PERANCANGAN PRODUK
Oleh :
Nama Anggota : Faishal Nur Huda (0516040093)
Ilmi Amalia S. (0516040101)
M. Bagus Baskara P. (0516040105)
Kelas : K3-4D
Kelompok :1
1.2 Tujuan
a. Mampu merancang suatu produk atau fasilitas kerja yang disesuikan dengan prinsip
ergonomi.
b. Mengaplikasikan data-data ergonomi pada praktikum sebelumnya.
c. Membuat gambar sketsa produk atau fasilitas kerja rancangan
1.3 Manfaat
Kemampuan yang akan dimiliki oleh mahasiswa setelah melakukan praktikum pada modul
ini adalah :
a. Mampu merancang suatu produk atau fasilitas kerja yang sesuai dengan prinsip ergonomi
b. Mengaplikasikan data-data ergonomi pada praktikum sebelumnya
c. Mampu menerapkan prinsip perbaikan dan kaidah inovasi dalam bentuk rancangan produk
ergonomis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penggunaan Data Ergonomi
Displin ilmu ergonomi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia adalah
antropometri. Data antropometri diperlukan untuk perancangan sistem kerja yang baik.
Lingkungan fisik juga dapat mempengaruhi para pekerja baik secara langsung maupun tidak
langsung. Lingkungan fisik adalah semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja.
Secara umum lingkungan fisik terbagi dalam dua kategori, yaitu :
- Lingkungan yang langsung berhubungan dengan pekerja tersebut. Contoh: stasiun kerja,
kursi, meja dan sebagainya.
- Lingkungan perantara atau lingkungan umum. Contoh: temperatur, kelembaban, sirkulasi
udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, warna, dan lain-lain.
Untuk bisa meminimumkan pengaruh lingkungan fisik terhadap para pekerja, maka yang
harus kita lakukan adalah mempelajari manusia baik mengenai sifat dan tingkah lakunya serta
keadaan fisiknya. Antropometri merupakan kumpulan data numerik yang berhubungan
dengan karakteristik fisik tubuh manusia (ukuran, volume, dan berat) serta penerapan dari
data tersebut untuk perancangan fasilitas atau produk.
Penelitian awal tentang dimensi tubuh manusia dimulai sejak awal abad ke-14 dan sampai
pada abad ke-19 barulah dapat dihasilkan data anthropometri yang lengkap. Metode
pengukuran ini distandarisasikan selama periode awal sampai pertengahan abad ke-20. Dan
belakangan ini adalah yang dilakukan pada tahun 1980-an oleh International Organization
For Standarisation.
Antropometri terbagi atas dua cara pengukuran yaitu antropometri statis dan anthropometri
dinamis.
1. Antropometri Statis
Antropometri statis disebut juga dengan pengukuran dimensi struktur tubuh. Anthropometri
statis berhubungan dengan pengukuran dengan keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam
keadaan diam atau dalam posisi standar. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap
antara lain berat badan, tinggi tubuh, ukuran kepala, panjang lengan dan sebagainya.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia diantaranya :
- Umur
- Jenis kelamin
- Suku bangsa
- Pekerjaan
2. Antropometri dinamis
Antropometri dinamis berhubungan dengan pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia
dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat
pekerjaan tersebut melaksanakan kegiataannya. Terdapat tiga kelas pengukuran dinamis
yaitu:
- Pengukuran tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk mengerti keadaan mekanis dari
suatu aktivitas
- Pengukuran jangkauan ruangan yang dibutuhkan saat kerja
- Pengukuran variabilitas kerja
Contoh-contoh dari aplikasi data antropometri misalnya : kaus kaki, kursi, helm, sepeda,
meja dapur, perkakas tangan, tempat tidur, meja, interior mobil, mesin produksi, dan
sebagainya. Seorang desainer seharusnya memperhatikan aspek dimensi tubuh dari populasi
yang akan menggunakan peralatan hasil rancangannya tersebut. Dalam hal ini, harus ada
semacam target, misalnya sedikitnya 90 sampai 95 % dari populasi harus dapat menggunakan
hasil desainnya tersebut.
