Anda di halaman 1dari 10

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : SURYAHADI SAPUTRA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 041807965

Kode/Nama Mata Kuliah : EKMA4369/Manajemen Operasi Jasa

Kode/Nama UPBJJ : 71 / Surabaya

Masa Ujian : 2021/22.1 (2021.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
Jawaban

1. a. Jasa atau pelayanan (services) didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang menghasilkan
waktu, tempat, bentuk, dan kegunaan psikologis (Haksever et al., 2000). Jasa atau pelayanan
juga merupakan kegiatan, proses, dan interaksi, serta merupakan perubahan dalam kondisi
orang atau
sesuatu dalam kepemilikan pelanggan (Edvardsson et al., 2005). Jasa merupakan kegiatan,
perbuatan, atau kinerja yang bersifat tidak nampak. Jasajuga merupakan struktur
komprehensif, bukan tunggal, dan secara konsisten digunakan secara unidimensional.
Perbedaan antara produk dan jasa juga merupakan sesuatu yang terus menjadi perdebatan.
Oleh karena itu, pengertian jasa bersifat ambigu dan kadang-kadang menyesatkan.
Edvardsson (1997) memandang jasa atau pelayanan sebagai bagian dari konsep yang luas
suatu produk. Produk meliputi barang, jasa, perangkat lunak komputer, atau kombinasinya.
Pelanggan terlibat sebagai pembantu produsen dalam proses produksi, sementara jasa atau
pelayanan diciptakan di dalam dan selama proses produksi. Banyak definisi jasa atau
pelayanan berfokus pada pelanggan dan pada kenyataannya, jasa atau pelayanan memang
disediakan sebagai solusi bagi penyelesaian masalah pelanggan. Jasa atau pelayanan
dilakukan dengan interaksi antara pelanggan dan karyawan penyedia jasa atau pelayanan
tersebut. Kategorisasi jasa juga mencakup berbagai kegiatan yang berakar pada struktur
sosial dan sistem produktif. Ammer dan Ammer mendefinisikanindustri jasa sebagai industri
yang menghasilkan pelayanan, bukan barang (Sampson & Froehle, 2006). Bisnis pelayanan
merupakan nilai yang dipersepsikan dan ditawarkan kepada pembeli yang lebih ditentukan
oleh pelayanan daripada produk. Jasa juga merupakan hasil dari keinginan pelanggan.
Definisi yang disampaikan oleh akademisi memfokuskan pada karakteristik jasa, misalnya
jasa merupakan barang yang tidak nampak dan dikonsumsi bersamaan dengan waktu
produksi. Jasa biasanya tergolong padat karya (labor-intensive). Karmarkar dan Pitbladdo
(1995) menjelaskan karakteristik jasa meliputi output pelayanan yang tidak nampak,
kurangnya persediaan, kesulitan dalam portabilitas, kompleksnya pendefinisian dan
pengukuran, dan sering kali ada dalam produksi bersama antara penyedia jasa dan pembeli
jasa. Jasa juga merupakan perubahan dalam kondisi orang atau kepemilikan barang pada
berbagai unit ekonomi. Ada tiga dimensi inti jasa atau pelayanan, yaitu kegiatan, interaksi
(yang disebut sebagai pelayanan yang terpisah dari produk fisik), dan solusi terhadap
permasalahan pelanggan. Pelanggan tidak selalu membeli barang atau jasa, tetapi selalu
mendapat penawaran. Pelayanan yang ditawarkan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan.
Perbedaan antara produk dan jasa atau pelayanan sulit disusun, karena pembelian produk
pasti terkait dengan pelayanan, dan pembelian jasa atau pelayanan pasti terkait dengan
produk, seperti restoran (Fritzsimons & Fritzsimons, 2008). Heizer dan Render (2008)
membedakan produk dan jasa
b. Menurut Rhyne (1988), beberapa prinsip manajemen dalam perencanaan dan penentuan
