Anda di halaman 1dari 15

4

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Definisi dan Ruang Lingkup Manual Handling.
Definisi Manual material handling (MMH) adalah suatu kegiatan
transportasi yang dilakukan oleh satu pekerja atau lebih dengan melakukan
kegiatan pengangkatan, penurunan, mendorong, menarik, mengangkut,
dan memindahkan barang (Suhadri, 2008).
Selama ini pengertian MMH hanya sebatas pada kegiatan
mengangkat dan menurunkan yang melihat aspek kekuatan vertikal.
Padahal kegiatan MMH tidak terbatas pada kegiatan tersebut diatas, masih
ada kegiatan menarik dan mendorong di dalam kegiatan MMH. Kegiatan
MMH yang sering dilakukan oleh pekerja di dalam industri antara lain :
a. Kegiatan pengangkatan benda (LiftingTask)
b. Kegiatan pengantaran benda (Caryying Task)

c. Kegiatan mendorong benda (Pushing Task)


d. Kegiatan menarik benda (Pulling Task)
Berbeda dengan pendapat di atas menurut Occupational Safety and
Health Administration (OSHA) mengklasifikasikan kegiatan manual
material handling menjadi lima yaitu :
a. Mengangkat/Menurunkan (Lifting/Lowering)
Mengangkat adalah kegiatan memindahkan barang ke tempa
yang lebih tinggi yang masih dapat dijangkau oleh tangan.
Kegiatan lainnya adalah menurunkan barang.
b. Mendorong/Menarik (Push/Pull)
Kegiatan mendorong adalah kegiatan menekan berlawanan arah
tubuh dengan usaha yang bertujuan untuk memindahkan obyek.
Kegiatan menarik kebalikan dengan itu.
e. Memutar (Twisting)
Kegiatan memutar merupakan kegiatan MMH yang merupakan
gerakan memutar tubuh bagian atas ke satu atau dua sisi,
sementara tubuh bagian bawah berada dalam posisi tetap.
5

Kegiatan memutar ini dapat dilakukan dalam keadaan tubuh


yang diam.
f. Membawa (Carrying)
Kegiatan membawa merupakan kegiatan memegang atau
mengambil barang dan memindahkannya. Berat benda menjadi
berat total pekerja.
g. Menahan (Holding)
Memegang obyek saat tubuh berada dalam posisi diam (statis)
Pemilihan manusia sebagai tenaga kerja dalam melakukan kegiatan
penanganan material bukanlah tanpa sebab. Penanganan material secara
manual memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut:
a. Fleksibel dalam gerakan sehingga memberikan kemudahan
pemindahan beban pada ruang terbatas dan pekerjaan yang tidak
beraturan.
b. Untuk beban ringan akan lebih murah bila dibandingkan
menggunakan mesin.
c. Tidak semua material dapat dipindahkan dengan alat.
d. Manual material handling (MMH) merupakan sumber utama
terjadinya cedera punggung. MMH meliputi mengangkat,
menurunkan, membawa, mendorong dan menarik barang.
Sementara itu faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya nyeri
punggung (back injury), adalah arah beban yang akan diangkat
dan frekuensi aktivitas pemindahan. Risiko-risiko nyeri tersebut
banyak dijumpai pada beberapa industri, antara lain: industri
berat, pertambangan, konstruksi / bangunan, pertanian, rumah
sakit dan lain-lain. Beberapa perimeter yang harus diperhatikan
adalah sebagai berikut:
1) Beban yang harus diangkat
2) Perbandingan antara berat badan dan orangnya
3) Jarak horisontal dari beban terhadap orangnya
4) Ukuran beban yang akan diangkat (beban yang berdimensi
besar akan mempunyai jarak center of gravity (CG) yang
lebih jauh dari tubuh, dan bisa mengganggu jarak
pandangannya)

2. Pengertian Mengangkat dan Mengangkut


6

Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan mengangkat dan mengangkut


sudah menjadi suatu kegiatan yang tak terpisahkan pada diri manusia.
Dalam dunia kerja, kegiatan angkat dan angkut merupakan suatu hal
pokok atau bisa disebut esensial, karena hampir di setiap pekerjaan
dijumpai kegiatan angkat angkut. Kegiatan angkat angkut biasanya
dijumpai di perkebunan, pertambangan, perindustrian, pelabuhan, di pasar,
bahkan di kantor pemerintahan maupun swasta.
Mengangkat adalah membawa ke atas, menaikkan, dan meninggikan
(Dany Haryanto, 2004). Dari berbagai masalah ergonomi dalam sistem
kerja bongkar muat, yang paling dominan adalah aktivitas angkat. Untuk
mencegah terjadinya efek cedera pada anggota tubuh yang rawan (seperti
pinggang dan punggung), maka aktivitas tersebut harus dilakukan dengan
teknik mengangkat yang benar. Secara garis besar teknik tersebut adalah
sebagai berikut di bawah ini :
a. Pegangan terhadap bahan yang diangkat harus tepat.
b. Lengan berada sedekat mungkin dengan badan dan dalam posisi
lurus.
c. Posisi tulang belakang harus tetap lurus.
d. Dagu segera ditarik setelah kepala bisa ditegakkan.
e. Posisi kaki merenggang untuk membagi momentum dalam posisi
mengangkat.
f. Berat badan di manfaatkan untuk menarik dan mendorong
sedangkan gaya.
g. untuk gerakan dan perimbangan.
h. Beban diusahakan sedekat mungkin terhadap garis vertikal yang
melalui pusat gravitasi tubuh.
Prinsip Mengangkat :
a. Pegangan harus tepat.
b. Lengan harus berada sedekat-dekatnya pada badan dan dalam
posisi lurus.
c. Punggung harus di luruskan.
7

d. Dagu di tarik segera setalah kepala bias di tegakkan lagi pada


permulaan gerakan.
e. Posisi kaki di buat sedemikian rupa sehingga mampu untuk
mengimbangi momentum yang terjadi dalam posisi mengangkat.
f. Berat badan di manfaatkan untuk menarik dan mendorong, gaya
untuk gerakan dan perimbangan.
g. Beban di usahakan berada sedekat mungkin terdapat garis
vertikal yang melalui pusat gravitasi tubuh (Sarwono, 2002).
Mengangkut adalah elemen gerakan dasar yang dilaksanakan dengan
maksud utama untuk membawa suatu objek dari satu ke lokasi tujuan
tertentu. Disini ada tiga kelas mengangkut, yaitu :
a. Mengangkut kelas A adalah bila gerakan mengangkut merupakan
pemindahan objek dari satu tangan ke tangan yang lain atau berhenti
karena suatu sebab.
b. Mengangkut kelas B adalah bila gerakan mengangkut merupakan
pemindahan objek ke suatu sasaran yang letaknya tidak pasti atau
mendekati.
c. Mengangkut kelas C adalah bila gerakan mengangkut merupakan
pemindahan objek ke suatu sasaran yang letaknya sudah tertentu atau
tetap (Sritomo Wignjosoebroto, 2003).
Kegiatan mengangkat dan mengangkut dipengaruhi oleh beberapa hal
yaitu :
a. Beban yang diperkenankan, jarak angkut dan intensitas pembebanan.
b. Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan medan yang licin, kasar, naik
turun, dan lain-lain.
c. Ketrampilan bekerja.
d. Peralatan kerja.
e. Ukuran beban yang akan diangkut.
f. Metode mengangkut yang benar.
Menurut ketentuan Peraturan Menteri TenagaKerja Transmigrasi dan
Koperasi No : PER.01/MEN/1978 tentang Keselamatan Kerja Dalam
8

Penebangan dan Pengankatan kayu, disarankan agar beban kerja diangkat


menurut keadaan tenaga kerja.
Disamping itu, jenis kelamin seseorang juga dapat mempengaruhi
kegiatan mengangkat dan mengangkut. Cara mengangkat dan mengangkut
yang baik harus memenuhi dua prinsip kinetis, yaitu :
a. Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang kuat dan sebanyak
mungkin otot tulang yang lemah dibebaskan dari pembebanan.
b. Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.