Hal ini sangat diharapkan di banyak situasi dan kondisi di mana mesin atau peralatan
yang dioperasikan membutuhkan human interchangeability, di mana hal tersebut dapat
dicapai dengan membuat rancangan yang dapat disesuaikan (adjustable design). Contoh
kasus adalah pada kursi mobil untuk pengemudi, di mana kursi seharusnya dapat disesuaikan
di berbagai variasi gerakan dan kedudukan pada waktu mengemudi supaya si pengemudi
merasa nyaman. Orang yang bertubuh pendek mungkin tidak akan bisa menjangkau kontrol
yang dilakukan dengan kaki, yaitu pedal gas, pedal rem dan pedal klos tanpa kursi yang bisa
disesuaikan dengan cara digerakkan maju/mundur.
Selain itu, penyesuaian juga mutlak diperlukan jika merancang sesuatu yang akan
digunakan oleh populasi yang luas, misalnya untuk produk-produk yang diekspor, dimana
pemakai adalah populasi di seluruh dunia yang berbeda-beda dimensi dan ukuran tubuhnya.
PERANCANGAN PRODUK
Kesuksesan ekonomi sebuah perusahaan manufaktur tergantung pada kemampuan untuk
mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, kemudian secara tepat menciptakan produk yang
dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan biaya yang rendah. Untuk membuat sebuah
produk biasanya kita akan melewati tahap-tahap sebagai berikut:
1. Market Research dan Feasibility Study Market Research
dilakukan untuk mengetahui selera pasar pada umumnya. Dari market research ini bisa
didapatkan produk seperti apa yang konsumen butuhkan atau inginkan.
2. Brainstorming
Brainstorming, atau dalam bahasa Indonesia juga disebut sebagai curah pendapat, adalah
proses mengumpulkan ide-ide untuk mencari solusi/jalan keluar dari masalah yang
didiskusikan. Dari proses berdiskusi ini akan didapatkan garis besar barang yang akan dibuat,
cara kerja, komponen yang akan dipakai, dan lain sebagainya. Misalnya kita ingin membuat
mesin penghisap debu, akan terbayang untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah,
filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya.
3. Menentukan Tujuan dan Batasan Produk
Tujuan dan batasan diperlukan agar kita tidak berlebihan dalam merancang produk tersebut
yang akan berakibat mahalnya harga jual ke konsumen. Konsumen tentu saja menginginkan
nilai tambah yang ditawarkan dalam produk tersebut sepadan dengan biaya yang
dikeluarkannya (reasonable price). Tentu saja market research diperlukan untuk mengetahui
selera pasar. Dari menentukan tujuan dan batasan ini kita memperoleh spesifikasi komponen-
komponen dan material apa saja yang akan dipakai.
4. Menggambar Produk
Dengan menggambarkan produk berdasarkan hubungan dimensi komponen-
komponen yang sudah ditentukan dalam tahap-2 di atas, kita akan mendapatkan ilustrasi
produk jadi. Produk bisa digambar dalam 2 dimensi atau 3 dimensi, biasanya gambar 3
dimensi lebih mudah dimengerti oleh sebagian besar orang. Merancang produk dalam 3
dimensi bisa dilakukan dengan menggunakan software SolidWorks, Inventor, Catia dll.
5. Review Produk
Produk review dilakukan untuk mengevaluasi apakah ada kekurangan pada rancangan
yang sudah dibuat desainnya sampai tahap gambar ini. Diskusi dengan melihat gambar
produk biasanya lebih mudah berkembang daripada hanya membayangkannya saja. Pada
tahap ini kembali dilakukan brainstorming untuk mendapatkan hasil yang optimal dan
meminimalisir masalah yang akan timbul ketika produksi masal nanti. Pada tahap ini pula
biasanya produk yang sedang dirancang perlu dibenahi disana-sini.
6. Membuat Prototype/Sample
Sample barang yang akan diproduksi masal bisa dibuat dengan berbagai cara. Untuk produk-
produk dari resin bisa dimodelkan dengan mesin rapid prototyping, desain body mobil yang
stylish bisa dimodelkan dengan tanah liat khusus, kardus pembungkus produk bisa dibuat
dengan tangan. Untuk produk-produk yang sudah umum tidak perlu sampai membuat sample
barangnya (produk-produk dari besi), namun memerlukan ketelitian dalam menggambar dan
tidak boleh ada kesalahan gambar yang bisa berakibat fatal: barang reject.