operasi industri jasa adalah:
1) Permintaan pelanggan menentukan sistem pelayanan.
2) Permintaan pelanggan harus diidentifikasi, dipahami, dan diprediksi.
3) Pemasaran, sumber daya manusia, dan operasi dipengaruhi oleh dan memberikan
kontribusi pada proses manajemen permintaan.
4) Manajemen permintaan merupakan kunci sistem penyampaian jasa
5) Dinamika lingkungan industri jasa eksternal harus diidentifikasi dan diantisipasi.
6) Sistem manajemen permintaan bukan sistem yang kompleks dan efektif.
Esensi dari masalah manajemen permintaan diekspresikan sebagai ketiadaan persediaan
untuk mengantisipasi penawaran dan permintaan, strategi harus dikembangkan agar
kapasitas produktif dan permintaan pelanggan diseimbangkan dalam waktu yang spesifik.
Elemen system penyampaian jasa yang dipengaruhi oleh manajemen permintaan
penyampaian jasa yang dipengaruhi oleh manajemen permintaan digambarkan pada Gambar
1.17.
2. Manajemen operasional dalam sebuah perusahaan merupakan kegiatan mengatur beberapa hal
diantaranya perencanaan, organisasi, pengorganisasian, koordinasi, pengarahan hingga
pengawasan terhadap operasi perusahaan tersebut. Singkatnya, operasi tersebut bertujuan
mengubah masuk menjadi keluaran dimana keluaran ini berupa jasa atau barang yang
bermanfaat. Dalam perusahaan sendiri ada 3 permasalahan yang harus diatasi agar menghasilkan
sesuatu hal yang bermanfaat. 3 Permasalahan ini misalnya saja berkaitan dengan penentuan
posisi perusahaan, masalah desain dan ketiga ialah masalah operasional. Berikut adalah
penjelasan mengenai sejumlah masalah dalam manajemen operasional di dalam sebuah
perusahaan.
a. Pemilihan Srategi Dalam Produksi
Sebuah perusahaan tentunya akan menghadapi problem seputar strategi dalam produksi.
Permasalahan ini sebenarnya lebih mengacu pada strategi-strategi yang akan dilakukan di
dalam sistem produksi. Agar barang atau jasa yang nantinya akan diproduksi dan sesuai
dengan kebutuhan konsumen maka biasanya perusahaan akan melalukan sebuah penelitian
dan pemasaran. Penelitian ini terbagi menjadi bermacam-macam bentuk salah satunya
survei. Dari penelitian-penelitian yang dilakukan nantinya akan ditetapkan macam-macam
produk alternatif yang akan diproduksi. Tidak berhenti di sini saja, perusahaan juga harus
mengkaji mengenai aspek-aspek lainnya yang berhubungan dengan produk tersebut. Salah
satunya yaitu aspek keuangan.
b. Pemilihan Produk Prioritas
Permasalahan selanjutnya ialah pemilihan produk. Perusahaan perlu menentukan produk
dari beragam alternatif ide. Bila terdapat beberapa produk pilihan maka harus ada produk
yang diprioristakan untuk diproduksi terutama dalam jangka panjang. Salah satu tips yang
perlu diperhatikan dalam memilih produk yang diprioritaskan ialah aspek target market dan
pemasarannya. Target market di sini harus jelas. Apakah target marketnya menguntungkan
dalam jangka panjang dan dalam skala besar harus diperhatikan. Di sisi lain, bagaimana
pemasarannya juga perlu dirinci secara jelas. Sehingga pada saat produk prioritas sudah
dipilih tidak ada lagi kendala yang sulit diatasi. Lebih dari itu, aspek keuangan juga tetap
harus diprioristaskan. Mengapa demikian? Hal ini untuk menghindari besar pasak daripada
tiang. Sumber dana dan jumlah pengeluaran apabila memilih salah satu produk prioritas
harus menjadi perhatian khusus.
c. Perencanaan Produk Awal
Selanjutnya ialah perencanaan produk awal. Perencanaan awal ini bisa berupa pembuatan
