Anda di halaman 1dari 113

LAPORAN PRAKTIKUM

MANUAL MATERIAL HANDLING

Oleh:

Kayla Diva Syaira (03210100002)


Merice Diana Novita Kana (03210100007)
Reni (03210100001)
Rivortus Famonaha Gulo (03210100005)

PROGRAM STUDI DIII ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam
menjalankan proses produksi terutama kegiatan yang bersifat manual. Salah satu bentuk
peranan manusia adalah aktivitas pemindahan material secara manual (Manual Material
Handling). Dalam penggunaan tenaga manusia tersebut, perlu kita ketahui juga bahwa
manusia memiliki kemampuan dan tenaga yang terbatas seperti ketika dalam aktivitas
mengangkat beban yang dilakukan terus menerus, apabila salah dalam menentukan
posisi pengangkatan makadapat mengganggu produktivitas, kesehatan fisik pekerja dan
mentalnya, serta dapat menyebabkan cidera pada bagian tubuh tertentu dan
mengakibatkan kelelahan. Salah satu keluhan yang sering terjadi, saat manusia
mengangkat beban yang berlebih adalah keluhan musculoskeletal disorder. Oleh karena
itu untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan memahami ilmu manual material
handling. Manual material handling adalah ilmu yang mempelajari hal yang berkaitan
dengan penanganan, pemindahan, pengepackan serta pengawasan material. Kelebihan
MMH bila dibandingkan dengan penanganan material menggunakan alat bantu adalah
pada fleksibilitas erakan yang dapat dilakukan untuk beban-beban ringan.
Dalam dunia industry penggunaan Manual Material Handling (MMH) menurut
OSHA digunakan untuk melakukan kegiatan seperti mengangkat/menurunkan,
mendorong/menarik, memutar, menahan serta membawa barang. Dalam melakukan
kegiatan tersebut biasanya menggunakan conveyor, cranes dan hoist serta truk. Dalam
praktikum modul 2 kali ini, praktikan akan menerapkan ilmu-ilmu dalam material
handling, sepertigambaran mengenai tubuh manusia yang dapat berfungsi untuk
mengetahui batas beban yang diperbolehkan untuk diangkat yang disesuaikan dengan
faktor jenis kelamin, usia, dan faktor-faktor lainnya. Hal tersebut bertujuan untuk
mengestimasi beban rata-rata yang aman bagi pekerja, maka dapat dilakukan
pendekatan biomekanika dengan melakukan perhitungan Recommended Weight Limit
(RWL) dan Lifting Index (LI).Data yang digunakan dalam praktikum ini adalah data

1
pengangkatan kontainer yang berisi beban dan diangkat keatas meja. Data tersebut
kemudian akan diolah secara manual dan software kemudian akan dianalisis. Dengan
menerapkan ilmu pada metode ini, keluhan-keluhan musculoskeletal disorder dapat
diminimalisir dan didapatkan hasil pekerjaan yang maksimal.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan dari praktikum Manual Material Handling adalah sebagai berikut :
1. Praktikan mampu mengintegrasikan berbagai pertimbangan ergonomi,
khususnya dari sisi biomekanika dalam merancang sistem kerja yang
menghasilkan rancangan efektif, nyaman, sehat, dan efisien (ENASE)
2. Praktikan mampu mengetahui dan dapat menganalisis posisi postur yang baik
untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari kerja yang dilakukan.
3. Praktikan mampu menggunakan konsep dan teknik RWL (Recommended Weight
Limit ) dalam merancang gerakan-gerakan perpindahan alat dan benda kerja
yang ergonomis.
4. Praktikan mengetahui dan memahami posisi postur tubuh pekerja dengan
menggunakan software CATIA dan Ergofellow.

1.3 Pembatasan Masalah


Pada praktikum modul dua yang berjudul Manual Material Handling ini
dilakukan pemindahan beban secara manual dengan beberapa kondisi khusus. Kondisi –
kondisi tersebut adalah pemindahan beban dari bawah ke atas tanpa melakukan
pemutaran pada pinggang ( non twist ) dan pemindahan beban secara manual dengan
adanya gerakan berputar pada pinggang (twist) . Berat benda yang digunakan pada
praktikum kali ini adalah 8, 13 kg dan 15 kg . Dan jarak yang digunakan baik metode
twist maupun non twist adalah 0 cm dan 20 cm. Untuk jarak 0 cm sudut asimetrik awal
dan akhirnya adalah 0° sedangkan untuk jarak 20 cm sudut awal asimetriknya adalah 0°
dan sudut asimetrik akhirnya adalah 90°. Kemudian akan dirancang gerakan – gerakan
perpindahan alat dan benda yang ergonomis menggunakan berbagai perhitungan
ergonomi dan software yang digunakan kali ini adalah CATIA dan Ergofellow.
2
1.4 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan laporan kali ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, tujuan praktikum, perumusan masalah, dan
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi pengertian dari biomekanika, MMH, RWL, sistem muskuloskeletal,
software, RULA, REBA, pohon kopling, dan Nordic Body Map.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Berisi urutan-urutan (metodologi penelitian) pada praktikum modul 2 ini.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Berisi data-data yang diambil saat praktikum dan pengolahan datanya baik
dengan perhitungan manual serta menggunakan software (RWL, LI, CATIA,
REBA dan RULA).
BAB V ANALISIS
Berisi analisa terhadap hasil pengolahan data dengan hasil perhitungan
manual serta output RWL dan LI, CATIA, REBA dan RULA.
BAB VI PENUTUP
Berisi kesimpulan mengenai garis besar yang dapat disimpulkan yang diambil
dari analisa yang telah diberikan dan berisi saran dari penyusun.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biomekanika
Biomekanika merupakan ilmu yang mempelajari mengenai gaya – gaya internal
dan eksternal dan bekerja pada tubuh manusia dan akibat akibat dari gaya – gaya yang
dihasilkan. Contoh dari penerapan ilmu biomekanika adalah untuk menjelaskan efek
getaran dan dampak yang timbul akibat kerja, menyelidiki karakteristik kolom tulang
belakang, menguji penggunaan prostheic dll. Sebuah lembaga di Amerika yang
bernama NIOSH (National Institute Of Occopational Safety And Health) pada tahun
1981 melakukan analisa terhadap kekuatan manusia dalam mengangkat atau
memindahkan beban, merekomendasikan batas beban yang dapat diangkat oleh manusia
tanpa menimbulkan cedera meskipun pekerjaan tersebut dilakukansecara berulang-
ulang dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Biomekanika sendiri diklasifikasikan
menjadi 2, yaitu(Hardianto, 2014) :
1. General Biomechanic
General Biomechanic adalah bagian dari Biomekanika yang berbicara mengenai
hukum – hukum dan konsep dasar yang mempengaruhi tubuh organic manusia baik
dalam posisi diam maupun bergerak. Dibagi menjadi 2, yaitu (Tayyari, 1997):
a) Biostatics adalah bagian dari biomekanika umum yang hanya menganalisis
tubuh pada posisi diam atau bergerak pada garis lurus dengan kecepatan seragam
(uniform).
b) Biodinamic adalah bagian dari biomekanik umum yang berkaitan dengan
gambaran gerakan – gerakan tubuh tanpa mempertim-bangkan gaya yang terjadi
(kinematik) dan gerakan yang disebabkan gaya yang bekerja dalam tubuh (kinetik).
2. Occupational Biomechanic
Merupakan terapan dari bimekanika yang mempelajari interaksi fisik antara
pekerja dengan mesin, material dan peralatan dengan tujuan untuk meminimumkan
keluhan pada sistem kerangka otot agar produktivitas kerja dapat meningkat.

4
2.2 MMH
MMH ( Manual Material Handling ) adalah aktivitas pemindahan bahan secara
manual yang sebaiknya tidak membahayakan dan menimbulkan rasa sakit sehingga
dapat meningkatkan produktivitas kerja. MMH meliputi penanganan (handling),
pemindahan (moving), pengepakan (packaging), penyimpanan (Storing) dan
pengawasan (controlling).
Menurut Nurmianto (2004), pemindahan bahan secara manual apabila tidak
dilakukan secara ergonomis akan menimbulkan kecelakaan dalam industri. Kecelakaan
industri (industrial accident) yang disebut sebagai “Over Exertion-lifting and carrying”
yaitu kerusakan jaringan tubuh yang diakibatkan oleh beban angkat berlebih. Selain
masalah cara pengangkatan, salah satu faktor yang juga harus diperhatikan adalah beban
yang diangkat.
Menurut OSHA kegiatan MMH dibagi menjadi lima bagian yaitu
mengangkat/menurunkan (lifting/lowering), mendorong/menarik (pushing/pulling),
memutar (twisting), membawa (carrying) dan menahan (holding).

2.2.1 Aplikasi MMH di Bidang Industri


MMH (Manual Material Handling ) berguna untuk memindahkan bahan secara
manual dengan tidak membahayakan operatornya . Cara pengangkatan adalah faktor
penting pada aktivitas MMH . Apabila cara pengangkatanya salah maka akan terjadi
cedera, baik cedera ringan maupun cedera berat . Semakin berat benda yang dipikul
maka resiko cidera yang dihadapi semakin besar pula . Oleh karena itu sebuah lembaga
di Amerika Serikat yang bernama NIOSH ( National Institute Of Occopational Safety
and Health ) pada tahun 1981 melakukan analisa terhadap kekuatan manusia dalam
mengangkat atau memindahkan beban, merekomendasikan batas beban yang dapat
diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan cedera meskipun pekerjaan tersebut
dilakukan secara berulang – ulang kali dan dalam jangka waktu yang lama . NIOSH
juga merancang rumusan RWL ( Recommended Weight Limit ) yang digunakan untuk
menentukan batasan besar beban yang dapat diangkat. Dibawah ini merupakan beberapa
kegiatan material manual handling(Waters, 1994).
5
Gambar 2. 1 Kegiatan MMH

Penggunaan MMH di bidang industri biasanya menggunakan alat-alat tertentu


untuk membantu pekerjaan. Alat-alat tersebut terdapat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2. 2 Alat-alat untuk menunjang MMH

2.3 RWL
RWL ( Recommended Weight Limit ) merupakan sebuah rumusan rancangan
dari NIOSH yang digunakan untuk menentukan batasan besaran bebang yang dapat
diangkat pada sebuah aktivitas pengangkatan agar dapat mengurangi resiko cedera pada
musculokelestal. RWL ini ditetapkan oleh NIOSH pada tahun 1991 di Amerika Serikat.
Persamaan NIOSH berlaku pada keadaan :

6
1. Beban yang diberikan bersifat statis
2. Beban diangkat dengan kedua tangan
3. Pengangkatan atau penurunan benda dilakukan dalam waktu maksimal 8 jam .
4. Pengangkatan atau penurunan benda tidak boleh dilakukan saat duduk atau
berlutut.
5. Tempat kerja yang digunakan tidak sempit.
6. Pengangkatan tidak boleh terlalu cepat dan posisi kaki tidak boleh tertopang pada
permukaan yang sempit dan licin.
Rumusan RWL adalah sebagai berikut :
RWL = LC X HM X VM X DM X AM X FM X CM......................(2.1)
Keterangan :
LC = konstanta pembebanan = 23 kg
HM = factor pengali horizontal = 25 / H
FM = factor pengali frekuensi (Frequency Multiplier)
CM = faktor pengali kopling (handle)
VM = Faktor pengali vertikal
VM = 1 – 0,00326 |𝑉 − 75|
DM = Faktor pengali perpindahan
DM = 0,82 +4,5𝐷
AM = Faktor pengali asimetrik
AM = 1 – 0,0032 . A

7
Berikut adalah tabel pengali Frekuensinya :
Tabel 2. 1 Faktor Pengali Frekuensi

Freq. Lama Kerja Mengangkat


lift/minute
(F) ≤ 1 jam > 1 jam & ≤ > 2 jam ≤ 8 jam
2 jam
V < 75 V ≥ 75 V < 75 V ≥ 75 V < 75 V≥
75

≥ 0,2 1,00 1,00 0,95 0,95 0,85 0,85


0,5 0,97 0,97 0,92 0,92 0,81 0,81
1 0,94 0,94 0,88 0,88 0,75 0,75
2 0,91 0,91 0,84 0,84 0,65 0,65
3 0,88 0,88 0,79 0,79 0,55 0,55
4 0,84 0,84 0,72 0,72 0,45 0,45
5 0,80 0,80 0,60 0,60 0,35 0,35
6 0,75 0,75 0,50 0,50 0,27 0,27
7 0,70 0,70 0,42 0,42 0,22 0,22`

8 0,60 0,60 0,35 0,35 0,18 0,18

Berikut adalah tabel pengali Couplingnya :


Tabel 2. 2 Faktor Pengali Coupling

Tipe coupling Cm
V < 75 V ≥ 75 cm
cm
Baik (Good) 1,00 1,00

Sedang (Fair) 0,95 1,00

Jelek (Poor) 0,90 0,90

8
2.4 Keluhan Muskuloskeletal
Keluhan Muskuloskeletal adalah serangkaian sakit pada bagian tendon, otot, dan
saraf. Hal ini bisa terjadi apabila aktivitas kerja dengan tingkat pengulangan tinggi .
Aktivitas kerja dengan pengulangan tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan
sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak nyaman pada otot . Keluhan ini
dapat terjadi walaupun gaya yang dikeluarkan ringan ataupun besar. Keluhan
Muskuloskeletal merupakan kerusakan pada otot, saraf, tendon, ligament, persendian,
kartilago, dan discus intervertebralis. Secara garis besar keluhan otot dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu (Tarwaka, 2010):
1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot
menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang
apabila pembebanan dihentikan.
2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.
Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih
terus berlanjut.

