Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS ERGONOMI PADA DESAIN PRODUK

JOK MOBIL PENGEMUDI TIPE MINIBUS

Oleh:
Hendri Setiawan
Sofyan Sambudi

1314071028
1314071053

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari aktivitas mulai dari
berjalan, duduk, tidur, makan dan lain sebagainya. Semua aktivitas tersebut
tentunya berhubungan langsung dengan berbagai alat atau produk yang
menunjang. Manusia merancang alat atau produk tersebut sesuai dengan
kebutuhan yang ingin dipenuhi. Sebagian besar produk atau alat yang
diperuntukkan bagi manusia itu sendiri selama ini ternyata belum mampu
membantu banyak dan kurang bernilai positif. Salah satu hal yang
menyebabkannya adalah faktor perancangan dimana perancangan ini melibatkan
segi ukuran, bahan, fungsi, dan hal-hal lain yang berkenaan dengan
penggunaannya. Perancangan menjadi faktor yang vital karena berfungsi dengan
baik tidaknya hasil rancangan akan sangat ditentukan oleh faktor ini. Oleh karena
itu dibutuhkan pemikiran yang cukup baik mengenai perancangan yang baik pula.
Pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya pada jok mobil pengemudi tipe
minibus, terdapat beberapa keluhan yang dirasakan oleh responden. Tentunya
dalam jangka waktu yang lama keluhan tersebut akan menibulkan penyakit atau
kelainan-kelainan seperti lordosis, kifosis dan lain sebagainya. Rapid Upper Limb
Assesment adalah salah satu metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi
yang menginvestigasikan dan menilai posisi kerja yang dialakukan oleh tubuh
bagian atas. Peralatan ini tidak melakukan piranti khusus dalam memberikan
pengukuran postur leher, punggung, dan tubuh bagian atas sejalan dengan fungsi
otot dan beban eksternal yang ditopang oleh tubuh. Oleh sebab itu metode RULA
dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang berisiko dan dilakukan
perbaikan sesegera mungkin (Lueder, 1996). Berdasarkan hal tersebut akan
dilakukan evaluasi keergonomisan jok mobil pengemudi tipe minibus yang

merupakan lanjutan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Evaluasi


akan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer, yaitu CATIA
dengan metode RULA. Perangkat lunak ini dipilih karena selain memiliki
kemampuan mengevaluasi keergonomisan sebuah produk, perangkat lunak ini
juga merupakan teknologi yang banyak digunakan di perusahaan manufaktur.
1.2 Tujuan
Tujuan perancangan yang dilaksanakan ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis postur tubuh saat duduk pada jok mobil pengemudi tipe
minibus menggunakan CATIA V5R17 agar diperoleh suatu posisi duduk
yang nyaman bagi pengemudi.
2. Menganalisis aktivitas duduk pada jok mobil pengemudi tipe minibus
berdasarkan

analisis

RULA (Rapid

Upper

Limb

menggunakan CATIA V5R17.


3. Memberikan rekomendasi perbaikan

desain

produk

pengemudi tipe minibus.

Assessment
jok

mobil

II.

TINJAUAN PUSTAKA

III.
IV.

Egonomi

adalah

suatu

cabang

ilmu

yang

sistematis

untuk

memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan


keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga
orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu
mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif,
aman, dan nyaman (Sutalaksana, 2006).
V.

Prinsip yang harus selalu digunakan adalah sesuaikan pekerjaan


dengan pekerjanya, bukan pekerja yang menyesuaikan diri dengan
pekerjaannya. Dengan demikian pekerjaanlah yang harus disesuaikan
agar berada dalam jangkauan kemampuan dan keterbatasan manusia.

VI.

2.1 Antropometri

VII.

Menurut

Sutalaksana,

berhubungan

dengan

antropometri

adalah

pengukuran

dimensi

suatu

studi

tubuh

yang

manusia.

Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan


ergonomis dalam proses perencanaan (design) produk maupun sistem
kerja yang memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang
berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal:
1. Perancangan areal kerja
2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas ( tools) dan
sebagainya.
3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian , kursi, meja, komputer
dan lain-lain.
4. Perancangan lingkungan kerja fisik.
VIII.

Antropometri dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Antropometri Statis (struktural)

IX.

Antropometri statis disebut juga dengan pengukuran dimensi

struktur tubuh. Anthropometri statis berhubungan dengan pengukuran


dengan keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan diam atau dalam
posisi standar. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain
berat badan, tinggi tubuh, ukuran kepala, panjang lengan dan sebagainya.
2. Antropometri Dinamis (fungsional)
X.

Antropometri dinamis berhubungan dengan pengukuran keadaan

dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan


gerakan-gerakan

yang

mungkin

terjadi

saat

pekerjaan

tersebut

melaksanakan kegiataannya.
XI.

Hal-hal yang mempengaruhi dimensi antropometri manusia adalah


sebagai berikut

1. Umur
XII.

Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai

sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita.


2. Jenis kelamin
XIII.

Pria pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar

kecuali bagian dada dan pinggul.


3. Rumpun dan suku bangsa.
4. Sosial ekonomi dan konsumsi gizi yang diperoleh.
5. Kondisi ekonomi dan gizi juga berpengaruh terhadap ukuran antropometri
meskipun juga bergantung pada kegiatan yang dilakukan.
6. Pekerjaan, aktivitas sehari-hari juga berpengaruh.
7. Kondisi waktu pengukuran.
XIV. 2.2 Perancangan
XV.

Perancangan adalah suatu proses yang bertujuan untuk menganalisis,


menilai memperbaiki dan menyusun suatu sistem, baik sistem fisik
maupun non fisik yang optimum untuk waktu yang akan datang
dengan memanfaatkan informasi yang ada.

XVI. Menurut Mustafa, Pulat, (Industrial ergonomics case studies, 1992)


proses

perancangan

yang

merupakan

tahapan

umum

teknik

perancangan dikenal dengan sebutan NIDA, yang merupakan


kepanjangan dari need, idea, decision, dan action. Artinya tahap
pertama

seorang

perancang

menetapkan

dan

mengidentifikasi

kebutuhan (need). Sehubungan dengan alat atau produk yang harus


dirancang. Kemudian dilanjutkan dengan pengembangan ide-ide (idea)
yang akan melahirkan berbagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan
tadi dilakukan suatu penilaian dan penganalisaan terhadap berbagai
alternatif yang ada, sehingga perancang akan dapat memutuskan
(decision) suatu alternatif yang terbaik. Akhirnya dilakukan suatu
proses pembuatan (action). Perancangan suatu peralatan kerja dengan
berdasarkan data antropometri pemakainya betujuan untuk mengurangi
tingkat kelelahan kerja, meningkatkan performansi kerja, dan
meminimasi

potensi

kecelakaan

kerja

(dian.staff.gunadarma.ac.id/Downloads).
XVII. 2.3 Perangkat Lunak Catia Dalam Ergonomi
XVIII. Catia (Computer aided Three dimensional interactive application)
adalah perangkat lunak yang dapat dijalankan dalam multi patfom,
yang salah satu keunggulannya adalah dapat melakukan pendisaian
dan analisis suatu produk sehingga dapat dihasilkan suatu produk yang
ergonomis. Disain dan analisis ergonomi menggunakan Catia dibagi
dalam empat bagian, yaitu Human Builder, Human Measurements
Editor, Human Activity Analysis, Human Posture Analysis.
XIX. 2.4 RULA (Rapid Upper Limb Assesment)
XX.

RULA atau Rapid Upper Limb Assesment dikembangkan oleh Dr.