atau pencarian ide desain produk. Di dalam produksi barang, desain awal terlihat lebih jelas
bila dibandingkan dengan produk jasa. Pada saat pembuatan desain produk awal tersebut
sebaiknya perusahaan lebih mempertimbangkan beberapa hal penting. Beberapa hal penting
ini diantaranya yaitu manfaat produk yang hendak dibuat, fungsi pendukung produk jasa
atau barang tersebut, bentuk desain, estetika dan seni dalam desain sesuai dengan produk
barang yang akan diproduksi. Desain produk awal ini nantinya akan menjadi acuan dan
ditindak lanjuti menjadi sebuah produk yangmana mendekati aslinya.
d. Pembuatan Prototip Untuk Diuji
Salah satu permasalahan manajemen operasional dalam sebuah perusahaan ialah
pembuatan prototip. Prototip ini nantinya akan diuji sebelumnya diproduksi. Sebenarnya
pembuatan prototip dilakukan khusus untuk barang yang nantinya akan diproduksi secara
masal. Prototip sendiri merupakan produk yang sengaja dibuat untuk percobaan sebelum
produk dibuat dalam skala besar. Bila melihat dari fungsinya, fungsi dari prototip adalah
untuk menilai kemampuan produk. Apakah produk tersebut sudah sesuai dengan standar
yang ditetapkan atau belum dapat dilihat dari prototip tersebut. Biasanya setelah prototip
jadi akan dilakukan pengujian untuk mengetahui beberapa aspek yang kurang. Lantas
bagaimana dengan produk yang berupa jasa? Sama halnya dengan produk barang, produk
jasa pun juga perlu dibuatkan prototipnya. Misalnya saja sistem komputer yang digunakan
untuk aplikasi general ledger. Apabila pada percobaan ini prototip belum bisa
diimplementasikan maka proses pembuatan prototip bisa diulang hingga menghasilkan
prototip yang maksimal.
e. Implementasi Produk Jadi
Setelah prototip berhasil dibuat tentu saja produk akan mulai diproduksi dan ditawarkan ke
konsumen. Namun, permasalahan manajemen operasional belum selesai sampai di sini saja
lho. Produk yang sudah muali diproduksi dan dipasarkan harus dinilai implementasinya.
Dengan cara lain, perusahaan harus menilai apakah produk jadi yang sudah dipasarkan
tersebut memiliki masa depan yang baik. Penilaian ini dilakukan dengan bermacam-macam
cara. Salah satunya yaitu preference matrix. Cara yang satu ini diimplementasikan dengan
melakukan penilaian berdasarkan kriteria-kriteria yang dianggap penting. Penilaian kriteria-
kriteria ini berupa pemberian skor atau bobot kepentingannya. Apakah produk yang telah
dipasarkan memiliki bobot yang pas dalam skala minimal ordinal. Perusahaan juga masih
harus mencari rata-rata skornya. Kemudian membandingkan rata-rata skor dengan standar
minimal yang sebelumnya sudah ditentukan oleh perusahaan. Apabila nilai produk tersebut
di atas standar maka produk bisa dianggap sukses pada saat itu. Bagaimana bila skornya di
bawah minimal standar yang ditentukan? Hal tersebut berarti produk harus diperbaiki hingga
mencapai sasaran kualitasnya.
itulah beberapa masalah-masalah yang umumnya ditemui dalam manajemen operasional
perusahaan kecil maupun besar. Selain permasalahan di atas, perusahaan masih harus
meneliti ulang kualitas produk dari waktu ke waktu. Apabila dihubungkan dengan kondisi
keuangan (ekonomi) perusahaan tentu hal itu membutuhkan biaya investasi yang tidak
sedikit, jadi umumnya perusahaan terkendala secara kemempuan financial supaya masalah
majerial terkait operasional perusahaan bisa terselesaikan dan mampu berinovasi desain
ataupun variasi agar kualitas produk tetap terjaga.

3. a.Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan
maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal atau persediaan barang-barang
yang masih dalam proses ataupun persediaan bahan baku. Persediaan merupakan salah satu
aset paling mahal dan harus ada keseimbangan antara investasi persediaan dan tingkat
pelayanan konsumen. Dari itulah timbul yang namanya konsep just in time adalah suatu
konsep di mana bahan baku yang digunakan untuk aktifitas produksi didatangkan dari
pemasok atau suplier tepat pada waktu bahan itu dibutuhkan oleh proses produksi, sehingga
akan sangat menghemat bahkan meniadakan biaya persediaan barang/penyimpanan barang/
stocking cost. Tujuan utama just in time adalah untuk meningkatkan laba dan posisi
persaingan perusahaan yang dicapai melalui usaha pengendalian biaya, peningkatan kualitas,
serta perbaikan kinerja pengiriman dan meningkatkan produktivitas sistem produksi atau
operasi dengan cara menghilangkan semua kegiatan yang tidak menambah nilai bagi suatu
produk, karena JIT merupakan suatu filosofi manajemen operasi yang berusaha untuk
menghilangkan pemborosan pada semua aspek dari kegiatan-kegiatan produksi perusahaan.
Persyaratan-persyaratan JIT yang harus dipenuhi dalam penerapan JIT:
1. Organisasi Pabrik dengan sisitem JIT berusaha untuk mengatur layout berdasarkan produk.
Semua proses yang diperlukan untuk membuat produk tertentu diletakkan dalam satu
lokasi.
2. Pelatihan/ Tim / Keterampilan. JIT memerlukan tambahan pelatihan yang lebih banyak bila
dibandingkan dengan sistem tradisional. Karyawan diberi pelatihan mengenai bagaimana
menghadapi perubahan yang dilakukan dari sistem tradisional dan bagaimana cara kerja
JIT.
• Membentuk Aliran/Penyederhanaan. Idealnya suatu lini produksi yang baru dapat di
setup sebagai batu ujian untuk membentuk aliran produksi, menyeimbangkan aliran
tersebut, dan memecahkan masalah awal.
• Kanbal Pull System. Kanbal merupakan sistem manajemen suatu pengendalian
perusahaan, karena itu kanbal memiliki beberapa aturan yang perlu diperhatikan :
a) Jangan mengirim produk rusak ke prosess berikutnya, b) Proses berikutnya hanya
mengambil apa yang dibutuhkan pada saat dibutuhkan, c) Memproduksi hanya
sejumlah proses berikutnya,
• Meratakan beban produksi, e) Mentaati instruktur kanban pada saat fine tuning,
• Melakukan stabilisasi dan rasionalisasi proses.
3. Visibiltas/ pengendalian visual. Salah satu kekuatan JIT adalah sistemnya yang merupakan
system visual. Melacaknya apa yang terjadi dalam sistem tradisional sulit dilakukan karena
para karyawan mondar-mandir mengurus kelebihan barang dalam prosess dan banyak rute
produksi yang saling bersilangan.
4. Eliminasi Kemacetan. Untuk menghapus kemcetan, baik dalam fase setup maupun dalam
masa produksi, perlu dilakukan beberapa pendekatan yang melibatkan tim fungsi silang.
Tim ini terdiri dari berabagi departemen, seperti perekayasaan, manufaktur, keuangan dan
departemen lainnya yang relevan.
5. Ukuran Lot Kecil Dan Pengurangan Waktu Setup. Ukuran lot yang ideal bukan ukuran yang
terbesar, tetapi ukuran lot yang terkecil. Pendekatan ini sesuai bila mesin-mesin digunakan
untuk Dharma Ekonomi menghasilkan berbagai bagian atau komponen yang berbeda yang
digunakan proses berikutnya dalam tahap produksi.
6. Total Productive Maintance (TPM) merupakan suatu keharusan dalam sistem JIT. Mesin-
mesin-membersihkan dan diberi pelumas secara rutin, biasanya dilakukan oleh operator
yang menjalankan mesin tersebut.
7. Kemampuan Proses, Statistical Proses Control (SPC), Dan Perbaikan berkesinambungan.
Kemampuan proses, SPC, dan perbaikan berkesinambungan harus ada dalam
pemanufakturan JIT, karena beberapa hal : Pertama, segala sesuatu harus bekerja sesuai
dengan harapan dan mendekati sempurna. Kedua, dalam JIT tidak ada bahan cadangan
untuk kemacetan perusahaan dan Ketiga, semua kondisi mesin harus bekerja dengan
prima. Persediaan, JIT adalah untuk sistem persediaan yang dirancang guna mendapatkan
barang secara tepat waktu. Pada persediaan JIT mensyaratkan bahwa proses atau orang
yang membuat unit-unit rusak dapat dikirim untuk menunggu pengerjaan ulang atau
menjadi bahan sisa. Sistim JIT menghapus kebutuhan akan persediaan karena tidak ada
produksi sampai barang akan dijual. Hal ini berarti bahwa perusahaan harus mempunyai
pesanan terus menerus agar dapat berproduksi. Dalam sistem JIT menerapkan untuk
membeli barang hanya dalam kuantitas yang dibutuhkan saja. Untuk itu perusahaan harus
mengikat kontrak panjang kepada pemasok agar bersedia mengirimkan barang yang kita
pesan sesering mungkin. Hal ini agar tidak adanya persediaan digudang. Produksi JIT adalah
suatu sistem dimana tiap komponen dalam jalur produksi menghasilkan secepatnya saat
diperlukan dalam langkah selanjutnya dalam jalur produksi. Perusahaan harus
memproduksi barang sesuai dengan jumlah pesanan agar tidak adanya persediaan. Pada
sistem JIT perusahaan harus meningkatkan kualitasnya agar dapat bersaing dengan
perusahaan yang lain. Untuk perusahaan harus memperhatikan kualitas mutunya.

