LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh
NIM : 191710301015
KELAS : TIP A
3. RESTIA MAHARANI
UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB 1 PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
2.4.2 Tahu
Tahu merupakan makanan yang dibuat dari kacang kedelai. Berbeda
dengan tempe yang asli dari Indonesia, tahu berasal dari China, seperti halnya
kecap, taucu, bakpao dan bakso. Tahu pertama kali muncul di Tiongkok sejak
zaman Dinasti Han sekitar 2200 tahun lalu. Penemunya adalah Liu An yang
merupakan seorang bangsawan, anak dari Kaisar Han Gaouzu, Liu Bang yang
mendirikan Dinasti Han (Kastyanto, 1999).
Menurut Suprapti (2005), tahu dibuat dari kedelai yang dilakukan dengan
proses penggumpalan atau pengendapan. Kualitas tahu sangat bervariasi karena
perbedaan bahan penggumpalan dan perbedaan proses pembuatan. Tahu
diproduksi dengan memanfaatkan sifat protein, yaitu akan terjadi proses
penggumpalan apabila bereaksi dengan zat asam. Penggumpalan protein oleh
asam cuka akan berlangsung secara cepat dan serentak diseluruh bagian cairan
sari kedelai, sehingga sebagian besar air yang semula tercampur dalam sari
kedelai akan terperangkap didalamnya. Pengeluaran air yang terperangkap
tersebut dapat dilakukan dengan memberikan tekanan, semakin banyak air yang
dapat dikeluarkan dari gumpalan protein, gumapalan protein inilah yang disebut
dengan “tahu”.
Tahu mengandung air 86 %, protein 8-12%, lemak 4-6% dan karbohidrat
1-6%. Tahu juga mengandung berbagai mineral seperti kalsium, zat besi, fosfat,
kalium, natrium; serta vitamin seperti kolin, vitamin B dan vitamin E. Kandungan
asam lemak jenuhnya rendah dan bebas kolesterol (Santoso, 2005). Syarat mutu 6
tahu diatur dalam SNI 01-3142-1998 yang dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Syarat Mutu Tahu menurut SNI 01-3142-1998 dan SII No. 0270-1990
Kriteria uji Satuan Persyaratan
Keadaan: Normal Normal Putih
1.1 Bau normal atau kuning
1.2 Rasa normal Normal, tidak
1.3 Warna berlendir dan tidak
1.4 Penampakan berjamur
Abu %b/b Maks. 1,0
Protein %b/b Min. 9,0
Lemak %b/b Min. 0,5
Serat kasar %b/b Maks. 0,1
BTP %b/b Sesuai SNI.0222-M dan
Peraturan Men Kes.
No.722/Men.Kes/Per/I
X/88
Cemaran logam: 7.1
Timbal (Pb) mg/kg Maks. 2,0
7.1 Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 30,0
7.2 Seng (Zn) mg/kg Maks. 40,0
7.3 Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0 / 250,0
7.4 Arsen (As) mg/kg Maks. 1,0
Cemaran Mikrobia
8.1 Escherichia coli APM/g Maks. 10
8.2 Salmonella
8.3 Angka Lempeng /25 g Negatif
Total koloni/g Maks. 1,0 x 106
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Skema Kerja
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Alat tulis
2. Kamera handphone
3.1.2 Bahan
Tidak ada bahan dalam praktikum ini.
Persiapan Peralatan
Observasi operator
Mewawancarai operator
Penilaian
OWAS
3.2 Fungsi Perlakuan
Pada praktikum tata letak dan penanganan bahan acara ke 2 manual
material handling ini menggunakan babarapa alat yaitu alat tulis dan kamera
handphone, sedangkan pada praktikum kali ini tidak menggunakan bahan apapun
karena pada acara ini praktikan melakukan observasi ke industri. Pada praktikum
ini langkah yang pertama dilakukan yaitu menyiapakan alat tulis, alat tulis ini
berupa bullpen dan buku yang digunakan sebagai alat untuk mencatat data
pengamatan pada sat observasi ke industri, alat yang kedua yaitu kamera
Handphone, kamera ini digunakan untuk mengambil gambar sebagai dokumentasi
saat pelaksanaan praktikum. Langkah kedua yaitu observasi operator yang
bertujuan untuk mengetahui informasi pada proses-proses yang ada pada industri
yang diamati dan juga sekaligusmelakukan pengamatan pada pekerja unutk
mengamamati mengenai kegiatan yang dilakukan. Dalam observasi operasional
ini informasi yang didapatkan nantinya akan digunakan sebagai data untuk
penilaian postur kerja dengan metode OWAS. Langkah ketiga yaitu mencatat
haisil pengamatan, langkah ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi yang
didapat saat langkah-langakah sebelumnya berlangsung. Pencatatan ini bertujuan
untuk mengarsipkan atau mencatat hasil pengamatan agar nantinya dapat
memudahkan pengerjaan praktikum ini. Selanjutnya yaitu proses
mendokumentasikan objek pengamatan langkah ini bertujuan untuk mendapatkan
gambar-gambar maupun video untuk menyimpan data informasi agar
memudahkan dan meminimalisir kesalahan data pada saat perhitungan nanti.
