Oleh:
1
pengangkatan kontainer yang berisi beban dan diangkat keatas meja. Data tersebut
kemudian akan diolah secara manual dan software kemudian akan dianalisis. Dengan
menerapkan ilmu pada metode ini, keluhan-keluhan musculoskeletal disorder dapat
diminimalisir dan didapatkan hasil pekerjaan yang maksimal.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biomekanika
Biomekanika merupakan ilmu yang mempelajari mengenai gaya – gaya internal
dan eksternal dan bekerja pada tubuh manusia dan akibat akibat dari gaya – gaya yang
dihasilkan. Contoh dari penerapan ilmu biomekanika adalah untuk menjelaskan efek
getaran dan dampak yang timbul akibat kerja, menyelidiki karakteristik kolom tulang
belakang, menguji penggunaan prostheic dll. Sebuah lembaga di Amerika yang
bernama NIOSH (National Institute Of Occopational Safety And Health) pada tahun
1981 melakukan analisa terhadap kekuatan manusia dalam mengangkat atau
memindahkan beban, merekomendasikan batas beban yang dapat diangkat oleh manusia
tanpa menimbulkan cedera meskipun pekerjaan tersebut dilakukansecara berulang-
ulang dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Biomekanika sendiri diklasifikasikan
menjadi 2, yaitu(Hardianto, 2014) :
1. General Biomechanic
General Biomechanic adalah bagian dari Biomekanika yang berbicara mengenai
hukum – hukum dan konsep dasar yang mempengaruhi tubuh organic manusia baik
dalam posisi diam maupun bergerak. Dibagi menjadi 2, yaitu (Tayyari, 1997):
a) Biostatics adalah bagian dari biomekanika umum yang hanya menganalisis
tubuh pada posisi diam atau bergerak pada garis lurus dengan kecepatan seragam
(uniform).
b) Biodinamic adalah bagian dari biomekanik umum yang berkaitan dengan
gambaran gerakan – gerakan tubuh tanpa mempertim-bangkan gaya yang terjadi
(kinematik) dan gerakan yang disebabkan gaya yang bekerja dalam tubuh (kinetik).
2. Occupational Biomechanic
Merupakan terapan dari bimekanika yang mempelajari interaksi fisik antara
pekerja dengan mesin, material dan peralatan dengan tujuan untuk meminimumkan
keluhan pada sistem kerangka otot agar produktivitas kerja dapat meningkat.
4
2.2 MMH
MMH ( Manual Material Handling ) adalah aktivitas pemindahan bahan secara
manual yang sebaiknya tidak membahayakan dan menimbulkan rasa sakit sehingga
dapat meningkatkan produktivitas kerja. MMH meliputi penanganan (handling),
pemindahan (moving), pengepakan (packaging), penyimpanan (Storing) dan
pengawasan (controlling).
Menurut Nurmianto (2004), pemindahan bahan secara manual apabila tidak
dilakukan secara ergonomis akan menimbulkan kecelakaan dalam industri. Kecelakaan
industri (industrial accident) yang disebut sebagai “Over Exertion-lifting and carrying”
yaitu kerusakan jaringan tubuh yang diakibatkan oleh beban angkat berlebih. Selain
masalah cara pengangkatan, salah satu faktor yang juga harus diperhatikan adalah beban
yang diangkat.
Menurut OSHA kegiatan MMH dibagi menjadi lima bagian yaitu
mengangkat/menurunkan (lifting/lowering), mendorong/menarik (pushing/pulling),
memutar (twisting), membawa (carrying) dan menahan (holding).
2.3 RWL
RWL ( Recommended Weight Limit ) merupakan sebuah rumusan rancangan
dari NIOSH yang digunakan untuk menentukan batasan besaran bebang yang dapat
diangkat pada sebuah aktivitas pengangkatan agar dapat mengurangi resiko cedera pada
musculokelestal. RWL ini ditetapkan oleh NIOSH pada tahun 1991 di Amerika Serikat.
Persamaan NIOSH berlaku pada keadaan :
6
1. Beban yang diberikan bersifat statis
2. Beban diangkat dengan kedua tangan
3. Pengangkatan atau penurunan benda dilakukan dalam waktu maksimal 8 jam .
4. Pengangkatan atau penurunan benda tidak boleh dilakukan saat duduk atau
berlutut.
5. Tempat kerja yang digunakan tidak sempit.
6. Pengangkatan tidak boleh terlalu cepat dan posisi kaki tidak boleh tertopang pada
permukaan yang sempit dan licin.
Rumusan RWL adalah sebagai berikut :
RWL = LC X HM X VM X DM X AM X FM X CM......................(2.1)
Keterangan :
LC = konstanta pembebanan = 23 kg
HM = factor pengali horizontal = 25 / H
FM = factor pengali frekuensi (Frequency Multiplier)
CM = faktor pengali kopling (handle)
VM = Faktor pengali vertikal
VM = 1 – 0,00326 |𝑉 − 75|
DM = Faktor pengali perpindahan
DM = 0,82 +4,5𝐷
AM = Faktor pengali asimetrik
AM = 1 – 0,0032 . A
7
Berikut adalah tabel pengali Frekuensinya :
Tabel 2. 1 Faktor Pengali Frekuensi
Tipe coupling Cm
V < 75 V ≥ 75 cm
cm
Baik (Good) 1,00 1,00
8
2.4 Keluhan Muskuloskeletal
Keluhan Muskuloskeletal adalah serangkaian sakit pada bagian tendon, otot, dan
saraf. Hal ini bisa terjadi apabila aktivitas kerja dengan tingkat pengulangan tinggi .
Aktivitas kerja dengan pengulangan tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan
sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak nyaman pada otot . Keluhan ini
dapat terjadi walaupun gaya yang dikeluarkan ringan ataupun besar. Keluhan
Muskuloskeletal merupakan kerusakan pada otot, saraf, tendon, ligament, persendian,
kartilago, dan discus intervertebralis. Secara garis besar keluhan otot dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu (Tarwaka, 2010):
1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot
menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang
apabila pembebanan dihentikan.
2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.
Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih
terus berlanjut.
11
Melalui video camera dapat direkam setiap tahapan aktivitas kerja, selanjutnya
hasil rekaman dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan analisis terhadap
sumber terjadinya keluhan otot.
6. Pengamatan Melalui Monitor
Sistem ini terdiri dari sensor mekanik yang dipasang pada bagian tubuh pekerja
yang dapat mengukur berbagai aspek dari aktivitas tubuh, seperti posisi,
kecepatan, dan percepatan gerakan. Melalui monitor dapat dilihat secara
langsung karakteristik dan perubahan gerak yang dapat digunakan untuk
mengestimasi keluhan otot yang akan terjadi, dan sekaligus dapat dianalisa
solusi ergonomiknya.
7. Metode analitik
Metode analitik ini direkomendasikan oleh NIOSH (National Institute for
Occupational Safety and Health) untuk pekerjaan mengangkat. NIOSH
memberikan cara sederhana untuk mengestimasi kemungkinan terjadinya
peregangan otot yang berlebihan (overexertion) atas dasar karakteritik
pekerjaan, yaitu dengan menghitung Recomended Weight Limit (RWLH) dan
Lifting Index (LI).
2.5 RULA
Rapid Upper Limb Assessment (RULA) adalah suatu metode yang digunakan
untuk menilai postur, gaya, dan gerakan suatu aktivitas kerja yang berkaitan dengan
penggunaan anggota tubuh bagian atas (upper limb). Metode RULA ini dikembangkan
untuk menyelidiki resiko kelainan yang akan dialami oleh seorang pekerja dalam
melakukan aktivitas kerja yang memanfaatkan anggota tubuh bagian atas (upper limb).
RULA menggunakan diagram postur tubuh dan tabel penilaian untuk memberikan
evaluasi terhadap faktor resiko yang akan dialami oleh pekerja. Faktor-faktor resiko
13
yang diselidiki dalam metode ini adalah yang telah dideskripsikan oleh McPhee’
sebagai faktor beban eksternal (external load factors) yang meliputi: jumlah gerakan,
jerja otot statis, gaya, postur kerja yang ditentukan oleh perlengkapan dan perabotan,
dan waktu kerja tanpa istirahat. Adapun klasifikasi pada RULA berupa daftar perbaikan
adalah seperti berikut ini :
1. Level 1, skor akhir menunjukkan nilai 1-2 yang mengindikasikan bahwa postur
tersebut dapat diterima dan tidak memerlukan perbaikan untuk jangka waktu
yang lama.