Lynn Mc Attamney dan Dr. Nigel Corlett yang merupakan ergononom
dari universitas di Nottingham (Universitys NottinghamInstitute of
Occupational ergonomics). Pertama kali dijelaskan dalam bentuk
jurnal aplikasi ergonomi pada tahun 1993 (Lueder, 1996). Rapid

Upper Limb Assesment adalah metode yang dikembangkan dalam


bidang ergonomi yang menginvestigasikan dan menilai posisi kerja
yang dialakukan oleh tubuh bagian atas. Peralatan ini tidak melakukan
piranti khusus dalam memberikan pengukuran postur leher, punggung,
dan tubuh bagian atas sejalan dengan fungsi otot dan beban eksternal
yang ditopang oleh tubuh. Penilaian dengan menggunakan metode
RULA membutuhkkan waktu sedikit untuk melengkapi dan melakukan
scoring general.
XXI. pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan
resiko yang diakibatkan pengangkatan fisik yang dilakukan operator.
RULA diperuntukkan dan dipakai pada bidang ergonomi dengan
bidang cakupan yang luas (McAtamney, 1993).
XXII. Teknologi ergonomi tersebut mengevaluasi pastur atau sikap, kekuatan
dan aktivitas otot yang menimbulkan cidera akibat aktivitas berulang
(repetitive starain injuries). Ergonomi diterapkan untuk mengevaluasi
hasil pendekatan yang berupa skor resiko antara satu sampai tujuh,
yang mana skor tertinggi menandakan level yang mengakibatkan
resiko yang besar (berbahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini
bukan berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang
diteliti bebas dari ergonomic hazard. Oleh sebab itu metode RULA
dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang berisiko dan
dilakukan perbaikan sesegera mungkin (Lueder, 1996).
XXIII. Untuk menghasilkan sebuah metode kerja yang cepat untuk digunakan,
tubuh dibagi dalam segmen-segmen yang membentuk dua kelompok
atau grup yaitu grup A dan B. Grup A meliputi bagian lengan atas dan
bawah, serta pergelangan tangan. Sementara grup B meliputi leher,
punggung, dan kaki. Hal ini untuk memastikan bahwa seluruh postur
tubuh terekam, sehingga segala kejanggalan atau batasan postur oleh
kaki, punggung atau leher yang mungkin saja mempengaruhi postur
anggota tubuh bagian atas dapat tercakup dalam penilaian.

XXIV.

XXV. PEMBAHASAN
XXVI.
XXVII.

3.1 Rancangan Jok Kursi

XXVIII.

Berikut ini merupakan jok mobil pengemudi tipe minibus hasil

rancangan Lubis (2009) seperti terlihat pada Gambar 2.

XXIX.
XXX. Gambar 1 Rancangan Jok Mobil Pengemudi Tipe Minibus
XXXI. Sumber: Lubis (2009)
XXXII.
XXXIII.

Jok mobil yang dirancang merupakan suatu fasilitas duduk yang

terdiri dari tiga bagian, yaitu sandaran kepala, sandaran punggung, dan
alas duduk. Dalam perancangannya digunakan beberapa nilai persentil,
yaitu 95 dan 5. Persentil 95 digunakan untuk tinggi sandaran kepala
serta sandaran punggung, sedangkan persentil 5 digunakan untuk alas
duduk. Perancangan produk ini menggunakan data antropometri dari
sejumlah sampel yang diambil. Adapun jumlah sampel tersebut adalah
sebanyak 149 sampel berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan.

XXXIV.

Dalam perancangan produk ini Lubis (2009) mempertimbangkan

faktor lain seperti bahan yang digunakan untuk membuat produk


tersebut. Bahan lunak

XXXV.

diaplikasikan menggantikan bahan yang menurut responden keras.