Langkah selanjutnya yaitu mewawancarai operator, langkah ini bertujuan untuk
melengkapi informasi mengenai profil usaha dan sebagainya yang nantinya juga
akan dimasukan ke dalam data pengamatan untuk menyelesaikan praktikum acara
kedua MMH ini. Langkah berikutnya yaitu Membuat analisa dan matrik OWAS,
langkah ini merupakan langkah yang penting dilakukan karena akan menganalisa
Dari data-data yang diperoleh dari industri dan akan dilanjutkan ke langkah
berikutnya panilaian OWAS, penilaian ini dilakukan menggunakan skors yang
diperoleh dari langkah sebelumnya.
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN
1 1 2 1 0 1
BACK ARM LEG LOAD Workphase
2. Narasumber 2
3 1 2 1 0 1
BACK ARM LEG LOAD Workphase
3. Narasumber 3
1 1 7 1 0 1
BACK ARM LEG LOAD Workphase
5.2.2 Narasumber 2
Pada praktikum MMH ini dilakukan pengamatan terhadap beberapa
pekerja yang ada pada setiap departemen di industri tahu. Narasumber 2 adalah
pak doni. Proses yang dilakukan adalah penggilingan. Dari hasil pengamatan
dan penilaian dengan menggunakan metode OWAS pada narasumber 2
didapatkan hasil yaitu pada saat melakukan proses penggilingan posisi
punggung bungkuk ke depan dan miring ke samping dengan skor 3, posisi
kedua lengan tangan di bahan bahu dengan skor 1, posisi kaki berdiri dengan
bertumpu pada satu kaki lurus dengan skor 2, dan beban yang dibawa adalah
adalah kurang dari 10kg dengan skor 1. Kemudian dilakukan penilaian dengan
matriks OWAS didapatkan skor workphase 01.
Menurut Sumiati dan Bustomi (2019), hasil dari analisa postur kerja
OWAS terdiri dari empat level skala sikap kerja yang berbahaya bagi para
pekerja. Pada kategori 2 Pada sikap ini sedikit berbahaya pada sistem
musculoskeletal (postur kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang tidak
terlalu signifikan) sehingga perlu perbaikan dimasa yang akan datang.
Berdasarkan perbandingan literature dan hasil praktikum, diperoleh
kesesuaian hasil antara literature dengan data hasil praktikum yang telah
dilakukan. Yaitu menunjukkan bahwa workphase dengan skor 02 sedikit
berbahaya pada sistem musculoskeletal (postur kerja mengakibatkan pengaruh
ketegangan yang tidak terlalu signifikan) sehingga perlu perbaikan dimasa yang
akan datang.
5.2.3 Narasumber 3
Pada praktikum MMH ini dilakukan pengamatan terhadap beberapa
pekerja yang ada pada setiap departemen di industri tahu. Narasumber 3 adalah
pak mojo. Proses yang dilakukan adalah pemindahan hasil produk tahu, Dari
hasil pengamatan dan penilaian dengan menggunakan metode OWAS pada
narasumber 3 didapatkan hasil yaitu pada saat melakukan proses penggilingan
posisi punggung lurus/tegak dengan skor 1, posisi kedua lengan tangan di bahan
bahu dengan skor 1, posisi kaki berjalan atau bergerak skor 7, dan beban yang
dibawa adalah kurang dari 10kg dengan skor 1. Kemudian setelah dilakukan
penilaian dengan matriks OWAS didapatkan skor workphase sebesar 01.
Menurut Sumiati dan Bustomi (2019), hasil dari analisa postur kerja
OWAS terdiri dari empat level skala sikap kerja yang berbahaya bagi para
pekerja. Pada kategori 1 pada sikap ini tidak ada masalah pada sistem
mulkuloskeletal (tidak berbahaya) yang mana tidak perlu ada perbaikan.
