TELLER BANK
Disusun Oleh:
MEDAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan
informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia merancang
suatu sistem kerja, sehingga manusia dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan
baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman,
dan nyaman. Fokus dari ergonomi adalah manusia dan interaksinya dengan produk,
peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dan pekerja serta kehidupan sehari-hari
dimana penekanannya adalah pada faktor manusia.
Para operator dalam melakukan pekerjaannya, posisi kerja mereka tidak sesuai
dengan prinsip-prinsip ergonomi yaitu terlalu membungkuk, jangkauan tangan yang
tidak normal. Alat yang terlalu kecil, dll. Sehingga dari posisi kerja operator tersebut
dapat mengakibatkan timbulnya berbagai permasalahan yaitu kelelahan dan rasa nyeri
pada punggung akibat dari duduk yang tidak ergonomis tersebut, timbulnya rasa nyeri
pada bahu dan kaki akibat ketidak sesuaian antara pekerja dan lingkungan kerjanya.
Lebih lanjut, suatu desain produk disebut ergonomis apabila secara antropomentris,
faal, biomekanik dan psikologis kompatibel dengan manusia pemakainya. Di dalam
mendesain suatu produk maka harus berorientasi pada production friendly, distribution
friendly, installation friendly, operation friendly dan maintenance friendly. Di samping
1
hal-hal tersebut di atas di dalam mendesain suatu produk yang sangat penting untuk
diperhatikan adalah suatu desain yang berpusat pada manusia pemakainya atau human
centered design (Sutalaksana 1999). Hal tersebut dimaksudkan agar setiap desain produk
baik secara fungsi, teknis teknologi, ekonomis, estetis maupun secara ergonomis sesuai
dengan kebutuhan pemakainya.
Dengan begitu teller dituntut untuk mempunyai fisik yang kuat dibanding pekerja
lain yang ada di bank karena teller harus aktif bergerak serta lincah . Kecepatan adalah
fokus utama kerja teller, karena itu akan berpengaruh pada nilai pelayanan. Mekanisme
kerja teller antara lain terdiri dari beberapa transaksi yaitu setor tunai, penarikan tunai,
transfer, dll. Meja kerja adalah fasilitas yang sangat penting untuk menunjang kinerja
penggunanya . Meja teller harus didesain senyaman mungkin bagi penggunanya. Di meja
teller terdapat peralatan seperti satu perangkat komputer, monitor, mouse, keyboard,
printer, mesin kalkulator, lampu ultraviolet, tempat uang, tempat slip, tempat alat tulis dan
lain lain. Berdasarkan pengukuran, meja teller Bank Syariah mandiri mempunyai panjang
140 cm, lebar 80 cm, dan tinggi 118 cm .
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ergonomi ?
2. Bagaimana pendekatan ergonomis dalam perancangan stasiun kerja ?
3. Bagaimana meja teller bank yang salah ketika melayani nasabah ?
4. Bagaimana perancangan dimensi meja kerja teller?
5. Bagaimana desain meja kerja teller setelah perbaikan ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian dari ergonomi
2. Untuk mengetahui pendekatan ergonomis dalam perancangan stasiun kerja
3. Untuk mengetahui meja teller bank yang salah ketika melayani nasabah
4. Untuk mengetahui perancangan dimensi meja kerja teller
5. Untuk mengetahui desain meja kerja teller setelah perbaikan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ergonomi
Pengertian Ergonomi dalam buku Sritomo Wignjosoebroto adalah Ergonomi
atau ergonomics ( bahasa Inggrisnya ) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo
yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi
dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya
dengan pekerjaan. Disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari keterbatasan
dari kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk
buatannya. Disiplin ini berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batas-
batas kemampuan baik jangka pendek maupun jangka panjang pada saat berhadapan
dengan keadaan lingkungan sistem kerjanya yang berupa perangkat keras/hard-ware
(mesin, peralatan kerja dll) dan/atau perangkat lunak/soft-ware (metode kerja, sistem
dan prosedur, dll). Dengan demikian terlihat jelas bahwa ergonomi adalah suatu
keilmuan yang multi disiplin, karena disini akan mempelajari pengetahuan-
pengetahuan dari ilmu kehayatan (kedokteran, biologi), ilmu kejiwaan (psychology)
dan kemasyarakatan (sosiologi).
6
Setelah melakukan pengamatan, kemudian dilanjutkan dengan menyebarkan
kuesioner kepada 10 orang teller pada saat akhir hari setelah bekerja. Didapatkan hasil
yaitu dari 28 keluhan otot yang ditanyakan, 12 kategori diantaranya menunjukkan
keterangan “sakit”. Responden merasakan ketidaknyamanan terhadap desain meja yang
ada, karena pengguna harus membungkukkan badan pada saat berdiri melayani nasabah
supaya dapat melihat slip transaksi dengan jelas, tempat keyboard yang digunakan
masih membatasi ruang gerak kaki, dan untuk penataan alat- alat kerja masih jauh dari
jangkauan tangan. Timbulnya bermacam-macam keluhan otot dikhawatirkan akan
mengganggu konsentrasi dan kinerja teller dalam menghitung uang, akibatnya
dimungkinkan teller mengalami selisih kas. Berdasarkan pertimbanganpertimbangan
tersebut, maka perlu dilakukan perbaikan terhadap meja teller dan juga stasiun kerjanya
untuk mendapatkan meja kerja yang ergonomis dengan pendekatan anthropometri agar
dihasilkan suatu rancangan yang aman dan nyaman sehingga mengurangi kelelahan
pada leher, punggung, kaki, dan bagian tubuh lainnya pada pengguna.
7
b) Perhitungan tinggi meja teller bagian bawah
TMB = TSD(P95) + P + a
= 66.52 + 1.5 + 2
= 70.02 ≈ 70 cm
8
d) Perhitungan panjang meja
PM = LB(P95) + JTD (P5) + (a x 2)
= 41.09 + 64.10 + (10 x 2)
= 125.19 ≈ 125 cm
9
Setelah produk jadi, dilakukanlah uji coba produk yang digunakan untuk
menganalisa meja kerja teller yang telah dilakukan perbaikan. Setelah dilakukan
uji coba, langkah selanjutnya yaitu menyebarkan kuesioner keluhan otot dan
kuesioner produk kepada 10 teller yang terlibat. Hasil skor dari kuesioner
kemudian dihitung dengan menggunakan metode likert, dan didapatkan hasil
dari tingkat keluhan otot responden mayoritas mendapatkan interpretasi “Tidak
10
Sakit”, dengan begitu dapat diartikan bahwa meja yang sudah mengalami
perbaikan ini dinilai lebih ergonomis dan dapat mengurangi tingkat keluhan
yang dialami pengguna dibandingkan dengan meja yang sebelumnya.
Beberapa keuntungan dari meja kerja teller yang telah mengalami perbaikan, yaitu :
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hasil penelitian mengenai desain ulang meja kerja teller yang ergonomis
dengan pendekatan anthropometri dapat disimpulkan sebagai berikut:
` B. SARAN
12
DAFTAR PUSTAKA
https://industri.untag-sby.ac.id/backend/uploads/pdf/JURNAL_TA3.pdf
13