Ke
lompok 8
Agung Labib Roi’han
Dede Hilman Maulana
Endah Prihastanti
Perancangan suatu metode kerja dan stasiun kerja harus mempertimbangkan postur tubuh
dari pekerja. Metode kerja dan stasiun kerja yang dirancang harus membuat pekerja memiliki
postur tubuh yang ergonomis saat melakukan pekerjaannya. Tanpa adanya postur tubuh
ergonomis, bisa menyebabkan pekerja bekerja pada postur tubuh yang tidak alami. Pekerja
sering kali melakukan suatu pekerjaan dalam jangka waktu yang lama. Melakukan suatu
pekerjaan dalam jangka waktu yang lama tanpa didukung oleh postur tubuh yang alami bisa
menyebabkan cedera pada pekerja, yaitu musculoskeletal disorders (MSDs). Musculoskeletal
disorders merupakan cedera atau gangguan yang dapat mempengaruhi pergerakan tubuh
manusia atau sistem muskuloskeletal, seperti otot, ligamen, dan lain-lain (Ergomics Plus,
n.d.). Apabila pekerja mengalami cedera, bukan hanya pekerja yang dirugikan, tetapi juga
pihak perusahaan bisa dirugikan, karena pekerja tidak bisa bekerja atau tidak maksimal dalam
melakukan pekerjaannya. Pengukuran tingkat faktor resiko adalah alat pencegahan MSDs
yang penting (Chiasson et.al, 20015). Pengukuran posisi operator juga merupakan hal penting
karena mempengaruhi aktifitas produksi (Annisa, 2018). Berdasarkan permasalahan tersebut
maka pada makalah ini akan membahas metode-metode dalam menganalisis postur tubuh
manusia dengan tujuan menjadi acuan dalam menciptakan metode kerja dan lingkungan kerja
yang ergonomis sehingga memeberikan kesehatan dan keselamatan pada pekerja. Metode-
metode tersebut yaitu :
1. RULA
2. REBA
3. RWL
4. Software Ergofellow
PEMBAHASAN
Tahun 1993, Dr. Lynn McAtamney memunculkan metode RULA. Metode Rapid Upper
Limb Assessment (RULA) merupakan metode cepat penilaian postur tubuh bagian atas. Input
metode ini adalah postur (telapak tangan, lengan atas, lengan bawah, punggung dan leher),
beban yang diangkat, tenaga yang dipakai (statis/dinamis), jumlah pekerjaan. Metode ini
menyediakan perlindungan yang cepat dalam pekerjaan seperti resiko pada pekerjaan yang
berhubungan dengan upper limb disorders, mengidentifikasi usaha yang dibutuhkan otot yang
berhubungan dengan postur tubuh saat kerja (penggunaan kekuatan dan kerja statis yang
berulang). Input postur metode RULA dibedakan menjadi 2 grup yaitu grup A (lengan atas
dan bawah dan pergelangan tangan) dan grup B (leher, tulang belakang dan kaki).
Berdasarkan analisa RULA pada postur pekerja tersebut yang telah dilakukan, postur pekerja
tersebut menghasilkan nilai 6. Nilai tersebut menunjukkan bahwa postur tersebut perlu
dilakukan investigasi lanjutan dan implementasikan harus dilakukan secepatnya. Pada stasiun
kerja ini, pekerja bekerja dengan posisi yang membungkuk pada bagian punggungnya. Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu meja dan kursi yang tidak ergonomis. Bekerja pada
posisi ini secara terus-menerus bisa mencederai beberapa bagian tubuh pada pekerja,
sehingga dianjurkan untuk mengubah stasiun kerja ini agar lebih ergonomis.