2.4.1 Faktor-Faktor Penyebab Muskuloskeletal


Faktor penyebab musculoskeletal disorders antara lain(Peter, 2001):
1. Peregangan otot yang berlebihan (overexxertion)
Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya dikeluhkan oleh pekerja
dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan yang besar, seperti aktivitas
mengangkat, mendorong, menarik, menahan beban yang berat.
2. Aktivitas berulang
Adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus. Seperti mencangkul,
membelah kayu, angkat-angkut dan sebagainya.
3. Sikap kerja tidak alamiah
Adalah sikap kerja yang menyebabkanposisi bagian-bagian tubuh bergerak
menjauhi posisi ilmiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu
membungkuk dan sebagainya.
4. Factor penyebab sekunder
9
a. Tekanan : Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak
b. Getaran : Getaran denang frekuensi yang tinggi akan menyebabkan kontraksi
otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak
lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri
otot.
c. Mikroklimat : Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan
kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga pergerakan pekerja
menjadi lamban, sulit bergerak disertai dengan menurunnya kekuatan otot.
5. Penyebab kombinasi
a. Umur : Prevalensi sebagian besar gangguan tersebut meningkat dengan usia.
b. Jenis kelamin : Prevalensi sebagian besar gangguan tersebut meningkat dan
lebih menonjol pada wanita dibandingkan pria (3:1).
c. Kebiasaan merokok : Semakin lama dan semakin tinggi tingkat frekuensi
merokok, semakin tinggi pula keluhan otot yang dirasakan.
d. Kesegaran jasmani : Tingkat kesegaran tubuh yang rendah akan mempertinggi
resiko terjadinya keluhan otot.
e. Kekuatan fisik
f. Ukuran tubuh (antropometri)

2.4.2 Mengukur dan Mengenali Penyebab Muskuloskeletal


Alat ukur ergonomi untuk mengukur muskoloskeletal yang dapat digunakan
diantaranya adalah (Steven, 1997) :
1. Cheklist
Cheklist berisi pertanyaan umum yang biasanya mengarah pada pengumpulan
data tentang tingkat beban kerja dan pertanyaan khusus yang berisi data yang
lebih spesifik seperti berat beban, jarak angkat, jenis pekerjaan, dan frekeunsi
kerja. Cheklist merupakan cara yang mudah untuk digunakan, tetapi hasilnya
kurang teliti. Oleh karena itu cheklist lebih cocok digunakan untuk studi
pendahuluan dan identifikasi masalah.
2. Model Biomekanik
10
Model Biomekanik menerapkan konsep mekanik teknik pada fungsi tubuh untuk
mengetahui reaksi otot yang terjadi akibat tekanan beban kerja. Beberapa faktor
yang harus dicermati apabila pengukuran dilakukan dengan model biomekanik
adalah sebagai berikut :
a. Sifat dasar mekanik (static atau dinamik)
b. Dimensi model (dua atau tiga dimensi)
c. Ketepatan dalam mengambil asumsi
d. Input yang diperlukan cukup kompleks
3. Tabel Psikofisik
Psikofisik merupakan cabang ilmu psikologi yang digunakan untuk menguji
hubungan antara persepsi dari sensasi tubuh terhadap rangsangan fisik. Melalui
persepsi dan sensansi tubuh, dapat diketahui kapasitas kerja seseorang. Tingkat
kekuatan seseorang dalam menerima beban kerja dapat diukur melalui perasaan
subjektif, dalam arti persepsi seseorang terhadap beban kerja dapat digunakan
untuk mengukur efek kombinasi dari tekanan fisik dan tekanan biomekanik
akibat aktivitas yang dilakukan. Untuk metode psikofisik ini hasil dari
pengukuran tergantung dari persepsi seseorang dan konsekuenainya,
kemungkinan terjadi perbedaan antara persepsi yang satu dengan yang lainnya.
4. Metode Fisik
Salah satu penyebab timbulnya keluhan otot adalah kelelahan yang terjadi akibat
beban kerja yang berlebihan. Oleh karena itu salah satu metode untuk
mengetahui keluhan fisik dapat dilakuakn secara langsung dengan mengukur
tingkat beban kerja. Tingkat beban kerja dapat diketahui melalui indikator
denyut nadi, konsumsi oksigen, dan kapasitas paru-paru. Melalui beban kerja
inilah dapat diketahui tingkat resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Apabila
beban kerja melebihi kapasitas kerja, maka resiko terjadinya keluhan otot akan
semakin besar.
5. Pengukuran dengan video kamera

11
Melalui video camera dapat direkam setiap tahapan aktivitas kerja, selanjutnya
hasil rekaman dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan analisis terhadap
sumber terjadinya keluhan otot.
6. Pengamatan Melalui Monitor
Sistem ini terdiri dari sensor mekanik yang dipasang pada bagian tubuh pekerja
yang dapat mengukur berbagai aspek dari aktivitas tubuh, seperti posisi,
kecepatan, dan percepatan gerakan. Melalui monitor dapat dilihat secara
langsung karakteristik dan perubahan gerak yang dapat digunakan untuk
mengestimasi keluhan otot yang akan terjadi, dan sekaligus dapat dianalisa
solusi ergonomiknya.
7. Metode analitik
Metode analitik ini direkomendasikan oleh NIOSH (National Institute for
Occupational Safety and Health) untuk pekerjaan mengangkat. NIOSH
memberikan cara sederhana untuk mengestimasi kemungkinan terjadinya
peregangan otot yang berlebihan (overexertion) atas dasar karakteritik
pekerjaan, yaitu dengan menghitung Recomended Weight Limit (RWLH) dan
Lifting Index (LI).

2.4.3 Langkah-Langkah Mengatasi Keluhan Muskuloskeletal


Berdasarkan rekomendasi dari Occupational Safety and Health Administration
(OSHA), tindakan ergonomik untuk mencegah adanya sumber penyakit adalah melalui
dua cara, yaitu :
1. Rekayasa Teknik
Rekayasa teknik pada umumnya dilakukan melalui pemilihan beberapa
alternative sebagai berikut:
 Eliminasi, yaitu dengan menghilangkan sumber bahaya yang ada. Hal ini
jarang bisa dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerjaan yang
mengharuskan untuk menggunakan peralatan yang ada.
 Subsitusi, yaitu mengganti alat atau bahan lama dengan alat atau bahan
yang aman, menyempurnakan prosedur penggunaan peralatan.
12
 Partisi, yaitu melalukan pemisahan antara sumber bahaya dengan pekerja,
sebagai contoh; memisahkan ruang mesin yang bergetar dengan ruang
kerja lainnya, pemasangan alat peredam getaran.
 Ventilasi, yaitu denga nmenambah ventilasi untuk mengurangi resiko
sakit, misalnya akibat suhu udara yang terlalu panas.
2. Rekayasa Manajemen
Rekayasa manajemen dapat dilakukan melalui tindakan-tindakan sebagai
berikut:
 Pendidikan dan pelatihan
Melalui pendidikan dan pelatihan, pekerja menjadi lebih memahami
lingkungan dan alat kerja sehingga diharapkan dapa tmelakukan
penyesuaian dan inovatif dalam melakukan upaya-upaya pencegahan
terhadap resiko sakit akibat kerja.
 Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang
Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang, dalam arti
disesuaikan dengan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik pekerjaan,
sehingga dapat mencegah paparan yang berlebihan terhadap sumber
bahaya.
 Pengawasan yang Intensif
Melalui pengawasan yang intensif dapat dilakukan pencegahan secara
lebih dini terhadap kemungkinan terjadinya resiko sakit akibat kerja.

2.5 RULA
Rapid Upper Limb Assessment (RULA) adalah suatu metode yang digunakan
untuk menilai postur, gaya, dan gerakan suatu aktivitas kerja yang berkaitan dengan
penggunaan anggota tubuh bagian atas (upper limb). Metode RULA ini dikembangkan
untuk menyelidiki resiko kelainan yang akan dialami oleh seorang pekerja dalam
melakukan aktivitas kerja yang memanfaatkan anggota tubuh bagian atas (upper limb).
RULA menggunakan diagram postur tubuh dan tabel penilaian untuk memberikan
evaluasi terhadap faktor resiko yang akan dialami oleh pekerja. Faktor-faktor resiko
13
yang diselidiki dalam metode ini adalah yang telah dideskripsikan oleh McPhee’
sebagai faktor beban eksternal (external load factors) yang meliputi: jumlah gerakan,
jerja otot statis, gaya, postur kerja yang ditentukan oleh perlengkapan dan perabotan,
dan waktu kerja tanpa istirahat. Adapun klasifikasi pada RULA berupa daftar perbaikan
adalah seperti berikut ini :
1. Level 1, skor akhir menunjukkan nilai 1-2 yang mengindikasikan bahwa postur
tersebut dapat diterima dan tidak memerlukan perbaikan untuk jangka waktu
yang lama.
2. Level 2, skor akhir rmenunjukkan nilai 3-4 mengindikasikan membutuhkan
investigasi dan perubahan terhadap postur kerja mungkin dapat dilakukan.
3. Level 3, skor akhir menunjukkan nilai 5-6 yang berarti investigasi dan
perubahan postur kerja harus dilakukan secepatnya.
4. Level 4, skor akhir menunjukkan nilai akhir 7 yang mengindikasikan dan
perubahan harus dilakukan dengan segera.

Untuk menilai empat faktor beban eksternal pertama yang disebutkan di atas
(jumlah gerakan, kerja otot statis, gaya dan postur), Rapid Upper Limb Assessment
(RULA) dikembangkan untuk (Andrian, 2013) :
1. Menyediakan metode penyaringan populasi kerja yang cepat, untuk penjabaran
kemungkinan resiko cidera dari pekerjaan yang berkaitan dengan anggota tubuh
bagian atas.
2. Mengenali usaha otot berkaitan dengan postur kerja, penggunaan gaya dan
melakukan pekerjaan statis atau repetitif, dan hal–hal yang dapat menyebabkan
kelelahan otot.
3. Memberikan hasil yang dapat digabungkan dalam penilaian ergonomi yang lebih
luas meliputi faktor-faktor epidemiologi, fisik, mental, lingkungan dan
organisasional.

14
2.6 REBA
Rapid Entire Body Assessment (REBA) merupakan suatu metode yang
digunakan di bidang ergonomi yang digunakan untuk menilai postur leher, punggung,
lengan, pergelangan tangan, dan kaki seorang pekerja. REBA memiliki kesamaan yang
mendekati metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment), namun metode REBA ini
tidak sebaik metode RULA yang menunjukkan pada analisis pada keunggulan yang
sangat dibutuhkan dan untuk pergerakan pada pekerjaan berulang yang diciptakan,
REBA lebih umum, dalam penjumlahan salah satu sistem baru dalam analisis yang
didalamnya termasuk faktor-faktor dinamis dan statis bentuk pembebanan interaksi
pembebanan perorangan, dan konsep baru berhubungan dengan pertimbangan dengan
sebutan “The Gravity Attended” untuk mengutamakan posisi dari yang paling unggul
(Bambang, 2010).

Hasil penilaian REBA merupakan level tindakan yang perlu dilakukan, yaitu 1
(risiko dapat diabaikan, tidak perlu tindakan), 2-2 (risiko rendah, mungkin diperlukan
tindakan), 4-7 (risiko sedang, perlu tindakan), 8-10 (risiko tinggi, tindakan secepatnya),
11-15 (risiko sangat tinggi, tindakan sesegera mungkin) (Hignett, 2000).

Metode REBA sudah mengikuti karakteristik yang telah dikembangkan untuk


memberikan jawaban untuk keperluan mendapatkan peralatan yang bisa digunakan
untuk mengukur pada aspek pembebanan fisik para pekerja. Analisa dapat dibuat
sebelum atau setelah sebuah interferensi untuk menjelaskan atau memaparkan resiko
yang telah dihentikan dari sebuah cedera yang timbul. Hal tersebut memberikan sebuah
kecepatan pada penilaian sistematis dari resiko sikap tubuh dari seluruh tubuh yang bisa
pekerja dapatkan dari pekerjaannya. Pengembangan dari percobaan metode REBA
adalah (Hignett, 2000) :
1. Untuk mengembangkan sebuah sistem dari analisa bentuk tubuh yang pantas
untuk resiko musculoskeletal pada berbagai macam tugas
2. Untuk membagi tubuh kedalam bagian-bagian untuk pemberian kode
individual, menerangkan rencana perpindahan

15
3. Untuk mendukung sistem penilaian aktivitas otot pada posisi statis (kelompok
bagian, atau bagian dari tubuh), dinamis (aksi berulang, contohnya
pengulangan yang unggul pada veces/minute, kecuali berjalan kaki), tidak
cocok dengan perubahan posisi yang cepat.
4. Untuk menggapai interaksi atau hubungan antara seorang dan beban adalah
penting dalam manipulasi manual, tetapi itu tidak selalu bisa dilakukan dengan
tangan.
5. Termasuk sebuah faktor yang tidak tetap dari pengambilan untuk manipulasi
beban manual
6. Untuk memberikan sebuah tingkatan dari aksi melalui nilai akhir dengan
indikasi dalam keadaan terpaksa.
7. Pada metode REBA segmen-segmen tubuh tersebut dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu grup A dan B. Grup A meliputi punggung (batang tubuh),
leher dan kaki. Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah dan
pergelangan tangan meliputi lengan atas, lengan bawah dan pergelangan
tangan.

Gambar 2. 3 Range Pergerakan Punggung

Berdasarkan gambar, range pergerakan punggung merupakan gerakan yang


dilakukan oleh tubuh saat beraktivitas yang membentuk sudut tubuh. Sumbu tegak lurus
atau sumbu y adalah garis sejajar dari tulang belakang manusia.

16
Tabel 2. 3 Skor Pergerakan Punggung

Pergearkan Skor Perubahan Skor


Tegak/ alamiah 1
0°- 20° flexion
2 +1 Jika memutar/ miring
0°- 20°extention
20°-60° flexion kesamping
3
>20° extension
>60° flexion 4

Tabel pergerakan punggung menjelaskan pembobotan skor dari masing-masing


sudut tubuh. Nilai pergerakan 1 diberikan jika pergerakan tubuh pada saat posisi tubuh
tegak secara alamiah. Pergerakan tubuh extension maupun flexion yang membentuk
sudut mulai dari 0°- 20° bernilai skor sebesar 2, sedangkan pergerakan tubuh
membentuk sudut 20°-60° flexion dan lebih dari 20° extension bernilai 3, dan
pergerakan yang membentuk sudut lebih dari 60° flexion bernilai skor sebesar 4. Skor-
skor tersebut akan mendapatkan tambahan skor sebesar 1 jika saat bergerak membentuk
sudut tubuh terjadi gerakan memutar/tiring kesamping.

Gambar 2. 4 Range Pergerakan Leher

Gambar range pergerakan leher merupakan gambar yang menjelaskan


pergerakan yang dilakukan oleh leher manusia saat beraktivitas. Penentuan garis
vertikal atau sumbu y pada pergerakan leher berdasarkan garis lurus posisi leher dan
kepala, sedangkan garis horizontal atau sumbu x berdasarkan posisi bahu.

17
Tabel 2. 4 Skor Pergerakan Leher
Pergerakan Skor Perubahan Skor
0°- 20° flexion 1
+1 Jika memutar/miring
>20° flexion atau
2 kesamping
extension

Tabel skor pergerakan leher menjelaskan bobot skor dari pergerakan leher yang
dilakukan. Pergerakan leher membentuk sudut 0°- 20° flexion bernilai skor sebesar 1,
sedangkan pergerakan leher membentuk sudut lebih dari 20° flexion atau extension
bernilai skor 2. Skor akan bertambah 1 jika saat bergerak, leher melakukan pergerakan
memutar atau miring ke samping.

Gambar 2. 5 Pergerakan Kaki

Gambar pergerakan kaki merupakan gambar yang menjelaskan pergerakan kaki


manusia saat beraktivitas. Terdapat dua pergerakan kaki yang dilakukan yaitu kaki yang
tertopang sehingga bobot tersebar merata pada kedua kaki dan kaki yang tidak tertopang
atau bobot beban yang tersebar tidak merata.

18
Tabel 2. 5 Skor Pergerakan Kaki

Pergerakan Skor Perubahan Skor


Kaki tertopang, bobot
tersebar merata, jalan 1
+1 Jika lutut antara 30° dan 60° flexion
atau duduk
+2 Jika lutut >60° flexion (tidak ketika
Kaki tidak tertopang,
duduk)
bobot tersebar merata/ 2
postur tidak stabil

Tabel skor pergerakan kaki menjelaskan bobot yang diperoleh dari gerakan-
gerakan yang dilakukan oleh kaki saat beraktivitas. Pergerakan kaki tertopang atau
bobot tersebebar merata pada kedua kaki mendapatkan skor sebesar 1, sedangkan
pergerakan kaki tidak tertopang atau bobot tersebar tidak merata mendapatkan skor 2.
Skor akan bertambah 1 pada gerakan kaki yang dilakukan apabila lutut kaki membentuk
sudut antara 30° dan 60° flexion, sedangan apabila lutut membentuk sudut lebih dari 60°
flexion (tidak ketika duduk) akan ditambahkan skor sebesar 2.

Gambar 2. 6 Range Pergerakan Lengan Atas


Gambar range pergerakan lengan atas yang menunjukkan sudut-sudut gerakan
yang dilakukan oleh lengan bagian atas manusia saat beraktivias. Terdapat 4 bagian
pembobotan sudut yang dilakukan antara lain untuk 0°-20° flexion maupun axtension
dengan bobot skor sebesar 1, pergerakan lengan atas flexion mulai dari 20°-45° dan
lebih dari 20° extension berbobot 2, untuk pergerakan lengan atas flexion dengan sudut
45°-90° berbobot skor sebesar 3, dan pergerakan lengan atas yang terakhir adalah
pergerakan flexion lebih dari 90° mendapatkan bobot skor sebesar 4.

19
Tabel 2. 6 Skor Pergerakan Lengan Atas
Pergerakan Skor Perubahan Skor
20° extension sampai 20° +1 Jika posisi lengan:
1
flexion - Adducted
>20° extension - Rotated
2
20°-45° flexion +1 Jika bahu ditinggikan
45°-90° flexion 3 +1 jika besandar, bobot lengan
>90° flexion 4 ditopang atau sesuai gravitasi

Bobot skor akan bertambah 1 apabila posisi lengan pada posisi adducted ataupun
rotated, jika bahu ditinggikan, dan jika bersandar atau bobot lengan ditopang atau sesuai
gravitasi.

Gambar 2. 7 Range Pergerakan Lengan Bawah

Gambar range pergerakan lengan bawah menunjukkan pergerakan lengan bawah


yang membentuk sudut-sudut tertentu saat bekerja. Terlihat pada tabel 2.7 skor
pergerakan lengan bawah.
Tabel 2. 7 Skor Pergerakan Lengan Bawah
Pergerakan Skor
60°-100° flexion 1
<20° flexion atau > 100° flexion 2

20
Tabel pergerakan lengan bawah menunjukkan pergerakan lengan bawah yang
menyatakan saat sudut 60-100 diberi skor 1 dan saat sudutnya lebih dari 100 atau
kurang dari 20 diberi skor 2

Gambar 2. 8 Pergerakan Pergelangan Tangan

Berdasarkan ilustrasi pada gambar, maka diuraikan pergerakan yang terjadi pada
pergelangan tangan menjadi skor-skor. Tabel dibawah merupakan rangkuman dari skor
terbebut.
Tabel 2. 8 Skor Pergerakan Pergelangan Tangan
Pergerakan Skor Perubahan Skor
0°-15° 1 + Jika pergelangan tangan
flexion/extension menyimpang/ berputar
15° flexion/ extension 2

Setelah skor-skor pergerakan tubuh didapatkan maka tabel-tabel tersebut


digunakan untuk mencari skor REBA pada tabel A maupun B. Tabel 2.9 merupakan
tabel untuk mencari skor pada bagian tubuh atas mulai dari pergerakan leher, punggung,
sampai dengan posisi kaki. Cara untuk mendapatkan nilai pada tabel A yaitu dengan
mengurutkan nilai-nilai yang didapat dari masing-masing segmen pergerakan pada tabel
A hingga mendapatkan hasil skor pada tabel tersebut. Skor yang didapatkan pada tabel
A akan bertambah apabila beban yang diberikan pada operator saat bekerja memenuhi
syarat-syarat yang telah ditentukan.

21
Tabel 2. 9 Tabel A

Tabel 2.10 merupakan tabel skor tubuh untuk mencari skor tubuh berdasarkan
segmen tubuh lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Cara untuk mencari
skor pada tabel B diurutkan skor-skor yang terdapat dari segmen tubuh sehingga
didapatkan skor tabel B. Skor yang diperoleh akan bertambah apabila memenuhi syarat-
syarat yang terdapat pada coupling saat bekerja.

Tabel 2. 10 Tabel B

22
Tabel 2. 11 Faktor Kopling
Coupling
0 - Good 1 - Fair 2 - Poor 3 - Unacceptable
Pegangan tangan bias Dipaksakan genggaman
Pegangan pas
diterimatapi tidak Pegangan tangan tidak yang tidak aman, tanpa
dan tepat
ideal/couping lebih bisa diterima walaupun pegangan coupling tidak
ditengah,
sesuai digunakan oleh memungkinkan sesuai digunakan oleh
genggaman kuat
bagian lain dari tubuh bagian lain dari tubuh

Tabel 2.12 merupakan tabel skor REBA yang akan digunakan untuk mengetahui
risk level dari kegiatan yang dilakukan manusia saat bekerja. Caranya dengan
mengurutkan nilai dari tiap tabel yang telah didapatkan, skor pada tabel C akan
bertambah apabila aktivitas yang dilakukan oleh manusia atau pekerja memenuhi
kriteria activity score.

Tabel 2. 12 Tabel C
Skor A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12
2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12
5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12
Skor B 6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12
7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12
8 5 6 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12
9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12
10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
Activity Skor

+1 Jika pengulangan gerakan dam


+1 Jika 1 atau lebih bagian +1 Jika gerakan menyebabkan perubahan
rentang waktu singkat, diulang lebih
tubuh statis, ditahan lebih atau pergeseran atau pergeseran postur yang
dari 4 kali permenit (tidak termasuk
dari 1 menit cepat dari posisi awal
berjalan)

23
Setelah skor pada tabel C didapatkan maka langkah selajutnya adalah
menentukan termasuk kedalam kategori apa kegiatan manusia atau operator yang
diamati. Terlihat pada tabel 2.10 yang merupakan rangkuman dari risk level tabel
REBA.

Tabel 2. 13 Tabel Resiko Ergonomi


REBA Skor Risk Level Tindakan
1 Diabaikan Tidak Diperlukan
2-3 Low Mungkin
Diperlukan
4-7 Medium Diperlukan
8-10 High Segera
Diperlukan
11-15 Very High Diperlukan
Sekarang

2.7 Pohon Kopling


Pengali kopling adalah pengaruh adanya handle atau pegangan pada RWL,
sehingga hadle atau pegangan mampu mengurangi beban benda ketika diangkat oleh
operator. Klasifikasi pengali kopling ada 3, yaitu(Waters, 1994):

Tabel 2. 14 Tabel Kategori Kualitas Kopling

Baik Cukup Buruk

1. Untuk suatu wadah yang 1. Untuk semua wadah 1. Suatu wadah yang
memenuhi rancangan optimal yang memenuhi rancangan memiliki rancangan yang
seperti kotak, peti kayu, dsb. optimal, Kopling yang kurang optimal atau bagian
Kopling yang ”Baik” ”Cukup” didefinisikan yang longgar atau objek
didefinisikan sebagai sebagai pegangan dengan besar yang tidak rata, sulit
pegangan dengan rancangan rancangan yang kurang dipegang atau memiliki
yang optimal (lihat catatan 1- optimal (lihat catatan 1-4 ujung yang tajam (lihat
3 dibawah). dibawah) catatan 5 dibawah).

24
Tabel 2. 15 Tabel Kategori Kualitas Kopling (Lanjutan)

Baik Cukup Buruk

2. Untuk komponen yang 2. Untuk suatu wadah 2. Mengangkat karung


lepas atau objek yang tidak yang memiliki yang tidak keras
rata, yang biasanya tidak rancangan optimal, tapi (misalnya karung yang
diletakan dalam wadah, tidak memiliki melengkung ditengah)
seperti material cetakan pegangan atau untuk
dan penyimpanan, kopling komponen yang lepas,
yang kopling yang ”Cukup”
”Baik”
Catatan :
1. Sebuah rancangan pegangan optimal mempunyai diameter 1.9 hingga 3.8
cm, panjang ≥ 11.5 cm, toleransi ≥ 5 cm, bentuk silindris, dan
permukaan yang halus dan tidak selip.
2. Sebuah pegangan tangan kurang lebih mempunyai karakter sebagai
berikut ; tinggi 3.8 cm, panjang 11.5 cm, bentuk semi-oval, toleransi ≥ 5 cm,
permukaan yang halus dan tidak selip, dan tebal wadah ≥ 0.6 cm.
3. Sebuah wadah memiliki rancangan optimal, bila panjang didepannya ≥ 40
cm, tinggi ≥ 30 cm, dan permukaan yang halus dan tidak selip.
4. Pekerja harus mampu menekuk jari-jarinya sekitar 90º dibawah wadah.
5. Sebuah wadah dianggap kurang optimal apabila mempunyai panjang
depannya ≥ 40 cm, tinggi ≥ 40 cm, permukaan kasar dan selip, ujung tajam,
pusat massa yang asimetris, isi yang tidak stabil, atau memerlukan
penggunaan sarung tangan.
6. Pekerja harus dapat menutupi seputar objek dengan tangannya tanpa
menyebabkan deviasi pergelangan tangan yang berlebihan atau postur
yang tidak lazim, dan genggamannya tidak memerlukan tenaga yang
berlebihan.
Pohon keputusan seperti pada gambar dibawah ini juga dapat membantu
25
dalam melakukan klasifikasi terhadap kualitas kopling.

26
Gambar 2. 9 Pohon Keputusan

2.8 Nordic Body Map


Nordic Body Map merupakan salah satu dari metode pengukuran subyektif
untukmengukur rasa sakit otot para pekerja. Untuk mengetahui letak rasa sakit atau
ketidaknyamanan pada tubuh pekerja digunakan body map. Pembagian bagian-bagian
tubuh serta keterangan dari bagian-bagian tubuh tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut (repository.usu.ac.id) :

27
Gambar 2. 10 Nordic Body Map
Keterangan :
0 Sakit/kaku di leher bagian atas 15 Sakit pada pergelangan tangan
kanan 1 Sakit/kaku di leher bagian bawah 16 Sakit pada jari-jari tangan kiri
2 Sakit di bahu kiri 17 Sakit pada jari-jari tangan kanan
3 Sakit di bahu kanan 18 Sakit pada paha kiri
4 Sakit pada lengan atas kiri 19 Sakit pada paha kanan
5 Sakit di punggung 20 Sakit pada lutut kiri
6 Sakit pada lengan atas kanan 21 Sakit pada lutut kanan
7 Sakit pada pinggang 22 Sakit pada betis kiri
8 Sakit pada bokong 23 Sakit pada betis kanan
9 Sakit pada pantat 24 Sakit pada pergelangan kaki kiri
10 Sakit pada siku kiri 25 Sakit pada pergelangan kaki kanan
11 Sakit pada siku kanan 26 Sakit pada jari kaki kiri
12 Sakit pada lengan bawah kiri 27 Sakit pada jari kaki kanan
13 Sakit pada lengan bawah kanan
14 Sakit pada pergelangan tangan kiri

28
2.9 Software
2.9.1 CATIA
Software CATIA (Computer Aided Three Dimensional Interactive Application)
merupakan perangkat lunak untuk CAD/CAM/CAE. Software ini sangat berguna untuk
membantu proses desain (CAD), rekayasa (CAE) maupun manufaktur (CAM), yang
memungkinkan proses-proses pemodelan seluruhnya dilakukan secara digital sehingga
tidak diperlukan lagi gambar manual maupun model fisik. Software ini juga handal
dalam memenuhi kriteria artistik, kelayakan mekanis, kenyamanan (ergonomis) dan
juga kelayakan secara bisnis dari suatu desain produk. CATIA memiliki aplikasi yang
sangat lengkap (140 aplikasi) untuk berbagai keperluan disiplin ilmu teknik Berikut
merupakan screenshoot dari langkah catia (teknik.ums.ac.id) :

Gambar 2. 11 Catia

2.9.2 Ergofellow
Ergofellow merupakan software yang dilengkapi dengan 17 alat aergonomis
yang berguna untuk meningkatkan kondisi tempat kerja, untuk mengurangi risiko kerja
dan meningkatkan produktivitas. Ergofellow juga sangan dibutuhkan dalam pembuatan
RULA, dimana dengan Ergofellow kita dapat menentukan jenis tindakan yang akan
dilakukan untuk memprediksi adanya gangguan otot badan dilihat dari gerakan-gerakan
kerja yang dilakukan dan ditentuka skor serta jenis tindakan yang harus dilakukan