Dengan jok mobil pengemudi tipe minibus ini, keluhan dari sampel
telah berkurang dibandingkan dengan menggunakan jok mobil yang
digunakan sebelumnya. Namun masih terdapat beberapa keluhan yang
tidak bisa diabaikan bila pemakaian untuk jangka panjang. Dari
kuesioner yang telah disebarkan kembali oleh peneliti pendahulu,
disimpulkan bahwa terjadi penurunan keluhan dengan penggunaan jok
mobil pengemudi tipe minibus sebanyak 51,7%. Hasil penuruan
keluhan tersebut terdiri dari berbagai faktor dalam jok mobil tersebut
meliputi dimensi, bahan, bentuk, dan pengaturan fungsi. Dari keempat
faktor tersebut, faktor dimensi masih menjadi keluhan dari responden,
yaitu 14 orang dari 149 orang. Dengan kata lain jok mobil hasil
rancangan Lubis (2009) masih dirasakan kurang nyaman oleh sebagian
responden.
XXXVI. 3.2 Evaluasi Produk
XXXVII. Evaluasi produk dilakukan dengan pertimbangan bahwa hasil
penurunan keluhan tersebut bukan berarti menghilangkan keluhan
yang ada, namun hanya sebatas pengurangan. Oleh karena itulah ingin
diketahui bagaimana jok mobil tersebut dari sisi ergonomi dengan
menggunakan metode-metode pada perangkat lunak CATIA.
XXXVIII. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah RULA
(Rapid Upper Limb Assesment) yang merupakan metode yang
dikembangkan dalam bidang ergonomi yang menginvestigasikan dan
menilai posisi kerja yang dialakukan oleh tubuh bagian atas. Peralatan
ini tidak melakukan piranti khusus dalam memberikan pengukuran
postur leher, punggung, dan tubuh bagian atas sejalan dengan fungsi
otot dan beban eksternal yang ditopang oleh tubuh. Penilaian dengan
menggunakan metode RULA membutuhkkan waktu sedikit untuk
melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang
mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan
pengangkatan fisik yang dilakukan operator. RULA diperuntukkan dan

dipakai pada bidang ergonomi dengan bidang cakupan yang luas


(McAtamney, 1993).
XXXIX.
XL.

Dalam tahapan evaluasi ini akan digunakan manekin sebagai model


atau alat bantu yang mewakili sampel penelitian. Manekin tersebut
akan mendapatkan beberapa perlakuan di antaranya diberikan ukuran
antropometri sesuai dengan data antropometri yang telah dikumpulkan.
Kemudian manekin juga akan diatur postur tubuhnya sehingga
manekin dalam posisi duduk pada jok mobil yang telah dirancang
tersebut.

XLI. 3.3 Penentuan Ukuran Manekin


XLII. Manekin yang akan digunakan diberikan ukuran antropometri sesuai
dengan data yang diperoleh. Tujuannya adalah sebagai alat bantu untuk
mengevaluasi produk jok mobil pengemudi tipe minibus sebagai objek
penelitian. Dalam penentuan ukuran tersebut digunakan nilai rata-rata
dari seluruh sampel yang berjumlah 149 orang. Tabel 1 menunjukkan
rangkuman dari data antropometri yang telah diperoleh.
XLIII. Langkah-langkah dalam pemberian ukuran pada manekin adalah
sebagai berikut
a. Klik Start, ergonomics design & analysis, human measurement editor.
b. Kemudian klik tubuh manekin yang menjadi model penelitian.
c. Lakukan pengaturan pada kotak dialog, yaitu penentuan posisi manekin. Pilih
sitting (duduk) pada submenu construction.
d. Berikan ukuran-ukuran yang diminta oleh perangkat lunak seperti yang terlihat
pada manekin sesuai dengan dimensinya. Untuk dimensi yang ditunjukk an
oleh nomor 1 merupakan dimensi tin ggi badan duduk. Oleh karena itu
diberikan ukuran sebesar 850,51 mm dengan terlebih dahulu mengatur
management menjadi m anual.
XLIV.

XLV.
XLVI.
XLVII.
XLVIII.
XLIX. Tabel 1 Rangkuman Data Antropometri
LIX. N
il
ai
r
at
ar
L.LI. LII.
LIII.

LIV.