7. Uji Coba
Sebelum dipasarkan tentu kita perlu menguji apakah barang yg kita buat ini benar-
benar handal atau tidak. Ada yang mengujinya berdasarkan waktu, ditekan, dijatuhkan, dan
lain-lain. Produsen telepon seluler seperti nokia memiliki mesin khusus untuk menguji
ponsel-ponsel buatan mereka supaya tahan terhadap bantingan. Jika ditemukan hal-hal yang
tidak memuaskan tentu saja produk tersebut perlu didesain ulang (kembali ke tahap 3). Hal-
hal yang memuaskan tentu saja harus dilihat dari sudut pandang konsumen, bukan produsen.
Begitulah produsen-produsen besar saat ini mengkaji terus menerus produk mereka agar
nama produk yang mereka buat tetap terjaga.
8. Poduksi Masal
Dalam produksi masal perlu adanya kontrol kualitas agar konsumen tidak sampai
menerima barang yang rusak.
9. Garansi
Garansi adalah layanan purna jual yang diberikan oleh perusahaan yang membuat
produk tersebut agar konsumen tenang jika sewaktu-waktu ada kerusakan pada barang
tersebut. Banyak konsumen yang lebih memilih membayar agak lebih mahal untuk
mendapatkan garansi dan ketenangan dalam pemakaian produk.
Kenyataan menunjukan bahwa terdapat perbedaan atribut/ukuran fisik antara satu manusia
dengan manusia yang lain. Perbedaan antara satu populasi dengan populasi yang lain
dikarenakan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi data antropometri, yaitu :
- Umur
- Jenis kelamin
- Ras dan suku bangsa
- Jenis pekerjaan
Dalam rangka untuk mendapatkan suatu rancangan yang optimum dari suatu ruang dan
fasilitas akomodasi maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah faktor- seperti panjang dari
suatu dimensi tubuh manusia baik dalam posisi statis maupun dinamis selain itu juga harus
didapatkan data-data yang sesuai dengan tubuh manusia. Pengukuran tersebut adalah relatif
mudah untuk didapat jika diaplikasika pada data perorangan. Akan tetapi semakin banyak
jumlah manusia yang diukur dimensi tubuhnya, maka akan semakin kelihatan betapa besar
variansinya antara tubuh dengan tubuh lainnya baik secara keseluruhan tubuh maupun
segmennya.
Istilah antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang berarti
ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan
dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Antropometri secara luas akan digunakan
sebagai pertimbangan ergonomi dalam proses perancangan produk maupun sistem kerja yang
akan memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan
diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal, (Menurut Wignjosoebroto, 2003):
Jadi dapat disimpulkan bahwa data antropometri dapat menentukan bentuk, ukuran dan
dimensi yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang akan
mengoperasikanya atau menggunakan produk tersebut. Dalam kaitan ini maka perancangan
produk harus mampu mengakomodasikan dimensi dari populasi terbesar yang akan
menggunakan produk hasil rancangan tersebut. Secara umum sekurang-kurangnya 90%-95%
dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk haruslah dapat
menggunakan produk tersebut.
Untuk mendesain peralatan kerja secara ergonomi yang digunakan dalam lingkungan
sehari-hari atau mendesain peralatan yang ada pada lingkungan seharusnya disesuaikan
dengan manusia di lingkungan tersebut. Apabila tidak ergonomis akan menimbulkan
berbagai dampak negatif bagi manusia tersebut. Dampak negatif bagi manusia tersebut akan
terjadi dalam jangka waktu pendek (short term) maupun jangka panjang (long term).
