Anda di halaman 1dari 20

MODUL 5

MANUAL HANDLING

Disusun oleh :

Tim P2K ESR OFFICER UT


DAFTAR ISI

BAB I. Tujuan Pembelajaran


1. Manual Handling (MMH)
1.1. Manual Handling (MMH) / Pemindahan Bahan Secara Manual
1.2. Akifitas manual material handling
a. Mengangkat/ Menurunkan (Lifting/Lowering)
b. Mendorong/ Menarik (Push/Pull)
c. Memutar ( Twisting )
d. Membawa ( Carrying )
e. Menahan (Holding)
1.3. Faktor Resiko
BAB II. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi MMH
2.1. Karakteristik Pekerja
2.2. Karakteritik Material
2.3. Karakteristik Tugas/ Pekerjaan
2.4. Sikap Kerja
2.5. Jarak Angkat
BAB III. Resiko Kecelakaan Kerja MMH
3.1. faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja
3.2. Faktor Resiko Sikap Kerja Terhadap Gangguan Muskuloskeletal
BAB IV. Mitigasi Resiko
4.1. Pengendalian teknis
4.2. Pengendalian administrasi
4.3. Perancangan tempat kerja
BAB V. Standard dan batasan mengangkat
BAB VI. Penutup
BAB I

TUJUAN PEMBELAJARAN

a. Tujuan Umum: Peserta dapat meningkatkan pemahaman terhadap keilmuan Keselamatan


dan kesehatan kerja
b. Tujuan khusus: Memahami definisi dari pengangkatan manual, dengan melihat juga dari sisi
ergonomis pekerja.

1. Manual Handling (MMH).

1.1. Manual Handling (MMH) / Pemindahan Bahan Secara Manual

Pengertian pemindahan beban secara manual, menurut American Material Handling Society
bahwa material handling dinyatakan sebagai penanganan (handling), pemindahan (moving),
Pengepakan (packaging), penyimpanan (storing) dan pengawasan (controlling) dari material
dengan segala bentuknya.(Wignjosoebroto, 1996).

Definisi Manual Material Handling (MMH) menurut Heran-Le Roy Dkk (1999) adalah suatu kegiatan
transportasi yang dilakukan oleh satu pekerja atau lebih dengan melakukan kegiatan pengangkatan,
penurunan, mendorong, menarik, mengangkut, dan memindahkan barang.

Selama ini pengertian MMH hanya sebatas pada kegiatan lifting dan lowering yang melihat aspek
kekuatan vertikal. Padahal kegiatan MMH tidak terbatas pada kegiatan tersebut diatas, masih ada
kegiatan pushing dan pulling di dalam kegiatan MMH.

Kegiatan MMH yang sering dilakukan oleh pekerja di dalam industri antara lain :
a. Kegiatan pengangkatan benda (LiftingTask)
b. Kegiatan pengantaran benda (Caryying Task)
c. Kegiatan mendorong benda (Pushing Task)
d. Kegiatan menarik benda (Pulling Task)

Pemilihan manusia sebagai tenaga kerja dalam melakukan kegiatan penanganan material bukanlah
tanpa sebab. Penanganan material secara manual memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut :
a. Fleksibel dalam gerakan sehingga memberikan kemudahan pemindahan beban pada ruang
terbatas dan pekerjaan yang tidak beraturan.
b. Untuk beban ringan akan lebih murah bila dibandingkan menggunakan mesin.
c. Tidak semua material dapat dipindahkan dengan alat.

Pemindahan bahan secara manual jika tidak dilakukan secara ergonomis akan menimbulkan
kecelakaan kerja, yaitu kerusakan jaringan tubuh yang diakibatkan oleh beban angkat yang
berlebihan.
Faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya nyeri punggung (b ack i n jur y) adalah arah beban
yang akan diangkat dan frekuensi aktivitas pemindahan. Usaha untuk mengurangi hal tersebut
adalah dengan cara mengadakan pelatihan, pendidikan dan penyuluhan tentang pengaruh
negatifnya serta perhatian khusus pada perancangan produk yang nantinya akan dikonsumsi
masyarakat.

Beberapa parameter yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :


 Beban yang harus diangkat.
 Perbandingan antara berat bahan dan operator.
 Jarak horisontal dari beban terhadap operator.
 Ukuran beban yang diangkat ( beban yang berdimensi besar akan mempunyai jarak pusat
gravitasi yang lebih jauh dari tubuh dan dapat mengganggu jarak pandangan ).