LXI.
No LXIII.
LXIV.

nsi

at

LVII.
LVI.Sim
LVIII.
Dime LV.
LXVI.
LXVII.

a LX.

LXIX.
LXX. (

LXXI.

m
m
at
a
u
K
LXXII.
LXXIII.
LXXIV.
LXXV.
LXXVI.

LXXVII.
LXXVIII.
LXXIX.LXXX.

g) LXXXII.

LXXXIII. LXXXVI. Tinggi Badan LXXXVIII. LXXXIX.


1.

LXXXIV.
LXXXV. Duduk

XCI.
2.

XCIV. Tinggi sandaran


XCII.
XCIII.

punggung

XCIX.
3.

C.
CI. CII.

LXXXVII.
TBD
XCVI. T
XCV.
SDP
CIV.

Tinggi tengkuk

CIII.
TGK

850,51
XCVII.
426,58

XC.

CV.

XCVIII.

62,5
2

CVI.

CVII.
4.

CX.
CVIII.
CIX.

CXV.
5.

CXXIII.

duduk

CXI.
MD

CXXXI.

Tinggi

CXIII. 730,
34

CXX. T

popliteal

CXXVI.

CXXIV.
CXXV.

7.

CXII. T

CXVIII.
CXVI.
CXVII.

6.

Tinggi mata

CXXI. 463,

CXIX.
POP

Tinggi lutut

duduk

72

514,20

CXXXV.
TPIG

218,09

CXXXIX. CXLII.Jarak pantat ke

CXLIV.

CXLV. 455,

popliteal

CXLIII.
JPP

50

Jarak pantat ke

CLII. J

CLIII. 543,

lutut

CLI.
PL

CXL.
CXLI.

CXLVII.
9.

CL.

CXLVIII.
CXLIX.

CXXX.

CXXXVI. CXXXVII.

CXXXII.
CXXXIII. pinggang

8.

CXXII.

CXXVIII. CXXIX.
CXXVII.
TLD

CXXXIV. Tinggi

CXIV.

59

CXXXVIII.

CXLVI.

CLIV.

CLVI.
1

CLXI. L

CLV. CLVII.
CLVIII.
CLIX. Lebar bahu

CLXII.448,

CLX.
BHU

32

CLXIII.

CLXV.
1

CLXX.L

CLXXI.

CLXIV.
CLXVI.
CLXVII.
CLXVIII. Lebar pinggul CLXIX.
PGL

369,34

CLXXII.

CLXXIV.
1

CLXXVII. Lebar

CLXXIX. CLXXX.

CLXXIII.
CLXXV.
CLXXVI. sandaran duduk

CLXXVIII.
LSD

329.63

CLXXXI.

CLXXXIII.
1

CLXXXVI.

Lebar

CLXXXII.
CLXXXIV.
CLXXXV. pinggang

CLXXXVIII.CLXXXIX.
CLXXXVII.
LPG

299.79

CXC.

CXCII.
1

CXCVII.

CXCI.CXCIII.
CXCIV.
CXCV.Lebar kepala

CXCVI.
LKP

CXCVIII.
157,89

CXCIX.

CCI.
1
CC.

CCVII.59,6
CCII.
CCIII.
CCIV. Berat badan

CCV.
CCVI. B

CCVIII.

CCIX.

Sumber: Lubis (2009)

CCX.

CCXI.
CCXII.Gambar 2 Pemberian Dimensi Pada Tubuh Manekin Tampak
Samping
CCXIII. 3.3 Penentuan Postur Manekin
CCXIV.

Manekin yang telah diberikan dimensi harus diposisikan pada

produk jok mobil yang akan dianalisis. Cara yan g bisa ditempuh
adalah dengan member ikan pengaturan dengan menggunakan peng
atur koordinat.

CCXV.
CCXVI. Gambar 3 Pengatur Koordinat
CCXVII.

CCXVIII. Pengatur koordinat tersebut diposisikan terhadap manekin, kemu


dian dilakukan pengaturan sedemikian rupa sehingga manekin berada
di atas jok mobi l pengemudi tipe minibus yang telah dirancang seperti
terlihat pada Gambar 3.
CCXIX.