Berdasarkan analisa REBA pada postur pekerja roasting yang telah dilakukan, postur pekerja
tersebut menghasilkan nilai 8. Nilai tersebut menunjukkan bahwa postur tersebut tergolong
dalam kategori resiko bahaya yang tinggi, langkah yang harus dilakukan adalah investigasi
dan perubahan harus diimplementasikan. Posisi pegangan yang terlalu rendah menyebabkan
pekerja harus membungkukkan badan dan leher serta lengan atas pekerja membentuk sudut
yang relatif besar, sehingga perbaikan yang dibutuhkan adalah posisi pegangan yang lebih
tinggi agar mengurangi resiko bahaya. Beban yang dihadapi pekerja relatif besar, sehingga
dianjurkan agar mengurangi beban tersebut. Selain posisi pegangan dan beban yang dihadapi
pekerja, bentuk pegangan juga perlu diperhatikan agar pekerja membentuk sudut pergelangan
tangan yang ideal. Solusi perbaikan yang dianjurkan pada stasiun roasting adalah
menggunakan troli adjustable (Harga ± Rp 5 juta)
Berdasarkan sikap dan kondisi sistem kerja pengangkatan beban dalam proses pemuatan
barang yang dilakukan oleh pekerja dalam eksperimen, penulis melakukan pengukuran
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengangkatan beban dengan acuan
ketetapan NIOSH. Persamaan untuk menentukan beban yang direkomendasikan untuk
diangkat seorang pekerja dalam kondisi tertentu menurut NIOSH adalah sebagai berikut
(Waters, et al, 1993):
RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
Keterangan :
LC : (Lifting Constanta) konstanta pembebanan = 23 kg
HM : (Horizontal Multiplier) faktor pengali horisontal = 25/H
VM : (Vertical Multiplier) faktor pengali vertikal = 1 – 0,003 [V – 75]
DM : (Distance Multiplier) faktor pengali perpindahan = 0,82 + 4,5/D
AM : (Asymentric Multiplier) faktor pengali asimentrik = 1 – 0,0032 A( 0 )
FM : (Frequency Multiplier) faktor pengali frekuensi
CM : (Coupling Multiplier) faktor pengali kopling (handle)
Catatan :
H = Jarak horizontal posisi tangan yang memegang beban dengan titik pusat tubuh.
V = Jarak vertikal posisi tangan yang memegang beban terhadap lantai
D = Jarak perpindahan beban secara vertikal antara tempat asal sampai tujuan
A = Sudut simetri putaran yang dibentuk antara tangan dan kaki.
Setelah nilai RWL diketahui, selanjutnya perhitungan Lifting Index, untuk mengetahui index
pengangkatan yang tidak mengandung resiko cidera tulang belakang, dengan persamaan :
Berat Beban
LI =
RWL
Jika LI > 1, berat beban yang diangkat melebihi batas pengangkatan yang direkomendasikan
maka aktivitas tersebut mengandung resiko cidera tulang belakang. Jika LI < 1, berat beban
yang diangkat tidak melebihi batas pengangkatan yang direkomendasikan maka aktivitas
tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang belakang (Waters, et al; 1993).
Contoh Kasus
Pada penelitian ini obyek yang diteliti adalah para pekerja panggul yaitu pekerja yang
mengangkat atau memanggul beras, sedangkan tempat penelitian adalah gudang BULOG Sub
Depot Logistic Wil III Surakarta Pergudangan Beras 305 Grogol, Sukoharjo.
Metode Pengolahan Data
Langkah-langkah serta metode pengolahan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Perhitungan Konsumsi Energi dan Denyut Jantung
2. Perhitungan Recommended Weight Limit (RWL) dalam NIOSH
3. Perhitungan Lifting Index (LI)
Pengolahan Data
Analisis
Analisis Energi Expenditure dan Konsumsi Energi
Perhitungan ini berdasarkan hasil penelitian dari selisih denyut jantung awal (sebelum
mengangkat) dan denyut jantung akhir (setelah mengengkat) sehingga diperoleh nilai energi
expenditure awal dan akhir serta konsumsi energi operator. Dari hasil penelitian terlihat
bahwa energi expenditure akhir lebih besar dari energi expenditure awal hal ini dikarenakan
denyut jantung akhir setelah kerja lebih besar dibandingkan pada saat denyut jantung awal
sebelum kerja. Sehingga sangat jelas bahwa konsumsi energi bekerja lebih besar
dibandingkan dengan konsumsi energi sebelum kerja. Kebutuhan kalori pekerja marjoko
adalah 1,4904 kkal/menit, Patmo sebesar 1,84503 kkal/menit, Haryano sebesar 1,15839
kkal/menit, Walyanto sebesar 1,96297 kkal/menit. Maka dapat disimpulkan bahwa konsumsi
energi yang dikeluarkan oleh pekerja masih dalam kriteria beban kerja ringan. Kriteria beban
kerja ringan diperoleh kemungkinan karena, pekerjaan tersebut sudah biasa dilakukan oleh
para pekerja, sehingga mereka tidak merasakan perubahan denyut jantung yang berarti ketika
sebelum dan sesudah bekerja.
Daftar Pustaka
https://jornals.ums.ac.id
https://journal.maranatha.edu