1.2. Akifitas manual material handling

Akivitas manual material handling merupakan sebuah aktivitas memindahkan beban oleh tubuh
secara manual dalam rentang waktu tertentu. Berbeda dengan pendapat di atas menurut
Occupational Safety and Health Administration (OSHA) mengklasifikasikan kegiatan manual material
handling menjadi lima yaitu :

a. Mengangkat/ Menurunkan (Lifting/Lowering)


Mengangkat adalah kegiatan memindahkan barang ke tempat yang lebih tinggi yang masih dapat
dijangkau oleh tangan. Kegiatan lainnya adalah menurunkan barang.

b. Mendorong/ Menarik (Push/Pull)


Kegiatan mendorong adalah kegiatan menekan berlawanan arah tubuh dengan usaha yang bertujuan
untuk memindahkan obyek. Kegiatan menarik kebalikan dengan itu.
c. Memutar ( Twisting )
Kegiatan memutar merupakan kegiatan MMH yang merupakan gerakan memutar tubuh bagian atas
ke satu atau dua sisi, sementara tubuh bagian bawah berada dalam posisi tetap. Kegiatan memutar
ini dapat dilakukan dalam keadaan tubuh yang diam.

d. Membawa ( Carrying )
Kegiatan membawa merupakan kegiatan memegang atau mengambil barang & memindahkannya.
Berat benda menjadi berat total pekerja.
e. Menahan (Holding)
Memegang obyek saat tubuh berada dalam posisi diam ( statis )

1.3. Faktor Resiko

Beberapa faktor yang berpengaruh dalam pemindahan material adalah sebagai berikut :
a. Berat bahan yang harus diangkat dan perbandingannya terhadap berat badan operator.
b. Jarak horisontal dari beban relatif terhadap operator.
c. Ukuran beban yang harus diangkat (ukuran beban yang besar) akan memiliki pusat massa
yang letaknya jauh dari badan operator dan juga akan menghalangi pandangan operator.
d. Ketinggian beban yang harus diangkat dan jarak perpindahan beban ( mengangkat beban
dari permukaan lantai akan relatif lebih sulit daripada mengangkat beban dari ketinggian
pada permukaan pinggang ).
e. Beban puntir pada badan operator selama aktivitas angkat beban.
f. Prediksi terhadap berat bahan yang diangkat. Hal ini adalah untuk mengantisipasi beban
yang lebih berat dari yang diperkirakan.
g. Stabilitas beban yang akan diangkat.
h. Kemudahan untuk dijangkau oleh operator.
i. Berbagai macam rintangan yang menghalangi atau keterbatasan postur tubuh yang
berada pada suatu tempat kerja.
j. Frekuensi aktivitas angkat.
k. Metode angkat yang benar (tidak boleh mengangkat beban secara tiba-tiba).
l. Tidak terkoordinasi kelompok kerja.
m. Pengangkatan suatu beban dalam suatu periode.
BAB II
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MMH

Semua aktivitas manual handling melibatkan faktor-faktor sebagai berikut :

2.1. Karakteristik Pekerja

Karakteristik pekerja masing-masing berbeda dan mempengaruhi jenis dan jumlah pekerjaan yang
dapat dilakukan. Karakteristik pekerja terdiri dari :
a. Fisik, yang meliputi ukuran pekerja secara umum seperti usia, jenis kelamin, antropometri,
dan postur tubuh.
b. Kemampuan sensorik, ukuran kemampuan sensorik pekerja yang meliputi penglihatan,
pendengaran, kinestetik, sistem keseimbangan dan proprioceptive.
c. Motorik, ukuran kemampuan motorik/ gerak pekerja yang meliputi kekuatan, ketahanan,
jangkauan, dan karakter kinematis.
d. Psikomotorik, mengukur kemampuan pekerja menghadapi proses mental dan gerak seperti
memproses informasi, waktu respon, dan koordinasi
e. Personal, ukuran nilai dan kepuasan pekerja dengan melihat tingkah laku, penerimaan resiko,
persepsi kebutuhan ekonomi, dll
f. Training/pelatihan, ukuran kemampuan pendidikan pekerja dalam training formal atau
keterampilan dalam menangani instruksi MMH.
g. Status kesehatan
h. Aktivitas dalam waktu luang