29
dengan menggunkan metode RULA. Selain itu kita juga dapat melakukan evaluasi
terhadap risioko pekerjaan yang diakibatkan oleh gerakan-gerakan kerja dengan
menggunakan hasil rancangan dengan menggunakan metode RULA dengan aplikasi
software Ergofellow. Perangkat lunak ini dikembangkan oleh MPL Sistemas pada tahun
2009 dan sangat berguna untuk ergonomists dan untuk semua profesional di bidang
keselamatan dan kesehatan.Ini juga sangat baik untuk tujuan pendidikan. Ergofellow
memiliki alat ergonomis sebagai berikut (Achiraeniwati,2010):
a. NIOSH (Persamaan Lifting Revisi)
b. Rula (Penilaian Limb Cepat Atas)
c. MOORE E Garg (Indeks Regangan)
d. Ketidaknyamanan KUESIONER
e. QEC (Centang Paparan Cepat)
f. LEHMANNLehmann
g. ANALISIS CITRA
h. VIDEO ANALISIS
i. ANTROPOMETRI
j. PERHITUNGAN FORCE
k. APD (Alat Pelindung Diri)
l. HEAT STRESS
Berikut merupakan gambar screenshoot ergofellow :

Gambar 2. 12 Ergofellow

30
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

Start

Pembuatan video dengan simulasi


pengangkatan beban sesuai dengan
yang sudah ditentukan

Perhitungan RWL dan LI

Rula Pada software Catia sebelum


dan sesudah perbaikan

Reba pada software ergofellow


sebelum dan sesudah perbaikan

Analisa RWL dan LI, RULA dan


REBA

finish

3.1 Flowchart Metodologi


Berikut merupakan Flowchart metodologi praktikum Perancangan Sistem Kerja
dan Ergonomi modul 2 mengenai Manual Material Handling:

Gambar 3. 1 Flowchart Metodologi Praktikum


31
3.2 Penjelasan Flowchart
Gambar diatas merupakan metodologi praktikum yang di terapkan pada
praktikum Manual Material Handling. Dimulai dari pembuatan video dengan
melakukan simulasi pegangkatan beban sesuai dengan yang telah di tentukan. Beban
yang di angkat memiliki dua jenis berat yang berbeda. Untuk beban pertama adalah 8
kg, 13 kilogram dan 15 kilogram. Dalam melakukan simulaai pengangkatan,
pemindahan beban dilakukan dengan variasi tinggi tujuan dimana dari letak awal beban
berpindah keatas meja dengan tinggi 45 cm dan selanjutnya beban di pindahkan ke atas
rak dengan tinggi 85 cm dan jenis gerakannya yaitu gerakan non twist dan gerakan
dengan twist.
Setelah melakukan simulasi lalu dilakukan perhitungan Recommended Weight
Limit untuk bisa menghitung Lifting Index sehingga dapat diketahui apakan beban yang
diangkat memiliki resiko, mungkin beresiko atau beresiko. Untuk memperbaiki gerakan
maka digunakan software CATIA untuk menganalisis gerakan sebelum dan sesudah
perbaikan dengan prinsip yang di gunakan adalah RULA. Pengujian juga dilakukan
dengan metode REBA mengguakan software Ergofellow untuk sebelum dan sesudah
perbaikan. Tiap pengangkatan dengan ketentuan tertentu menghasilkan hasil yang
berbeda-beda, oleh karena itu dilakukan analisis terhadap RWL, LI, RULA dan REBA
untuk mengetahui sejauh mana perbaikan yang dilakukan.

32
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data


Proses handling material secara manual masih sering terjadi dalam dunia
industri. Buktinya masih terdapat beberapa perusahaan yang tetap mengguakan tenaga
manusia secara langsung atau biasa dikenal dengan manual material handling. Dalam
melaksanakan aktivitas produksi, masih sering terdapat proses material handling secara
manual diantaranya pada proses pengangkatan material di bagian produksi dan packing.
Material handling secara manual dilakukan oleh pekerja dibagian produksi.
Pada bagian ini, pekerja melakukan pengangkatan produk setengah jadi dari output
mesin pertama untuk kemudian di proses di mesin selanjutnya. Proses pengangkatan
dilakukan dengan container. Ada dua buah container yang digunakan untuk
mengangkat bahan baku dengan berat beban yang sama 8 kg, yaitu container dengan
coupling katergori fair dan coupling kategori poor. Kontainer memiliki tinggi 30 cm.
Produk setengah jadi diangkat dari lantai menuju meja yang berada di samping mesin
selanjutnya yang memiliki ketinggian 45 cm. Pekerja dalam melakukan pengangkatan
posisi tubuh tetap tegak tanpa ada perputaran sumbu tubuh (0°). Frekuensi
pengangkatan pekerja di bagian produksi ini adalah 3 lift/min. Pada proses
pengangkatan dengan menggunakan container fair, jarak tengah horizontal tubuh
pekerja dengan tengah container pada saat pengangkatan awal adalah 30 cm. Kemudian
setelah memindahkan container menuju meja jarak horizontal tubuh dengan container
adalah 41 cm.Proses pengangkatan menggunakan kontainer poor, jarak horizontal tubuh
awal adalah 39 cm dan jarak horizontal tubuh dengan kontainer yang berada di atas
meja adalah 60 cm.
Selain melakukan pengangkatan dari lantai ke meja, pekerja di bagain produksi
juga harus memindahkan kedua kontainer pada meja ke rak (setinggi 85 cm) yang
berada di sampingnya. Posisi pengangkatan awal pekerja dalam mengangkat dua beban
tersebut membentuk sudut 0° dan 90° di posisi akhir pengangkatan. Pada proses
pengangkatan kontainer kategori fair, jarak tengah horizontal tubuh pekerja dengan
33
tengah kontainer pada saat pengangkatan awal adalah 35 cm. Kemudian setelah
memindahkan barang menuju meja kecil jarak horizontal tubuh dengan kontainer adalah
57 cm. Proses pengangkatan kontainer kategori poor, jarak horizontal tubuh awal adalah
32 cm dan jarak horizontal tubuh dengan kontainer yang berada di atas meja adalah 59
cm.
Seorang Tenaga kerja yang bekerja pada bagian Packing dengan posisi kerja
berdiri dan menggunakan kedua tangannya untuk mengangkat dua buah produk seberat
13 kg dan 15 kg dalam sebuah kardus dengan ketinggian 20 cm. Posisi pengangkatan
yang dilakukan adalah dari lantai menuju palet yang berada diatas meja yang memiliki
ketinggian 65 cm. Pada proses pengangkatan pertama, beban seberat 13 kg diangkat
dengan jarak tengah horizontal tubuh pekerja dengan tengah kardus pada saat
pengangkatan awal adalah 40 cm. Pekerja kemudian memindahkan barang menuju palet
dengan jarak horizontal tubuh dengan kardus adalah 49 cm. Proses pengangkatan kedua,
beban 15 kg diangkat dengan jarak horizontal tubuh awal adalah 39 cm dan jarak
horizontal tubuh dengan kardus yang berada di atas meja adalah 55 cm. Dalam
melakukan pengangkatan posisi tubuh tetap tegak tanpa ada perputaran sumbu tubuh
(0°). Frekuensi pengangkatan yang dilakukan oleh pekerja di bagian packing adalah 4
lifts/min.
Di bagian ini, pekerja juga melakukan pengangkatan produk kembali dengan
frekuensi pengangkatan yang berbeda yaitu 9 lifts/min. Untuk frekuensi pengangkatan
ini, jarak tengah horizontal tubuh pekerja dengan tengah kardus pada saat pengangkatan
awal adalah 44 cm dan posisi akhir 60 cm (produk seberat 13 kg) dan untuk produk
dengan berat 15 kg jarak tengah horizontal tubuh pekerja dengan tengah kardus pada
saat pengangkatan awal adalah 41 cm dan posisi akhir 66 cm. Durasi kerja pekerja
adalah 2 jam. Semua posisi pegangan dari kardus dan kontainer berada di bagian atas
sisi kiri dan kanan.

4.1.1 Rekapitulasi Data Praktikum


Berikut merupakan tabel rekap dari data praktikum yang berasal dari scenario
yang diberikan oleh Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi.
34
Tabel 4. 1 Tabel Rekap Data Praktikum

Lokasi Tangan Sudut

Durasi (jam)
Berat Beban

Vertikal

Kopling
(cm) Asimetrik Frekuensi
Posisi Posisi Akhi (Lift/menit) Kome
Awal Akhir Awal r ntar
T T
L H V H V D A A T1 2 3 t F C
8 30 30 41 75 45 0 0 3 <2 Fair
Produksi 1
8 39 30 60 75 45 0 0 3 <2 Poor

8 35 75 57 115 40 0 90 3 <2 Fair


Produksi 2
(Meja-rak) 8 32 75 59 115 40 0 90 3 <2 Poor
Packing 1 13 40 20 49 85 65 0 0 4 <2 Poor
(lantai-
15 39 20 55 85 65 0 0 4 <2 Poor
palet)
Packing 2 13 44 20 60 85 65 0 0 9 <2 Poor
(Lantai-
15 41 20 66 85 65 0 0 9 <2 Poor
palet)

4.2 Pengolahan Data


4.2.1 RWL dan Lifting Index Manual
1. Pekerja Bagian Produksi I (Non Twisting)
a. Lantai - Meja 1
 Berat beban 8 kg
Hawal : 30 cm Hakhir : 41 cm
Vawal : 30 cm Vakhir : 75 cm
Sudut Awal : 0° Coupling : Fair
Sudut Akhir : 0°
 Posisi Awal (Origin)
LC = 23 kg
HM = 25/H = 25/30 = 0,83 cm
VM = 1- (0,003 |v-75|) = 1- (0,003 |30 - 75|) = 0,865

35
DM = 0,82 + (4,5/D) = 0,82 + (4,5/45) = 0,92
AM = 1- (0,0032|A|) = 1-(0,0032|0|) = 1
FM = 0,79
CM = 0,95
RWL origin = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
= 23 x 0,83 x 0,865 x 0,92 x 1 x 0,79 x 0,95
= 11,401 kg

 Posisi Akhir (Destination)


LC = 23 kg
HM = 25/H = 25/41 = 0,609
VM = 1- (0,003 |v-75|) = 1- (0,003 |75-75|) = 1
DM = 0,82 + (4,5/D) = 0,82 + (4,5/45) = 0,92
AM = 1- (0,0032|A|) = 1-(0,0032|0|) = 1
FM = 0,79
CM = 1
RWL destination = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
= 23 x 0,609 x 1 x 0,92 x 1 x 0,79 x 1,00
= 10,180 kg
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛
LI = = = 0,758
8
𝑅𝖶𝐿 10,180

b. Lantai Produksi ke Meja Produksi


 Berat Beban 8 kg
Hawal : 39 cm Hakhir : 60 cm
Vawal : 30 cm Vakhir : 75 cm
Sudut Awal : 0° Coupling : Poor
Sudut Akhir : 0°
 Posisi Awal (Origin)

36
LC = 23 kg

37
HM = 25/H = 25/39 = 0,641 cm
VM = 1- (0,003 |v-75|) = 1- (0,003 |30 - 75|) = 0,865
DM = 0,82 + (4,5/D) = 0,82 + (4,5/45) = 0,92
AM = 1- (0,0032|A|) = 1-(0,0032|0|) = 1
FM = 0,79
CM = 0,90
RWL origin = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
= 23 x 0,641 x 0,865 x 0,92 x 1 x 0,79 x 0,90
= 8,341 kg
 Posisi Akhir (Destination)
LC = 23 kg
HM = 25/H = 25/60 = 0,416 cm
VM = 1- (0,003 |v-75|) = 1- (0,003 |75 - 75|) = 1
DM = 0,82 + (4,5/D) = 0,82 + (4,5/45) = 0,92
AM = 1- (0,0032|A|) = 1-(0,0032|0|) = 1
FM = 0,79
CM = 0,90
RWL destination = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
= 23 x 0,416 x 1 x 0,92 x 1 x 0,79 x 0,90
= 6.259 kg
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛
LI = = = 1.278 𝑘𝑔
8
𝑅𝖶𝐿 6.259

2. Pekerja Bagian Produksi II (Twisting)


a. Meja-Rak 1
 Berat beban 8 kg
Hawal : 35 cm Hakhir : 57 cm
Vawal : 75 cm Vakhir : 115 cm
Sudut Awal : 0° Coupling : Fair

38
Sudut Akhir : 90°

39
 Posisi Awal
LC = 23 kg
HM = 25/35 = 0.714 cm
VM = 1-(0.003|V-75|) = 1-(0.003|75-75|) = 1
DM = 0.82+(4.5/D) = 0.82+(4.5/40) = 0.933
AM = 1-(0.0032|A|) = 1-(0.0032|0|) = 1
FM = 0.79
CM = Fair dengan V≥75 sehingga ditemukan nilai CM sebesar 1 dan
jika V<75 nilai CM sebesar 0.95, maka karena V≥75, CM=1
RWL origin = LC X HM X VM X DM X AM X FM X CM
= 23 X 0.714 X 1 X 0.933 X 1 X 0.79 X 1
= 12.104 kg
 Posisi Akhir
LC = 23 kg
HM = 25/57 = 0.439 cm
VM = 1-(0.003|V-75|) = 1-(0.003|115-75|) = 0.88
DM = 0.82+(4.5/D) = 0.82+(4.5/40) = 0.933
AM = 1-(0.0032|A|) = 1-(0.0032|90|) = 0.712
FM = 0.79
CM = Fair dengan V≥75 sehingga ditemukan nilai CM sebesar 1 dan
jika V<75 nilai CM sebesar 0.95, maka karena V>75, CM=1
RWL destination = LC X HM X VM X DM X AM X FM X CM
= 23 X 0.439 X 0.88 X 0.933 X 0.712 X 0.79 X 1
= 4.663 kg
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛
LI = = = 1.716
8
𝑅𝖶𝐿 4.663

b. Meja-Rak
2
 Berat beban 8 kg
Hawal : 32 cm Hakhir : 59 cm
40
Vawal : 75 cm Vakhir : 115 cm