Prinsip Perancangan Produk Atau Fasilitas Dengan Ukuran Rata-Rata Data Antropometri
Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap rata-rata ukuran manusia. Problem
pokok yang dihadapi dalam hal ini justru sedikit sekali mereka yang berbeda dalam ukuran
rata-rata, sedangkan bagi mereka yang memiliki ukuran ekstrim akan dibuatkan rencana
tersendiri. Berkaitan dengan aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses
perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka ada beberapa sarana/ rekomendasi yang
bisa diberikan sesuai langkah-langkah sebagai berikut (Nurmianto, 2003):
Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh mana yang nantinya akan
difungsikan untuk mengoperasikan rencana tersebut. Tentukan dimensi tubuh yang penting
dalam proses perancangan tersebut, dalam hal ini perlu juga diperhatikan apakah harus
menggunakan data dimensi tubuh statis ataukah data dimensi tubuh dinamis. Selanjutnya
tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasikan dan menjadi target utama
pemakai rancangan produk tersebut. Hal ini lazim dikenal sebagai “segmentasi pasar” seperti
produk mainan anak-anak, peralatan rumah tangga untuk wanita, dll.
Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan tersebut untuk
ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel (adjustabel) ataukah ukuran
rata-rata. Pilih prosentase populasi yang harus diikuti 90th, 95th, 99th ataukah nilai persentil
yang lain yang dikehendaki.
Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan selanjutnya pilih/tetapkan nilai
ukurannya dari tabel data antropometri yang sesuai. Aplikasikan data tersebut dan tambahkan
faktor kelonggaran (allowance) bila diperlukan seperti halnya tambahan ukuan akibat
tebalnya pakaian yang harus dikenakan oleh operator, pemakaian sarung tangan dan lain-lain.
Selanjutnya untuk menjelaskan mengenai data antopometri untuk bisa diaplikasikan dalam
berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka gambar berikut akan memberikan
informasi tentang berbagai macam anggota tubuh yang perlu diukur.
2.3 Tahapan Proses dalam Perancangan Produk
Produk adalah sebuah “artefak”, sesuatu yang merupakan kreativitas budi-daya manusia
(man-made object) yang dapat dilihat, didengar, dirasakan serta diwujudkan untuk memenuhi
kebutuhan fungsional tertentu, yang dihasilkan melalui sebuah proses panjang. Produk ini
bisa berupa benda fisik maupun non-fisik (jasa), bisa dalam bentuk yang kompleks seperti
mesin maupun fasilitas kerja yang lain, dan bisa pula merupakan barang-barang konsumtif
sederhana untuk keperluan sehari-hari. Untuk bisa menghasilkan produk khususnya produk
industri yang memiliki nilai komersial tinggi, maka diperlukan serangkaian kegiatan berupa
perencanaan, perancangan dan pengembangan produk yaitu mulai dari tahap menggali ide
atau gagasan tentang fungsi-fungsi yang dibutuhkan; dilanjutkan dengan tahapan
pengembangan konsep, perancangan sistem dan detail, pembuatan prototipe, evaluasi dan
pengujian (baik uji kelayakan teknis maupun kelayakan komersial), dan berakhir dengan
tahap pendistribusiannya (Ulrich, 2000: hal. 2–18). Didalam proses perancangan maupun
pengembangannya, pengertian tentang produk tidaklah bisa dipandang hanya dari
karakteristik fisik, attributes ataupun ingredients semata (yang akan menghasilkan fungsi
kerja produk); melainkan harus juga dilihat, dipikirkan dan dirancang-kembangkan
komponen-komponen yang lain berupa packagings dan support services component yang
akan membentuk sebuah rancangan produk yang lengkap dan terintegrasi (Hisrich, 1991: hal.
5-6 dan Wignjosoebroto, 1997: hal. 2-11). Sebuah produk yang dirancang untuk memberikan
aspek teknis-fungsional yang memiliki nilai tambah tinggi, bisa jadi akan kedodoran pada
saat sampai ke tahap komersialisasi karena tidak dikemas (packaging) secara baik dan
dipikirkan langkah-langkah purna jual-nya.
Perancangan produk pada dasarnya merupakan sebuah langkah strategis untuk bisa
menghasilkan produk-produk industri yang secara komersial harus mampu dicapai guna
menghasilkan laju pengembalian modal (rate of investment). Hal ini perlu disadari benar,
karena permasalahan yang dihadapi oleh industri bukan sekedar mengembangkan ide,
kreativitas maupun inovasi produk tetapi juga harus mampu menjaga aliran uang (cash flow)
dari apa-apa yang dihasilkan melalui proses nilai tambah dalam aktivitas produksinya.
Ukuran sukses sebuah rancangan produk tidak hanya dilihat dari aspek teknis semata,
melainkan juga harus memenuhi kriteria sukses dalam hal nilai tambah ekonomis-nya.
Analisa dan evaluasi yang didasarkan pada metode pendekatan tekno-ekonomis tentu saja
sangat diperlukan untuk memberikan semacam jaminan agar sebuah rancangan produk
mampu memenuhi harapan konsumen dan sekaligus juga produsen. Analisa dan evaluasi
teknis diarahkan terutama dalam hal meningkatkan derajat kualitas dan reliabilitas
performans dari produk guna menghasilkan fungsi-fungsi (spesifikasi teknis) yang
diharapkan; sedangkan analisa dan evaluasi ekonomis melalui langkah value
analysis/engineering, sebagai misal akan menghasilkan langkah-langkah efisiensi biaya (costs
reduction program) guna menghasilkan produk yang bernilai komersial dan berdaya-saing
kuat.
Aktivitas perancangan produk secara umum (generic) akan diawali dengan tahapan
identifikasi dan formulasi (mission statement) tentang segala potensi teknologi, baik berupa
teknologi produk maupun teknologi proses, yang dimiliki serta target pasar yang ingin
dipuaskan (Ulrich, 2000: hal. 14-23). Selanjutnya diperlukan penyusunan sebuah konsep
produk bisa berupa produk baru maupun produk lama yang akan dimodifikasikan menjadi
sebuah produk “baru” yang mencoba mewujudkan ide ataupun gagasan yang masih bersifat
abstraktif menjadi sebuah rancangan (system & detail design) yang mampu memberikan
gambaran lebih jelas mengenai bentuk maupun penampilan yang diinginkan untuk memenuhi
kebutuhan pasar (demand pull) atau dilatar-belakangi oleh dorongan inovasi teknologi
(market push). Dalam hal ini ada dua macam (sifat) rancangan yang harus dikerjakan secara
terintegrasi didalam, yaitu berupa rancangan teknik/rekayasa (engineering design) dan
rancangan industrial (industrial design). Rancangan teknik/rekayasa (engineering design) dari
sebuah produk akan terkait dengan semua analisis dan evaluasi yang terutama menyangkut
teknologi produk seperti pemilihan serta perhitungan kekuatan material, bentuk, dimensi
geometris, toleransi, dan standard kualitas yang harus dicapai. Semua analisa perhitungan
yang dilakukan tersebut akan sangat menentukan derajat kualitas dan reliabilitas produk guna
memenuhi tuntutan fungsi dan spesifikasi teknis (core component) yang diharapkan. Disisi
lain rancangan industrial (industrial design) akan sangat berpengaruh secara signifikan
didalam memberikan “sense of attractiveness”, estetika keindahan, serta berbagai macam
pertimbangan yang terkait dengan teknologi proses guna menghasilkan efisiensi ongkos
produksi yang berdaya saing tinggi. Rancangan industrial dari sebuah produk terutama sekali
akan difokuskan pada komponen kemasan (packaging component) seperti kualitas &
reliabilitas, model/style, harga produk, pembungkus/kemasan (packaging), merk dagang
(brand name); dan komponen pelayanan penunjang (supporting services component) seperti
pelayanan purna jual (after sales services), warranty, ketersediaan suku cadang, perbaikan &
perawatan, dan sebagainya. Disisi lain rancangan industrial juga akan memberikan sentuhan-
sentuhan ergonomis yang berkaitan dengan keselamatan, keamanan, kenyamanan dan
kelaikan operasional dari sebuah produk.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Peralatan
a. Data ergonomi (anthropometri, grip strength, biomekanika dll)
b. Gambar sketsa disain.
c. Auto CAD, Corel Draw, Vissio, atau program graphic lainnya.
-rata.
b) Pilih data-data mana saja yang dipakai.