2.2. Karakteristik Material

Karakteristik ,material atau bahan, meliputi :


a. Beban, ukuran berat benda, usaha yang dibutuhkan untuk mengangkat, maupun momen
inersia benda.
b. Dimensi, atau ukuran benda seperti lebar, panjang, tebal, dan bentuk benda, baik itu kotak,
silinder, dll.
c. Distribusi beban, ukuran letak unit CG dengan reaksi pekerja untuk membawa dengan satu
atau dua tangan.
d. Kopling, cara membawa benda oleh pekerja berkaitan dengan tekstur, permukaan, atau letak.
e. Stabilitas beban, ukuran konsistensi lokasi CM
2.3. Karakteristik Tugas/ Pekerjaan

Karakeristik tugas ini meliputi kondisi pekerjaan manual material handling yang akan dilakukan.
Terdiri dari :
a. Geometri tempat kerja, termasuk didalamnya jarak pergerakan, langkah yang harus
ditempuh, dll.
b. Frekuensi, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan termasuk frekuensi
pekerjaan yang dilakukan.
c. Kompleksitas pekerjaan, termasuk didalamnya ketepatan penempatan, tujuan aktivitas
maupun komponen pendukungnya.
d. Lingkungan kerja, seperti suhu, pencahayaan, kebisingan, getaran, bau bauan, juga daya tarik
kaki.

2.4. Sikap Kerja

Penanganan manual material handling juga melibatkan cara kerja atau sikap dalam menyelesaikan
pekerjaan/ tugas. Pengamatan meliputi pada :
a. Individu, merupakan ukuran metode operasional, seperti kecepatan, ketepatan, cara/ postur
saat memindahkan.
b. Organisasi, berkaitan dengan organisasi kerja seperti luas bangunan pabrik, keberadaan
tenaga medis, maupun utilitas kerjasama tim.
c. Administrasi, seperti sistem insentif untuk keselamatan kerja, kompensasi, rotasi kerja
maupun pengendalian dan pelatihan keselamatan.

Aktivitas manual material handling banyak digunakan karena memiliki fleksibilitas yang tinggi, murah
dan mudah diaplikasikan. Akan tetapi berdasar data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa aktivitas
manual material handling juga diikuti dengan resiko apabila diterapkan pada kondisi lingkungan kerja
yang kurang memadai, alat yang kurang mendukung, dan sikap kerja yang salah. Penelitian yang
dilakukan NIOSH ( NIOSH, 1981 ) memperlihatkan sebuah statistik yang menyatakan bahwa dua -
pertiga dari kecelakaan akibat tekanan berlebihan, berkaitan dengan aktivitas menaikkan barang
(lifting loads activity).

2.5. Jarak Angkat

Penelitian yang dilakukan oleh Gracovetsjy untuk aktifitas angkat material, mengemukakan bahwa
65% kasus diakibatkan oleh kerusakan akibat beban torsi (Torsional Damage) pada sambungan
apophyeseal ( sambungan yang berada diantara vertebral ), ligamen dan annulus fibrusus (
lapisan pembungkus disk ). Kerusakan tersebut lambat untuk disembuhkan.
Dia juga menemukan
bahwa lamanya pembebanan terhadap segmen tulang, merupakan factor yang dapat
mempertinggi derajat kerusakan (Eko Nurmianto,2003:164).

Batasan gaya angkat maksimum yang dijinkan (the Maximum Permissible Limit) yang
direkomendasikan oleh NIOSH (1981) adalah berdasarkan gaya tekan 6500 Newton pada L5/S1
(Lumbar nomor 5/Sakrum nomor 1). Namun hanya 25% pria dan 1% wanita yang diperkirakan
mampu melewati batasan gaya angkat ini.
Batasan gaya angkat normal (the Action Limit) diberikan oleh NIOSH (1981) dan berdasar gaya
tekan 3500 Newton pada L5/SI (Lumbar 5/Sakrum 1). Ada 99% pria dan 75% wanita yang mampu
mengangkat beban diatas ini (Eko Nurmianto, 2003:165).