3.4 Analisis RULA Terhadap Produk Dengan Menggunakan

CATIA
CCXX.

Aplikasi dalam penggunaa n RULA digunakan sebagai alat untuk

me lakukan analisis awal yang mampu menentukan seberapa jauh


resiko pekerja untuk terpengaruh oleh faktor-faktor penyebab cedera
(postur, kontraksi otot statis, gerakan berulang-ulang, dan gaya).
RULA juga digunakan untuk menentukan prioritas pekerjaan
berdasarkan faktor resiko cedera, menemukan tindakan yang paling
efektif untuk pekerjaan yang memiliki resiko relatif tinggi, dan
menentukan sejauh mana pengaruh suatu modifikasi atas pekerjaan
(Kemala, 2006). Berdasarkan penilaiannya, RULA dibedakan atas dua
kelompok yaitu kelompok A (lengan atas, lengan bawah, dan
pergelangan tangan) dan kelompok B (leher, punggung, dan kaki).
CCXXI.

Dalam RULA digunakan skor yang mengindikasi baik atau

tidaknya bagian tubuh tertentu dalam posisi bersangkutan. Interpretasi


dari nilai tersebut adalah sebagai berikut:
a. Nilai 1 dan 2 : (Hijau) mengindikasikan postur kerja dianggap masih dapat
diterima, selama pekerja tidak berada terlalu lama atau beulang-ulang pada
kondisi tersebut.
b. Nilai 3 dan 4 : (Kuning) mengindikasikan diperlukan analisis lanjut dan
perubahan mungkin dibutuhkan.
c. Nilai 5 dan 6 : (Oranye) mengindikasikan analisis lebih lanjut dan perubahan
dibutuhkan segera.
d. Nilai 7: (Merah) mengindikasikan analisis lebih lanjut dan perubahan
dibutuhkan sangat segera.

CCXXII. Beberapa pengaturan dilakukan pada analisis RULA di antaranya


pemilihan jumlah pengulangan postur tubuh saat beraktivitas dengan
menggunakan produk. Pada penelitian ini dipilih intermittent karena
jumlah pengulangan postur tubuh

berlangsung kurang dari 4 kali

dalam 1 menit. Pengaturan yang lain adalah bahwa adanya dukungan


dari lengan pada posisi tersebut, yaitu dukungan karena lengan
bertumpu pada setir kendaraan. Dengan demikian beban yang ada
sebagian terbagi atau tersalurkan ke setir. Berikut merupakan keluaran
dari pengolahan RULA dengan menggunakan perangkat lunak CATIA.

CCXXIII.
CCXXIV.

Gambar 4 Keluaran Dari Pengolahan RULA

CCXXV. Berdasarkan

Gambar

dapat

dilihat

bahwa

skor

akhir

menunjukkan angka 2 dan berwarna hijau. Dengan demikian nilai


tersebut juga mengindikasikan postur kerja pada produk jok mobil
tersebut dianggap masih dapat diterima, selama pengmudi tidak berada
terlalu lama atau berulang-ulang pada kondisi tersebut.
CCXXVI. 3.5 Rekomendasi Perbaikan Jok Mobil Pengemudi Tipe
Minibus
CCXXVII.Berdasarkan perhitungan metode RULA secara rinci terlihat bahwa
lengan

bawah

memiliki

skor

yang

berbeda,

yaitu

yang

mengindikasikan perlu analisis lebih lanjut dan perubahan mungkin


dibutuhkan. Hasil dari metode RULA tersebut juga menunjukkan
resiko produk terhadap lengan bawah lebih besar dari pada bagian
tubuh lain. Penyebab permasalahan pada lengan bawah tersebut
dikarenakan postur lengan bawah yang menggantung dan tidak
bertumpu pada benda apapun. Posisi ini sebenarnya tidak begitu
menjadi masalah bila tidak dilakukan dengan intensitas yang cukup
tinggi. Namun secara umum, jok mobil pengemudi tipe minibus hasil
rancangan Lubis (2009) ergonomis atau nyaman digunakan karena
skor akhir dari metode RULA adalah 2 dan berwarna hijau.
CCXXVIII.

Hasil pada lengan bawah sebenarnya tidak menunjukkan

bahwa de sain yang tidak ergonomis. Skor 3 mengi ndikasikan adanya


perubahan baik itu pada postur ataupun pada desain. Postur lenga n
bawah dari pengguna akan selalu beruba h karena dalam mengendarai
kendaraan setir akan selalu bergerak. Namun untuk memb antu
mengurangi resiko yang berlebihan per lu dibantu dengan adanya
perubahan desain pada jok mobil tersebut.
CCXXIX. Rekomendasi yang diberik an untuk mengurangi resiko pada
lengan baw ah salah satunya adalah dengan menambah beberapa
komponen dari jok mobil ters ebut. Salah satu komponen yang
ditambah kan adalah dengan menambahkan pengaturan maju mundur.
Jok mobil dapat diposisik an mendekat atau menjauhi setir atau ke
mudi kendaraan. Dengan demikian maka po stur lengan bawah yang
beresiko dapat dikurangi. Pengaturan tersebut juga direkomend asikan
karena pada hasil penelitian Lub is (2009) juga menghasilkan bahwa
ranca ngan jok mobil masih dikeluhkan mengenai pengaturan atau
fungsi yang ada.
CCXXX. Berdasarkan hasil peneliti an Lubis (2009) juga didapatkan bahwa
hasil jok mobil rancangannya mendapatka n suara terbanyak untuk
keluhan pada dimensi. Oleh karena itu pada jok mobil akan
ditambahkan dimensi dan komponen lain, yaitu shoulder support, yaitu

penyangga bahu fungsinya menjaga badan dan bahu tetap pada posisi
utamanya akibat tekanan G-force. Tekanan G-force sendiri adalah b
esar beban atau gaya yg diterima tubuh saat mengalami percepatan.
CCXXXI. Bila memungkinkan dari s isi keuangan, direkomendasikan juga
agar setir atau sistem kemudi dari kendaraan ini juga menggunakan tilt
steering dan telesco pe steering. Tilt steering merupakan teknol ogi
dimana roda kemudi dapat diatur naik turun sesuai tinggi1.

CCXXXII.
CCXXXIII.

CCXXXIV.
CCXXXV.Gambar 5 Rancangan Jok Mobil Hasil Rekomendasi
CCXXXVI.
CCXXXVII.
CCXXXVIII.
CCXXXIX.

CCXL.
CCXLI.
CCXLII.
CCXLIII.
CCXLIV.
CCXLV.
CCXLVI.
CCXLVII.
CCXLVIII.
CCXLIX.
CCL.
CCLI.

CCLII.

KESIMPULAN

CCLIII.
CCLIV.

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat

ditarik beberapa kesimpulan pada tugas akhir ini antara lain sebagai
berikut:
a. Pada postur tubuh yang nyaman bagi pengemudi, posisi bagian lengan atas
dan lengan bawah dari manekin baik kiri maupun kanan diberikan
perlakuan yang sama yang akan membuat seolah-olah tangan menuju setir
kendaraan. Beberapa pengaturan tersebut di antaranya lengan atas
membentuk sudut 38,21o, lengan bawah membentuk sudut 29,89o,
pergelangan tangan membentuk sudut 0o, leher membentuk sudut 1,765o,
batang tubuh/ punggung membentuk sudut 0,457o, dan kaki berada pada
posisi normal/ seimbang.
b. Berdasarkan analisis RULA (Rapid
menggunakan