4. Gambar desain rancangan (before and after) dalam ukuran dimensi skala. Penggambaran
bisa menggunakan program AutoCAD, Visio, Corel Draw dll.
a) Gambar produk awal (jika melakukan perbaikan/redesign) dengan dimensi yang terskala.
b) Gambar produk akhir rancangan, beserta dimensinya
BAB 4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.3 Data Hasil Kuesioner Rencana Re-design Kursi kayu di Kelas
berdasarkan jumlah responden
Responden
juml rata-
No. Lokasi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 ah rata
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
Sakit /
kaku
0 pada 2 4 3 2 1 4 3 2 3 3 1 3 3 3 2 2 3 1 4 3 52 2.6
leher
atas
Sakit
pada
1 2 4 1 3 1 2 2 3 3 3 1 4 3 3 2 3 3 3 3 3 52 2.6
Tengku
k
Sakit
pada
2 2 4 3 1 2 4 1 1 2 3 3 2 2 3 1 1 3 4 3 3 48 2.4
bahu
kiri
Sakit
pada
3 2 4 3 1 3 4 1 1 2 3 4 2 2 3 1 2 3 4 3 3 51 2.55
bahu
kanan
Sakit
pada
4 1 4 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 3 1 1 2 4 4 3 42 2.1
lengan
atas kiri
Sakit
pada
5 1 4 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 2 2 3 3 2 4 1 56 2.8
punggu
ng
Sakit
pada
6 lengan 2 4 2 1 2 2 1 1 2 2 4 2 2 3 1 2 3 1 1 3 41 2.05
atas
kanan
Sakit
pada
7 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 1 3 1 55 2.75
pinggan
g
Sakit
8 pada 3 4 3 3 4 2 3 3 2 3 1 3 2 3 3 1 2 1 3 3 52 2.6
pinggul
Sakit
9 pada 1 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 1 3 2 3 2 1 2 2 56 2.8
pantat
Sakit
10 pada 1 4 1 1 2 2 1 1 2 1 1 3 1 3 1 1 2 1 2 3 34 1.7
siku
kiri
Sakit
pada
11 1 4 1 1 3 2 1 1 2 1 1 1 1 3 2 2 2 1 3 1 34 1.7
siku
kanan
Sakit
pada
12 lengan 1 4 1 1 2 3 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 3 1 32 1.6
bawah
kiri
Sakit
pada
13 lengan 1 4 1 1 3 3 1 1 2 2 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 32 1.6
bawah
kanan
Sakit
pada
pergela
14 1 4 2 1 2 2 2 1 2 3 1 2 2 3 1 1 1 1 1 1 34 1.7
ngan
tangan
kiri
Sakit
pada
pergela
15 2 4 2 1 2 2 2 1 2 3 1 2 2 3 1 2 1 1 1 1 36 1.8
ngan
tangan
kanan
Sakit
pada
16 1 4 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 3 2 2 1 1 1 2 1 35 1.75
tangan
kiri
Sakit
pada
17 1 4 1 2 3 2 2 2 2 1 2 3 3 4 2 1 1 1 1 1 39 1.95
tangan
kanan
Sakit
pada
18 1 4 1 2 2 2 2 2 2 3 3 2 1 4 2 1 3 1 1 1 40 2
paha
kiri
Sakit
pada
19 1 4 1 2 2 2 2 2 2 3 3 2 1 4 2 1 3 1 2 2 42 2.1
paha
kanan
Sakit
pada
20 2 4 1 1 2 1 1 1 2 2 2 1 1 4 2 1 2 1 2 2 35 1.75
lutut
kiri
Sakit
pada
21 2 4 1 1 2 1 1 1 2 2 2 1 1 3 2 1 2 1 3 1 34 1.7
lutut
kanan
Sakit
pada
22 1 4 1 1 1 2 2 1 3 2 1 3 1 3 2 2 1 1 3 1 36 1.8
betis
kiri
Sakit
23 pada 2 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 3 1 3 1 2 1 1 2 1 31 1.55
betis
kanan
Sakit
pada
pergela
24 1 2 1 1 2 2 1 1 2 1 1 3 1 3 1 1 1 1 2 1 29 1.45
ngan
kaki
kiri
Sakit
pada
pergela
25 1 3 1 1 2 2 1 1 2 1 1 3 1 3 3 1 1 1 3 1 33 1.65
ngan
kaki
kanan
Sakit
pada
26 2 1 1 1 1 2 1 1 3 3 3 3 1 3 3 1 3 1 3 1 38 1.9
kaki
kiri
Sakit
pada
27 2 3 1 1 1 2 1 1 3 3 3 3 1 3 3 1 3 1 2 1 39 1.95
kaki
kanan
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sakit yang dirasakan oleh responden pada
bagian leher atas, punggung, pinggang, pinggul, dan pantat. Kemungkinan rasa sakit
yang dirasakan oleh para responden tersebut diakibatkan karena ukuran bangku kuliah
yang tidak ergonomis dan kurang nyaman. Oleh karena itu perlu diadakannya re-design
untuk meminimalisir adanya cedera.