3. Efek Pekerjaan Angkat Angkut


Dalam pekerjaan mengankat-mengankut secara manual bagian tubuh
yang dapat terkena kelainan terutama pada bagian tulang belakan (kifosa
dan lordosa). Adapun contoh-contoh kerusakan tulang belakang akibat
kesalahan teknik mengankat dan mengankut ataupun beban yang terlalu
berat antara lain :
a. Over Exertion Lifting and Carrying yaitu kerusakan jaringan,
tubuh yang diakibatkan oleh beban angkut yang berlebihan.
b. HNP (Hernia Nucleus Pulposus) yaitu robeknya bagian dalam dari
lempeng menonjol keluar serta mungkin menekan saraf-saraf
disekitarnya akibat beban angkut berlebih dan pembebanan tiba-
tiba.
c. Back Injury yaitu timbulnya nyeri pada punggung, penyebabnya
adalah pekerja mengangkat dengan sikap membungkuk faktor
yang berpengaruh terhadap timbulnya back injury yaitu arah beban
yang akan di angkut dan frekuensi aktivitas pemindahan.
Timbulnya back injury banyak dijumpai pada industri berat
pertambangan, konstruksi, pertanian, rumah-rumah, dan lain-lain.
Faktor-faktor risiko yang dominan yang berkaitan dengan terjadinya
cedera akibat pekerjaan angkat-angkut antara lain :
a. Sikap tubuh yang tidak alamiah dan dipaksakan, antara lain badan
membungkuk dan memuntir ke samping, jongkok, dan berlutut.
9

b. Gerakan berulang, seperti sering menjangkau, mengangkat, dan


membawa obyek kerja.
c. Pengerahan tenaga berlebihan, seperti membawa atau mengangkat
obyek kerja yang terlalu berat.
d. Sikap kerja statis, seperti harus mempertahankan sikap diam untuk
waktu yang lama pada satu jenis aktivitas.
Kesehatan Kerja memiliki tiga komponen utama yaitu kapasitas kerja,
beban kerja, dan lingkungan kerja. Ketiga komponen tersebut harus
memiliki hubungan interaktif yang baik dan serasi untuk menghasilkan
kesehatan kerja yang optimal. Komponen tersebut antara lain :
a. Kapasitas Kerja
Kapasitas kerja yaitu kemampuan yang dimiliki oleh pekerja.
Kemampuan seorang tenaga kerja berbeda dengan yang lain
tergantung kepada umur, jenis kelamin, pendidikan, status gizi,
keterampilan lama bekerja atau pengalaman serta ukuran tubuh.
Kapasitas yang dimiliki seorang pekerja erat hubungannya dengan
pekerjaan. Semakin tinggi keterampilan yang dimiliki jadi efesien
dalam bekerja, sehingga beban kerja menjadi relatif lebih ringan
(Suma’mur P,K, 2009).
Kapasitas kerja dianggap sebagai istilah yang sangat luas yang
mencakup semua kapasitas yang diperlukan untuk melaksanakan
suatu jenis pekerjaan tertentu. Dengan demikian istilah kapasitas
kerja mencakup kapasitas fungsional, fisik, mental, dan sosial.
Tingkat keselarasan kapasitas kerja dengan tuntutan pekerjaan akan
mempengaruhi produktivitas, dan kesulitan dalam hal ini dapat
mengarah ke stres dan penyakit yang terkait pekerjaan serta
kecacatan yang ada hubunganya dengan pekerjaan. Ada tiga faktor
yang diidentifikasi menjadi penyebab penurunan yang dialami
dalam kapasitas kerja, yaitu :
1) Tuntutan fisik yang berlebihan :
a) Kerja otot statis.
b) Penggunaan otot statis.
10

c) Mengangkat dan menjinjing.


d) Gerakan ekstrim yang tiba-tiba.
e) Gerakan yang berulang-ulang.
f) Postur kerja membungkuk dan meliuk secara
serempak
2) Lingkungan kerja yang berbahaya dan menimbulkan stress :
a) Tempat kerja yang basah dan kotor.
b) Risiko kecelakaan kerja.
c) Tempat kerja yang panas.
d) Tempat kerja yang dingin.
e) Perubahan suhu pada jam kerja.
f) Penerangan yang buruk.
3) Pengorganisasian yang buruk :
a) Benturan-benturan terhadap tanggung jawab.
b) Perencanaan dan pengawasan kerja yang tidak
memuaskan.
c) Takut gagal dan tidak membuat kekeliruan.
d) Dikejar waktu.
e) Kurangnya kebebasan memilih.
f) Kurangnya atas kontrol pekerjaan.
g) Kurangnya pengembangan professional.
h) Kurangnya pengakuan dan penghargaan (Doewas, M,
1996).
b. Beban Kerja
Setiap tenaga kerja memiliki ukuran kemampuan individual
dalam hubungannya dengan beban kerja dalam menanggung beban
kerja. Mungkin diantara mereka lebih cocok untuk beban fisik, atau
mental, atau sosial. Namun sebagai persamaan yang umum, mereka
hanya mampu memikul beban sampai suatu berat tertentu. Seorang
pekerja berat, seperti pekerja-pekerja bongkar dan muat barang di
11