2. Level 2, skor akhir rmenunjukkan nilai 3-4 mengindikasikan membutuhkan
investigasi dan perubahan terhadap postur kerja mungkin dapat dilakukan.
3. Level 3, skor akhir menunjukkan nilai 5-6 yang berarti investigasi dan
perubahan postur kerja harus dilakukan secepatnya.
4. Level 4, skor akhir menunjukkan nilai akhir 7 yang mengindikasikan dan
perubahan harus dilakukan dengan segera.
Untuk menilai empat faktor beban eksternal pertama yang disebutkan di atas
(jumlah gerakan, kerja otot statis, gaya dan postur), Rapid Upper Limb Assessment
(RULA) dikembangkan untuk (Andrian, 2013) :
1. Menyediakan metode penyaringan populasi kerja yang cepat, untuk penjabaran
kemungkinan resiko cidera dari pekerjaan yang berkaitan dengan anggota tubuh
bagian atas.
2. Mengenali usaha otot berkaitan dengan postur kerja, penggunaan gaya dan
melakukan pekerjaan statis atau repetitif, dan hal–hal yang dapat menyebabkan
kelelahan otot.
3. Memberikan hasil yang dapat digabungkan dalam penilaian ergonomi yang lebih
luas meliputi faktor-faktor epidemiologi, fisik, mental, lingkungan dan
organisasional.
14
2.6 REBA
Rapid Entire Body Assessment (REBA) merupakan suatu metode yang
digunakan di bidang ergonomi yang digunakan untuk menilai postur leher, punggung,
lengan, pergelangan tangan, dan kaki seorang pekerja. REBA memiliki kesamaan yang
mendekati metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment), namun metode REBA ini
tidak sebaik metode RULA yang menunjukkan pada analisis pada keunggulan yang
sangat dibutuhkan dan untuk pergerakan pada pekerjaan berulang yang diciptakan,
REBA lebih umum, dalam penjumlahan salah satu sistem baru dalam analisis yang
didalamnya termasuk faktor-faktor dinamis dan statis bentuk pembebanan interaksi
pembebanan perorangan, dan konsep baru berhubungan dengan pertimbangan dengan
sebutan “The Gravity Attended” untuk mengutamakan posisi dari yang paling unggul
(Bambang, 2010).
Hasil penilaian REBA merupakan level tindakan yang perlu dilakukan, yaitu 1
(risiko dapat diabaikan, tidak perlu tindakan), 2-2 (risiko rendah, mungkin diperlukan
tindakan), 4-7 (risiko sedang, perlu tindakan), 8-10 (risiko tinggi, tindakan secepatnya),
11-15 (risiko sangat tinggi, tindakan sesegera mungkin) (Hignett, 2000).
15
3. Untuk mendukung sistem penilaian aktivitas otot pada posisi statis (kelompok
bagian, atau bagian dari tubuh), dinamis (aksi berulang, contohnya
pengulangan yang unggul pada veces/minute, kecuali berjalan kaki), tidak
cocok dengan perubahan posisi yang cepat.
4. Untuk menggapai interaksi atau hubungan antara seorang dan beban adalah
penting dalam manipulasi manual, tetapi itu tidak selalu bisa dilakukan dengan
tangan.
5. Termasuk sebuah faktor yang tidak tetap dari pengambilan untuk manipulasi
beban manual
6. Untuk memberikan sebuah tingkatan dari aksi melalui nilai akhir dengan
indikasi dalam keadaan terpaksa.
7. Pada metode REBA segmen-segmen tubuh tersebut dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu grup A dan B. Grup A meliputi punggung (batang tubuh),
leher dan kaki. Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah dan
pergelangan tangan meliputi lengan atas, lengan bawah dan pergelangan
tangan.
16
Tabel 2. 3 Skor Pergerakan Punggung
17
Tabel 2. 4 Skor Pergerakan Leher
Pergerakan Skor Perubahan Skor
0°- 20° flexion 1
+1 Jika memutar/miring
>20° flexion atau
2 kesamping
extension
Tabel skor pergerakan leher menjelaskan bobot skor dari pergerakan leher yang
dilakukan. Pergerakan leher membentuk sudut 0°- 20° flexion bernilai skor sebesar 1,
sedangkan pergerakan leher membentuk sudut lebih dari 20° flexion atau extension
bernilai skor 2. Skor akan bertambah 1 jika saat bergerak, leher melakukan pergerakan
memutar atau miring ke samping.
18
Tabel 2. 5 Skor Pergerakan Kaki
Tabel skor pergerakan kaki menjelaskan bobot yang diperoleh dari gerakan-
gerakan yang dilakukan oleh kaki saat beraktivitas. Pergerakan kaki tertopang atau
bobot tersebebar merata pada kedua kaki mendapatkan skor sebesar 1, sedangkan
pergerakan kaki tidak tertopang atau bobot tersebar tidak merata mendapatkan skor 2.
Skor akan bertambah 1 pada gerakan kaki yang dilakukan apabila lutut kaki membentuk
sudut antara 30° dan 60° flexion, sedangan apabila lutut membentuk sudut lebih dari 60°
flexion (tidak ketika duduk) akan ditambahkan skor sebesar 2.
19
Tabel 2. 6 Skor Pergerakan Lengan Atas
Pergerakan Skor Perubahan Skor
20° extension sampai 20° +1 Jika posisi lengan:
1
flexion - Adducted
>20° extension - Rotated
2
20°-45° flexion +1 Jika bahu ditinggikan
45°-90° flexion 3 +1 jika besandar, bobot lengan
>90° flexion 4 ditopang atau sesuai gravitasi
Bobot skor akan bertambah 1 apabila posisi lengan pada posisi adducted ataupun
rotated, jika bahu ditinggikan, dan jika bersandar atau bobot lengan ditopang atau sesuai
gravitasi.
20
Tabel pergerakan lengan bawah menunjukkan pergerakan lengan bawah yang
menyatakan saat sudut 60-100 diberi skor 1 dan saat sudutnya lebih dari 100 atau
kurang dari 20 diberi skor 2
Berdasarkan ilustrasi pada gambar, maka diuraikan pergerakan yang terjadi pada
pergelangan tangan menjadi skor-skor. Tabel dibawah merupakan rangkuman dari skor
terbebut.
Tabel 2. 8 Skor Pergerakan Pergelangan Tangan
Pergerakan Skor Perubahan Skor
0°-15° 1 + Jika pergelangan tangan
flexion/extension menyimpang/ berputar
15° flexion/ extension 2
21
Tabel 2. 9 Tabel A
Tabel 2.10 merupakan tabel skor tubuh untuk mencari skor tubuh berdasarkan
segmen tubuh lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Cara untuk mencari
skor pada tabel B diurutkan skor-skor yang terdapat dari segmen tubuh sehingga
didapatkan skor tabel B. Skor yang diperoleh akan bertambah apabila memenuhi syarat-
syarat yang terdapat pada coupling saat bekerja.
Tabel 2. 10 Tabel B
22
Tabel 2. 11 Faktor Kopling
Coupling
0 - Good 1 - Fair 2 - Poor 3 - Unacceptable
Pegangan tangan bias Dipaksakan genggaman
Pegangan pas
diterimatapi tidak Pegangan tangan tidak yang tidak aman, tanpa
dan tepat
ideal/couping lebih bisa diterima walaupun pegangan coupling tidak
ditengah,
sesuai digunakan oleh memungkinkan sesuai digunakan oleh
genggaman kuat
bagian lain dari tubuh bagian lain dari tubuh
Tabel 2.12 merupakan tabel skor REBA yang akan digunakan untuk mengetahui
risk level dari kegiatan yang dilakukan manusia saat bekerja. Caranya dengan
mengurutkan nilai dari tiap tabel yang telah didapatkan, skor pada tabel C akan
bertambah apabila aktivitas yang dilakukan oleh manusia atau pekerja memenuhi
kriteria activity score.
Tabel 2. 12 Tabel C
Skor A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12
2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12
5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12
Skor B 6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12
7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12
8 5 6 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12
9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12
10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
Activity Skor
23
Setelah skor pada tabel C didapatkan maka langkah selajutnya adalah
menentukan termasuk kedalam kategori apa kegiatan manusia atau operator yang
diamati. Terlihat pada tabel 2.10 yang merupakan rangkuman dari risk level tabel
REBA.