CATIA V5R17,

dapat

Upper
dilihat

Limb

Assessment

bahwa

skor

akhir

menunjukkan angka 2 dan berwarna hijau. Dengan demikian nilai tersebut


juga mengindikasikan postur kerja pada produk jok mobil tersebut
dianggap masih dapat diterima, selama pengmudi tidak berada terlalu lama
atau berulang-ulang pada kondisi tersebut.
c. Analisis dan perubahan yang diperlukan adalah dilakukan perubahan
desain dari jok mobil tipe minibus tersebut pada bagian yang berhubungan
dengan lengan bawah. Rekomendasi yang diberikan untuk mengurangi
resiko pada lengan bawah salah satunya adalah dengan menambah
komponen pada jok mobil. Salah satu komponen yang ditambahkan adalah
dengan menambahkan pengaturan maju mundur. Jok mobil dapat
diposisikan mendekat atau menjauhi setir atau kemudi kendaraan. Jok
mobil juga akan ditambahkan dimensi dan komponen lain, yaitu shoulder

support, yaitu penyangga bahu fungsinya menjaga badan dan bahu tetap
pada posisi utamanya. Selain itu direkomendasikan juga agar setir atau
sistem kemudi dari kendaraan ini juga menggunakan tilt steering dan
telescope steering.
CCLV.
CCLVI.
CCLVII.
CCLVIII.
CCLIX.
CCLX.
CCLXI.
CCLXII.
CCLXIII.
CCLXIV.
CCLXV.
CCLXVI.
CCLXVII.
CCLXVIII.
CCLXIX.
CCLXX.

CCLXXI.
CCLXXII.

DAFTAR PUSTAKA

CCLXXIII.
CCLXXIV.

Kemala, Dian. 2006. Modul Pelatihan Perancangan Ergonomika

Menggunakan Ergoweb 4.0. Depok: Universitas Gunadarma.


CCLXXV.

Lubis, Umar Rumoden. 2009. Analisis Bentuk Jok Pengemudi

Mobil Type Minibus Dengan Menggunakan Desain Ergonomi Untuk


Mendapatkan Tingkat Kenyamanan. Skripsi: Jurusan Teknik Industri,
Fakultas Teknologi Industri. Universitas Gunadarma. Jakarta.
CCLXXVI.

Lueder, R. 1996. A Proposed RULA for Computer Users,

Procceding of the Ergonomic Summer Workshop, San Francisco.


CCLXXVII. McAtamney, L. and Corlett, E.N., 1993. RULA : A Survey Based
Method for the Investigation of Work Related Upper Limb Disorders,
Applied Ergonomics, 24(2).91-99.
CCLXXVIII. McCormick, Ernest J. 1979. Human Factors In Engineering And
Design. New Delhi: McGraw-Hill Publishing Company Limited.
CCLXXIX.

Nurmianto, Eko, 2003. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya.

Surabaya: Guna Widya.


CCLXXX.

Nurmianto, Eko. 2005. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya.

Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November.


CCLXXXI.

Pangaribuan, Dina Meliana.2009. Analisa Postur Kerja Dengan

Metode Rula Pada Pegawai Bagian Pelayanan Perpustakaan USU


Medan. Medan.

CCLXXXII.

CCLXXXIII. Pheasant, Stephen. 1991. Ergonomics. Work and Health.


Houndmills: MacMillan Press. Pinem, Mhd Daud. 2009. Catia. Surabaya: Kawan
Pustaka.
CCLXXXIV. Santoso, Gempur. 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan
Lingkungan, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
CCLXXXV.

Sutalaksana, Iftikar Z dkk. 2006. Teknik Perancangan

Sistem Kerja. Bandung:


CCLXXXVI. ITB. Tarwaka, dkk, 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan,
Kesehatan Kerja dan Produktifitas.Penerbit Uniba Press. Surakarta
CCLXXXVII. Y.P, Liliana, 2007. Suharyo Widagdo, dan Ahmad Abtokhi.
Pertimbangan Antropometri Pada Pendisainan. Tangerang.
CCLXXXVIII.

Anda mungkin juga menyukai