Tabel batasan berat beban dengan metode berat beban yang dapat ditolerir untuk diangkat

Jenis Jarak antara Berat yang Jarak antara Jarak antara Jarak
kelamin pusat gravitasi diijinkan tinggi lantai genggaman antar tinggi bahu sampai
beban dan sampai tinggi tangan sampai jangkauan
pekerja genggaman bahu (cm) tangan
tangan (cm)

Pria 380 Optimum 23 19 18

Maksimum 29 24 23

250 Optimum 26 19 18

Maksimum 34 24 23

180 Optimum 79 20 19

Maksimum 37 26 24

Wanita 380 Optimum 17 13 12

Maksimum 20 15 14

250 Optimum 20 13 12

Maksimum 24 15 14

180 Optimum 22 14 13

Maksimum 26 17 15

Pekerja yang boleh mengangkat beban maksimum adalah beban pekerja yang sehat berusia 18 –
60 tahun. Diharapkan beban yang diangkat pada batas ini dilaksanakan dibawah pengawasan
supervisor yang bertangging jawab menangani
masalah pemilihan pekerja yang mempunyai kondisi fisik, kebugaran dan pengalaman yang
cukup. Pekerja yang berusia pada atau lebih dari 60 tahun tidak diharapkan untuk
mengangkat beban optimum. Data-data yang ada pada tabel diatas dikurangi 25 % untuk pekerja
yang berusia dibawah 16 tahun.
BAB III

RESIKO KECELAKAAN KERJA MMH

3.1. Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja

Kegiatan MMH yang meliputi pengangkatan, penurunan, mendorong, menarik memiliki potensi
untuk menimbulkan kecelakaan kerja. Kegiatan tersebut melibatkan koordinasi sistem kendali tubuh
seperti tangan, kaki, otak, otot, dan tulang belakang. Bila koordinasi tubuh tidak terjalin dengan baik
akan menimbulkan resiko kecelakaan kerja pada bidang MMH. Heran-Le Roy Dkk (1999) membagi
faktor yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja MMH menjadi dua faktor :

1. Faktor Fisik
Faktor ini bila dijabarkan terdiri dari suhu; kebisingan; bahan kimia; radiasi; gangguan penglihatan;
postur kerja; gangguan sendi (gerakan dan perpindahan berulang); getaran mesin dan alat; alat
angkut; permukaan lantai.

2. Faktor Psikososial
Faktor ini terdiri dari karakteristik waktu kerja seperti shift kerja; peraturan kerja; gaji yang tidak
adil; rangkap kerja; stress kerja; konsekuensi kesalahan kerja; istirahat yang pendek; dan
terganggu saat kerja.

Kedua faktor diatas berpengaruh pada kecelakaan kerja pada bagian muskuloskeletal. Untuk faktor
Fisik (Physical Faktor) yang menjadi faktor beresiko terhadap gangguan muskuloskeletal adalah
postur/sikap kerja dan gangguan sendi akibat pekerjaan yang berulang. Sedangkan diantara faktor
Psikososial yang menjadi penyebab utama adalah rendahnya pengawasan dalam aktivitas produksi
dan terbatasnya keleluasan para pekerja.

3.2. Faktor Resiko Sikap Kerja Terhadap Gangguan Muskuloskeletal

Sikap kerja yang sering dilakukan oleh manusia dalam melakukan pekerjaan antara lain berdiri,
duduk, membungkuk, jongkok, berjalan, dan lain- lain. Sikap kerja tersebut dilakukan tergantung dari
kondisi dari sistem kerja yang ada.

Ketegangan saat melakukan sikap kerja duduk seharusnya dapat dihindari dengan melakukan
perancangan tempat duduk. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa posisi duduk tanpa memakai
sandaran menaikan tekanan pada invertebratal disk sebanyak 1/3 hingga ½ lebih banyak daripada
posisi berdiri (Kroemer Dkk 2000:409).

Sikap kerja duduk pada kursi memerlukan sandaran punggung untuk menopang punggung. Sandaran
yang baik adalah sandaran punggung yang bergerak maju-mundur untuk melindungi bagian
lumbar. Sandaran tersebut juga memiliki tonjolan ke depan untuk menjaga ruang lumbar yang sedikit
menekuk. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi tekanan pada bagian invertebratal disk.
Jika kondisi sistem kerjanya yang tidak sehat akan menyebabkan kecelakaan kerja, karena pekerja
melakukan pekerjaan yang tidak aman. Sikap kerja yang salah, canggung, dan di luar kebiasaan akan
menambah resiko cidera pada bagian sistem muskuloskeletal (Bridger, 1995).

a. Sikap Kerja Berdiri

Sikap kerja berdiri merupakan salah satu sikap kerja yang sering dilakukan ketika melakukan
sesuatu pekerjaan. Berat tubuh manusia akan ditopang oleh satu ataupun kedua kaki ketika
melakukan posisi berdiri. Aliran beban berat tubuh mengalir pada kedua kaki menuju tanah. Hal
ini disebabkan oleh faktor gaya gravitasi bumi.