1. Untuk suatu wadah yang 1. Untuk semua wadah 1. Suatu wadah yang
memenuhi rancangan optimal yang memenuhi rancangan memiliki rancangan yang
seperti kotak, peti kayu, dsb. optimal, Kopling yang kurang optimal atau bagian
Kopling yang ”Baik” ”Cukup” didefinisikan yang longgar atau objek
didefinisikan sebagai sebagai pegangan dengan besar yang tidak rata, sulit
pegangan dengan rancangan rancangan yang kurang dipegang atau memiliki
yang optimal (lihat catatan 1- optimal (lihat catatan 1-4 ujung yang tajam (lihat
3 dibawah). dibawah) catatan 5 dibawah).
24
Tabel 2. 15 Tabel Kategori Kualitas Kopling (Lanjutan)
26
Gambar 2. 9 Pohon Keputusan
27
Gambar 2. 10 Nordic Body Map
Keterangan :
0 Sakit/kaku di leher bagian atas 15 Sakit pada pergelangan tangan
kanan 1 Sakit/kaku di leher bagian bawah 16 Sakit pada jari-jari tangan kiri
2 Sakit di bahu kiri 17 Sakit pada jari-jari tangan kanan
3 Sakit di bahu kanan 18 Sakit pada paha kiri
4 Sakit pada lengan atas kiri 19 Sakit pada paha kanan
5 Sakit di punggung 20 Sakit pada lutut kiri
6 Sakit pada lengan atas kanan 21 Sakit pada lutut kanan
7 Sakit pada pinggang 22 Sakit pada betis kiri
8 Sakit pada bokong 23 Sakit pada betis kanan
9 Sakit pada pantat 24 Sakit pada pergelangan kaki kiri
10 Sakit pada siku kiri 25 Sakit pada pergelangan kaki kanan
11 Sakit pada siku kanan 26 Sakit pada jari kaki kiri
12 Sakit pada lengan bawah kiri 27 Sakit pada jari kaki kanan
13 Sakit pada lengan bawah kanan
14 Sakit pada pergelangan tangan kiri
28
2.9 Software
2.9.1 CATIA
Software CATIA (Computer Aided Three Dimensional Interactive Application)
merupakan perangkat lunak untuk CAD/CAM/CAE. Software ini sangat berguna untuk
membantu proses desain (CAD), rekayasa (CAE) maupun manufaktur (CAM), yang
memungkinkan proses-proses pemodelan seluruhnya dilakukan secara digital sehingga
tidak diperlukan lagi gambar manual maupun model fisik. Software ini juga handal
dalam memenuhi kriteria artistik, kelayakan mekanis, kenyamanan (ergonomis) dan
juga kelayakan secara bisnis dari suatu desain produk. CATIA memiliki aplikasi yang
sangat lengkap (140 aplikasi) untuk berbagai keperluan disiplin ilmu teknik Berikut
merupakan screenshoot dari langkah catia (teknik.ums.ac.id) :
Gambar 2. 11 Catia
2.9.2 Ergofellow
Ergofellow merupakan software yang dilengkapi dengan 17 alat aergonomis
yang berguna untuk meningkatkan kondisi tempat kerja, untuk mengurangi risiko kerja
dan meningkatkan produktivitas. Ergofellow juga sangan dibutuhkan dalam pembuatan
RULA, dimana dengan Ergofellow kita dapat menentukan jenis tindakan yang akan
dilakukan untuk memprediksi adanya gangguan otot badan dilihat dari gerakan-gerakan
kerja yang dilakukan dan ditentuka skor serta jenis tindakan yang harus dilakukan
29
dengan menggunkan metode RULA. Selain itu kita juga dapat melakukan evaluasi
terhadap risioko pekerjaan yang diakibatkan oleh gerakan-gerakan kerja dengan
menggunakan hasil rancangan dengan menggunakan metode RULA dengan aplikasi
software Ergofellow. Perangkat lunak ini dikembangkan oleh MPL Sistemas pada tahun
2009 dan sangat berguna untuk ergonomists dan untuk semua profesional di bidang
keselamatan dan kesehatan.Ini juga sangat baik untuk tujuan pendidikan. Ergofellow
memiliki alat ergonomis sebagai berikut (Achiraeniwati,2010):
a. NIOSH (Persamaan Lifting Revisi)
b. Rula (Penilaian Limb Cepat Atas)
c. MOORE E Garg (Indeks Regangan)
d. Ketidaknyamanan KUESIONER
e. QEC (Centang Paparan Cepat)
f. LEHMANNLehmann
g. ANALISIS CITRA
h. VIDEO ANALISIS
i. ANTROPOMETRI
j. PERHITUNGAN FORCE
k. APD (Alat Pelindung Diri)
l. HEAT STRESS
Berikut merupakan gambar screenshoot ergofellow :
Gambar 2. 12 Ergofellow
30
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Start
finish
32
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Durasi (jam)
Berat Beban
Vertikal
Kopling
(cm) Asimetrik Frekuensi
Posisi Posisi Akhi (Lift/menit) Kome
Awal Akhir Awal r ntar
T T
L H V H V D A A T1 2 3 t F C
8 30 30 41 75 45 0 0 3 <2 Fair
Produksi 1
8 39 30 60 75 45 0 0 3 <2 Poor
35
DM = 0,82 + (4,5/D) = 0,82 + (4,5/45) = 0,92
AM = 1- (0,0032|A|) = 1-(0,0032|0|) = 1
FM = 0,79
CM = 0,95
RWL origin = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
= 23 x 0,83 x 0,865 x 0,92 x 1 x 0,79 x 0,95
= 11,401 kg
36
LC = 23 kg
37
HM = 25/H = 25/39 = 0,641 cm
VM = 1- (0,003 |v-75|) = 1- (0,003 |30 - 75|) = 0,865
DM = 0,82 + (4,5/D) = 0,82 + (4,5/45) = 0,92
AM = 1- (0,0032|A|) = 1-(0,0032|0|) = 1
FM = 0,79
CM = 0,90
RWL origin = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
= 23 x 0,641 x 0,865 x 0,92 x 1 x 0,79 x 0,90
= 8,341 kg
Posisi Akhir (Destination)
LC = 23 kg
HM = 25/H = 25/60 = 0,416 cm
VM = 1- (0,003 |v-75|) = 1- (0,003 |75 - 75|) = 1
DM = 0,82 + (4,5/D) = 0,82 + (4,5/45) = 0,92
AM = 1- (0,0032|A|) = 1-(0,0032|0|) = 1
FM = 0,79
CM = 0,90
RWL destination = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
= 23 x 0,416 x 1 x 0,92 x 1 x 0,79 x 0,90
= 6.259 kg
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛
LI = = = 1.278 𝑘𝑔
8
𝑅𝖶𝐿 6.259
38
Sudut Akhir : 90°
39
Posisi Awal
LC = 23 kg
HM = 25/35 = 0.714 cm
VM = 1-(0.003|V-75|) = 1-(0.003|75-75|) = 1
DM = 0.82+(4.5/D) = 0.82+(4.5/40) = 0.933
AM = 1-(0.0032|A|) = 1-(0.0032|0|) = 1
FM = 0.79
CM = Fair dengan V≥75 sehingga ditemukan nilai CM sebesar 1 dan
jika V<75 nilai CM sebesar 0.95, maka karena V≥75, CM=1
RWL origin = LC X HM X VM X DM X AM X FM X CM
= 23 X 0.714 X 1 X 0.933 X 1 X 0.79 X 1
= 12.104 kg
Posisi Akhir
LC = 23 kg
HM = 25/57 = 0.439 cm
VM = 1-(0.003|V-75|) = 1-(0.003|115-75|) = 0.88
DM = 0.82+(4.5/D) = 0.82+(4.5/40) = 0.933
AM = 1-(0.0032|A|) = 1-(0.0032|90|) = 0.712
FM = 0.79
CM = Fair dengan V≥75 sehingga ditemukan nilai CM sebesar 1 dan
jika V<75 nilai CM sebesar 0.95, maka karena V>75, CM=1
RWL destination = LC X HM X VM X DM X AM X FM X CM
= 23 X 0.439 X 0.88 X 0.933 X 0.712 X 0.79 X 1
= 4.663 kg
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛
LI = = = 1.716
8
𝑅𝖶𝐿 4.663
b. Meja-Rak
2
Berat beban 8 kg
