tersebut.
2. Kriteria Fair, adalah :
- Kontainer atau Box tidak mempunyai pegangan.
- Tangan tidak dapat meraih dengan mudah.
3. Kriteria Poor, adalah :
- Box tidak mempunyai Handle/pegangan.
- Sulit dipegang (Licin, Tajam, dll).
- Berisi barang yang tidak stabil, (Pecah, Jatuh, Tumpah, dll).
- Memerlukan sarung tangan untuk mengangkatnya.

Setelah nilai RWL diketahui, selanjutnya perhitungan Lifting Index, untuk mengetahui index
pengangkatan yang tidak mengandung resiko cidera tulang belakang, dengan persamaan :

Berat Beban
LI =
RWL

Jika LI > 1, berat beban yang diangkat melebihi batas pengangkatan yang direkomendasikan
maka aktivitas tersebut mengandung resiko cidera tulang belakang. Jika LI < 1, berat beban
yang diangkat tidak melebihi batas pengangkatan yang direkomendasikan maka aktivitas
tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang belakang (Waters, et al; 1993).
Contoh Kasus
Pada penelitian ini obyek yang diteliti adalah para pekerja panggul yaitu pekerja yang
mengangkat atau memanggul beras, sedangkan tempat penelitian adalah gudang BULOG Sub
Depot Logistic Wil III Surakarta Pergudangan Beras 305 Grogol, Sukoharjo.
Metode Pengolahan Data
Langkah-langkah serta metode pengolahan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Perhitungan Konsumsi Energi dan Denyut Jantung
2. Perhitungan Recommended Weight Limit (RWL) dalam NIOSH
3. Perhitungan Lifting Index (LI)
Pengolahan Data
Analisis
Analisis Energi Expenditure dan Konsumsi Energi
Perhitungan ini berdasarkan hasil penelitian dari selisih denyut jantung awal (sebelum
mengangkat) dan denyut jantung akhir (setelah mengengkat) sehingga diperoleh nilai energi
expenditure awal dan akhir serta konsumsi energi operator. Dari hasil penelitian terlihat
bahwa energi expenditure akhir lebih besar dari energi expenditure awal hal ini dikarenakan
denyut jantung akhir setelah kerja lebih besar dibandingkan pada saat denyut jantung awal
sebelum kerja. Sehingga sangat jelas bahwa konsumsi energi bekerja lebih besar
dibandingkan dengan konsumsi energi sebelum kerja. Kebutuhan kalori pekerja marjoko
adalah 1,4904 kkal/menit, Patmo sebesar 1,84503 kkal/menit, Haryano sebesar 1,15839
kkal/menit, Walyanto sebesar 1,96297 kkal/menit. Maka dapat disimpulkan bahwa konsumsi
energi yang dikeluarkan oleh pekerja masih dalam kriteria beban kerja ringan. Kriteria beban
kerja ringan diperoleh kemungkinan karena, pekerjaan tersebut sudah biasa dilakukan oleh
para pekerja, sehingga mereka tidak merasakan perubahan denyut jantung yang berarti ketika
sebelum dan sesudah bekerja.

Analisis RWL dan Lifting Index


Perhitungan RWL dilakukan didasarkan pada horizontal, vertikal, Asimetrik, Frekuensi dan
Coupling. Sedangkan perhitungan LI dilakukan berdasarkan berat beban dan hasil RWL
dengan kriteria LI 1 Maka pekerjaan tersebut beresiko mengakibatkn cedera tulang
berlakang. Dari hasil perhitungan diatas pada origin dan destination berbeda, hal ini
dipengaruhi oleh faktor horizontal dan vertikal sehingga nilai RWL dan LI pun berbeda. Nilai
horizontal berbeda karena pada saat mengangkat antara operator satu dengan yang lain
berbeda sehingga ukurannya pun berbeda-beda. Sedangkan vertikalnya sama karena
ketinggian benda dengan lantai antara masing-masing operator sama. Asimetrik pada bagian
Origin sama karena pekerjaanya repetitive sehingga sudut yang dibentuk antara operator
semua sama tetapi pada Destination juga sama karena dipenaruhi oleh faktor vertikal
pengangkatan dan tinggi badan pekerja. Sehingga dari perhitungan lifting index diatas dapat
disimpulkan bahwa proses pengangkatan beras pada gudang bulog Grogol yang dilakukan
beresiko mengakibatkan cedera tulang belakang karena nilai LI > 1. Perhitungan RWL dan LI
merupakan pehitungan secara teortis memberikan hasil bahwa pekerjaan tersebut terlalu berat
dan berbahaya karena melebihi rekomendasi yang ada. Meskipun secara perhitungan energi
termasuk dalam beban kerja ringan, sehingga perlu adanya penelitian dan analisis lanjutan
tentang hal tersebut.
4. Software Ergofellow
Software Ergopellow software ergopellow adalah suatu perangkat lunak yang di kembangkan
dalam bidang ergonomi. Ergofellow memiliki 17 alat ergonomis untuk mengevaluasi dan
memperbaiki kondisi di tempat kerja, untuk untuk mengurangi resiko pekerjaan dan
meningkatkan produktivitas. Perangkat lunak ini dikembangkan oleh FBF SISTEMAS pada
tahun 2009 dan sangat berguna dalam bidang ergonomi. Adapun metode ergonomi yang bisa
di analisis menggunakan software ergopellow yaitu:
1. NIOS (Revised Lifting Equation)
2. OWAS (Ovako Working Posture Analysing System)
3. Rula (Rapid Upper Limb Assessment)
4. REBA (Rpid Entire Body Assessment)
5. Suzanne Rodgers
6. Moore And Garg (Stain Index)
7. Lehmann
8. Image Analysis
9. Antropometri
10. Calculation Of Force
11. PPE (Personal Protective Equipment)
12. Heat Stress
13. Noise Exposure (OSHA)
14. Typing Evaluation
15. Discomfort Questionnaire
16. QEC ( Quick Exposure Check)
17. Video analysis
Kesimpulan
Penggunaan tenaga kerja manusia dalam waktu yang lama harus didukung dengan metode
kerja yang ideal dan stasiun kerja yang sesuai dengan postur tubuh pekerja, sehingga tidak
terjadi cedera pada pekerja. Oleh sebab itu, sebagai Teknik Industri kita harus mengetahui
berbagai metode metode yang digunakan dalam permasalahan tersebut dan dapat
mengaplikasikannya.

Daftar Pustaka
https://jornals.ums.ac.id
https://journal.maranatha.edu

Anda mungkin juga menyukai