Kestabilan tubuh ketika posisi berdiri dipengaruhi posisi kedua kaki. Kaki yang sejajar lurus dengan
jarak sesuai dengan tulang pinggul akan menjaga tubuh dari tergelincir. Selain itu perlu menjaga
kelurusan antara anggota bagian atas dengan anggota bagian bawah.

Sikap kerja berdiri memiliki beberapa permasalahan sitem muskuloskeletal. Nyeri punggung bagian
bawah (low back pain) menjadi salah satu permasalahan posisi sikap kerja berdiri dengan sikap
punggung condong ke depan. Posisi berdiri yang terlalu lama akan menyebabkan penggumpalan
pembuluh darah vena, karena aliran darah berlawanan dengan gaya gravitasi. Kejadian ini bila terjadi
pada pergelangan kaki dapat menyebabkanpembengkakkan.

b. Sikap Duduk

Penelitian pada Eastman Kodak Company di New York menunjukkan bahwa 35% dari beberapa
pekerja yang mengunjungi klinik mengeluhkan rasa sakit pada punggung bagian bawah (Bridge, R.S
59). Ketika sikap kerja duduk dilakukan, otot bagian paha semakin tertarik dan bertentangan dengan
bagian pinggul. Akibatnya tulang pelvis akan miring ke belakang dan tulang belakang bagian lumbar
L3/L4 akan mengendor. Mengendornya bagian lumbar menjadikan sisi depan invertebratal disk
tertekan dan sekililingnya melebar atau merenggang. Kondisi ini akan membuat rasa nyeri pada
bagian punggung bagian bawah dan menyebar pada kaki.

Kondisi invertebratal disk bagian lumbar pada saat duduk


(Sumber : Introduction to Ergonomics, 1995)
c. Sikap Kerja Membungkuk

Salah satu sikap kerja yang tidak nyaman untuk diterapkan dalam pekerjaan adalah membungkuk.
Posisi ini tidak menjaga kestabilan tubuh ketika bekerja. Pekerja mengalami keluhan nyeri pada
bagian punggung bagian bawah (low back pain) bila dilakukan secara berulang dan periode yang
cukup lama.

Mekanisme rasa nyeri pada posisi membungkuk


(Sumber : Introduction to Ergonomics, 1995)

Pada saat membungkuk tulang punggung bergerak ke sisi depan tubuh. Otot bagian perut dan
sisi depan invertebratal disk pada bagian lumbar mengalami penekanan. Pada bagian ligamen
sisi belakang dari invertebratal disk justru mengalami peregangan atau pelenturan. Kondisi ini akan
menyebabkan rasa nyeri pada punggung bagian bawah.

Sikap kerja membungkuk dapat menyebabkan “slipped disks”, bila dibarengi dengan pengangkatan
beban berlebih. Prosesnya sama dengan sikap kerja membungkuk, tetapi akibat tekanan yang
berlebih menyebabkan ligamen pada sisi belakang Lumbar rusak dan penekanan pembuluh syaraf .
Kerusakan ini disebabkan oleh keluarnya material pada invertebratal discs akibat desakan tulang
belakangbagianlumbar.

d. Pengangkatan Beban

Kegiatan ini menjadi penyumbang terbesar terjadinya kecelakaan kerja pada bagian punggung.
Pengangkatan beban yang melebihi kadar dari kekuatan manusia menyebabkan penggunaan
tenaga yang lebih besar pula atau over exertion. Dari penelitian Kansal Dkk (137-138)
menunjukkan bahwa over exertion menjadi penyebab cidera bagian punggung paling
dominan.
Persentasenya bekisar antara 64% - 74%.