Hawal : 32 cm Hakhir : 59 cm
40
Vawal : 75 cm Vakhir : 115 cm
41
Sudut Awal : 0° Coupling : Poor
Sudut Akhir : 90°
Posisi Awal
LC = 23 kg
HM = 25/32 = 0.781 cm
VM = 1-(0.003|V-75|) = 1-(0.003|75-75|) = 1
DM = 0.82+(4.5/D) = 0.82+(4.5/40) = 0.9325
AM = 1-(0.0032|A|) = 1-(0.0032|0|) = 1
FM = 0.79
CM = Poor dengan V≥75 sehingga ditemukan nilai CM sebesar 0.90
dan jika V<75 nilai CM sebesar 0.90, maka karena V≥75, CM=0.90
RWL origin = LC X HM X VM X DM X AM X FM X CM
= 23 X 0.781 X 1 X 0.9325 X 1 X 0.79 X 0.90
= 11.909 kg
Posisi Akhir
LC = 23 kg
HM = 25/59 = 0.424 cm
VM = 1-(0.003|V-75|) = 1-(0.003|115-75|) = 0.88
DM = 0.82+(4.5/D) = 0.82+(4.5/40) = 0.9325
AM = 1-(0.0032|A|) = 1-(0.0032|90|) = 0.712
FM = 0.79
CM = Poor dengan V≥75 sehingga ditemukan nilai CM sebesar 0.90
dan jika V<75 nilai CM sebesar 0.90, maka karena V>75, CM=0.90
RWL destination = LC X HM X VM X DM X AM X FM X CM
= 23 X 0.424 X 0.88 X 0.9325 X 0.712 X 0.79 X 0.90
= 4.051 kg
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛
LI = = = 1.975
8
𝑅𝖶𝐿 4.276
42
3. Pekerja bagian Packing I (Non Twisting)
a. Lantai – Palet 1
Berat beban 13 kg
Hawal : 40 cm Hakhir : 49 cm
Vawal : 20 cm Vakhir : 85 cm
Sudut Awal : 0° Coupling : Poor
Sudut Akhir : 0°
Posisi Awal
LC = 23 kg
HM = 25/40 = 0.625 cm
VM = 1-(0.003|V-75|) = 1-(0.003|20-75|) = 0.835
DM = 0.82+(4.5/D) = 0.82+(4.5/65) = 0.889
AM = 1-(0.0032|A|) = 1-(0.0032|0|) = 1
FM = 0.72
CM = Poor dengan V≥75 sehingga ditemukan nilai CM sebesar 0.90
dan jika V<75 nilai CM sebesar 0.90, maka karena V<75, CM=0.90
RWL origin = LC X HM X VM X DM X AM X FM X CM
= 23 X 0.625 X 0.835 X 0.889 X 1 X 0.72 X 0.90
= 6.915 kg
Posisi Akhir
LC = 23 kg
HM = 25/49= 0.510 cm
VM = 1-(0.003|V-75|) = 1-(0.003|85-75|) = 0.97
DM = 0.82+(4.5/D) = 0.82+(4.5/65) = 0.889
AM = 1-(0.0032|A|) = 1-(0.0032|0|) = 1
FM = 0.72
CM = Poor dengan V≥75 sehingga ditemukan nilai CM sebesar 0.90
dan jika V<75 nilai CM sebesar 0.90, maka karena V>75, CM=0.90
RWL destination = LC X HM X VM X DM X AM X FM X CM
43
= 23 X 0.510 X 0.97 X 0.899 X 1 X 0.72 X 0.90
= 6.628 kg
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 13 = 1.961
LI = 𝑅𝖶𝐿 = 6.628
b. Lantai – Palet
2
Berat Beban 15 kg
Hawal : 39 cm Hakhir : 55 cm
Vawal : 20 cm Vakhir : 85 cm
Sudut Awal : 0° Coupling : Poor
Sudut Akhir : 0°
Posisi Awal (Origin)
LC = 23 kg
HM = 25/39 = 0.641 cm
VM = 1-(0.003|V-75|) = 1-(0,003|20-75|) = 0,835
DM = 0.82+(4.5/65) = 0.889
AM = 1-(0.0032|A|)= 1-(0.0032|0|) = 1
FM = 0.72
CM = 0.90
RWL Origin = LC X HM X VM X DM X AM X FM X CM
= 23 x 0.641 x 0.835 x 0.899 x 1 x 0.72 x 0.90
= 7.171 kg
Posisi Akhir (Destination)
LC = 23 kg
HM = 25/55 = 0.454 cm
VM = 1-(0.003|V-75|) = 1-(0.003|85-75|) = 0.97
DM = 0.82+(4.5/65) = 0.899
AM = 1-(0.0032|A|) = 1-(0,0032|0|) = 1
FM = 0.72
CM = 0.90
RWL Destination = LC X HM X VM X DM X AM X FM X CM
44
= 23 x 0.454 x 0.97 x 0.899 x 1 x 0.72 x 0.90
= 5.900 kg
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑒𝑛𝑑𝑎 15
LI = = = 2.542
𝑅𝖶𝐿 5.900
Posisi Akhir
LC = 23 kg
HM = 25/60 = 0.416 cm
VM = 1-(0.003|V-75|) = 1-(0.003|85-75|) = 0.97
DM = 0.82+(4,5/65) = 0.899
AM= 1-(0,0032|A|) = 1-(0,0032|0|) = 1
45
FM = 0.3
CM = 0,90
RWL Destination = LC X HM X VM X DM X AM X FM X CM
= 23 x 0,416 x 0,97 x 0.899 x 1 x 0,3 x 0,90
= 2.252kg
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑒𝑛𝑑𝑎 13
LI= = = 5.771
𝑅𝖶𝐿 2.252
b. Lantai – Palet 2
Berat Beban 15 kg
Hawal : 41 cm Hakhir : 66 cm
Vawal : 20 cm Vakhir : 85 cm
Sudut Awal : 0° Coupling : Poor
Sudut Akhir : 0°
Posisi Awal (Origin)
LC = 23 kg
HM = 25/41 = 0,609 cm
VM = 1-(0,003|V-75|) = 1-(0,003|20-75|) = 0,835
DM = 0,82+(4,5/65) = 0.899
AM = 1-(0,0032|A|)= 1-(0,0032|0|) = 1
FM = 0,3
CM = 0,90
RWL Origin = LC X HM X VM X DM X AM X FM X CM
= 23 x 0,609 x 0,835 x 0.899 x 1 x 0,3 x 0,90
=2.839 kg
Posisi Akhir (Destination)
LC = 23 kg
HM= karena H>64 maka nilai HM=0
46
VM = 1-(0,003|V-75|) = 1-(0,003|85-75|) = 0,97
DM = 0,82+(4,5/65) = 0.899
AM = 1-(0,0032|A|) = 1-(0,0032|0|) = 1
FM = 0,3
CM = 0,90
RWL Destination = LC X HM X VM X DM X AM X FM X CM
= 23 x 0 x 0,97 x 0.899 x 1 x 0,3 x 0,90
= 0 kg
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑒𝑛𝑑𝑎 15
LI = 𝑅𝖶𝐿 = 0 =∞
Posisi Awal
Berikut adalah hasil dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW
47
Gambar 4. 1 Hasil Posisi Awal Lantai ke Meja 1 dengan software ERGOFELLOW
Posisi Akhir
Berikut adalah hasil dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW
48
Gambar 4. 3 Hasil Posisi Akhir Lantai ke Meja 1 dengan software ERGOFELLOW
49
Posisi Awal
Berikut adalah hasil dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW
Posisi Akhir
Berikut adalah hasil dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW
50
Gambar 4. 7 Hasil Posisi Akhir Lantai ke Meja 2 dengan software ERGOFELLOW
51
Posisi Awal
Berikut adalah hasil dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW
Posisi Akhir
Berikut adalah hasil dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW
52
Gambar 4. 11 Hasil Posisi Akhir Meja ke Rak 1 dengan software ERGOFELLOW
53
Posisi Awal
Berikut adalah hasil dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW
Posisi Akhir
Berikut adalah hasil dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW
54
Gambar 4. 15 Hasil Posisi Akhir Meja ke Rak 2 dengan software ERGOFELLOW
55
Posisi Awal
Berikut adalah hasil dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW
Posisi Akhir
Berikut adalah hasil dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW
56
Gambar 4. 19 Hasil Posisi Akhir Lantai ke Palet 1 dengan software ERGOFELLOW
57
Posisi Awal
Berikut adalah hasil dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW
Posisi Akhir
Berikut adalah hasil dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW
58
Gambar 4. 23 Hasil Posisi Akhir Lantai ke Palet 2 dengan software ERGOFELLOW
59
Posisi Awal
Berikut adalah hasil dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW
Posisi Akhir
Berikut adalah hasil dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW
60
Gambar 4. 27 Hasil Posisi Akhir Lantai ke Palet 3 dengan software ERGOFELLOW
61
Posisi Awal
Berikut adalah hasil dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW
Posisi Akhir
Berikut adalah hasil dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW
62
Gambar 4. 31 Hasil Posisi Akhir Lantai ke Palet 4 dengan software ERGOFELLOW
1. Produksi 1
a. Lantai - Meja 1
Berat beban 8
Kg
Posisi Origin
Posisi Destinasi
63
Gambar 4. 33 Hasil CATIA Destinasi Lantai ke Meja 1 Non Twist beban 8 Kg
b. Lantai - Meja 2
Berat beban 8
Kg
Posisi Origin
64
Posisi Destinasi
65
Gambar 4. 35 Hasil CATIA Destinasi Lantai ke Meja 2 Non Twist beban 8 Kg
2. Produksi 2
a. Meja - Rak 1
Berat beban 8
Kg
Posisi Origin
Posisi Destinasi
66
Gambar 4. 37 Hasil CATIA Destinasi Meja ke Rak 1 Twist beban 8 Kg
b. Meja - Rak 2
Berat beban 8
Kg
Posisi Origin
67
Posisi Destinasi
3. Packing 1
a. Lantai – Palet 1
Berat beban 13
Kg
Posisi Origin
Posisi Destinasi
74
Gambar 4. 41 Hasil CATIA Destinasi Lantai ke Palet 1 Non Twist beban 13 Kg
b. Lantai – Palet 2
Berat beban 15
Kg
Posisi Origin
Posisi Destinasi
75
Gambar 4. 43 Hasil CATIA Destinasi Lantai ke Palet 2 Non Twist beban 15 Kg
4. Packing 2
a. Lantai – Palet 3
Berat beban 13
Kg
Posisi Origin
Posisi Destinasi
76
Gambar 4. 45 Hasil CATIA Destinasi Lantai ke Palet 3 Non Twist beban 13 Kg
b. Lantai – Palet 4
Berat beban 15
Kg
Posisi Origin
Posisi Destinasi
77
Gambar 4. 47 Hasil CATIA Destinasi Lantai ke Palet 4 Non Twist beban 15 Kg
Beban RWL LI
No. Asimetri Coupling Perpindahan Posisi
(Kg)
Manual ERGO CATIA Manual ERGO CATIA
78
Tabel 4. 3 Rekapitulasi RWL dan LI manual, ERGOFELLOW dan CATIA(Lanjutan)
Beban RWL LI
No. Asimetri Coupling Perpindahan Posisi
(Kg) Manual ERGO CATIA Manual ERGO CATIA
Gambar 4. 48 Hasil RULA CATIA Origin Lantai ke Meja 1 Produksi 1 Beban 8 Kg Non Twist
79
Posisi Destinasi
Gambar 4. 49 Hasil RULA CATIA Destinasi Lantai ke Meja 1 Produksi 1 Beban 8 Kg Non Twist
b. Lantai - Meja 2
Berat beban 8
Kg
Posisi Origin
Gambar 4. 50 Hasil RULA CATIA Origin Lantai ke Meja 2 Produksi 1 Beban 8 Kg Non Twist
80
Posisi Destinasi
Gambar 4. 51 Hasil RULA CATIA Destinasi Lantai ke Meja 2 Produksi 1 Beban 8 Kg Non Twist
2. Produksi 2
a. Meja - Rak 1
Berat beban 8
Kg
Posisi Origin
Gambar 4. 52 Hasil RULA CATIA Origin Meja ke Rak 1 Produksi 2 Beban 8 Kg Twist
81
Posisi Destinasi
Gambar 4. 53 Hasil RULA CATIA Destinasi Meja ke Rak 1 Produksi 2 Beban 8 Kg Twist
b. Meja - Rak 2
Berat beban 8
Kg
Posisi Origin
Gambar 4. 54 Hasil RULA CATIA Origin Meja ke Rak 2 Produksi 2 Beban 8 Kg Twist
82
Posisi Destinasi
Gambar 4. 55 Hasil RULA CATIA Destinasi Meja ke Rak 2 Produksi 2 Beban 8 Kg Twist
3. Packing 1
a. Lantai – Palet 1
Berat beban 13
Kg
Posisi Origin
Gambar 4. 56 Hasil RULA CATIA Origin Lantai ke Palet 1 Packing 1 Beban 13 Kg Non Twist
83
Posisi Destinasi
Gambar 4. 57 Hasil RULA CATIA Destinasi Lantai ke Palet 1 Packing 1 Beban 13 Kg Non Twist
b. Lantai – Palet 2
Berat beban 15
Kg
Posisi Origin
Gambar 4. 58 Hasil RULA CATIA Origin Lantai ke Palet 2 Packing 1 Beban 15 Kg Non Twist
84
Posisi Destinasi
Gambar 4. 59 Hasil RULA CATIA Destinasi Lantai ke Palet 2 Packing 1 Beban 15 Kg Non Twist
4. Packing 2
a. Lantai – Palet 3
Berat beban 13
Kg
Posisi Origin
Gambar 4. 60 Hasil RULA CATIA Origin Lantai ke Palet 3 Packing 2 Beban 13 Kg Non Twist
85
Posisi Destinasi
Gambar 4. 61 Hasil RULA CATIA Destinasi Lantai ke Palet 3 Packing 2 Beban 13 Kg Non Twist
b. Lantai – Palet 4
Berat beban 15
Kg
Posisi Origin
Gambar 4. 62 Hasil RULA CATIA Origin Lantai ke Palet 4 Packing 2 Beban 15 Kg Non Twist
86
Posisi Destinasi
Gambar 4. 63 Hasil RULA CATIA Destinasi Lantai ke Palet 4 Packing 2 Beban 15 Kg Non Twist
87
4.2.5 REBA
Berikut ini langkah-langkah pemilihan posisi tubuh dalam Ergofellow – REBA
1. Neck, Trunk and Legs
Gambar 4. 64 Langkah Pemilihan Neck, Trunk and Legs REBA pada Ergofellow
2. Load
88
3. Upper arm, Lower arm and Wrist
Gambar 4. 66 Langkah pemilihan Upper arm, lower arm and wrist REBA pada Ergofellow
4. Coupling
89
5. Activity
6. Result Score
Gambar 4. 69 Result Score Posisi Awal Beban 8 Kg Produksi 1 Lantai ke Meja 1 Non Twist
90
Gambar 4. 70 Result Score Posisi Akhir Beban 8 Kg Produksi 1 Lantai ke Meja 1 Non Twist
Gambar 4. 71 Result Score Posisi Awal Beban 8 Kg Produksi 1 Lantai ke Meja 2 Non Twist
91
Gambar 4. 72 Result Score Posisi Akhir Beban 8 Kg Produksi 1 Lantai ke Meja 2 Non Twist
Gambar 4. 73 Result Score Posisi Awal Beban 8 Kg Produksi 2 Meja ke Rak 1 Twist
92
Gambar 4. 74 Result Score Posisi Akhir Beban 8 Kg Produksi 2 Meja ke Rak 1 Twist
Gambar 4. 75 Result Score Posisi Awal Beban 8 Kg Produksi 2 Meja ke Rak 2 Twist
93
Gambar 4. 76 Result Score Posisi Akhir Beban 8 Kg Produksi 2 Meja ke Rak 2 Twist
Gambar 4. 77 Result Score Posisi Awal Beban 13 Kg Packing 1 Lantai ke Palet 1 Non Twist
94
Gambar 4. 78 Result Score Posisi Akhir Beban 13 Kg Packing 1 Lantai ke Palet 1 Non Twist
Gambar 4. 79 Result Score Posisi Awal Beban 15 Kg Packing 1 Lantai ke Palet 2 Non Twist
95
Gambar 4. 80 Result Score Posisi Akhir Beban 15 Kg Packing 1 Lantai ke Palet 2 Non Twist
Gambar 4. 81 Result Score Posisi Awal Beban 13 Kg Packing 2 Lantai ke Palet 3 Non Twist
96
Gambar 4. 82 Result Score Posisi Akhir Beban 13 Kg Packing 2 Lantai ke Palet 3 Non Twist
Gambar 4. 83 Result Score Posisi Awal Beban 15 Kg Packing 2 Lantai ke Palet 4 Non Twist
97
Gambar 4. 84 Result Score Posisi Akhir Beban 15 Kg Packing 2 Lantai ke Palet 4 Non Twist
98
BAB V
ANALISIS
Beban RWL LI
No. Asimetri Coupling Perpindahan Posisi
(Kg)
Manual CATIA Manual CATIA
99
Nilai RWL akan mempengaruhi besar atau kecilnya nilai LI. Nilai LI
didapatkan dari membagi antara berat beban dengan nilai RWL. Semakin besar nilai
RWL akan menghasilkan nilai LI yang kecil, begitupun sebaliknya semakin kecil nilai
RWL akan semakin besar nilai LI. Nilai RWL sendiri didapatkan dari hasil mengalikan
faktor-faktor yang berpengaruh dalam melakukan pekerjaan, misalnya LC, VM, HM,
DM, AM, FM, dan CM.
Pada tabel diatas hasil RWL dan LI sebelum perbaikan pada berat beban 8 kg
non twist pada meja kecil nilai RWL (Origin) adalah 11.401 dengan nilai LI< 1(0.7)
sedangkan 8 kg twist nilai RWL (Origin) adalah 12.104 dengan nilai LI < 1 (0.7).
Pada tabel diatas hasil RWL dan LI sebelum perbaikan pada berat beban 8 kg
non twist pada meja kecil nilai RWL (Destination) adalah 6.259 dan dengan nilai LI > 1
(1.3pada manual, N/A pada CATIA) sedangkan 8 kg twist nilai RWL (Destination)
adalah 4.051 dengan nilai LI > 1 (1.975). Hasil RWL dan LI sebelum perbaikan baik
perhitungan manual maupun CATIA pada berat beban 8kg dan twist menghasilkan nilai
0 dan N/A (tak terhingga) nilai tersebut didapatkan karena jarak horizontal yang ≥ 63
cm sehingga nilai H = 0 selain itu nilai LI > 1 dikarenakan jarak horizontal yang terlalu
jauh
Pada berat beban 15 kg non twist nilai RWL (Origin) adalah dengan nilai LI >1
sedangkan 15 kg non twist nilai RWL (Origin) adalah 2.648 dengan nilai LI > 1. Nilai
LI > 1 dikarenakan jarak horizontal yang terlalu jauh dan jarak perpindahan vertikal
yang terlalu tinggi. Pada hasil sebelum perbaikan ini belum ada berat beban yang
memenuhi standar NIOSH dan aman bagi pekerja.
Nilai LI terbaik adalah sebesar 0.7 yaitu pada beban 8 kg posisi awal non
twisting dengan coupling fair dan beban 8kg awal twisting dengan coupling fair, hal ini
terjadi karena memiliki nilai LI yang terkecil dan kurang dari 1 sehingga sangat aman
untk pekerja.
Nilai LI terburuk adalah sebesar 5.7 yaitu dengan beban 13kg posisi akir non
twisting dengan coupling poor, hal ini terjadi karena memiliki nilai LI terbesar dan lebih
dari 1 sehingga sangat bahaya untuk dilakukan oleh pekerja.
100
5.2 Analisis Pengaruh Berat, Jarak Horizontal, Vertikal, Perpindahan,
Frekuensi, Pengangkatan, Posisi Pemindahan dan Efek Kopling
a. Jarak Horizontal
Pada perhitungan RWLH, terdapat perkalian yang dipengaruhi oleh faktor jarak
horizontal yang dimana dilambangkan dengan simbol HM. Berdasarkan rumus yang
ada, jarak horisontal semakin besar maka akan semakin memperkecil HM, dan juga
dikarenakan RWLH berbanding lurus dengan HM, maka RWLH juga akan semakin
kecil jika HM semakin kecil. Jika semakin kecil nilai RWLH dengan beban tetap, maka
gerakan tersebut semakin tidak ergonomis karena LI>1. Hal demikian akan
menyebabkan operator dapat menderita sakit pinggang. Jika dalam melakukan
perpindahan horizontal dengan jarak yang terlalu besar maka sangat tidak
menguntungkan bagi pengangkat beban karena akan mempercepat rasa lelah
(membutuhkan energi yang lebih besar untuk melakukan perpindahan) atau fatigue pada
tulang belakang.
Berdasarkan percobaan pemindahan manual yang telah dilakukan jarak
horizontal untuk posisi awal non twist dengan berat benda 8 kg adalah 30 cm dan posisi
akir 41 cm dan pada posisi ke dua untuk posisi awal adalah 39 cm dan posisi akir 60
cm. Sedangkan untuk posisi twist berat benda 8 kg dan posisi awal 35 cm dan posisi
akir 57 cm. Juga posisi kedua untuk posisi awal adalah 32 cm dan posisi akir 59 cm.
Untuk berat benda 13 kg non twist posisi awal 40 dan 44, dan untuk posisi akir 49 dan
60. Untuk berat benda 15 kg non twist posisi awal adalah 39 cm dan 41 cm dan posisi
akir 55 dan 66 cm. Dari hasil perhitungan di dapat nilai factor pengali pada posisi akir
yang bernilai 0. Hal ini disebabkan karena jarak horizontalnya melebihi > 63 cm,
dimana jarak horizontal yang melebihi 63 sudah melebihi jangkauan maksimal yang
dapat dilakukan oleh orang Indonesia dan jangkauan seperti itu hanya dapat dilakukan
oleh orang Eropa atau Barat, oleh sebab itu nilai dari lifting index untuk jarak
Horizontal yang melebihi 63 bernilai N/A yang menunjukkan tidak dapat didefinisikan
karena sudah diluar jangkauan.
101
b. Berat
Pada hasil perhitungan untuk beban 8 kg didapatkan hasil perhitungan LI yang
kurang dari 2 sedangkan pada beban 15 dan 13 kg, didapatkan perhitungan Li
yang lebih dari 2. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat pengangkatan, beban 15
kg lebih berisiko dibandingkan dengan beban 8 kg. Maka, dapat dikatakan
bahwa beban berat yang lebih berat akan membuat pekerjaan yang dilakukan
semakin berisiko. Sehingga beban yang lebih ringan lebih direkomendasikan
dalam pengangkatan beban tersebut, karena beban yang lebih ringan adalah
beban yang risiko kerjanya semakin kecil.
c. Jarak Vertikal
Tidak jauh berbeda dengan HM, RWLH juga dipengaruhi oleh jarak vertikal.
Jika jarak vertikal semakin mendekati 75, maka akan memperbesar nilai RWLH,
karena nilai faktor pengali vertikal (VM) nya akan mendekati nilai 1 dan
sebaliknya jika jarak vertikalnya semakin menjauh dari 75 maka VM akan
semakin kecil dan nilai RWLH juga semakin kecil (nilai RWLH berbanding
lurus dengan nilai VM), dimana semakin kecil nilai RWLH dengan beban tetap,
maka gerakan tersebut semakin tidak ergonomis karena LI > 1, dimana jika
dalam kondisi seperti ini akan mengakibatkan risiko kepada operator. Sebaiknya
dalam memindahkan barang, akan lebih baik jika antar permukaannya meja
pertamake meja selanjutnya menggunakan ketinggian yang sama karena jarak
vertical yang berbeda jauh akan mengakibatkan beban kerja yang lebih berat
lagi. Berdasarkan percobaan pemindahan manual yang telah dilakukan jarak
vertikal untuk posisi awal non twist dengan berat benda 8 kg adalah 30 cm dan
posisi akir 75 cm dan pada posisi ke dua untuk posisi awal adalah 30 cm dan
posisi akir 75 cm. Sedangkan untuk posisi twist berat benda 8 kg dan posisi awal
dan akir 75 cm dan posisi akir 115 cm. Untuk berat benda 13 kg non twist posisi
awal 30 cm dan 85 cm dan untuk non twist kedua posisi awal dan akir 20 dan
85. Untuk berat benda 15 kg non twist posisi awal adalah 20 cm dan 85 cm dan
untuk non twist kedua posisi awal dan akir 20 dan 85 cm.