pelabuhan, menanggung lebih banyak beban fisik dari pada beban


mental atau sosial (Suma’mur P.K, 2009).
Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam
hubungannya dengan beban kerja. Mungkin diantara mereka lebih
cocok untuk beban fisik, mental, atau sosial. Kerja fisik sering
disebut kerja otot, dan otot-ototlah yang menjadi sebab gerakan
tubuh, otot menduduki sekitar 45% dari berat tubuh. Otot bekerja
dengan jalan mengerut atau kontraksi. Pengerutan otot kadang-
kadang dapat membuat panjang otot menjadi setengahnya dari
keadaan semula, sehingga kemampuan kerja suatu otot tergantung
antara lain pada panjangnya.
c. Lingkungan Kerja
Sebagai tambahan kepada beban kerja yang langsung akibat
pekerjaan sebenarnya, suatu pekerjaan biasanya dilakukan dalam
suatu lingkungan atau situasi, yang berakibat beban tambahan
pada jasmani dan rohani tenaga kerja.

4. Rekomendasi Batas Angkat Angkut


Hal-hal yang perlu dipertimbangkan bagi pekerja agar setiap aktivitas
angkat dapat dilakukan secara lebih aman, antara lain :
a. Perlu dilakukan pengecekan label (berat beban) pada container atau
pembungkus beban objek.
b. Sebelum mengankat, selalu lakukan pengetesan terhadap beban
untuk stabilitas dan berat beban.
c. Untuk yang tidak stabil dan atau berat, ikuti pedoman untuk
menejemen.
d. Harus ada rencana angkat-angkut yang tepat yaitu :
 Gunakan sepatu kerja yang tepat untuk menghindarkan
kemungkinan terselit, terpeleset atau terjatuh.
 Angkat hanya semampu yang dapat dikerjakan dengan aman
tanpa ada kemungkinan terjadi resiko cedera.
 Upayakan selalu mengangkat pada power zone, yaitu diatas
titik pertengahan paha, dibawah bahu dan bawah sedekat
mungkin dengan badan, jika memungkinkan.
12

 Harus dengan extra hati-hati pada saat mengankat beban yang


tidak stabil.
 jika harus menggunakan sarung tangan, maka pilihlah ukuran
yang betul-betul tepat.
e. Hindari posisi membungkuk saat mengankat beban dari lantai.
Pada saat mengankat beban perlu diperhatikan hal-hal seperti berikut :
- Pastikan dapat memegang objek dengan aman.
- Selalu gunakan kedua tangan jika memungkinkan.
- Hindarkan mengankat secara mendadak dan lakukan secara
perlahan-lahan atau tanpa melakukan pengerahan tenaga kejutan.
- Upayakan objek sedekat mungkin dengan badan.
- Gunakan kaki untuk mendorong keatas dan mengankat beban,
bukan menggunakan tulang belakang sebaagi tumpuan mengangkat.
- Hindarkan memuntirkan tubuh pada saat mengankat dan
memindahkan beban.
- Istirahat secukupnya diantara periode waktu kerja.
Beberapa parameter yang harus diperhatikan dalam memindahkan
bahan secara manual adalah sebagai berikut (Eko Nurmianto, 1998) :
a. Beban yang harus diangkat.
b. Perbandingan antara beban dengan orangnya.
c. Jarak horizontal dari beban terhadap orangnya.
d. Ukuran beban yang akan diangkat.
Menurut ketentuan Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi
dan Koperasi No : PER.01/MEN/1978 tentang Keselamatan Kerja dan
Kesehatan Kerja dalam Penebangan dan Pengangkutan Kayu, disarankan
agar beban diangkat menurut keadaan tenaga kerja.
Tabel 1. Berat badan yang dianjurkan menurut usia dan jenis kelamin :
No. Keterangan Pekerja dewasa Pekerja muda
Laki-laki Wanita Laki-laki Wanita
1. Mengangkat sekali 40 kg 15 kg 15 kg 10-12 kg
2. Terus-menerus 15-18 kg 10 kg 10-15 kg 6-9 kg
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dalam pemindahan
material secara manual maka perlu dikenali faktor risiko berpengaruh.
Faktor risiko tersebut adalah sebagai berikut :
a. Berat beban yang diangkat dan perbandingannya terhadap berat
beban pekerja.
13

b. Jarak horizontal dari beban relatif terhadap pekerja.