Pengaruh Sikap kerja pengangkatan yang salah


(Sumber : Introduction to Ergonomics, 1995)

Adapun pengangkatan beban akan berpengaruh pada tulang belakang bagian lumbar. Pada
wilayah ini terjadi penekanan pada bagian L5/SI (lempeng antara lumbar ke-5 dan sacral ke –1).
Penekanan pada daerah ini mempunyai batas tertentu untuk menahan tekanan. Invertebratal disc
pada bagian L5/S1 lebih banyak menahan tekanan daripada tulang belakang. Bila pengangkatan yang
dilakukan melebihi kemampuan tubuh manusia, maka akan terjadi disc herniation akibat lapisan
pembungkus pada invertebratal disc pada bagian L5/S1 pecah.

e. Membawa Beban

Terdapat perbedaan dalam menentukan beban normal yang dibawa oleh manusia. Hal ini
dipengaruhi oleh frekuensi dari pekerjaan yang dilakukan. Faktor yang paling berpengaruh dari
kegiatan membawa beban adalah jarak. Jarak yang ditempuh semakin jauh akan menurunkan
batasan beban yang dibawa.

f. Kegiatan mendorong beban

Hal yang penting menyangkut kegiatan mendorong beban adalah tinggi tangan pendorong. Tinggi
pegangan antara siku dan bahu selama mendorong beban dianjurkan dalam kegiatan ini. Hal ini
dimaksudkan untuk menghasilkan tenaga maksimal untuk mendorong beban berat dan menghindari
kecelakaan kerja bagian tangan dan bahu.

g. Menarik Beban

Kegiatan ini biasanya tidak dianjurkan sebagai metode pemindahan beban, karena beban sulit untuk
dikendalikan dengan anggota tubuh. Beban dengan mudah akan tergelincir keluar dan melukai
pekerjanya. Kesulitan yang lain adalah pengawasan beban yang dipindahkan serta perbedaan jalur yang
dilintasi. Menarik beban hanya dilakukan pada jarak yang pendek dan bila jarak yang ditempuh lebih jauh
biasanya beban didorong ke depan.

h. Menarik Beban
Kegiatan ini biasanya tidak dianjurkan sebagai metode pemindahan beban, karena beban sulit untuk
dikendalikan dengan anggota tubuh. Beban dengan mudah akan tergelincir keluar dan melukai
pekerjanya. Kesulitan yang lain adalah pengawasan beban yang dipindahkan serta perbedaan jalur yang
dilintasi. Menarik beban hanya dilakukan pada jarak yang pendek dan bila jarak yang ditempuh lebih jauh
biasanya beban didorong ke depan.
BAB IV
MITIGASI RESIKO
Kebutuhan untuk mengangkat secara manual harus benar-benar diteliti secara ergonomis. Penelitian
ini akan menghasilkan adanya standarisasi dalam aktivitas angkat manusia.

Standar kemampuan angkat tersebut tidak hanya meliputi arah beban, tetapi juga berisi ketinggian
dan jarak operator terhadap beban dan metode angkat terbaik harus diimplementasikan.

4.1. Pengendalian teknis

Beberapa penyelesaian secara teknis untuk pemindahan material secara manual adalah sebagai berikut:
a. Letakkan benda kerja yang besar pada permukaan yang lebih tinggi dan turunkan dengan
bantuan gaya gravitasi.
b. Berikan peralatan yang dapat mengangkat.
c. Desainlah kotak tempat benda kerja yang disertai hendel yang ergonomis sehingga mudah pada
waktu mengangkat.
d. Aturlah peletakan fasilitas sehingga semakin memudahkan metodologi angkat benda pada
ketinggian permukaan pinggang.
e. Bebaskan area kerja dari gerakan dan peletakan material yang mengganggu jalur dari operator.
f. Hindarkan lantai kerja dari sesuatu yang dapat membuat licin sehingga mambahayakan operator pada
saat perjalanan memindahkan material.
g. Buatlah suatu ruang kerja yang cukup gerakan dinamis bebas operator.T
h. Tempatkan semua material sedekat mungkin operator.

4.2. Pengendalian administrasi

Usaha terbaik dalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja terutama pada bagian muskuloskeletal
adalah mengurangi dan menghilangkan pekerjaan yang beresiko terhadap keselamatan kerja. Ini
adalah prisip dasar dalam usaha peningkatan keselamatan dan keamanan kerja. Dibawah ini
beberapa hal tindakan untuk mengurangi resiko gangguan muskuloskeletal pada pekerjaan MMH :
 Perancangan ulang pekerjaan
 Mekanisasi
 Kelompok kerja

Pekerjaan yang dilakukan beberapa orang mampu membagi beban kerja pada otot secara merata.
Hal ini disebabkan anggota kelompok bebas melakukan pekerjaan yang dilakukan.

4.3. Perancangan tempat kerja

Prinsip yang dilaksanakan adalah perancangan kerja memperhatikan kemampuan dan keterbatasan
pekerja. Tempat kerja menyesuaikan dengan bentuk dan ukuran pekerja agar aktivitas MMH
dilakukan dengan leluasa. Kondisi lingkukangan seperti cahaya, suara, lantai, dan lain-lain juga perlu
perhatian untuk menciptakan kondisi kerja yang nyaman.

4.4. Perancangan peralatan dan perlengkapan


Perancangan peralatan dan perlengkapan yang layak mampu mengurangi penggunaan tenaga yang
berlebihan dalam menyelesaikan pekerjan. Menyediakan pekerja dengan alat bantu dapat
mengurangi sikap kerja yang salah, sehingga menurunkan ketegangan otot.

4.5. Pelatihan kerja

Program ini perlu dilakukan terhadap pekerjaan, karena pekerja melakukan pekerjaan sebagai
kebiasaan. Pekerja harus mengetahui mengenai pekerjaan yang berbahaya dan perlu mengetahui
bagaimana melakukan pekerjaan yang aman. Untuk melakukan kegiatan manual material handling
(MMH) dengan aman, maka dalam melaksanakan pelatihan kerja MMH perlu memahami
pedomannya. Alexander (1986) mengungkapkan empat (4) prinsip yang dipegang selama melakukan
MMH, yaitu :
1. Berusaha untuk menjaga beban pengangkatan selalu dekat dengan tubuh (mencegah
momen pada tulang belakang).
2. Berusaha untuk menjaga posisi pinggul dan bahu selalu dalam posisi segaris (mencegah
gerakan berputar pada tulang belakang). Menjaga keseimbangan tubuh agar tidak mudah
jatuh.
3. Berpikir dan merencanakan metode dalam aktivitas MMH yang sulit dan berbahaya.

4.6. Metode Analisis Sikap Kerja

Dalam menangani kecelakaan kerja yang berkaitan dengan gangguan muskuloskeletal telah
dikembangkan beberapa metode analisis. Salah satu aspek metode analisis yang dipakai adalah
pengamatan sikap kerja. Di bawah ini dijelaskan beberapa metode yang menggunakan analisis sikap
kerja untuk mengungkap gangguan musculoskeletal pada tempat kerja.
BAB IV
STANDARD DAN BATASAN MENGANGKAT
Batasan Beban Yang Boleh Diangkat menjadi salah satu cara untuk melakukan pengendalian secara
administrasi, pendekatan terhadap batasan dari massa beban yang akan diangkut meliputi:

 Batasan Angkat Secara Legal (Legal Limitations)

Dalam rangka menciptakan suasana kerja yang aman dan sehat maka perlu adanya suatu batasan
angkat untuk operator. Batasan angkat ini dipakai sebagai batasan angkat secara internasional.
Adapun variabelnya adalah sebagai berikut :
a. Pria dibawah usia 16 tahun, maksimum angkat adalah 14 kg
b. Pria usia diantara 16 tahun dan 18 tahun, maksimum angkat 18 kg
c. Pria usia lebih dari 18 tahun, tidak ada batasan angkat
d. Wanita usia diantara 16 tahun dan 18 tahun, maksimum angkat 11 kg
e. Wanita usia lebih dari 18 tahun, maksimum angkat adalah 16 kg

Batasan angkat ini dapat membantu untuk mengurangi rasa nyeri, ngilu pada tulang belakang bagi
para wanita (back injuries incidence to women). Batasan angkat ini akan mengurangi
ketidaknyamanan kerja pada tulang belakang, terutama bagi operator untuk pekerjaan berat.

Batasan angkat di Indonesia ditetapkan melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan
Koperasi No. PER.01/Men/1978 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Beban angkat ditetapkan dengan dasar perhitungan 5/7 kg berat badan, contohnya seorang
lelaki dengan berat badan 70 kg berarti beban yang dapat diangkat sebesar 50 kg. Batasan
tersebut dapat dilihat pada table berikut:

Aktivitas mengangkat Dewasa Tenaga kerja muda

Laki – laki Wanita Laki – laki Wanita

( kg ) ( kg ) ( kg ) ( kg )

Sekali - kali 40 10 15 10– 12

Terus menerus 15 –18 10 10 – 15 6–9

Sumber : (Suma’ mur P. K, 1998:28).