102
d. Perpindahan
Dalam percobaan ini terdapat faktor perpindahan yang juga dapat mempengaruhi
kemampuan operator dalam mengangkat beban. Dimana besarnya nilai faktor
pengali perpindahan tersebut dipengaruhi oleh besarnya perpindahan jarak
vertikal yang terjadi. Didalam percobaan pengangkatan manual yang telah
dilakukan besarnya nilai perpindahan vertikal (D) adalah 45 cm, hal ini diukur
dari ketinggian meja pertama dengan meja kedua, dimana ketingian untuk
masing – masing meja ialah 30 cm dan 75 cm. Sedangkan, perpindahan vertikal
dari lantai ke meja pertama adalah 30 cm. Jika semakin besar suatu perpindahan
yang terjadi dalam pengangkatan beban maka akan semakin memperbesar nilai
RWLH karena semakin besar perpindahan yang dilakukan maka semakin besar
nilai energi yang dibutuhkan. Dengan menambah tenaga menjadi lebih banyak
dapat mempermudah kerja operator.
e. Frekuensi Pengangkatan
Frekuensi pengangkatan yang semakin besar menandakan bahwa beban tersebut
semakin ringan sehingga akibatnya akan memperkecil nilai RWLH. Frekuensi
pengangkatan ini juga di pengaruhi durasi waktu kerja. Di dalam percobaan
yang sudah dilakukan frekuensi pengangkatan yang dilakukan ialah 3 lift/menit
untuk beban 8 kg, dimana angka ini menunjukkan dalam satu menit terdapat 3
kali pengangkatan. Sedangkan, untuk beban 13 dan 15 kg pada packing 1
frekuensi pengangkatan yang dilakukan ialah 4 lift/menit dimana angka ini
menunjukkan dalam satu menit terdapat 4 kali pengangkatan. Dan untuk beban
13 dan 15 kg pada packing 2 frekuensi pengangkatan yang dilakukan ialah 9
lift/menit dimana angka ini menunjukkan dalam satu menit terdapat 9 kali
pengangkatan. Didalam percobaan yang telah dilakukan durasi lamanya
percobaan < 1 jam.
103
f. Posisi Pemindahan
Sudut pemindahan asimetrik sangat berpengaruh dalam pemindahan beban.
Sudut simetris yang semakin besar akan mengakibatkan nilai RWLH yang
semakin kecil. Didalam produksi 1 pemindahan dari lantaii ke meja dengan berat
beban 8 kg dengan fair dan poor pada couplingnya, pada produksi 2 pemindahan
dari meja ke rak dengan berat beban 8 kg, dimana pada final diadakan posisi
twist. Kemudian pada packing 1 memindahkan beban container dari lantai ke
palet dengan berat beban 13 kg dan 15 kg dimana couplingnya sama sama poor,
dan pada packing 2 pemindahan dari lantai palet dengan beban 13 kg dan 15 kg
dimana couplingnya sama-sama poor. Hal tersebut dikarenakan apabila terdapat
sudut simetris, maka pekerjaan yang dilakukan oleh operator akan semakin berat
untuk ditumpu oleh tubuhnya. Oleh karena itu dalam pengangkatan diusahakan
meminimalisasi sudut asimetris agar pengangkatan lebih ergonomis.
g. Efek Kopling
104
Efek kopling adalah tingkat kenyamanan operator terhadap alat bantu
pengangkatan beban dimana pada praktikum ini alat bantunya adalah kontainer.
Dalam mengukur kenyamanan tersebut digunakan dua cara yaitu secara subjektif
yaitu berdasarkan penilaian oleh operator dan objektif (berada pada tabel). Pada
percobaan ini, digunakan efek kopling dengan nilai fair karena kontainer tidak
memiliki pegangan dan tangan tidak dapat meraih dengan mudah. Efek kopling
pada dasarnya memiliki pengaruh yang cukup kecil pada nilai RWLH. Semakin
baik kopling yang digunakan dalam pengangkatan beban maka beban tersebut
akan semakin mudah untuk diangkat sehingga nilai RWLH akan semakin besar
dan sebaliknya. Jika nilai RWLH semakin besar maka nilai Lifting Index (LI)
nya semakin kecil dimana jika nilai lifting index semakin kecil maka proses
pemindahan tersebut layak dilakukan dengan cara manual. Pada percobaan kali
ini, kopling dapat diklasifikasikan dalam penilaian fair, hal tersebut dikarenakan
pegangan pada box terlihat bukan pegangan yang dapat menyesuaikan dengan
bentuk tangannya. Dimana memang disediakan seperti lubang untuk
pengangkatan namun hal tersebut dinilai kurang ideal dan kurang cocok dengan
bagian tubuh yaitu tangan. Dalam perhitungan yang dilakukan dari hasil
percobaan nilai dari faktor kopling memiliki dua buah nilai yaitu 1 dan 0,95.
Faktor kopling bernilai 1 jika jarak vertikal nya > 75cm dan bernilai 0,95 jika
jarak vertikal < 75 cm. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam memperbaiki
proses pengangkatan secara manual ialah dengan memperbaiki koplingnya,
sehingga dapat mengurangi tingkat bahaya yang akan dialami oleh pekerja.
5.3 Analisis RWL & LI (Setelah Perbaikan)
Berikut merupakan hasil analisis RWL dan LI terburuk dan perbaikannya:
Tabel 5. 2 Jobsheet
105
Date 22 March 2018
Object Weight Hand Location Assymetric Angle
Vertical
L L Origin Dest Freq. Rate Duration Object Coupling
Distance Origin Dest
AVG MAX H V H V
13 13 44 20 60 60 40 0 0 9 < 2 hour Poor
RWL = LC X HM X VM x DM x AM x FM x CM
=
2.838
Origin RWL = 23 X 0.568 X 0.865 x 0.93 x 1 x 0.30 x 0,90 kg
=
2.155
Dest RWL = 23 X 0.417 X 0.895 x 0.93 x 1 x 0.30 x 0,90 kg
=4.58
Origin LI = 13 / 4,183 1
=6.03
Dest LI = 13 / 2.155 2
Sebelum dilakukan perbaikan RWL dan LI, terlihat yang terburuk berada pada
packing 2. Sehingga dilakukan perbaikan cara membungkukkan posisi postur operator,
dan memulai pengangkatan dengan cara yang lebih benar,sehingga mengubah nilai HM
dan VM yang menyebabkan batas rekomendasi bertambah dan akan menurunkan nilai
LI. Sehingga didapat nilai LI sebesar 6.032. Walaupun sebenarnya LI dengan 6.032
masih berada diatas 1 yang berarti berisiko terhadap keselamatan kerja seorang
operator, namun masih lebih baik dibandingkan dengan awal sebelum dilakukan
perbaikan.
5.4 Analisis Perbedaan Hasil RWL & LI (Manual, Ergofellow dan CATIA)
Berikut ini adalah tabel perbandingan perbedaan hasil antara perhitungan
Manual dan Catia.
Tabel 5. 3 Analisis Perbedaan Hasil
106
Beban RWL LI
No. Asimetri Coupling Perpindahan Posisi
(Kg)
Manual CATIA Manual CATIA
Pada analisis ini kami mengambil perbedann perhitungan CATIA dan manual
karena, manual merupakan perhitungan yang dikerjakan sendiri dan dibandingkan
dengan CATIA karena CATIA merupakan software yang melakukan perhitungan
langsung dengan menggunakan rekayasa pengangkatan barang seperti yang dilakukan
pekerja pada kehidupan nyata.
107
Pada perhitungan manual dan CATIA terdapat sedikit perbedaan, ini
dikarenakan pada perhitungan CATIA terjadi pembulatan angka, sehingga keluaran
yang dihasilkan cenderung kurang spesifik. Pada postur tubuh manikin yang ada pada
software CATIA juga tidak sama persis dimensi tubuhnya dengan operator yang
sebenarnya sehingga ada perbedaan dalam perhitungan pada software CATIA. Hal itu,
menyebabkan terjadinya perbedaan perhitungan manual dan perhitungan pada software
CATIA ini.
Pada CATIA dengan beban 15 kg non twisting dengan coupling poor di dapat
nilai LI pada CATIA N/A karena nilai H> 64 maka terjadi eror pada CATIA.