c. Ukuran beban yang harus diangkat maksudnya beban yang
berukuran besar akan memiliki pusat massa yang letaknya jauh
dari badan dan dapat menghalangi pandangan pekerja.
d. Ketinggian beban yang harus diangkat dan jarak perpindahan
beban. Mengangkat beban dari permukaan lantai akan relatif lebih
sulit dari pada mengangkat beban dari ketinggian pada permukaan
pinggang.
e. Beban puntir pada pekerja selama aktivitas angkat beban.
f. Stabilitas beban yang akan diangkat maksudnya keseimbangan
beban yang akan diangkat.
g. Kemudahan dijangkau oleh pekerja.
h. Berbagai macam rintangan yang menghalangi atau pun
keterbatasan postur tubuh yang berada pada suatu tempat kerja.
i. Kondisi kerja yang meliputi pencahayaan, temperatur, kebisingan,
dan kelicinan lantai.
j. Frekuensi angkat yaitu banyaknya aktivitas angkat.
k. Metode angkat yang benar (tidak boleh mengangkat beban secara
tiba-tiba).
l. Tidak terkoordinasinya kelompok kerja (lifting team).
m. Diangkatnya beban dalam suatu periode. Hal ini adalah sama
dengan membawa beban pada jarak tertentu dan memberi
tambahan beban pada vertebral disc dan intervetrebal disc pada
vertrebal columa di daerah punggung (Eko Nurmianto, 1998).
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dalam mengangkat atau
memindahkan bahan secara manual ditetapkan batasan-batasan yaitu :
a. Batasan angkat secara legal (legal limitation)
Batasan legal adalah batasan berat beban yang ditetapkan secara
sah oleh suatu lembaga atau negara. Hal ini dilakukan dalam
rangka menciptakan suasana kerja yang aman dan sehat. Batasan-
batasan angkat ini dapat membantu untuk mengurangi rasa nyeri,
14

ngilu pada tulang belakang pada saat mengangkat dan mengangkut.


Batasan angkat ini juga mengurangi ketidaknyamanan kerja pada
tulang belakang. Batasan angka yang digunakan secara
internasional adalah sebagai berikut :
1) Pria di bawah usia 16 tahun, maksimum angkat adalah 14 kg.
2) Pria usia 16 – 18 tahun, maksimum angkat adalah 18 kg.
3) Pria usia lebih dari 18 tahun, tidak ada batasan angkat.
4) Wanita usia 16 – 18 tahun, maksimum angkat 11 kg.
5) Wanita usia lebih dari 18 tahun, maksimum angkat 16 kg.
Tabel 2. Batasan Angkut Komisi keselamatan dan Kesehatan Kerja
BATASAN ANGKUT TINDAKAN
(Kg)
Dibawah 16
sambungan Tidaka ada tindakan khusus yang perlu
diadakan.
16 – 34 Prosedur administratif diperlukan untuk
bersambung
mengidentifikasi ketidakmampuan seorang
dalam mengangkat beban tanpa
menanggung risiko yang berbahaya dengan
perantara alat bantu.
34 – 35 Sebaiknya operator yang terpilih
menggunakan sistem pemindahan secara
terlatih dibawah pengawasan penyelia.
Diatas 35 Harus menggunakan peralatan mekanis
operator terpilih dan terlatih, pernah
mengikuti pelatihan K3 dibawah
pengawasan ketat.
Sumber : Komisi keselamatan dan Kesehatan Kerja di Inggris (1982).
Recommended weight limit (RWL) merupakan produk
persamaan pada pekerja angkat, merupakan beban yang hampir seluruh
tenaga kerja yang sehat mampu untuk mengangkat pada periode waktu
tertentu (seperti maksimum 8 jam per hari) untuk suatu pekerjaan pada
kondisi yang spesifik tanpa menyebabkan terjadinya resiko, khususnya
nyeri pinggang. Yang dimaksud tenaga kerja yang sehat adalah tenaga
15

kerja yang tidak mempunyai riwayat penyakit yang berkaitan dengan


gangguan pada otot skeletal (Muskoloskeletal Disorder). RWL dapat
dihitung melalui enam variabel.
RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
Keterangan :
LC = Load Constant = 23 kg
HM = Horizontal Multiplier =25/H
VM = Vertical Multiplier = 1 – (0,003/V – 75)
DM = Distance Multiplier = 0,82 + (4,5/D)
AM = Asymetric Multiplier = 1 – (0,0032.A)
FM = Frequency Multiplier = lihat tabel
CM = Coupling Mmultiplier = lihat table
Lifting Index (LI) adalah istilah yang digunakan untuk
mengestimasi tingkat stres fisik yang berhubungan dengan pekerjaan
mengangkat secara manual. Estimasi tingkat stres fisik merupakan
hubungan antara berat beban dan batas berat beban yang
direkomendasikan. Selanjutnya LI dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :

LI = Hasil perhitungan nilai LI= dapat diklasifikasikan berdasarkan


tingkat risiko cidera di bawah ini :
Tabel 3. Klasifikasi Tingkat Risiko terhadap Nilai LI
Nilai LI Tingkat Risiko Diskripsi Perbaikan
Tidak ada masalah dengan pekerjaan
maka tidak diperlukan perbaikan
<1 Rendah terhadap pekerjaan tetapi tetap terus
mendapatkan perhatian sehingga nilai LI
dapat dipertahan < 1.
Ada beberapa masalah dari beberapa
parameter angkat sehingga perlu
dilakukan pengecekan dan redesain
1-<3 Sedang
segera pada parameter yang
menyebabkan nilai LI tinggi. Upayakan
perbaikan sehingga nilai LI < 1.
3 Tinggi Terdapat banyak permasalahan dari
16

parameter angkat sehingga diperlukan


pengecekan dan perbaikan sesegera
mungkin secara menyeluruh terhadap
parameter-parameter yang menyebabkan
nilai tinggi. Upayakan perbaikan
sehingga nilai LI < 1.
17

b. Batasan angkat secara biomekanika


Batasan angkat biomekanika adalah analisa biomekanika tentang
rentang postur atau posisi aktivitas kerja, ukuran badan, dan ukuran
manusia. Analisa biomekanika yang dianalisa adalah gaya tekan yang
akan diestimasi dengan memberikan suatu beban luar, postur dan data
anthropometri dari operator angkatnya. Batasan ini bergantung pada
berat beban dan jarak horizontal anatara beban dengan pekerja. Kriteria
keselamatan adalah berdasarkan beban tekan (compression load) pada
intervertebral disc antara lumbar nomor lima dan sacrum nomor satu
(L5/S1). National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH)
Amerika Serikat merekomendasikan batasan angkat sebagai berikut :
1) Batasan gaya angkat maksimum yang diijinkan (the maximum
permissible limit) adalah berdasarkan gaya tekan sebesar 6500
Newton pada L5/S1.
2) Batasan gaya angkat normal (the action limit) adalah berdasarkan
gaya tekan sebesar 3500 Newton pada L5/S1.
c. Batasan angkatan secara fisiologis
Batasan angkatan secara fisiologis, dapat ditetapkan dengan
mempertimbangkan rata-rata beban metabolisme dan aktivitas angkat
berulang (repetitive lifting) atau dapat juga ditentukan dari jumlah
konsumsi oksigen.
Metode lain adalah dengan cara pengukuran langsung terhadap
tekanan yang ada di dalam IAP (Intra Abdominal Pressure). Dari
penelitian di Universty of survey langsung terhadap tekanan IAP
maksimum pada 90 mmHg.
d. Batasan angkat secara psiko-fisik
Metode ini berdasarkan pada sejumlah eksperimen yang
berupaya mendapatkan berat pada berbagai keadaan dan ketinggian
beban yang berbeda-beda. Ada tiga kategori posisi angkat yang
ditemukan yaitu :
1) Dari permukaan lantai ke ketinggian genggaman (knuckle height).
18

2) Dari ketinggian genggaman tangan (knuckle height) ke ketinggian


bahu (shoulder height).
3) Dari ketinggian bahu (shoulder height) ke maksium jangkauan
tangan vertikal (vertical arm reach).

B. Perundang-Undangan
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Pasal 3 ayat 1 yang bernbunyi, ”Syarat-syarat tentang keselamatan kerja
yaitu memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan
kerja dan proses kerja secara ergonomi”.
2. Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 tentang Syarat
Kesehatan, Kebersihan, serta Penerangan dalam Tempat Kerja.
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Pasal 1 ayat 2 yang berbunyi, “Tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat”.
4. Keputusan Presiden RI Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang
Timbul Akibat Hubungan Kerja.
Pasal 1 yang berbunyi, ”Penyakit yang timbul karena hubungan kerja
adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja”.
5. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor Kep-
79/MEN/IV/2003 tentang Pedoman Diagnosis dan Penilaian Cacat karena
Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja.

Anda mungkin juga menyukai