 Batasan Angkat Secara Biomekanika

Batasan angkat biomekanika adalah analisa biomekanika tentang rentang postur atau posisi
aktivitas kerja, ukuran badan dan ukuran manusia. Kriteria keselamatan adalah berdasarkan
beban tekan (compression load) pada intervertebral disc antara lumbar nomor lima dan sacrum
nomor satu (L5/S1). National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) Amerika Serikat
merekomendasikan batasan angkat sebagai berikut :
a. Batasan gaya angkat maksimum yang diijinkan (the maximum permissible limit) adalah
berdasarkan gaya tekan sebesar 6500 Newton pada L5/S1.
b. Batasan gaya angkat normal (the action limit) adalah berdasarkan gaya tekan sebesar 3500
Newton pada L5/S1.
c. Batasan gaya angkat normal ditentukan melalui rumus :
AL(kg) = 40 (15/H) (1-0,004/V-75/) (0,7+7,5/D) (1-F/Fmax)

Dimana :

H = Posisi horizontal (cm), arah titik tengah antara mata kaki pada tempat
V = Posisi vertikal (cm) pada tempat asal sebelum beban diangkat
D = Jarak angkat vertikal (cm) antara tempat asal dan tujuan dari aktivitas
angkat tersebut.
Fmax = Frekuensi maksimum yang dapat dilaksanakan

Tabel batasan Gaya Angkat Normal

Periode angkatan Posisi tubuh


Berdiri Membungkuk
V > 75 V < 75
1 jam 18 15
8 jam 15 12

 Batasan Angkat Secara Fisiologis

Batasan angkatan secara fisiologis ditetapkan dengan mempertimbangkan rata- rata beban
metabolisme dan aktivitas angkat berulang (repetitive lifting) atau dapat juga ditentukan dari
jumlah konsumsi oksigen. Metode lain adalah dengan cara pengukuran langsung pada tekanan
yang ada di adalam perut (intra abdominal pressure) selama aktivitas angkat dan
menghasilkan batasan gaya angkat terhadap beban kerja manual.

 Batasan Angkat Secara Psiko – Fisik

Metode ini berdasarkan pada sejumlah eksperimen yang berupaya mendapatkan berat pada
berbagai keadaan dan ketinggian beban yang berbeda-beda. Ada tiga kategori posisi angkat yang
ditemukan yaitu :
a. Dari permukaan lantai ke ketinggian genggaman (knuckle height)
b. Dari ketinggian genggaman tangan (knuckle height) ke ketinggian bahu (shoulder height)
c. Dari ketinggian bahu (shoulder height) ke maksium jangkauan tangan vertikal (vertical
arm reach)

Tabel berat beban yang dapat ditolelir untuk aktivitas angkat yang sering

Frekuensi angkat Berat yang boleh diangkat (kg)

Satu kali dalam 30 menit 95

Satu kali dalam 25 menit 85

Satu kali dalam 15 – 20 menit 66

Satu kali dalam 10 – 15 menit 50

Satu kali dalam 5 menit 33


BAB VI
PENUTUP
Memahami risiko dari pengangkatan secara manual serta memahami bagaimana mencegah
kecelakaan dan risiko cidera yang disebabkan oleh pengangkatan secara manual. sebelum anda mulai
mengangkat, berhenti sebentar dan berpikir - rencana anda mengangkat gunakan troli apabila
memungkinkan, serta pertimbangkan hal-hal berikut:

 Di mana Anda akan menempatkan beban?


 Apakah ada yang bisa membantu mengangkat?
 Apakah ada penghalang di jalan, jika demikian pindahkan sebelum mengangkat.
 Jika Anda membawa jauh, Carilah jalur yang paling mudah
 Pastikan kuda-kuda anda kuat
 Postur yang baik, tegak tidak menekuk pinggang.
 Pastikan area yang anda akan angkat bersih, tidak tajam, cukup kuat
 Angkat benda sedekat mungkin dengan tubuh seperti memeluk benda, semakin dekat
semakin baik.
 Apabila ragu, jangan lakukan pengangkatan
 Jangan memutar bagian belakang atau bersandar ke samping saat Anda memegang beban

Cara mengangkat yang baik dan benar selain menjaga keselamatan dan kesehatan personal, juga
memastikan tidak ada orang lain yang terkena dampak risiko aktifitas yang kita lakukan.

Anda mungkin juga menyukai