Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kualitas Produk


2.1.1 Pengertian Kualitas Produk
Produk yang ditawarkan perusahaan akan berpengaruh terhadap kegiatan
perusahaan mulai dari mendesain, mengadakan sistem produksi dan operasi, menciptakan
program pemasaran, sistem distribusi, iklan dan mengarahkan tenaga penjual untuk
menjual. Secara umum definisi produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan
kepasar untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Menurut Sembiring, Suharyono, dan
Kusumawati (2014), Produk adalah seperangkat atribut yang berwujud maupun tidak
berwujud termasuk didalamnya warna, harga, nama baik produk, nama baik toko yang
menjual (pengecer) dan pelayanan pabrik serta pelayanan pengecer yang diterima oleh
pembeli guna memuaskan kebutuhan dan keinginan. Sedangkan menurut Kotler (2005)
produk yaitu segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu kebutuhan dan
keinginan konsumen.
2.1.2 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Produk
Menurut Sembiring, Suharyono, dan Kusumawati (2014), faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas suatu produk yaitu:
A. Fungsi suatu produk
Fungsi untuk apa produk tersebut digunakan atau dimaksudkan.
B. Wujud luar
Faktor wujud luar yang terdapat dalam suatu produk tidak hanya terlihat dari bentuk
tetapi warna dan pembungkusnya.
C. Biaya produk bersangkutan.
Biaya untuk perolehan suatu barang, misalnya harga barang serta biaya untuk barang itu
sampai kepada pembeli.

5
6

2.1.3 Desain Produk


Hampir seluruh produk yang dihasilkan mempunyai hubungan yang menyatu dengan
desain (design). Ada 3 faktor utama yang menjadi pertimbangan dalam perancangan desain
yaitu fungsi, struktur dam estetika. Desain merupakan bagian dari produksi dan menjadi
tolak ukur keberhasilan suatu produk baik untuk pasar dosmetik maupun internasional.
Desain produk memadukan beragam fungsi sehingga selain produk bisa digunakan juga
menggabungkan fungsi estetis, material dan fungsional serta ergonomi sehingga disukai
konsumen. Untuk menggabungkan tiga fungsi ini tidaklah mudah. Tidak semua visi dipenuhi
dalam sebuah desain, ada yang menonjolkan estetisnya dan yang lain menonjolkan
fungsionalnya (Grandsubrata dalam Trust, 2004). Dalam menciptakan sebuah produk
diperlukan konsep desain, target pasar, harapan akan kinerja, syarat investasu dan dampak
keuangan. Sebelum program pengembangan produk diterima,perusahaan perlu melakukan
uji tes kecil pada pasar potensial.

2.2 Ergonomi dan Antropometri


2.2.1 Ergonomi
Pengertian Ergonomi dalam buku Wingjosoerbroto adalah Ergonomi atau Ergonomics
(bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan
Nomos yang berarti hukum dengan demikian ergonomi dimaksudkan sebagai displin
keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan. Disiplin ergonomi
secara khusus akan mempelajari keterbatasan dari kemampuan manusia dalam berinteraksi
dengan teknologi dan produk-produk buatanya. Disiplin ini berangkat dari kenyataan bahwa
manusia memiliki batas-batas kemampuan baik jangka pendek maupun jangka panjang
pada saat berhadapan dengan keadaan lingkungan sistem kerjanya yang berupa perangkat
keras atau hard-ware (mesin, peralatan kerja dan lain-lain.) dan perangkat lunak atau soft-
ware (metode kerja, sistem dan prosedur, dan lain-lain). Dengan demikian terlihat jelas
bahwa ergonomi adalah suatu keilmuan yang multi displin, karena disini akan mempelajari
pengetahuan-pengetahuan dari ilmu kehayatan (kedokteran, biologi), ilmu kejiwaan
(psychology) dan kemasyarakatan (sosiologi).
Dalam perkembangan selanjutnya, ergonomi dikelompokkan atas empat bidang
penyelidikan, menurut Iftikar Sutalaksana dalam bukunya yaitu :
7