b. Penerapan JIT pada perusahaan


Penerapan JIT Purchasing pada dasarnya adalah menekan waktu yang tidak memiliki nilai
tambah bagi perusahaan, sehingga dapat meningkatkan laba bagi perusahaan itu sendiri.
Perusahaan dengan sistem JIT Purchasing ini akan meningkatkan efisiensi yang berujung
pada peningkatan produktivitas. Just in Time adalah suatu filosofi manajemen, teknik,
ataupun metode yang dilakukan secara komprehensif dengan tujuan untuk membeli bahan
baku dan memproduksi barang hanya saat dibutuhkan dan tepat waktu untuk digunakan di
setiap tahapan yang ada. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan riset kepustakaan.
Banyak masalah yang dihadapi oleh industri terutama adanya inefisiensi dalam sistem
pembelian dan produksi. Dengan diterapkannya Just in Time, maka masalah tersebut dapat
diatasi dan pada akhirnya terjadi penghematan yang akan meningkatkan laba perusahaan.
Dalam menerapkan Just-In-Time, perusahaan harus melakukan beberapa hal untuk
menunjang proses penerapan Just-In-Time. Tujuannya adalah agar proses penerapan Just-
In-time dapat berjalan dengan lancar dan cepat. Hal pertama yang harus dilakukan adalah
mengedukasi dan melatih seluruh pihak yang ada dalam perusahaan. Hal ini perlu dilakukan
agar pihak-pihak tersebut mengerti konsep dasar mengenai Just-In-Time dan agar mereka
mengerti maksud dan tujuan perusahaan untuk menerapkan Just-In-Time. Dengan
kemampuan dan pemahaman yang baik mengenai Just-In-time, maka seluruh pihak yang
ada dapat membantu memperlancar proses penerapan Just-In-Time dalam perusahaan.
Hal lain yang harus dilakukan adalah menjadikan kualitas sebagai prioritas. Kualitas harus
dijadikan prioritas karena sesuai dengan prinsip Just-In-Time yang mementingkan efisiensi
namun tetap memperhatikan kualitas. Hal ini dikarenakan walaupun semua kegiatan yang
ada dilakukan tepat waktu, tanpa kualitas yang baik semua yang dilakukan oleh perusahaan
tentu menjadi sia-sia. Prioritas terhadap kualitas juga ditekankan karena sedikitnya
persediaan yang dimiliki. Dengan sedikitnya persediaan, maka tingkat kesalahan juga harus
diminimalkan. Jika timbul kesalahan, belum tentu persediaan yang ada dapat digunakan
untuk menutup kesalahan tersebut. Hal berikut yang harus dilakukan adalah menjadikan
para pekerja memiliki kemampuan yang beragam dan handal. Oleh karena itu, para pekerja
yang ada dapat melakukan beberapa pekerjaan, tidah hanya terbatas pada bidang tertentu.
Hal ini akan mendatangkan efisiensi bagi perusahaan karena beberapa pekerjaan dapat
ditangani oleh satu orang, sehingga perusahaan tidak perlu mempekerjakan banyak
pekerja. Persediaan juga perlu diperhatikan, sesuai prinsip Just-In-time, maka persediaan
yang dimiliki oleh perusahaan harus seminimum mungkin, bahkan jika mungkin tidak
memiliki persediaan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dengan menekan biaya
untuk menjalankan gudang-gudang yang ada. Selain itu, dengan sedikitnya persediaan,
maka resiko kerusakan barang, baik bahan baku dan barang jadi dapat dikurangi. Jumlah
pemasok yang dimiliki perusahaan juga harus dikurangi. Hal ini bertujuan untuk memilih
pemasok-pemasok yang dapat membantu perusahaan dalam menerapkan
metode Just-In-Time. Pemasok-pemasok yang akan dimiliki oleh perusahaan nantinya akan
berjumlah sedikit. Para pemasok tersebut juga harus diikat dengan kontrak jangka panjang
agar nantinya kegiatan operasi perusahaan tidak terhambat dan dapat tepat waktu.

Anda mungkin juga menyukai