41
Sudut Awal : 0° Coupling : Poor
Sudut Akhir : 90°
 Posisi Awal
LC = 23 kg
HM = 25/32 = 0.781 cm
VM = 1-(0.003|V-75|) = 1-(0.003|75-75|) = 1
DM = 0.82+(4.5/D) = 0.82+(4.5/40) = 0.9325
AM = 1-(0.0032|A|) = 1-(0.0032|0|) = 1
FM = 0.79
CM = Poor dengan V≥75 sehingga ditemukan nilai CM sebesar 0.90
dan jika V<75 nilai CM sebesar 0.90, maka karena V≥75, CM=0.90
RWL origin = LC X HM X VM X DM X AM X FM X CM
= 23 X 0.781 X 1 X 0.9325 X 1 X 0.79 X 0.90
= 11.909 kg
 Posisi Akhir
LC = 23 kg
HM = 25/59 = 0.424 cm
VM = 1-(0.003|V-75|) = 1-(0.003|115-75|) = 0.88
DM = 0.82+(4.5/D) = 0.82+(4.5/40) = 0.9325
AM = 1-(0.0032|A|) = 1-(0.0032|90|) = 0.712
FM = 0.79
CM = Poor dengan V≥75 sehingga ditemukan nilai CM sebesar 0.90
dan jika V<75 nilai CM sebesar 0.90, maka karena V>75, CM=0.90
RWL destination = LC X HM X VM X DM X AM X FM X CM
= 23 X 0.424 X 0.88 X 0.9325 X 0.712 X 0.79 X 0.90
= 4.051 kg
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛
LI = = = 1.975
8
𝑅𝖶𝐿 4.276

42
3. Pekerja bagian Packing I (Non Twisting)
a. Lantai – Palet 1
 Berat beban 13 kg
Hawal : 40 cm Hakhir : 49 cm
Vawal : 20 cm Vakhir : 85 cm
Sudut Awal : 0° Coupling : Poor
Sudut Akhir : 0°
 Posisi Awal
LC = 23 kg
HM = 25/40 = 0.625 cm
VM = 1-(0.003|V-75|) = 1-(0.003|20-75|) = 0.835
DM = 0.82+(4.5/D) = 0.82+(4.5/65) = 0.889
AM = 1-(0.0032|A|) = 1-(0.0032|0|) = 1
FM = 0.72
CM = Poor dengan V≥75 sehingga ditemukan nilai CM sebesar 0.90
dan jika V<75 nilai CM sebesar 0.90, maka karena V<75, CM=0.90
RWL origin = LC X HM X VM X DM X AM X FM X CM
= 23 X 0.625 X 0.835 X 0.889 X 1 X 0.72 X 0.90
= 6.915 kg

 Posisi Akhir
LC = 23 kg
HM = 25/49= 0.510 cm
VM = 1-(0.003|V-75|) = 1-(0.003|85-75|) = 0.97
DM = 0.82+(4.5/D) = 0.82+(4.5/65) = 0.889
AM = 1-(0.0032|A|) = 1-(0.0032|0|) = 1
FM = 0.72
CM = Poor dengan V≥75 sehingga ditemukan nilai CM sebesar 0.90
dan jika V<75 nilai CM sebesar 0.90, maka karena V>75, CM=0.90
RWL destination = LC X HM X VM X DM X AM X FM X CM
43
= 23 X 0.510 X 0.97 X 0.899 X 1 X 0.72 X 0.90
= 6.628 kg
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 13 = 1.961
LI = 𝑅𝖶𝐿 = 6.628

b. Lantai – Palet
2
 Berat Beban 15 kg
Hawal : 39 cm Hakhir : 55 cm
Vawal : 20 cm Vakhir : 85 cm
Sudut Awal : 0° Coupling : Poor
Sudut Akhir : 0°
 Posisi Awal (Origin)
LC = 23 kg
HM = 25/39 = 0.641 cm
VM = 1-(0.003|V-75|) = 1-(0,003|20-75|) = 0,835
DM = 0.82+(4.5/65) = 0.889
AM = 1-(0.0032|A|)= 1-(0.0032|0|) = 1
FM = 0.72
CM = 0.90
RWL Origin = LC X HM X VM X DM X AM X FM X CM
= 23 x 0.641 x 0.835 x 0.899 x 1 x 0.72 x 0.90
= 7.171 kg
 Posisi Akhir (Destination)
LC = 23 kg
HM = 25/55 = 0.454 cm
VM = 1-(0.003|V-75|) = 1-(0.003|85-75|) = 0.97
DM = 0.82+(4.5/65) = 0.899
AM = 1-(0.0032|A|) = 1-(0,0032|0|) = 1
FM = 0.72
CM = 0.90
RWL Destination = LC X HM X VM X DM X AM X FM X CM
44
= 23 x 0.454 x 0.97 x 0.899 x 1 x 0.72 x 0.90
= 5.900 kg
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑒𝑛𝑑𝑎 15
LI = = = 2.542
𝑅𝖶𝐿 5.900

4. Pekerja bagian Packing II


a. Lantai – Palet 1 (Non Twisting)
 Berat beban 13 kg
Hawal : 44 cm Hakhir : 60 cm
Vawal : 20 cm Vakhir : 85 cm
Sudut Awal : 0° Coupling : Poor
Sudut Akhir : 0°
 Posisi Awal
LC = 23 kg
HM = 25/44 = 0,568 cm
VM = 1-(0.003|V-75|) = 1-(0,003|20-75|) = 0.835
DM = 0.82+(4.5/65) = 0.899
AM = 1-(0.0032|A|)= 1-(0.0032|0|) = 1
FM = 0,3
CM = 0,90
RWL Origin= LC X HM X VM X DM X AM X FM X CM
= 23 x 0.568 x 0.835 x 0.899 x 1 x 0.3 x 0.90
= 2.648kg

 Posisi Akhir
LC = 23 kg
HM = 25/60 = 0.416 cm
VM = 1-(0.003|V-75|) = 1-(0.003|85-75|) = 0.97
DM = 0.82+(4,5/65) = 0.899
AM= 1-(0,0032|A|) = 1-(0,0032|0|) = 1

45
FM = 0.3
CM = 0,90

RWL Destination = LC X HM X VM X DM X AM X FM X CM
= 23 x 0,416 x 0,97 x 0.899 x 1 x 0,3 x 0,90
= 2.252kg
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑒𝑛𝑑𝑎 13
LI= = = 5.771
𝑅𝖶𝐿 2.252

b. Lantai – Palet 2
 Berat Beban 15 kg
Hawal : 41 cm Hakhir : 66 cm
Vawal : 20 cm Vakhir : 85 cm
Sudut Awal : 0° Coupling : Poor
Sudut Akhir : 0°
 Posisi Awal (Origin)
LC = 23 kg
HM = 25/41 = 0,609 cm
VM = 1-(0,003|V-75|) = 1-(0,003|20-75|) = 0,835
DM = 0,82+(4,5/65) = 0.899
AM = 1-(0,0032|A|)= 1-(0,0032|0|) = 1
FM = 0,3
CM = 0,90

RWL Origin = LC X HM X VM X DM X AM X FM X CM
= 23 x 0,609 x 0,835 x 0.899 x 1 x 0,3 x 0,90
=2.839 kg
 Posisi Akhir (Destination)
LC = 23 kg
HM= karena H>64 maka nilai HM=0

46
VM = 1-(0,003|V-75|) = 1-(0,003|85-75|) = 0,97
DM = 0,82+(4,5/65) = 0.899
AM = 1-(0,0032|A|) = 1-(0,0032|0|) = 1
FM = 0,3
CM = 0,90

RWL Destination = LC X HM X VM X DM X AM X FM X CM
= 23 x 0 x 0,97 x 0.899 x 1 x 0,3 x 0,90
= 0 kg
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑒𝑛𝑑𝑎 15
LI = 𝑅𝖶𝐿 = 0 =∞

4.2.2 Perhitungan RWL dan LI ERGOFELLOW


Berikut merupakan perhitungan RWL dan LI dengan menggunakan software
Ergofellow
1. Lantai – Meja 1 (Non Twisting)
 Beban Berat 8 kg
Hawal : 30 cm Hakhir : 41 cm
Vawal : 30 cm Vakhir : 75 cm
Sudut Awal : 0° Coupling : Fair
Sudut Akhir : 0°

 Posisi Awal
 Berikut adalah hasil dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW

47
Gambar 4. 1 Hasil Posisi Awal Lantai ke Meja 1 dengan software ERGOFELLOW

 Berikut adalah sketsa dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan


ERGOFELLOW

Gambar 4. 2 Sketsa Posisi Awal Lantai ke Meja 1 dengan software ERGOFELLOW

 Posisi Akhir
 Berikut adalah hasil dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW

48
Gambar 4. 3 Hasil Posisi Akhir Lantai ke Meja 1 dengan software ERGOFELLOW

 Berikut adalah sketsa dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan


ERGOFELLOW

Gambar 4. 4 Sketsa Posisi Akhir Lantai ke Meja 1 dengan software ERGOFELLOW

2. Lantai – Meja 2 (Non Twisting)


 Beban Berat 8 kg
Hawal : 39 cm Hakhir : 60 cm
Vawal : 30 cm Vakhir : 75 cm
Sudut Awal : 0° Coupling : Poor
Sudut Akhir : 0°

49
 Posisi Awal
 Berikut adalah hasil dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW

Gambar 4. 5 Hasil Posisi Awal Lantai ke Meja 2 dengan software ERGOFELLOW

 Berikut adalah sketsa dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan


ERGOFELLOW

Gambar 4. 6 Sketsa Posisi Awal Lantai ke Meja 2 dengan software ERGOFELLOW

 Posisi Akhir
 Berikut adalah hasil dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW

50
Gambar 4. 7 Hasil Posisi Akhir Lantai ke Meja 2 dengan software ERGOFELLOW

 Berikut adalah sketsa dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan


ERGOFELLOW

Gambar 4. 8 Sketsa Posisi Akhir Lantai ke Meja 2 dengan software ERGOFELLOW

3. Meja - Rak 1 (Twisting)


 Beban Berat 8 kg
Hawal : 35 cm Hakhir : 57 cm
Vawal : 75 cm Vakhir : 115 cm
Sudut Awal : 0° Coupling : Fair
Sudut Akhir : 90°

51
 Posisi Awal
 Berikut adalah hasil dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW

Gambar 4. 9 Hasil Posisi Awal Meja ke Rak 1 dengan software ERGOFELLOW

 Berikut adalah sketsa dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan


ERGOFELLOW

Gambar 4. 10 Sketsa Posisi Awal Meja ke Rak 1 dengan software ERGOFELLOW

 Posisi Akhir
 Berikut adalah hasil dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW

52
Gambar 4. 11 Hasil Posisi Akhir Meja ke Rak 1 dengan software ERGOFELLOW

 Berikut adalah sketsa dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan


ERGOFELLOW

Gambar 4. 12 Sketsa Posisi Akhir Meja ke Rak 1 dengan software ERGOFELLOW

4. Meja - Rak 2 (Twisting)


 Beban Berat 8 kg
Hawal : 32 cm Hakhir : 59 cm
Vawal : 75 cm Vakhir : 115 cm
Sudut Awal : 0° Coupling : Poor
Sudut Akhir : 90°

53
 Posisi Awal
 Berikut adalah hasil dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW

Gambar 4. 13 Hasil Posisi Awal Meja ke Rak 2 dengan software ERGOFELLOW


 Berikut adalah sketsa dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW

Gambar 4. 14 Sketsa Posisi Awal Meja ke Rak 2 dengan software ERGOFELLOW

 Posisi Akhir
 Berikut adalah hasil dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW

54
Gambar 4. 15 Hasil Posisi Akhir Meja ke Rak 2 dengan software ERGOFELLOW

 Berikut adalah sketsa dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan


ERGOFELLOW

Gambar 4. 16 Sketsa Posisi Akhir Meja ke Rak 2 dengan software ERGOFELLOW

5. Lantai – Palet 1 (Non Twisting)


 Beban Berat 13 kg
Hawal : 40 cm Hakhir : 49 cm
Vawal : 20 cm Vakhir : 85 cm
Sudut Awal : 0° Coupling : Poor
Sudut Akhir : 0°

55
 Posisi Awal
 Berikut adalah hasil dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW

Gambar 4. 17 Hasil Posisi Awal Lantai ke Palet 1 dengan software ERGOFELLOW

 Berikut adalah sketsa dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan


ERGOFELLOW

Gambar 4. 18 Sketsa Posisi Awal Lantai ke Palet 1 dengan software ERGOFELLOW

 Posisi Akhir
 Berikut adalah hasil dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW

56
Gambar 4. 19 Hasil Posisi Akhir Lantai ke Palet 1 dengan software ERGOFELLOW

 Berikut adalah sketsa dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan


ERGOFELLOW

Gambar 4. 20 Sketsa Posisi Akhir Lantai ke Palet 1 dengan software ERGOFELLOW

6. Lantai – Palet 2 (Non Twisting)


 Beban Berat 15 kg
Hawal : 39 cm Hakhir : 55 cm
Vawal : 20 cm Vakhir : 85 cm
Sudut Awal : 0° Coupling : Poor
Sudut Akhir : 0°

57
 Posisi Awal
 Berikut adalah hasil dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW

Gambar 4. 21 Hasil Posisi Awal Lantai ke Palet 2 dengan software ERGOFELLOW

 Berikut adalah sketsa dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan


ERGOFELLOW

Gambar 4. 22 Sketsa Posisi Awal Lantai ke Palet 2 dengan software ERGOFELLOW

 Posisi Akhir
 Berikut adalah hasil dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW

58
Gambar 4. 23 Hasil Posisi Akhir Lantai ke Palet 2 dengan software ERGOFELLOW

 Berikut adalah sketsa dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan


ERGOFELLOW

Gambar 4. 24 Sketsa Posisi Akhir Lantai ke Palet 2 dengan software ERGOFELLOW

7. Lantai – Palet 3 (Non Twisting)


 Beban Berat 13 kg
Hawal : 44 cm Hakhir : 60 cm
Vawal : 20 cm Vakhir : 85 cm
Sudut Awal : 0° Coupling : Poor
Sudut Akhir : 0°

59
 Posisi Awal
 Berikut adalah hasil dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW

Gambar 4. 25 Hasil Posisi Awal Lantai ke Palet 3 dengan software ERGOFELLOW

 Berikut adalah sketsa dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan


ERGOFELLOW

Gambar 4. 26 Sketsa Posisi Awal Lantai ke Palet 3 dengan software ERGOFELLOW

 Posisi Akhir
 Berikut adalah hasil dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW

60
Gambar 4. 27 Hasil Posisi Akhir Lantai ke Palet 3 dengan software ERGOFELLOW

 Berikut adalah sketsa dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan


ERGOFELLOW

Gambar 4. 28 Sketsa Posisi Akhir Lantai ke Palet 3 dengan software ERGOFELLOW

8. Lantai – Palet 4 (Non Twisting)


 Beban Berat 15 kg
Hawal : 41 cm Hakhir : 66 cm
Vawal : 20 cm Vakhir : 85 cm
Sudut Awal : 0° Coupling : Poor
Sudut Akhir : 0°

61
 Posisi Awal
 Berikut adalah hasil dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW

Gambar 4. 29 Hasil Posisi Awal Lantai ke Palet 4 dengan software ERGOFELLOW

 Berikut adalah sketsa dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan


ERGOFELLOW

Gambar 4. 30 Sketsa Posisi Awal Lantai ke Palet 4 dengan software ERGOFELLOW

 Posisi Akhir
 Berikut adalah hasil dari kegiatan Material Handling dengan menggunakan
ERGOFELLOW

62
Gambar 4. 31 Hasil Posisi Akhir Lantai ke Palet 4 dengan software ERGOFELLOW

1. Produksi 1
a. Lantai - Meja 1
Berat beban 8
Kg
 Posisi Origin


Gambar 4. 32 Hasil CATIA Origin Lantai ke Meja 1 Non Twist beban 8 Kg

 Posisi Destinasi

63
Gambar 4. 33 Hasil CATIA Destinasi Lantai ke Meja 1 Non Twist beban 8 Kg

b. Lantai - Meja 2
Berat beban 8
Kg
 Posisi Origin

Gambar 4. 34 Hasil CATIA Origin Lantai ke Meja 2 Non Twist beban 8 Kg

64
 Posisi Destinasi

65
Gambar 4. 35 Hasil CATIA Destinasi Lantai ke Meja 2 Non Twist beban 8 Kg

2. Produksi 2
a. Meja - Rak 1
Berat beban 8
Kg
 Posisi Origin

Gambar 4. 36 Hasil CATIA Origin Meja ke Rak 1 Twist beban 8 Kg

 Posisi Destinasi
66
Gambar 4. 37 Hasil CATIA Destinasi Meja ke Rak 1 Twist beban 8 Kg

b. Meja - Rak 2
Berat beban 8
Kg
 Posisi Origin

Gambar 4. 38 Hasil CATIA Origin Meja ke Rak 2 Twist beban 8 Kg

67
 Posisi Destinasi

Gambar 4. 39 Hasil CATIA Destinasi Meja ke Rak 2 Twist beban 8 Kg

3. Packing 1
a. Lantai – Palet 1
Berat beban 13
Kg
 Posisi Origin

Gambar 4. 40 Hasil CATIA Origin Lantai ke Palet 1 Non Twist beban 13 Kg

 Posisi Destinasi

74
Gambar 4. 41 Hasil CATIA Destinasi Lantai ke Palet 1 Non Twist beban 13 Kg

b. Lantai – Palet 2
Berat beban 15
Kg
 Posisi Origin

Gambar 4. 42 Hasil CATIA Origin Lantai ke Palet 2 Non Twist beban 15 Kg

 Posisi Destinasi

75
Gambar 4. 43 Hasil CATIA Destinasi Lantai ke Palet 2 Non Twist beban 15 Kg

4. Packing 2
a. Lantai – Palet 3
Berat beban 13
Kg
 Posisi Origin

Gambar 4. 44 Hasil CATIA Origin Lantai ke Palet 3 Non Twist beban 13 Kg

 Posisi Destinasi

76
Gambar 4. 45 Hasil CATIA Destinasi Lantai ke Palet 3 Non Twist beban 13 Kg

b. Lantai – Palet 4
Berat beban 15
Kg
 Posisi Origin

Gambar 4. 46 Hasil CATIA Origin Lantai ke Palet 4 Non Twist beban 15 Kg

 Posisi Destinasi

77
Gambar 4. 47 Hasil CATIA Destinasi Lantai ke Palet 4 Non Twist beban 15 Kg

4.2.3 Rekapitulasi RWL dan LI Manual, ERGOFELLOW dan CATIA


Berikut merupakan rekapitulasi RWL dan LI dengan metode manual, software
ERGOFELLOW dan CATIA

Tabel 4. 2 Rekapitulasi RWL dan LI manual, ERGOFELLOW dan CATIA

Beban RWL LI
No. Asimetri Coupling Perpindahan Posisi
(Kg)
Manual ERGO CATIA Manual ERGO CATIA

Non Lantai – Awal 11.401 11.447 11.7 0.702 0.699 0.7


1. 8 Fair
Twisting Meja Akhir 10.180 10.193 10.6 0.785 0.785 0.8

Non Lantai – Awal 8.341 8.342 8.2 0.959 0.959 1.0


2. 8 Poor
Twisting Meja Akhir 6.259 6.269 6.2 1.278 1.276 1.3

Awal 12.104 12.103 12.1 0.661 0.661 0.7


3. 8 Twisting Fair Meja– Rak
Akhir 4.663 4.656 4.7 1.716 1.718 1.7

78
Tabel 4. 3 Rekapitulasi RWL dan LI manual, ERGOFELLOW dan CATIA(Lanjutan)

Beban RWL LI
No. Asimetri Coupling Perpindahan Posisi
(Kg) Manual ERGO CATIA Manual ERGO CATIA

Awal 11.909 11.913 11.8 0.672 0.672 0.7


4. 8 Twisting Poor Meja– Rak
Akhir 4.051 4.049 4.1 1.975 1.976 2.0

Non Lantai – Awal 6.915 6.916 7.0 1.879 1.88 1.9


5. 13 Poor
Twisting Palet Akhir 6.628 6.559 6.6 1.961 1.982 2.0

Non Lantai – Awal 7.171 7.094 7.8 2.092 2.114 1.9


6. 15 Poor
Twisting Palet Akhir 5.900 5.843 5.8 2.542 2.567 2.6

Non Lantai – Awal 2.648 2.62 2.7 4.909 4.962 4.9


7. 13 Poor
Twisting Palet Akhir 2.252 2.232 2.3 5.771 5.824 5.7

Non Lantai – Awal 2.839 2.812 2.8 5.284 5.334 5.3


8. 15 Poor
Twisting Palet Akhir 0 0 0 ∞ ∞ ∞

4.2.4 RULA CATIA


1. Produksi 1
a. Lantai - Meja 1
Berat beban 8
Kg
 Posisi Origin

Gambar 4. 48 Hasil RULA CATIA Origin Lantai ke Meja 1 Produksi 1 Beban 8 Kg Non Twist

79
 Posisi Destinasi

Gambar 4. 49 Hasil RULA CATIA Destinasi Lantai ke Meja 1 Produksi 1 Beban 8 Kg Non Twist

b. Lantai - Meja 2
Berat beban 8
Kg
 Posisi Origin

Gambar 4. 50 Hasil RULA CATIA Origin Lantai ke Meja 2 Produksi 1 Beban 8 Kg Non Twist

80
 Posisi Destinasi

Gambar 4. 51 Hasil RULA CATIA Destinasi Lantai ke Meja 2 Produksi 1 Beban 8 Kg Non Twist

2. Produksi 2
a. Meja - Rak 1
Berat beban 8
Kg
 Posisi Origin

Gambar 4. 52 Hasil RULA CATIA Origin Meja ke Rak 1 Produksi 2 Beban 8 Kg Twist

81
 Posisi Destinasi

Gambar 4. 53 Hasil RULA CATIA Destinasi Meja ke Rak 1 Produksi 2 Beban 8 Kg Twist

b. Meja - Rak 2
Berat beban 8
Kg
 Posisi Origin

Gambar 4. 54 Hasil RULA CATIA Origin Meja ke Rak 2 Produksi 2 Beban 8 Kg Twist

82
 Posisi Destinasi

Gambar 4. 55 Hasil RULA CATIA Destinasi Meja ke Rak 2 Produksi 2 Beban 8 Kg Twist

3. Packing 1
a. Lantai – Palet 1
Berat beban 13
Kg
 Posisi Origin

Gambar 4. 56 Hasil RULA CATIA Origin Lantai ke Palet 1 Packing 1 Beban 13 Kg Non Twist

83
 Posisi Destinasi

Gambar 4. 57 Hasil RULA CATIA Destinasi Lantai ke Palet 1 Packing 1 Beban 13 Kg Non Twist

b. Lantai – Palet 2
Berat beban 15
Kg
 Posisi Origin

Gambar 4. 58 Hasil RULA CATIA Origin Lantai ke Palet 2 Packing 1 Beban 15 Kg Non Twist

84
 Posisi Destinasi

Gambar 4. 59 Hasil RULA CATIA Destinasi Lantai ke Palet 2 Packing 1 Beban 15 Kg Non Twist

4. Packing 2
a. Lantai – Palet 3
Berat beban 13
Kg
 Posisi Origin

Gambar 4. 60 Hasil RULA CATIA Origin Lantai ke Palet 3 Packing 2 Beban 13 Kg Non Twist

85
 Posisi Destinasi

Gambar 4. 61 Hasil RULA CATIA Destinasi Lantai ke Palet 3 Packing 2 Beban 13 Kg Non Twist

b. Lantai – Palet 4
Berat beban 15
Kg
 Posisi Origin

Gambar 4. 62 Hasil RULA CATIA Origin Lantai ke Palet 4 Packing 2 Beban 15 Kg Non Twist

86
 Posisi Destinasi

Gambar 4. 63 Hasil RULA CATIA Destinasi Lantai ke Palet 4 Packing 2 Beban 15 Kg Non Twist

Berikut ini adalah tabel rekapitulasi perhitungan RULA :


Tabel 4. 4 Rekapitulasi Perhitungan RULA
Sudut
Berat Posisi Awal Posisi Akhir Posture Posture Neck,Treak
No Asimetrik Posisi RULA
Beban A B and Leg
H V H V Awal Akhir
Awal 5 3 6 7
1 8 30 30 41 75 0 0
Akhir 5 2 5 7
Awal 5 3 6 7
2 8 39 30 60 75 0 0
Akhir 5 3 6 7
Awal 5 3 6 7
3 8 35 75 57 115 0 90
Akhir 3 3 4 4
Awal 3 2 3 3
4 8 32 75 59 115 0 90
Akhir 3 3 4 4
Awal 3 3 7 7
5 13 40 20 49 85 0 0
Akhir 3 1 5 7
Awal 3 3 7 7
6 15 39 20 55 85 0 0
Akhir 3 2 6 7
Awal 3 1 5 7
7 13 44 20 60 85 0 0
Akhir 3 1 5 7
Awal 3 6 10 7
8 15 41 20 66 85 0 0
Akhir 3 1 5 7

87
4.2.5 REBA
Berikut ini langkah-langkah pemilihan posisi tubuh dalam Ergofellow – REBA
1. Neck, Trunk and Legs

Gambar 4. 64 Langkah Pemilihan Neck, Trunk and Legs REBA pada Ergofellow

2. Load

Gambar 4. 65 Langkah Pemilihan Load REBA pada Ergofellow

88
3. Upper arm, Lower arm and Wrist

Gambar 4. 66 Langkah pemilihan Upper arm, lower arm and wrist REBA pada Ergofellow

4. Coupling

Gambar 4. 67 Langkah pemilihan Coupling REBA pada Ergofellow

89
5. Activity

Gambar 4. 68 Langkah Pemilihan Activity REBA pada Ergofellow

6. Result Score

Gambar 4. 69 Result Score Posisi Awal Beban 8 Kg Produksi 1 Lantai ke Meja 1 Non Twist

90
Gambar 4. 70 Result Score Posisi Akhir Beban 8 Kg Produksi 1 Lantai ke Meja 1 Non Twist

Gambar 4. 71 Result Score Posisi Awal Beban 8 Kg Produksi 1 Lantai ke Meja 2 Non Twist

91
Gambar 4. 72 Result Score Posisi Akhir Beban 8 Kg Produksi 1 Lantai ke Meja 2 Non Twist

Gambar 4. 73 Result Score Posisi Awal Beban 8 Kg Produksi 2 Meja ke Rak 1 Twist

92
Gambar 4. 74 Result Score Posisi Akhir Beban 8 Kg Produksi 2 Meja ke Rak 1 Twist

Gambar 4. 75 Result Score Posisi Awal Beban 8 Kg Produksi 2 Meja ke Rak 2 Twist

93
Gambar 4. 76 Result Score Posisi Akhir Beban 8 Kg Produksi 2 Meja ke Rak 2 Twist

Gambar 4. 77 Result Score Posisi Awal Beban 13 Kg Packing 1 Lantai ke Palet 1 Non Twist

94
Gambar 4. 78 Result Score Posisi Akhir Beban 13 Kg Packing 1 Lantai ke Palet 1 Non Twist

Gambar 4. 79 Result Score Posisi Awal Beban 15 Kg Packing 1 Lantai ke Palet 2 Non Twist

95
Gambar 4. 80 Result Score Posisi Akhir Beban 15 Kg Packing 1 Lantai ke Palet 2 Non Twist

Gambar 4. 81 Result Score Posisi Awal Beban 13 Kg Packing 2 Lantai ke Palet 3 Non Twist

96
Gambar 4. 82 Result Score Posisi Akhir Beban 13 Kg Packing 2 Lantai ke Palet 3 Non Twist

Gambar 4. 83 Result Score Posisi Awal Beban 15 Kg Packing 2 Lantai ke Palet 4 Non Twist

97
Gambar 4. 84 Result Score Posisi Akhir Beban 15 Kg Packing 2 Lantai ke Palet 4 Non Twist

Berikut ini adalah tabel rekapitulasi perhitungan REBA:


Tabel 4. 5 Tabel Rekapitulasi Perhitungan REBA

Berat Posisi Awal Posisi Akhir Sudut Asimetrik REBA


No
Beban H V H V Awal Akhir Awal Akhir
1 8 30 30 41 75 0 0 8 7
2 8 39 30 60 75 0 0 10 9
3 8 35 75 57 115 0 90 8 9
4 8 32 75 59 115 0 90 5 9
5 13 40 20 49 85 0 0 10 6
6 15 39 20 55 85 0 0 10 6
7 13 44 20 60 85 0 0 11 5
8 15 41 20 66 85 0 0 11 5

98
BAB V
ANALISIS

5.1 Analisis RWL & LI (Sebelum Perbaikan)


Berikut tabel analisis RWL dan LI sebelum perbaikan

Tabel 5. 1 Analisis Sebelum Perbaikan

Beban RWL LI
No. Asimetri Coupling Perpindahan Posisi
(Kg)
Manual CATIA Manual CATIA

Non Lantai – Awal 11.401 11.7 0.702 0.7


1. 8 Fair
Twisting Meja Akhir 10.180 10.6 0.785 0.8

Non Lantai – Awal 8.341 8.2 0.959 1.0


2. 8 Poor
Twisting Meja Akhir 6.259 6.2 1.278 1.3

Awal 12.104 12.1 0.661 0.7


3. 8 Twisting Fair Meja– Rak
Akhir 4.663 4.7 1.716 1.7

Awal 11.909 0.672


4. 8 Twisting Poor Meja– Rak
Akhir 4.051 1.975

Non Lantai – Awal 6.915 7.0 1.879 1.9


5. 13 Poor
Twisting Palet Akhir 6.628 6.6 1.961 2.0

Non Lantai – Awal 7.171 7.8 2.092 1.9


6. 15 Poor
Twisting Palet Akhir 5.900 5.8 2.542 2.6

Non Lantai – Awal 2.648 2.7 4.909 4.9


7. 13 Poor
Twisting Palet Akhir 2.252 2.3 5.771 5.7

Non Lantai – Awal 2.839 2.8 5.284 5.3


8. 15 Poor
Twisting Palet Akhir 0 2.7 ∞ 4.9

99
Nilai RWL akan mempengaruhi besar atau kecilnya nilai LI. Nilai LI
didapatkan dari membagi antara berat beban dengan nilai RWL. Semakin besar nilai
RWL akan menghasilkan nilai LI yang kecil, begitupun sebaliknya semakin kecil nilai
RWL akan semakin besar nilai LI. Nilai RWL sendiri didapatkan dari hasil mengalikan
faktor-faktor yang berpengaruh dalam melakukan pekerjaan, misalnya LC, VM, HM,
DM, AM, FM, dan CM.
Pada tabel diatas hasil RWL dan LI sebelum perbaikan pada berat beban 8 kg
non twist pada meja kecil nilai RWL (Origin) adalah 11.401 dengan nilai LI< 1(0.7)
sedangkan 8 kg twist nilai RWL (Origin) adalah 12.104 dengan nilai LI < 1 (0.7).
Pada tabel diatas hasil RWL dan LI sebelum perbaikan pada berat beban 8 kg
non twist pada meja kecil nilai RWL (Destination) adalah 6.259 dan dengan nilai LI > 1
(1.3pada manual, N/A pada CATIA) sedangkan 8 kg twist nilai RWL (Destination)
adalah 4.051 dengan nilai LI > 1 (1.975). Hasil RWL dan LI sebelum perbaikan baik
perhitungan manual maupun CATIA pada berat beban 8kg dan twist menghasilkan nilai
0 dan N/A (tak terhingga) nilai tersebut didapatkan karena jarak horizontal yang ≥ 63
cm sehingga nilai H = 0 selain itu nilai LI > 1 dikarenakan jarak horizontal yang terlalu
jauh
Pada berat beban 15 kg non twist nilai RWL (Origin) adalah dengan nilai LI >1
sedangkan 15 kg non twist nilai RWL (Origin) adalah 2.648 dengan nilai LI > 1. Nilai
LI > 1 dikarenakan jarak horizontal yang terlalu jauh dan jarak perpindahan vertikal
yang terlalu tinggi. Pada hasil sebelum perbaikan ini belum ada berat beban yang
memenuhi standar NIOSH dan aman bagi pekerja.
Nilai LI terbaik adalah sebesar 0.7 yaitu pada beban 8 kg posisi awal non
twisting dengan coupling fair dan beban 8kg awal twisting dengan coupling fair, hal ini
terjadi karena memiliki nilai LI yang terkecil dan kurang dari 1 sehingga sangat aman
untk pekerja.
Nilai LI terburuk adalah sebesar 5.7 yaitu dengan beban 13kg posisi akir non
twisting dengan coupling poor, hal ini terjadi karena memiliki nilai LI terbesar dan lebih
dari 1 sehingga sangat bahaya untuk dilakukan oleh pekerja.

100
5.2 Analisis Pengaruh Berat, Jarak Horizontal, Vertikal, Perpindahan,
Frekuensi, Pengangkatan, Posisi Pemindahan dan Efek Kopling
a. Jarak Horizontal
Pada perhitungan RWLH, terdapat perkalian yang dipengaruhi oleh faktor jarak
horizontal yang dimana dilambangkan dengan simbol HM. Berdasarkan rumus yang
ada, jarak horisontal semakin besar maka akan semakin memperkecil HM, dan juga
dikarenakan RWLH berbanding lurus dengan HM, maka RWLH juga akan semakin
kecil jika HM semakin kecil. Jika semakin kecil nilai RWLH dengan beban tetap, maka
gerakan tersebut semakin tidak ergonomis karena LI>1. Hal demikian akan
menyebabkan operator dapat menderita sakit pinggang. Jika dalam melakukan
perpindahan horizontal dengan jarak yang terlalu besar maka sangat tidak
menguntungkan bagi pengangkat beban karena akan mempercepat rasa lelah
(membutuhkan energi yang lebih besar untuk melakukan perpindahan) atau fatigue pada
tulang belakang.
Berdasarkan percobaan pemindahan manual yang telah dilakukan jarak
horizontal untuk posisi awal non twist dengan berat benda 8 kg adalah 30 cm dan posisi
akir 41 cm dan pada posisi ke dua untuk posisi awal adalah 39 cm dan posisi akir 60
cm. Sedangkan untuk posisi twist berat benda 8 kg dan posisi awal 35 cm dan posisi
akir 57 cm. Juga posisi kedua untuk posisi awal adalah 32 cm dan posisi akir 59 cm.
Untuk berat benda 13 kg non twist posisi awal 40 dan 44, dan untuk posisi akir 49 dan
60. Untuk berat benda 15 kg non twist posisi awal adalah 39 cm dan 41 cm dan posisi
akir 55 dan 66 cm. Dari hasil perhitungan di dapat nilai factor pengali pada posisi akir
yang bernilai 0. Hal ini disebabkan karena jarak horizontalnya melebihi > 63 cm,
dimana jarak horizontal yang melebihi 63 sudah melebihi jangkauan maksimal yang
dapat dilakukan oleh orang Indonesia dan jangkauan seperti itu hanya dapat dilakukan
oleh orang Eropa atau Barat, oleh sebab itu nilai dari lifting index untuk jarak
Horizontal yang melebihi 63 bernilai N/A yang menunjukkan tidak dapat didefinisikan
karena sudah diluar jangkauan.

101
b. Berat
Pada hasil perhitungan untuk beban 8 kg didapatkan hasil perhitungan LI yang
kurang dari 2 sedangkan pada beban 15 dan 13 kg, didapatkan perhitungan Li
yang lebih dari 2. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat pengangkatan, beban 15
kg lebih berisiko dibandingkan dengan beban 8 kg. Maka, dapat dikatakan
bahwa beban berat yang lebih berat akan membuat pekerjaan yang dilakukan
semakin berisiko. Sehingga beban yang lebih ringan lebih direkomendasikan
dalam pengangkatan beban tersebut, karena beban yang lebih ringan adalah
beban yang risiko kerjanya semakin kecil.
c. Jarak Vertikal
Tidak jauh berbeda dengan HM, RWLH juga dipengaruhi oleh jarak vertikal.
Jika jarak vertikal semakin mendekati 75, maka akan memperbesar nilai RWLH,
karena nilai faktor pengali vertikal (VM) nya akan mendekati nilai 1 dan
sebaliknya jika jarak vertikalnya semakin menjauh dari 75 maka VM akan
semakin kecil dan nilai RWLH juga semakin kecil (nilai RWLH berbanding
lurus dengan nilai VM), dimana semakin kecil nilai RWLH dengan beban tetap,
maka gerakan tersebut semakin tidak ergonomis karena LI > 1, dimana jika
dalam kondisi seperti ini akan mengakibatkan risiko kepada operator. Sebaiknya
dalam memindahkan barang, akan lebih baik jika antar permukaannya meja
pertamake meja selanjutnya menggunakan ketinggian yang sama karena jarak
vertical yang berbeda jauh akan mengakibatkan beban kerja yang lebih berat
lagi. Berdasarkan percobaan pemindahan manual yang telah dilakukan jarak
vertikal untuk posisi awal non twist dengan berat benda 8 kg adalah 30 cm dan
posisi akir 75 cm dan pada posisi ke dua untuk posisi awal adalah 30 cm dan
posisi akir 75 cm. Sedangkan untuk posisi twist berat benda 8 kg dan posisi awal
dan akir 75 cm dan posisi akir 115 cm. Untuk berat benda 13 kg non twist posisi
awal 30 cm dan 85 cm dan untuk non twist kedua posisi awal dan akir 20 dan
85. Untuk berat benda 15 kg non twist posisi awal adalah 20 cm dan 85 cm dan
untuk non twist kedua posisi awal dan akir 20 dan 85 cm.

102
d. Perpindahan
Dalam percobaan ini terdapat faktor perpindahan yang juga dapat mempengaruhi
kemampuan operator dalam mengangkat beban. Dimana besarnya nilai faktor
pengali perpindahan tersebut dipengaruhi oleh besarnya perpindahan jarak
vertikal yang terjadi. Didalam percobaan pengangkatan manual yang telah
dilakukan besarnya nilai perpindahan vertikal (D) adalah 45 cm, hal ini diukur
dari ketinggian meja pertama dengan meja kedua, dimana ketingian untuk
masing – masing meja ialah 30 cm dan 75 cm. Sedangkan, perpindahan vertikal
dari lantai ke meja pertama adalah 30 cm. Jika semakin besar suatu perpindahan
yang terjadi dalam pengangkatan beban maka akan semakin memperbesar nilai
RWLH karena semakin besar perpindahan yang dilakukan maka semakin besar
nilai energi yang dibutuhkan. Dengan menambah tenaga menjadi lebih banyak
dapat mempermudah kerja operator.
e. Frekuensi Pengangkatan
Frekuensi pengangkatan yang semakin besar menandakan bahwa beban tersebut
semakin ringan sehingga akibatnya akan memperkecil nilai RWLH. Frekuensi
pengangkatan ini juga di pengaruhi durasi waktu kerja. Di dalam percobaan
yang sudah dilakukan frekuensi pengangkatan yang dilakukan ialah 3 lift/menit
untuk beban 8 kg, dimana angka ini menunjukkan dalam satu menit terdapat 3
kali pengangkatan. Sedangkan, untuk beban 13 dan 15 kg pada packing 1
frekuensi pengangkatan yang dilakukan ialah 4 lift/menit dimana angka ini
menunjukkan dalam satu menit terdapat 4 kali pengangkatan. Dan untuk beban
13 dan 15 kg pada packing 2 frekuensi pengangkatan yang dilakukan ialah 9
lift/menit dimana angka ini menunjukkan dalam satu menit terdapat 9 kali
pengangkatan. Didalam percobaan yang telah dilakukan durasi lamanya
percobaan < 1 jam.

103
f. Posisi Pemindahan
Sudut pemindahan asimetrik sangat berpengaruh dalam pemindahan beban.
Sudut simetris yang semakin besar akan mengakibatkan nilai RWLH yang
semakin kecil. Didalam produksi 1 pemindahan dari lantaii ke meja dengan berat
beban 8 kg dengan fair dan poor pada couplingnya, pada produksi 2 pemindahan
dari meja ke rak dengan berat beban 8 kg, dimana pada final diadakan posisi
twist. Kemudian pada packing 1 memindahkan beban container dari lantai ke
palet dengan berat beban 13 kg dan 15 kg dimana couplingnya sama sama poor,
dan pada packing 2 pemindahan dari lantai palet dengan beban 13 kg dan 15 kg
dimana couplingnya sama-sama poor. Hal tersebut dikarenakan apabila terdapat
sudut simetris, maka pekerjaan yang dilakukan oleh operator akan semakin berat
untuk ditumpu oleh tubuhnya. Oleh karena itu dalam pengangkatan diusahakan
meminimalisasi sudut asimetris agar pengangkatan lebih ergonomis.
g. Efek Kopling

104
Efek kopling adalah tingkat kenyamanan operator terhadap alat bantu
pengangkatan beban dimana pada praktikum ini alat bantunya adalah kontainer.
Dalam mengukur kenyamanan tersebut digunakan dua cara yaitu secara subjektif
yaitu berdasarkan penilaian oleh operator dan objektif (berada pada tabel). Pada
percobaan ini, digunakan efek kopling dengan nilai fair karena kontainer tidak
memiliki pegangan dan tangan tidak dapat meraih dengan mudah. Efek kopling
pada dasarnya memiliki pengaruh yang cukup kecil pada nilai RWLH. Semakin
baik kopling yang digunakan dalam pengangkatan beban maka beban tersebut
akan semakin mudah untuk diangkat sehingga nilai RWLH akan semakin besar
dan sebaliknya. Jika nilai RWLH semakin besar maka nilai Lifting Index (LI)
nya semakin kecil dimana jika nilai lifting index semakin kecil maka proses
pemindahan tersebut layak dilakukan dengan cara manual. Pada percobaan kali
ini, kopling dapat diklasifikasikan dalam penilaian fair, hal tersebut dikarenakan
pegangan pada box terlihat bukan pegangan yang dapat menyesuaikan dengan
bentuk tangannya. Dimana memang disediakan seperti lubang untuk
pengangkatan namun hal tersebut dinilai kurang ideal dan kurang cocok dengan
bagian tubuh yaitu tangan. Dalam perhitungan yang dilakukan dari hasil
percobaan nilai dari faktor kopling memiliki dua buah nilai yaitu 1 dan 0,95.
Faktor kopling bernilai 1 jika jarak vertikal nya > 75cm dan bernilai 0,95 jika
jarak vertikal < 75 cm. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam memperbaiki
proses pengangkatan secara manual ialah dengan memperbaiki koplingnya,
sehingga dapat mengurangi tingkat bahaya yang akan dialami oleh pekerja.
5.3 Analisis RWL & LI (Setelah Perbaikan)
Berikut merupakan hasil analisis RWL dan LI terburuk dan perbaikannya:
Tabel 5. 2 Jobsheet

Job Analysis Worksheet


Description
Job Title Produksi 1 Job Desc :
Analyst's Name Rafli

105
Date 22 March 2018
Object Weight Hand Location Assymetric Angle
Vertical
L L Origin Dest Freq. Rate Duration Object Coupling
Distance Origin Dest
AVG MAX H V H V
13 13 44 20 60 60 40 0 0 9 < 2 hour Poor

RWL = LC X HM X VM x DM x AM x FM x CM

=
2.838
Origin RWL = 23 X 0.568 X 0.865 x 0.93 x 1 x 0.30 x 0,90 kg

=
2.155
Dest RWL = 23 X 0.417 X 0.895 x 0.93 x 1 x 0.30 x 0,90 kg

=4.58
Origin LI = 13 / 4,183 1
=6.03
Dest LI = 13 / 2.155 2

Sebelum dilakukan perbaikan RWL dan LI, terlihat yang terburuk berada pada
packing 2. Sehingga dilakukan perbaikan cara membungkukkan posisi postur operator,
dan memulai pengangkatan dengan cara yang lebih benar,sehingga mengubah nilai HM
dan VM yang menyebabkan batas rekomendasi bertambah dan akan menurunkan nilai
LI. Sehingga didapat nilai LI sebesar 6.032. Walaupun sebenarnya LI dengan 6.032
masih berada diatas 1 yang berarti berisiko terhadap keselamatan kerja seorang
operator, namun masih lebih baik dibandingkan dengan awal sebelum dilakukan
perbaikan.