A. Penyelidikan tentang tampilan (display).


Tampilan (display) adalah suatu perangkat antara (interface) yang menyajikan informasi
tentang keadaan lingkungan, dan mengkomunikasikannya pada manusia dalam bentuk
tanda-tanda, angka, lambang dan sebagainya.
B. Penyelidikan tentang kekuatan fisik manusia
Dalam hal ini diselidiki tentang aktivitas-aktivitas manusia ketika bekerja, dan kemudian
dipelajari cara mengukur aktivitas-aktivitas tersebut.
C. Penyelidikan tentang ukuran tempat kerja.
Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan tempat kerja yang sesuai
dengan ukuran (dimensi) tubuh manusia, agar diperoleh tempat kerja yang baik, yang
sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia.
D. Penyelidikan tentang lingkungan kerja.
Penyelidikan ini meliputi kondisi lingkungan fisik tempat kerja dan fasilitas kerja seperti
pengaturan cahaya, kebisingan suara, temperatur, getaran dll. Yang dianggap dapat
mempengaruhi tingkah laku manusia.
Berkenaan dengan bidang-bidang penyelidikan yang tersebut diatas, maka terlihat
sejumlah disiplin dalam ergonomi, yaitu :
 Anatomi dan fisiologi, yang mempelajari struktur dan fungsi tubuh manusia.
 Antropometri, yaitu ilmu mengenai ukuran atau dimensi tubuh manusia.
 Fisiologi psikologi, yang mempelajari sistem saraf dan otak manusia.
 Psikologi eksperimen, yang mempelajari tingkah laku manusia.
2.2.2 Antropometri
Menurut Sritomo Wignjosoebroto dalam bukunya istilah antropometri berasal dari "
anthro " yang berarti manusia dan " metri " yang berarti ukuran. Secara definitif
antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran
dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar
dsb.) berat dll. Yang berbeda satu dengan yang lainnya. Antropometri secara luas akan
digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan
(desain) produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia. Data
antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal :
8

 Perancangan area kerja (work station, interior mobil, dan lain-lain)


 Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan sebagainya.
 Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi atau meja komputer dan
lain-lain.
 Perancangan lingkungan kerja fisi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan menentukan
bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan
manusia yang akan mengoperasikan / menggunakan produk tersebut. Dalam kaitan ini
maka perancangan produk harus mampu mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi
terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangannya tersebut. Secara umum
sekurang-kurangnya 90 % - 95 % dari populasi yang menjadi target dalam kelompok
pemakai suatu produk haruslah mampu menggunakannya dengan selayaknya.

2.3 Total Quality Management (TQM)


Menurut (Render, 2001) dalam jurnal Analisis Penerapan Quality Function
Deployment Terhadap Kualitas Desain Produk Kursi Rotan Indoor Berorientasi Ekspor Pasar
Eropa Pada Sentra Industri Mebel Rotan Di Kabupaten Sukoharjo (Suratman, 2013) Total
Quality Manangement menggambarkan kualitas yang melekat pada seluruh organisasi
perusahaan. Terdapat 5 langkah yang diperlukan untuk penerapan perbaikan mutu
perusahaan :
1. Perbaikan terus menerus
Konsep perbaikan terus menerus terbentuk berdasarkan urutan langkah-langkah
kegiatan yang berhubungan dengan menghasilkan output barang dan jasa. Perbaikan terus
menerus ini di fokuskan pada perubahan proses kerja yang lebih baik untuk meningkatkan
keseragaman output dan memperbaiki keandalan.
2. Pemberdayaan karyawan
Perusahaan memerlukan keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan.
Pemberian reward dan insentif memberikan motivasi kepada karyawan untuk lebih
meningkatkan kinerja dan memacu karyawan yang lain.
3. Benchmarking atau pembanding kinerja
Dalam mengimbangi kualitas pesaing perusahaan perlu melakukan pembandingan
9