Berdasarkan perbandingan literature dan hasil praktikum, diperoleh
kesesuaian hasil antara literature dengan data hasil praktikum yang telah
dilakukan. Yaitu menunjukkan bahwa workphase dengan skor 01 tidak memiliki
masalah pada sistem mulkuloskeletal (tidak berbahaya) yang mana tidak perlu ada
perbaikan.
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum manual material handling (MMH) yang telah
dilaksanakan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Manual material handling (MMH) adalah salah satu komponen dari
banyak pekerjaan dan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Jenis
pekerjaan ini meliputi mengakat, menurunkan, mendorong, menarik, dan
membawa objek dengan tangan.
2. Sikap kerja MMH yang baik sangat diperlukan agar tidak terjadi cidera
atau kecelakaan pada saat bekerja. Untuk meminimalisir hal tersebut maka
dilakukan penilaian kinerja MMH menggunakan metode NIOSH, REBA,
RULA, dan OWAS.
6.2 Saran
Adapun saran dari dilakukannya praktikum ongkos material handling (OMH)
sebagai berikut:
1. Dalam kegiatan praktikum ini diharapkan dari asisten memberikan
penjelasan dan informasi secara jelas dan tidak terburu-buru agar praktikan
dapat mengikuti kegiatan praktikum secara baik dan lancar
2. Dalam kegiatan praktikum ini praktikan diharapkan lebih aktif lagi untuk
menanyakan beberapa hal yang belum dimengerti sehingga kegiatan
praktikum dapat berjalan dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Akshinta, P.Y dan Susanty, A. 2017. Analisis Rula (Rapid Upper Limb
Assessment) Dalam Menentukan Perbaikan Postur Pekerja Las Listrik
Pada Bengkel Las Listrik Nur Untuk Mengurangi Resiko Musculoskeletal
Disorders. Semarang: Universitas Diponegoro
Azkiya, M. R, Solichin, dan Sendhi, T.P. 2020. Pengaruh Sikap Manual Material
Handling Siswa Terhadap Keluhan Musculoskeletal Disorders. Malang:
Universitas Negeri Malang
Budiman, E dan Setyaningrum, R. 2006. Perbandingan Metode-Metode
Biomekanika Untuk Menganalisis Postur Pada Aktivitas Manual Material
Handling (MMH). Purwokerto: Sekolah Tinggi Wiworotomo Purwokerto
Kastyanto, F.W. 1999. Membuat Tahu. Jakarta: Penebar Swadaya.
Krisnawati, Ayda. 2017. Kedelai sebagai Sumber Pangan Fungsional (Soyben as
Source of Functional Food). Malang: Balai Penelitian Tanaman Aneka
Kacang dan Umbi
Mas’idah, 2009. Analisa manual material handling (MMH) dengan menggunakan
metode biomekanika untuk mengidentifikasi resiko cidera tulang belakang
(musculuoskeletal disorder) (studi kasus pada buruh pengangkat beras di
pasar jebor Demak). Vol. XLV, No.119, September - Nopember 2009.
Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi : Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya:
Guna Widya
Pramestari, D. 2017. METODE ovako work posture analysis system ( owas ).
Diah pramestari. 1(2):22–29.
Rohcman, Taufiq, Rahmaniyah D.A, dan Rahardian P. 2010. Peningkatan
Produktivitas Kerja Operator melalui Perbaikan. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret
Santoso. 2005. Teknologi Pengolahan Kedelai (Teori Dan Praktek). Malang :
Fakultas Pertanian Universitas Widyagama.
Sulaiman, F, dan Sari, YP. (2016). Analisis Postur Kerja Pekerja Proses
Pengesahan. Jurnal Teknovasi, 3(1), 16–25.
Sumiati dan Bustomi, M. R. 2019. Analisis Posisi Kerja yang Ergonomis Pada
Proses Mengasap Ikan dengan Metode Ovako Working Analisys System
(OWAS). Surabaya: UPN “Veteran” Jawa Timur.
Suprapti, M. L. 2005. Pembuatan Tahu. Yogyakarta: Kanisius
Wijaya, Andi. (2008). Analisa Postur Kerja dan Perancangan Alat Bantu untuk
Aktifitas Manual Material Handling Industri Kecil. Juruan Teknik Industri,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Wijaya, I.S.A dan Muhsin, A. 2018. Analisa Postur Kerja dengan Metode Rapid
Upper Limb Assessment (RULA) pada Operator Mesin Extruder di Stasiun
Kerja Extruding pada PT XYZ. Yogyakarta: UPN “Veteran” Yogyakarta
Wignjosoebroto, Sritomo. 1996. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan.
Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November
LAMPIRAN GAMBAR
Narasumber 1
Narasumber 2
Narasumbaer 3