108
Gambar 5. 1 Analisis RULA sebelum perbaikan
Dari gambar diatas diketahui bahwa final score dari RULA dengan beban 13 Kg
perpindahan dari meja ke meja kecil adalah 7. Skor tersebut merupakan hasil
penjumlahan nilai penggunaan neck, trunk¸ posture dan leg. Nilai ini menjelaskan
bahwa semakin sering operator melakukan pekerjaan mengangkat beban, dengan posisi
seperti gambar diatas maka akan dapat mengakibatkan cidera. Besarnya hasil RULA
dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti faktor internal dan factor eksternal. Adapun
faktor internal yang mempengaruhi adalah kesalahan pada postur tubuh yaitu posisi
leher, lengan, punggung dan kaki. Sedangkan factor eksternalnya berkaitan dengan
factor besarnya beban yang diangkat oleh operator maupun keseimbangan beban yang
diangkat.
Sesudah Perbaikan
109
Gambar 5. 2 Analisis RULA sesudah perbaikan
Gambar diatas merupakan posisi yang cukup baik untuk meminimalkan nilai
RULA. Faktor yang mempengaruhi nilai RULA ini adalah jarak antara badan dengan
beban yang diangkat harus lebih dekat, punggung harus lurus, kaki di tekuk selain itu
beban yang harus diangkat tidak boleh terus menerus, dengan kata lain harus berselang
atau harus ada waktu istirahat bagi operator, sehingga dapat menghasilkan skor RULA
yang lebih sedikit dimana yang member pengaruh banyak adalah bagian upper limb
yang merupakan bagian atas tubuh antara lain arm, clavicular, neck, dan trunk.. jadi
semakin kecil sudutnya maka semakin baik untuk tubuh.
110
Score REBA yang diperoleh adalah 11. Dalam REBA nilai 11 memiliki arti
bahwa kegiatan memiliki resiko kerja bertaraf sangat tinggi, harus segera
mengimplementasikan perubahan postur. Pekerjaan yang beresiko akan menyebabkan
ketidaknyamanan dalam melakukan pekerjaan yang dapat menimbulkan gangguan pada
tubuh pekerja. Oleh karena itu, pekerjaan yang memiliki resiko kerja yang tinggi harus
diperbaiki baik dengan cara mengatur cara kerja atau mengatur fasilitas kerja. Berikut
saran perbaikan yang diajukan praktikan:
Gambar 5.6 Proses Input Neck, Trunk, and Legs REBA untuk Saran Perbaikan
111
Lapo 5
Gambar 5.8 Proses Input Upper Arm, Lower Arm, and Wrist REBA untuk Saran Perbaikan
112
Lapo 5
113
Lapo 5
Gambar 5.11 Proses Ouput Result Score REBA untuk Saran Perbaikan
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan perbaikan akan diperoleh
output berupa score REBA yang lebih kecil, yaitu 7 yang artinya resiko kerja dari
kegiatan pengangkatan adalah pada tingkat menengah.Hal – hal yang diubah dari
perbaikan ini adalah kondisi leher yang sebelumnya menunduk lebih dari 20° atau
diantara 20°-60° dikurangi menjadi 0°-20°.Perubahan tersebut sebaiknya diterapkan
pada metode kerja yang dilakukan oleh operator untuk mengurangi ketidaknyamanan
dan resiko gangguan kesehatan karena telah terbukti mengurangi nilai resiko jika
dianalisis menggunakan software Ergofellow.
114
Lapo 5
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil setelah melakukan praktikum pada Modul 2
yang berjudul Manual Material Handling adalah:
1. Dalam membuat suatu sistem kerja yang bersifat ENASE yakni efektif,
nyaman, sehat dan aman diterapkan prinsip manual material handling dan
biomekanika kedalam stasiun kerja. Dilakukan beberapa pertimbangan
dengan melihat aspek yaitu postur dalam pengangkatan beban, jangkauan
operator terhadap material dan alat yang akan digunakan, cara mengangkut
beban yang baik dan benar, dan memperkecil jarak pengangkatan beban awal
hingga akhir untuk meningkatkan produktivitas serta menurunkan resiko
keselamatan kerja.
2. Posisi postur tubuh untuk bekerja yang baik akan maksimal apabila posisi
operator dekat dengan benda yang akan diangkut dan sedikit membungkuk,
kepala sedikit menunduk dan berat beban yang diampu oleh kedua kaki dan
tubuh tidak perlu berbelok (twist) untuk menjankau/ mencapai benda yang
diperlukan. Dari komponen-komponen diatas akan mempengaruhi hasil LI
yakni Lifting Index, dan LI yang baik adalah LI yang kurang dari 1. Apabila
didapatkan LI lebih dari 1 akan mengakibatkan cidera pada tulang belakang.
Dalam praktikum ini didapatkan LI yang terbaik pada produksi 1 dengan
beban 8 kg, posisi awal non twisting dengan coupling fair yaitu sebesar 0,7.
3. Teknik RWL (Recommended Weight Limit) digunakan untuk mengetahui
batas-batas yang direkomendasikan untuk mengurangi resiko cidera pada
tulang belakang. Teknik ini baik dan direkomendasikan untuk pekerja agar
bekerja secara efektif dan mengurangi cidera pada saat bekerja. Faktor-faktor
yang mempengaruhi RWL yakni, berat beban, jarak horizontal, jarak
vertikal, perpindahan, derajat pemindahan, frekuensi pengangkatan dan efek
kopling. Sedangkan LI (Lifting Index) adalah estimasi terhadap tekanan fisik
115
Lapo 5
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan setelah melakukan praktikum modul 2 yang berjudul
Manual Material Handling adalah:
1. Sebelum memulai praktikum, praktikan lebih baik mendalami materi
mengenai mempelajari ilmu biomekanika terlebih dahulu agar pada saat
praktikum dapat menerapkan ilmu yang terkait sebaik mungkin.
2. Sebelum dilaksanakan praktikum sebaiknya praktikan memahami dalam
penggunaan software CATIA dan Ergofellow, sehingga dapat
menggambarkan scara rinci terkait posisi postur tubuh untuk diintegrasikan
kedalam software.
3. Dalam menghitung RWL dan dengan software CATIA maupun Ergofellow,
diusahakan nilai perhitungan manual sama dengan output software karena
semakin mendekati semakin nyata bagaimana posisi postur tubuh yang
terjadi di kehidupan nyata.
116
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Aryanto, Pongki. 2008. Skripsi: Gambaran Risiko Ergonomi dan Keluhan
Gangguan Muskuloskeletal pada Penjahit Sektor Usaha Informal. Depok: FKM
UI.
Grandjean, E. 1993. Fitting the Task to the Man, fourth edition. London: Taylor &
Francis.
Irisdiastadi, Hardianto. 2014. Ergonomi Suatu Pengantar. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Peter, A. 2001. Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Editor: Sritomo
Wignyosubroto an Stefanus Eko Wiranto. Proceeding Seminar Nasional
Ergonomi 2000. Surabaya: Guna Wijaya.
Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi : Konsep Dasar dan Aplikasinya, Surabaya : Guna
Widya
Nurmuntaha A. Nugraha. “Sekilas tentang software CATIA dan “CATIA UMS
Training Center””. 26 Maret 2016. http://teknik.ums.ac.id/index.php?
pilih=news&aksi=lihat&id=24
Sue Hignett and Lynn McAtamney, 2000. Rapid Entire Body Assessment (REBA);
Applied Ergonomics. D>L Kimbler. Clemson University
Tarwaka 2011, Ergonomi Industri, Harapan Press, Solo
Tayyari, F., and J. L. Steven. 1997. Occupational ergonomics: principles and
applications. London: Chapman & Hall.
Waters, T. R.; Anderson, V. P.; Garg, A. 1994. Application Manual For The Revised
NIOSH Lifting Equation. US Department of Health and Human Service,
Cincinnati.
“Nordic Body ”. 18 Maret 2018. http:// (repository.usu.ac.id)
“Gejala dan Penyebab Muskuloskeletal”. 18 Maret 2018.
http://www.sridianti.com/penyakit-muskuloskeletal-gejala-dan-penyebab.html
“Gangguan Muskuloskeleta”. 18 Maret 2018.
http://www.academia.edu/9362207/P2MNM_Gangguan_Muskuloskeletal.