5. Hasil pengamatan pada bangku kuliah
Berikut ini merupakan hasil pengamatan pada bangku kuliah serta pembahasannya dalam
melakukan re-design:
Tabel 4.4 Hasil pengamatan pada bangku kuliah
Dimensi utama yang digunakan Ukuran yang digunakan
Kode
Dimensi Keterangan Percentile Alasan
Tinggi sandaran yang
hanya 33 cm hanya
akan sampai di bawah
pundak, hal ini akan
Dimensi ini digunakan menyebabkan bahu
Tinggi bahu untuk menentukan tidak bisa bersandar
90-th
D8 pada posisi tinggi bangku dari dan membuat
(laki-laki)
duduk sandaran hingga ke punggung tidak lurus,
tempat duduk sehingga diubah
dengan menggunakan
ukuran persentil 90-th
laki-laki.
Semakin tinggi
kedudukan meja,
maka para pengguna
Dimensi ini digunakan
tidak perlu terlalu
Tinggi siku untuk menentukan
90-th membungkuk ketika
D9 pada posisi tinggi tatakan meja
(laki-laki) melakukan pekerjaan
duduk yang diukur dari
di meja, sehingga
tempat duduk
digunakan ukuran
persentil 90-th laki-
laki.
Tidak perlu dilakukan
Jarak dari lipat
D12 - re-design karena
lutut ke pantat
sudah sesuai
Tidak perlu dilakukan
Kedua dimensi ini
re-design karena pada
digunakan untuk
pengguna laki-laki
menentukan luas dari
dengan 97.5-th sudah
D16 Lebar pinggul tempat duduk ―
mencukupi termasuk
toleransi bagi
mahasiswa yang
memiliki tubuh besar
Perlu dilakukan re-
design karena tinggi
Dimensi ini digunakan
dari kaki bangku
Tinggi lipat untuk menentukan 90-th
D14 kuliah dinilai terlalu
lutut tinggi dari kaki (laki-laki)
tinggi, maka diubah ke
bangku kuliah
ukuran yang lebih
kecil.
Karena bagi
Dimensi ini digunakan mahasiswa yang
untuk menentukan bertubuh tinggi besar
D15 Lebar bahu -
lebar dari sandaran dapat tetap merasa
bangku kuliah nyaman ketika
bersandar
Dimensi ini digunakan
Jarak dari siku untuk menentukan Tidak perlu dilakukan
D19 keujung jari paanjang dari meja - re-design karena telah
atau sandaran yang sesuai,
sesuai.
(Sumber: Data olahan praktikan, 2018)
6. Gambar setelah dilakukan Re-design
Berikut ini merupakan gambar hasil pada bangku kuliah setelah dilakukan re-design:
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Perlunya dilakukan re-design pada kursi kayu, yaitu diantaranya tinggi
sandaran dari dudukan (D8), tinggi meja dari dudukan (D9), dan tinggi
dudukan dari lantai (D14).
2. Dimensi tubuh yang digunakan,yaitu Tinggi bahu pada posisi duduk (D8),
Tinggi siku pada posisi duduk (D9), Jarak dari lipat lutut ke pantat (D12),
Tinggi lipat lutut (D14), Lebar bahu (D15), Lebar pinggul (D16), Jarak dari
siku keujung jari (D19)
DAFTAR PUSTAKA
Nurmianto, Eko ( 1996 ), Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, PT Guna Widya Jakarta
Wignjosoebroto, Sritomo ( 1996 ), Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, PT Guna Widya
Jakarta
E. Granjean, 1982. Fittng The Task To The Man : An Ergonomics Approach