5.4 Analisis Perbedaan Hasil RWL & LI (Manual, Ergofellow dan CATIA)
Berikut ini adalah tabel perbandingan perbedaan hasil antara perhitungan
Manual dan Catia.
Tabel 5. 3 Analisis Perbedaan Hasil

106
Beban RWL LI
No. Asimetri Coupling Perpindahan Posisi
(Kg)
Manual CATIA Manual CATIA

Non Lantai – Awal 11.401 11.7 0.702 0.7


1. 8 Fair
Twisting Meja Akhir 10.180 10.6 0.785 0.8

Non Lantai – Awal 8.341 8.2 0.959 1.0


2. 8 Poor
Twisting Meja Akhir 6.259 6.2 1.278 1.3

Awal 12.104 12.1 0.661 0.7


3. 8 Twisting Fair Meja– Rak
Akhir 4.663 4.7 1.716 1.7

Awal 11.909 0.672


4. 8 Twisting Poor Meja– Rak
Akhir 4.051 1.975

Non Lantai – Awal 6.915 7.0 1.879 1.9


5. 13 Poor
Twisting Palet Akhir 6.628 6.6 1.961 2.0

Non Lantai – Awal 7.171 7.8 2.092 1.9


6. 15 Poor
Twisting Palet Akhir 5.900 5.8 2.542 2.6

Non Lantai – Awal 2.648 2.7 4.909 4.9


7. 13 Poor
Twisting Palet Akhir 2.252 2.3 5.771 5.7

Non Lantai – Awal 2.839 2.8 5.284 5.3


8. 15 Poor
Twisting Palet Akhir 0 2.7 ∞ N/A

Pada analisis ini kami mengambil perbedann perhitungan CATIA dan manual
karena, manual merupakan perhitungan yang dikerjakan sendiri dan dibandingkan
dengan CATIA karena CATIA merupakan software yang melakukan perhitungan
langsung dengan menggunakan rekayasa pengangkatan barang seperti yang dilakukan
pekerja pada kehidupan nyata.

107
Pada perhitungan manual dan CATIA terdapat sedikit perbedaan, ini
dikarenakan pada perhitungan CATIA terjadi pembulatan angka, sehingga keluaran
yang dihasilkan cenderung kurang spesifik. Pada postur tubuh manikin yang ada pada
software CATIA juga tidak sama persis dimensi tubuhnya dengan operator yang
sebenarnya sehingga ada perbedaan dalam perhitungan pada software CATIA. Hal itu,
menyebabkan terjadinya perbedaan perhitungan manual dan perhitungan pada software
CATIA ini.
Pada CATIA dengan beban 15 kg non twisting dengan coupling poor di dapat
nilai LI pada CATIA N/A karena nilai H> 64 maka terjadi eror pada CATIA.

5.5 Analisis RULA dan Saran Perbaikan


RULA merupakan sebuah metode untuk menilai postur, gaya dan gerakan suatu
aktivitas kerja yang berkaitan dengan penggunaan anggota tubuh bagian atas (upper
limb) menggunakan software CATIA . Di dalamnya terdapat berbagai komponen bagian
tubuh seperti upper arm, forearm, wrist, wrist twist, neck, dan trunk. Disamping nilai
tersebut terdapat pula score beserta warna dari score tersebut yang terdiri dari warna
hijau, kuning, oranye, dan merah. Warna hijau menunjukkan bahwa postur badan dalam
menangkat beban dalam kondisi aman, kuning menunjukkan bahwa postur badan dalam
mengangkat beban masih aman tapi terdapat kemungkinan cidera, warna oranye
menunjukkan postur badan dalam mengangkat beban harus segera dilakukan perubahan
karena berbahaya, dan warna merah menunjukkan postur badan dalam mengangkat
beban sangat berbahaya dan dapat menimbulkan cidera sehingga harus segera dilakukan
perubahan.
Sebelum Perbaikan

108
Gambar 5. 1 Analisis RULA sebelum perbaikan

Dari gambar diatas diketahui bahwa final score dari RULA dengan beban 13 Kg
perpindahan dari meja ke meja kecil adalah 7. Skor tersebut merupakan hasil
penjumlahan nilai penggunaan neck, trunk¸ posture dan leg. Nilai ini menjelaskan
bahwa semakin sering operator melakukan pekerjaan mengangkat beban, dengan posisi
seperti gambar diatas maka akan dapat mengakibatkan cidera. Besarnya hasil RULA
dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti faktor internal dan factor eksternal. Adapun
faktor internal yang mempengaruhi adalah kesalahan pada postur tubuh yaitu posisi
leher, lengan, punggung dan kaki. Sedangkan factor eksternalnya berkaitan dengan
factor besarnya beban yang diangkat oleh operator maupun keseimbangan beban yang
diangkat.

Sesudah Perbaikan

109
Gambar 5. 2 Analisis RULA sesudah perbaikan

Gambar diatas merupakan posisi yang cukup baik untuk meminimalkan nilai
RULA. Faktor yang mempengaruhi nilai RULA ini adalah jarak antara badan dengan
beban yang diangkat harus lebih dekat, punggung harus lurus, kaki di tekuk selain itu
beban yang harus diangkat tidak boleh terus menerus, dengan kata lain harus berselang
atau harus ada waktu istirahat bagi operator, sehingga dapat menghasilkan skor RULA
yang lebih sedikit dimana yang member pengaruh banyak adalah bagian upper limb
yang merupakan bagian atas tubuh antara lain arm, clavicular, neck, dan trunk.. jadi
semakin kecil sudutnya maka semakin baik untuk tubuh.

5.6 Analisis REBA dan Saran Perbaikan


Berdasarkan REBA diperoleh bahwa resiko kerja terburuk adalah pada kegiatan
pengangkatan bagian packing 2 non twist untuk beban 13 kg dari lantai-palet 3 pada
posisi awal (origin), hal ini diketahui karena setelah melakukan REBA kegiatan tersebut
memiliki score REBA paling tinggi diantara kegiatan lainnya. Dimana score REBA
yang diperoleh adalah sebagai berikut :

110
Score REBA yang diperoleh adalah 11. Dalam REBA nilai 11 memiliki arti
bahwa kegiatan memiliki resiko kerja bertaraf sangat tinggi, harus segera
mengimplementasikan perubahan postur. Pekerjaan yang beresiko akan menyebabkan
ketidaknyamanan dalam melakukan pekerjaan yang dapat menimbulkan gangguan pada
tubuh pekerja. Oleh karena itu, pekerjaan yang memiliki resiko kerja yang tinggi harus
diperbaiki baik dengan cara mengatur cara kerja atau mengatur fasilitas kerja. Berikut
saran perbaikan yang diajukan praktikan:

Gambar 5.6 Proses Input Neck, Trunk, and Legs REBA untuk Saran Perbaikan

111
Lapo 5

Gambar 5.7 Proses Input Load REBA untuk Saran Perbaikan

Gambar 5.8 Proses Input Upper Arm, Lower Arm, and Wrist REBA untuk Saran Perbaikan

112
Lapo 5

Gambar 5.9 Proses Input Coupling REBA untuk Saran Perbaikan

Gambar 5.10 Proses Input Activity REBA untuk Saran Perbaikan

113
Lapo 5

Gambar 5.11 Proses Ouput Result Score REBA untuk Saran Perbaikan

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan perbaikan akan diperoleh
output berupa score REBA yang lebih kecil, yaitu 7 yang artinya resiko kerja dari
kegiatan pengangkatan adalah pada tingkat menengah.Hal – hal yang diubah dari
perbaikan ini adalah kondisi leher yang sebelumnya menunduk lebih dari 20° atau
diantara 20°-60° dikurangi menjadi 0°-20°.Perubahan tersebut sebaiknya diterapkan
pada metode kerja yang dilakukan oleh operator untuk mengurangi ketidaknyamanan
dan resiko gangguan kesehatan karena telah terbukti mengurangi nilai resiko jika
dianalisis menggunakan software Ergofellow.

114
Lapo 5

BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil setelah melakukan praktikum pada Modul 2
yang berjudul Manual Material Handling adalah:
1. Dalam membuat suatu sistem kerja yang bersifat ENASE yakni efektif,
nyaman, sehat dan aman diterapkan prinsip manual material handling dan
biomekanika kedalam stasiun kerja. Dilakukan beberapa pertimbangan
dengan melihat aspek yaitu postur dalam pengangkatan beban, jangkauan
operator terhadap material dan alat yang akan digunakan, cara mengangkut
beban yang baik dan benar, dan memperkecil jarak pengangkatan beban awal
hingga akhir untuk meningkatkan produktivitas serta menurunkan resiko
keselamatan kerja.
2. Posisi postur tubuh untuk bekerja yang baik akan maksimal apabila posisi
operator dekat dengan benda yang akan diangkut dan sedikit membungkuk,
kepala sedikit menunduk dan berat beban yang diampu oleh kedua kaki dan
tubuh tidak perlu berbelok (twist) untuk menjankau/ mencapai benda yang
diperlukan. Dari komponen-komponen diatas akan mempengaruhi hasil LI
yakni Lifting Index, dan LI yang baik adalah LI yang kurang dari 1. Apabila
didapatkan LI lebih dari 1 akan mengakibatkan cidera pada tulang belakang.
Dalam praktikum ini didapatkan LI yang terbaik pada produksi 1 dengan
beban 8 kg, posisi awal non twisting dengan coupling fair yaitu sebesar 0,7.
3. Teknik RWL (Recommended Weight Limit) digunakan untuk mengetahui
batas-batas yang direkomendasikan untuk mengurangi resiko cidera pada
tulang belakang. Teknik ini baik dan direkomendasikan untuk pekerja agar
bekerja secara efektif dan mengurangi cidera pada saat bekerja. Faktor-faktor
yang mempengaruhi RWL yakni, berat beban, jarak horizontal, jarak
vertikal, perpindahan, derajat pemindahan, frekuensi pengangkatan dan efek
kopling. Sedangkan LI (Lifting Index) adalah estimasi terhadap tekanan fisik

115
Lapo 5

akibat pengangkatan secara manual. Dapat disimpulkan apabila RWL


semakin besar maka LI akan bernilai semakin kecil, dan apabila nilai LI
semakin kecil maka semakin baik yang mengindikasikan bahwa resiko
cidera pada tulang belakang dapat diminimalisasi.
4. Software yang digunakan dalam praktikum kali ini yakni CATIA (Computer
Aided Three Dimention Interactive Application). Untuk menghitung RWL,
LI serta RULA (Rapid Upper Limb Assessment) dapat digunakan software
CATIA untuk melihat lebih dalam mengenai posisi tubuh operator pada saat
bekerja. Sedangkan untuk menghitung REBA (Rapid Entire Body
Assessment) dapat menggunakan software Ergofellow.

6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan setelah melakukan praktikum modul 2 yang berjudul
Manual Material Handling adalah:
1. Sebelum memulai praktikum, praktikan lebih baik mendalami materi
mengenai mempelajari ilmu biomekanika terlebih dahulu agar pada saat
praktikum dapat menerapkan ilmu yang terkait sebaik mungkin.
2. Sebelum dilaksanakan praktikum sebaiknya praktikan memahami dalam
penggunaan software CATIA dan Ergofellow, sehingga dapat
menggambarkan scara rinci terkait posisi postur tubuh untuk diintegrasikan
kedalam software.
3. Dalam menghitung RWL dan dengan software CATIA maupun Ergofellow,
diusahakan nilai perhitungan manual sama dengan output software karena
semakin mendekati semakin nyata bagaimana posisi postur tubuh yang
terjadi di kehidupan nyata.

116
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Aryanto, Pongki. 2008. Skripsi: Gambaran Risiko Ergonomi dan Keluhan
Gangguan Muskuloskeletal pada Penjahit Sektor Usaha Informal. Depok: FKM
UI.
Grandjean, E. 1993. Fitting the Task to the Man, fourth edition. London: Taylor &
Francis.
Irisdiastadi, Hardianto. 2014. Ergonomi Suatu Pengantar. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Peter, A. 2001. Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Editor: Sritomo
Wignyosubroto an Stefanus Eko Wiranto. Proceeding Seminar Nasional
Ergonomi 2000. Surabaya: Guna Wijaya.
Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi : Konsep Dasar dan Aplikasinya, Surabaya : Guna
Widya
Nurmuntaha A. Nugraha. “Sekilas tentang software CATIA dan “CATIA UMS
Training Center””. 26 Maret 2016. http://teknik.ums.ac.id/index.php?
pilih=news&aksi=lihat&id=24
Sue Hignett and Lynn McAtamney, 2000. Rapid Entire Body Assessment (REBA);
Applied Ergonomics. D>L Kimbler. Clemson University
Tarwaka 2011, Ergonomi Industri, Harapan Press, Solo
Tayyari, F., and J. L. Steven. 1997. Occupational ergonomics: principles and
applications. London: Chapman & Hall.
Waters, T. R.; Anderson, V. P.; Garg, A. 1994. Application Manual For The Revised
NIOSH Lifting Equation. US Department of Health and Human Service,
Cincinnati.
“Nordic Body ”. 18 Maret 2018. http:// (repository.usu.ac.id)
“Gejala dan Penyebab Muskuloskeletal”. 18 Maret 2018.
http://www.sridianti.com/penyakit-muskuloskeletal-gejala-dan-penyebab.html
“Gangguan Muskuloskeleta”. 18 Maret 2018.
http://www.academia.edu/9362207/P2MNM_Gangguan_Muskuloskeletal.

Anda mungkin juga menyukai