kinerja dengan perusahaan lain yang sejenis. Benchmarking dilakukan guna mengetahui sisi
kelebihan dan kekurangan atas kualitas yang diberikan perusahaan untuk selanjutnya
dilakukan perbaikan.
4. Just in time atau penyediaan kebutuhan yang tepat pada waktunya
Menganut sistem ini perusahaan harus dengan cepat memenuhi kebutuhan pelanggan.
Penyediaan kebutuhan yang tepat pada waktunya akan membantu perusahaan merespon
cepat kebutuhan pelanggan.
5. Pengetahuan mengenai peralatan
Perusahaan mengadakan perbaikan teknologi dalam aktivitasnya. Perubahan ini dimulai
dengan menambah pengetahuan dan mengajarkan kepada seluruh elemen perusahaan
mengenai pengoperasian peralatan baru yang mendukung perbaikan kualitas output.

2.4 Quality Function Deployment (QFD)


Quality Function Deployment merupakan metode struktur yang digunakan
dalam proses perencanaan dan pengembangan produk untuk menetapkan spesifikasi
kebutuhan dan keinginan konsumen, serta mengevaluasi secara sistematis kapabilitas
suatu produk atau jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Fokus
utama QFD adalah pelibatan konsumen pada proses penegembangan produk atau jasa
sedini mungkin (Suratman, 2013).
Ada 3 manfaat utama apabila perusahaan menggunakan QFD yaitu :
a) Mengurangi biaya
b) Meningkatkan pendapatan
c) Pengurangan waktu produksi
Implementasi QFD terdiri dari tiga tahap, dimana seluruh kegiatan yang
dilakukan pada masing-masing tahapan dapat diterapkan seperti layaknya suatu
proyek, dengan terlebih dahulu dilakukan tahap perencanaan dan persiapan, ketiga
tahapan tersebut adalah (Suratman, 2013)
1) Tahap pengumpulan Voice of Customer.
2) Tahap penyusunan rumah kualitas (House of Quality)
3) Tahap analisa dan implementasi.
10

2.5 House Of Quality (HOQ)


House Of Quality (HOQ) atau disebut juga rumah kualitas merupakan tahap
pertama dalam penerapan metodologi QFD. Secara garis besar matriks ini adalah
upaya untuk mengkonversi voice of customer secara langsung terhadap persyaratan
teknis atau spesifikasi teknis dari produk atau jasa yang dihasilkan. Berikut ini
(Gambar 2.1) adalah struktur matrik pada HOQ:

E
Kolerasi
Persyaratan teknis

C
Persyaratan teknis

D B
A Matrik Relationship Matrik perencanaan
Kebutuhan konsumen (antara kebutuhan konsumen (Penelitian pasar dan
dan persyaratan teknis) perencanaan strategi)

F
Matrik target persyaratan
teknis
(Tingkat kepentingan, daya
saing, dan target persyaratan
teknis)

Gambar 2.1 Matriks Struktur QFD (Nasution, 2001)

 Tembok sebelah kiri (Bagian A) berisikan data atau informasi yang diperoleh dari
penelitian pasar atas kebutuhan dan keinginan konsumen. “Suara konsumen” ini
merupakan input dalam HOQ. Metode identifikasi kebutuhan konsumen yang biasa
11

digunakan dalam suatu penelitian adalah wawancara, perancangan dapat dengan bebas
mengetahui lebih jauh kebutuhan konsumen. Wawancara secara perorangan dapat
dianggap mencukupi, dalam arti cukup menggambarkan kebutuhan konsumen sampai
sekitar 90% adalah sebanyak 30 wawancara.
 Tembok rumah sebelah kanan (Bagian B) adalah matriks perancangan. Matriks ini
merupakan komponen yang digunakan untuk menerjemahkan persyaratan pelanggan
menjadi rencana-rencana untuk memenuhi atau melebihi persyaratan yang ditentukan
pelanggan. Untuk memenuhi persyaratan pelanggan, perusahaan mengusahakan
spesifikasi kinerja tertentu dan mensyaratkan pemasokanya untuk melakukan hal yang
sama. Langkah ini terdapat pada bagian langit-langit rumah (Bagian C).
 Pada bagian tengah rumah (Bagian D) adalah tempat di mana persyaratan pelanggan
dikonversikan ke dalam aspek-aspek pemanufakturan. Pada bagian atap (Bagian E),
langkah yang dilakukan adalah mengidentifikasi pertukaran yang berhubungan dengan
persyaratan manufaktur. Pertanyaan yang akan dijawab dalam bagian E adalah apa yang
terbaik yang dapat dilakukan organisasi dengan mempertimbangkan persyaratan
pelanggan dan kemampuan pemanufakturan organisasi. Pada bagian bawah rumah
(Bagian F) merupakan daftar prioritas persyaratan proses manufaktur (Goestc and David,
2000)

2.6 Kerangka Pemikiran


Berdasarkan desain kualitas produk yang ditekankan oleh Sutrisno (2007),
Marizar (2007), dan Setiawan (2007) serta beberapa penelitian pendukung
terdahulu, dikristilkan menjadi beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan
kualitas desain kursi dan meja taman dalam penelitian ini. Yaitu, fungsi atau
kegunaan (function), keindahan (artistics), estetiks, ergonomics dan finishing.
Dari tinjauan pustaka dan beberapa dasar teori yang ada, maka berikut ini
adalah kerangka pemikiran dalam penelitian ini :
12

Persepsi kualitas produk Karakteristik Produk


menurut konsumen Kursi & Meja Taman

Dimensi kualitas desain produk Kualitas desain produk


menurut Manajemen
1. Function

2. Ergonomi

3. Artistic

4. Aesthetics

5. Finishing

Penerapa QFD dengan


HOQ

Kualitas desain produk


yang diharapkan

Gambar 2.2 Alur pemikiran


(sumber : Suratman, 2013 yang telah dimodifikasi)
Gambar di atas menjelaskan mengenai alur pemikiran yang ada dalam
pemikiran konsumen. Dimulai dari persepsi konsumen mengenai kualitas desain produk
kursi dan meja taman yang mereka inginkan. Kemudian karakteristik kualitas desain
produk kursi dan meja taman. Keduanya melakukan spesifikasi persyaratan yang
diminta oleh konsumen antara lain: function, ergonomics, artistic, aesthetics dan
finishing.
Berdasarkan hasil modus maupun mean dari hasil jawaban responden untuk tingkat
kepentingan dan tingkat performance akan diketahui atribut apa saja yang dianggap
13

sangat tidak penting (STS) hingga sangat penting (SP). Juga akan diketahui atribut apa saja
yang telah memenuhi atau belum memenuhi harapan konsumen yang dinyatakan dalam
sangat tidak setuju (STS) hingga sangat setuju (SS) pada kinerja manjemen.
Antara dimensi kualitas yang disyaratkan oleh konsumen digabungkan dengan
kualitas produk menurut manajemen diterapkan Quality Function Deployment
(QFD) menggunakan alat analisis House Of Quality (HOQ) melalui pengukuran:
1) Customer Requirement,
2) Tingkat Kepentingan (customer requirement)
3) Tingkat Performance
4) Customer Requirement Score
5) Technology Requirement
6) Hubungan Customer Requirement Score dan Technology Requirement
7) Ukuran Standar Technology Requirement
8) Relative Technology Difficulty
9) Prioritized Requirement Score
10) Keterkaitan dalam matriks (technology requirement)
Diharapkan dari informasi customer requirement dan penanganan tecnical
requirement akan meningkatkan kualitas desain produk pada proses berikutnya
sehingga dihasilkan kualitas desain produk yang diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai