Anda di halaman 1dari 14

DESAIN STASIUN KERJA PADA PEKERJA

TELLER BANK

Disusun Oleh:

1. Triwani Yosephine Marito Nainggolan 171000093

2. Evelyn Graciella Sembiring 171000198

3. Silvia Debora Silaban 171000253

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ergonomi

T.A. 2019/ 2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

MEDAN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan
informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia merancang
suatu sistem kerja, sehingga manusia dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan
baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman,
dan nyaman. Fokus dari ergonomi adalah manusia dan interaksinya dengan produk,
peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dan pekerja serta kehidupan sehari-hari
dimana penekanannya adalah pada faktor manusia.

Para operator dalam melakukan pekerjaannya, posisi kerja mereka tidak sesuai
dengan prinsip-prinsip ergonomi yaitu terlalu membungkuk, jangkauan tangan yang
tidak normal. Alat yang terlalu kecil, dll. Sehingga dari posisi kerja operator tersebut
dapat mengakibatkan timbulnya berbagai permasalahan yaitu kelelahan dan rasa nyeri
pada punggung akibat dari duduk yang tidak ergonomis tersebut, timbulnya rasa nyeri
pada bahu dan kaki akibat ketidak sesuaian antara pekerja dan lingkungan kerjanya.

Selanjutnya agar setiap desain produk dapat memenuhi keinginan pemakainya


maka harus dilakukan melalui beberapa pendekatan sebagai berikut :
1. Mengetahui kebutuhan pemakai. Kebutuhan pemakai dapat didefinisikan berdasarkan
kebutuhan dan orientasi pasar, wawacanra langsung dengan pemakai produk yang
potensialdan munggunakan pengalaman pribadi.
2. Fungsi produk secara detail. Fungsi spesifik produk yang dapat memuaskan pemakai
harus dijelaskan secara detail melalui daftar item masing-masing fungsi produk.
3. Melakukan analisis pada tugas-tugas desain produk.
4. Mengembangkan produk
5. Melakukan uji terhadap pemakai produk

Lebih lanjut, suatu desain produk disebut ergonomis apabila secara antropomentris,
faal, biomekanik dan psikologis kompatibel dengan manusia pemakainya. Di dalam
mendesain suatu produk maka harus berorientasi pada production friendly, distribution
friendly, installation friendly, operation friendly dan maintenance friendly. Di samping

1
hal-hal tersebut di atas di dalam mendesain suatu produk yang sangat penting untuk
diperhatikan adalah suatu desain yang berpusat pada manusia pemakainya atau human
centered design (Sutalaksana 1999). Hal tersebut dimaksudkan agar setiap desain produk
baik secara fungsi, teknis teknologi, ekonomis, estetis maupun secara ergonomis sesuai
dengan kebutuhan pemakainya.

Bank merupakan bentuk perusahaan jasa keuangan. Kualitas perusahaan tersebut


sangat ditentukan bagaimana peranan sumber daya manusia yang mereka miliki. Teller
adalah suatu posisi di dalam struktur organisasi perbankan yang ditempatkan sebagai
frontliner untuk melayani nasabah. Pada studi kasus ini saya berkesempatan meneliti di
Bank Syariah Mandiri . Pekerjaan teller adalah semua yg meliputi pengelolaan uang di
dalam bank. Baik itu transaksi seperti setor tunai, tarik tunai, transfer dan lain lain, serta
pengelolaan uang dalam brankas yang harus selalu dipantau jumlahnya agar saldo kas
tidak mengalami kelebihan atau kekurangan . Ketika sedang bertransaksi, teller dituntut
untuk cekatan agar nasabah dapat dilayani dengan cepat. Disamping itu teller juga harus
memiliki skill menghitung cepat dan ketelitian tinggi. Dengan peralatan kerja yang
memadai akan menunjang kinerja teller semakin baik. Jika diperhatikan sikap kerja teller
di dalam ruang kerjanya tidak hanya duduk di kursi tetapi juga berdiri ketika sedang
melayani nasabah. Jadi sikap kerja teller adalah sikap kerja duduk berdiri.

Dengan begitu teller dituntut untuk mempunyai fisik yang kuat dibanding pekerja
lain yang ada di bank karena teller harus aktif bergerak serta lincah . Kecepatan adalah
fokus utama kerja teller, karena itu akan berpengaruh pada nilai pelayanan. Mekanisme
kerja teller antara lain terdiri dari beberapa transaksi yaitu setor tunai, penarikan tunai,
transfer, dll. Meja kerja adalah fasilitas yang sangat penting untuk menunjang kinerja
penggunanya . Meja teller harus didesain senyaman mungkin bagi penggunanya. Di meja
teller terdapat peralatan seperti satu perangkat komputer, monitor, mouse, keyboard,
printer, mesin kalkulator, lampu ultraviolet, tempat uang, tempat slip, tempat alat tulis dan
lain lain. Berdasarkan pengukuran, meja teller Bank Syariah mandiri mempunyai panjang
140 cm, lebar 80 cm, dan tinggi 118 cm .

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ergonomi ?
2. Bagaimana pendekatan ergonomis dalam perancangan stasiun kerja ?
3. Bagaimana meja teller bank yang salah ketika melayani nasabah ?
4. Bagaimana perancangan dimensi meja kerja teller?
5. Bagaimana desain meja kerja teller setelah perbaikan ?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian dari ergonomi
2. Untuk mengetahui pendekatan ergonomis dalam perancangan stasiun kerja
3. Untuk mengetahui meja teller bank yang salah ketika melayani nasabah
4. Untuk mengetahui perancangan dimensi meja kerja teller
5. Untuk mengetahui desain meja kerja teller setelah perbaikan

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ergonomi
Pengertian Ergonomi dalam buku Sritomo Wignjosoebroto adalah Ergonomi
atau ergonomics ( bahasa Inggrisnya ) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo
yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi
dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya
dengan pekerjaan. Disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari keterbatasan
dari kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk
buatannya. Disiplin ini berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batas-
batas kemampuan baik jangka pendek maupun jangka panjang pada saat berhadapan
dengan keadaan lingkungan sistem kerjanya yang berupa perangkat keras/hard-ware
(mesin, peralatan kerja dll) dan/atau perangkat lunak/soft-ware (metode kerja, sistem
dan prosedur, dll). Dengan demikian terlihat jelas bahwa ergonomi adalah suatu
keilmuan yang multi disiplin, karena disini akan mempelajari pengetahuan-
pengetahuan dari ilmu kehayatan (kedokteran, biologi), ilmu kejiwaan (psychology)
dan kemasyarakatan (sosiologi).

Pendapat lain definisi ergonomi yang menitik beratkan pada penyesuaian


desain terhadap manusia adalah di kemukakan oleh Annis dan McCinville (1996)
dan Manuaba (1999). Mereka manyatakan bahwa ergonomi adalah kemampuan
untuk menerapkan informasi menurut karakter manusia, kapasitas dan
keterbatasannya terhadap desain pekerjaan, mesin dan sistemnya, ruangan kerja dan
lingkungan sehingga manusia dapat hidup dan bekerja secara sehat, aman, nyaman
dan efisien. Sedangkan Pulat (1992) menawarkan konsep desain produk untuk
mendukung efisiensi dan keselamatan dalam penggunaan desain produk. Konsep
tersebut adalah desain untuk rehabilitas, kenyamanan, lamaya waktu pemakaian,
kemudahan dalam pemakaian dan efisien dalam pemakaian.

B. Pendekatan Ergonomis Dalam Perancangan Stasiun Kerja


Secara umum baik dalam memodifikasi atau dalam meredesain stasiun kerja
yang sudah ada maupun mendesain stasiun kerja baru, para perancang sering dibatasi
oleh factor finansial maupun teknologi seperti, keleluasaan modifikasi, ketersediaan
4
ruangan, lingkungan, ukuran frekuensi alat yang digunakan, kesinambungan
pekerjaan dan populasi yang menjadi target. Dengan demikian desain dan redesain
harus selalu berkompromi antara kebutuhan biologis operator dengan kebutuhan
stasiun kerja fisik baik ukuran dan fungsi alat dalam stasiun kerja. Kompromi untuk
kesesuaian tersebut perlu mempertimbangkan antropometri dan lokasi elemen mesin
terhadap posisi kerja, jangkauan, pandangan, ruang gerak dan interface antara tubuh
operator dengan mesin. Di samping itu, teknik dalam mendesain stasiun kerja harus
mulai dengan identifikasi variabilitas populasi pemakai yang didasarkan pada factor-
faktor seperti etnik, jenis kelamin, umur dan lain-lain.

Menurut Das and Sengupta (1993) pendekatan secara sistemik untuk


menentukan secara dimensi stasiun kerja dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
1) Mengidentifikasi variabilitas populasi pemakai yang didasarkan pada etnik, jenis
kelamin dan umur.
2) Mendapatkan data antropometri yang relavan dengan populasi pemakai
3) Dalam pengukuran antropometri perlu mempertimbangkan pemakaian, sepatu dan
posisi normal
4) Menentukan kisaran ketinggian dari pekerjaan utama. Penyediaan kursi dan meja
kerja yang dapat distel, sehingga operator dimungkinkan bekerja dengan posisi
duduk maupun berdiri secara berrgantian.
5) Tata letak dari alat-alat tangan, control dalam kisaran jangkauan optimum
6) Menempatkan displai yang tepat sehingga operator dapat melihat objek dengan
pandangan yang tepat dan nyaman
7) Review terhadap stasiun kerja secara berkala
8) Setiap system kerja mengandung beberapa atau seluruh komponen kerja, masing-
masing saling berinteraksi dengan yang lain. Menurut Corlett and Clark (1995)
bahwa ergonomi baik sebagai ilmu maupun teknologi selalu konsen dengan
interface dan interaksi antara operator dengan komponen-komponen kerja, serta
konsen terhadap pengaruh dari interaksi pada performansi system kerja.

Secara ideal perancangan stasiun kerja haruslah disesuaikan peranan dan


fungsi pokok dari komponen-komponen sistem kerja yang terlibat yaitu manusia,
mesin/peralatan dan lingkungan fisik kerja. Peranan manusia dalam hal ini akan
didasarkan pada kemampuan dan keterbatasannya terutama yang berkaitan dengan
5
aspek pengamatan, kognitif, fisik ataupun psikologisnya. Demikian juga peranan
atau fungsi mesin/peralatan seharusnya ikut menunjang manusia (operator) dalam
melaksanakan tugas yang ditentukan. Mesin/peralatan kerja juga berfungsi
menambah kemampuan manusia, tidak menimbulkan stress tambahan akibat beban
kerja dan membantu melaksanakan kerja-kerja tertentu yang dibutuhkan tetapi
berada diatas kapasitas atau kemampuan yang dimiliki manusia. Selanjutnya
mengenai peranan dan fungsi dari lingkungan fisik kerja akan berkaitan dengan
usaha untuk menciptakan kondisi-kondisi kerja yang akan menjamin manusia dan
mesin agar dapat berfungsi pada kapasitas maksimalnya. Dalam kaitannya dengan
lingkungan fisik kerja seringkali dijumpai bahwa perencana sistem kerja justru lebih
memperhatikan mesin/peralatan yang harus lebih dilindungi dari pada melihat
kepentingan manusia-pekerjanya.

C. Bentuk Meja Teller Bank Yang Salah


Dari pengamatan tersebut, desain meja teller yang di gunakan oleh semua
Bank Mandiri masih belum ergonomis, meja yang digunakan masih terlalu tinggi dan
lebar. Permasalahan tersebut timbul karena dimensi meja teller tidak sesuai dengan
anthropometri. Dengan begitu akan memungkinkan terjadinya sikap kerja tidak
alamiah. Posisi tubuh atau sikap kerja yang tidak alamiah dan cara kerja yang tidak
ergonomis dalam waktu lama dan terus menerus dapat menyebabkan berbagai
gangguan kesehatan pada pekerja.

6
Setelah melakukan pengamatan, kemudian dilanjutkan dengan menyebarkan
kuesioner kepada 10 orang teller pada saat akhir hari setelah bekerja. Didapatkan hasil
yaitu dari 28 keluhan otot yang ditanyakan, 12 kategori diantaranya menunjukkan
keterangan “sakit”. Responden merasakan ketidaknyamanan terhadap desain meja yang
ada, karena pengguna harus membungkukkan badan pada saat berdiri melayani nasabah
supaya dapat melihat slip transaksi dengan jelas, tempat keyboard yang digunakan
masih membatasi ruang gerak kaki, dan untuk penataan alat- alat kerja masih jauh dari
jangkauan tangan. Timbulnya bermacam-macam keluhan otot dikhawatirkan akan
mengganggu konsentrasi dan kinerja teller dalam menghitung uang, akibatnya
dimungkinkan teller mengalami selisih kas. Berdasarkan pertimbanganpertimbangan
tersebut, maka perlu dilakukan perbaikan terhadap meja teller dan juga stasiun kerjanya
untuk mendapatkan meja kerja yang ergonomis dengan pendekatan anthropometri agar
dihasilkan suatu rancangan yang aman dan nyaman sehingga mengurangi kelelahan
pada leher, punggung, kaki, dan bagian tubuh lainnya pada pengguna.

D. Perancangan dimensi meja kerja teller


a) Perhitungan tinggi meja teller bagian atas
TMA = TMT(P5) – (tan 25◦ x JTD(P5))
= 131.56 – (0.4663 x 64.10)
= 105.92 ≈ 106 cm

7
b) Perhitungan tinggi meja teller bagian bawah
TMB = TSD(P95) + P + a
= 66.52 + 1.5 + 2
= 70.02 ≈ 70 cm

c) Perhitungan lebar meja bagian bawah


LMB = (JTD(P5) – PL(P5)) + LMO + a
= (64.10 – 24.28) + 15 + 2
= 56.82 ≈ 57 cm

8
d) Perhitungan panjang meja
PM = LB(P95) + JTD (P5) + (a x 2)
= 41.09 + 64.10 + (10 x 2)
= 125.19 ≈ 125 cm

e) Perhitungan tinggi papan keyboard


TK = TL (P95) + P + a
= 52.50 + 2 + 4
= 58.50 ≈ 59 cm

E. Desain Meja Kerja Teller Setelah Perbaikan


Pengolahan data dilakukan untuk memperoleh dimensi hasil rancangan
berdasarkan data anthropometri penggunanya. Pengolahan data yang telah dilakukan
menghasilkan dimensi rancangan meja kerja teller yang baru, dapat dilihat pada tabel
di bawah ini

9
Setelah produk jadi, dilakukanlah uji coba produk yang digunakan untuk
menganalisa meja kerja teller yang telah dilakukan perbaikan. Setelah dilakukan
uji coba, langkah selanjutnya yaitu menyebarkan kuesioner keluhan otot dan
kuesioner produk kepada 10 teller yang terlibat. Hasil skor dari kuesioner
kemudian dihitung dengan menggunakan metode likert, dan didapatkan hasil
dari tingkat keluhan otot responden mayoritas mendapatkan interpretasi “Tidak
10
Sakit”, dengan begitu dapat diartikan bahwa meja yang sudah mengalami
perbaikan ini dinilai lebih ergonomis dan dapat mengurangi tingkat keluhan
yang dialami pengguna dibandingkan dengan meja yang sebelumnya.

Beberapa keuntungan dari meja kerja teller yang telah mengalami perbaikan, yaitu :

1. Ketinggian meja disesuaikan dengan anthropometri tinggi tubuh pengguna, sehingga


semua pengguna bisa menggunakannya dengan nyaman tanpa harus melakukan gerakan-
gerakan tubuh yang tidak alamiah.
2. Ukuran lebar dan panjang meja disesuaikan dengan anthropometri jangkauan tangan
pengguna, sehingga pengguna dimudahkan untuk mengjangkau komponen-komponen yang
digunakan saat bekerja.
3. Peletakkan papan keyboard diatur sedemikian rupa agar kaki pengguna merasa nyaman,
tidak terganggu dengan papan keyboard. Diberi cukup ruang untuk bergerak agar
menghindari kelelahan pada kaki.

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hasil penelitian mengenai desain ulang meja kerja teller yang ergonomis
dengan pendekatan anthropometri dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perbaikan meja kerja teller dengan menggunakan pendekatan


anthropometri diperoleh rancangan meja kerja teller yang lebih ergonomis.

2. Meja kerja teller dengan ukuran menyesuaikan anthropometri


membuat pengguna bekerja dengan sikap kerja alamiah yaitu posisi duduk dan
berdiri tegak normal, sehingga mengurangi keluhan sakit pada leher, punggung
dan kaki. Hasil dari kuesioner yang telah disebarkan menujukkan meja yang
telah mengalami perbaikan ini lebih memberikan kenyamanan dan mengurangi
keluhan otot pada pengguna.

` B. SARAN

Dari pembahasan di atas diharapkan para pembaca dapat lebih


pandai dalam memilih produk terutama yang berkaitan dengan
kenyaman dalam bekerja, agar terhindar dari kelelahan dan rasa nyeri
pada punggung akibat dari duduk yang tidak ergonomis.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://industri.untag-sby.ac.id/backend/uploads/pdf/JURNAL_TA3.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai