Anda di halaman 1dari 8

Nama : Laras Heraswati

Kelas/NIM : B / R0215062

BHOPAL: Bencana Industri Terburuk dalam Sejarah Industri Dunia

Tragedi Bhopal pada 1984 adalah musibah industri terburuk dalam sejarah dunia. Hal ini
diakibatkan pengeluaran 40 metrik ton metil isosianat (MIC) secara tak sengaja dari pabrik
pestisida Union Carbide yang terletak di kota Bhopal, di negara bagian Madhya Pradesh di India.
Pabrik tersebut dibuka pada 1969 dan diperluas untuk menghasilkan karbaril pada 1979. MIC
merupakan perantara dalam penghasilan karbaril. Kecelakaan ini langsung menewaskan ribuan
jiwa dan melukai antara 150.000 hingga 600.000, 15.000 di antaranya kemudian meninggal dari
luka-luka tersebut. Ada yang menyebutkan jumlah kematian yang lebih tinggi.

Penyebabnya adalah dimasukkannya air ke dalam tangki-tangki berisi MIC. Reaksi yang
kemudian terjadi menghasilkan banyak gas beracun dan memaksa pengeluaran tekanan secara
darurat. Gasnya keluar sementara penggosok kimia yang seharusnya menetralisir gas tersebut
sedang dimatikan untuk perbaikan. Penyelidikan yang dilakukan menyatakan bahwa beberapa
langkah keselamatan lainnya tidak dijalankan dan standar operasi di pabrik tersebut tidak sesuai
dengan standar di pabrik Union Carbide lainnya. Selain itu, ada kemungkinan langkah - langkah
keselamatan tersebut dibiarkan sebagai bagian dari "prosedur penghematan" yang dilakukan
perusahaan tersebut di pabrik itu.
Tragedi gas beracun di Bhopal, India, 25 tahun lalu rupanya masih menebar maut. Gas
kimia yang bocor itu meracuni setengah juta penduduk setempat. Air yang mereka minum masih
mengandung kadar racun yang tinggi dan anak-anak mereka pun lahir cacat. Kebocoran gas milik
sebuah perusahaan Amerika Serikat itu terjadi 25 tahun lalu, tepatnya 3 Desember 1984. Saat itu,
40 metrik ton gas metil isosianat (MIC) bocor dari pabrik pestisida Union Carbide yang terletak di
kota Bhopal, di negara bagian Madhya Pradesh di India. Sekitar 5.000 orang meninggal seketika
akibat menghirup gas dan 15.000 lainnya meninggal beberapa pekan kemudian. Tragedi tidak
berhenti di situ. Studi Medis Bhopal (BMA) yang berpusat di Inggris - seperti dikutip dari stasiun
televisi Iran, PressTV - melaporkan bahwa bencana itu masih menyisakan level toksik yang tinggi.
Kandungan zat beracun carbon tetrachloride dari air tanah di Bhopal masih 900 - 2.400 kali lebih
tinggi dari ambang batas yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia. Selain itu kadar chloroform
dari air tanah itu dua kali lipat lebih besar dari batas maksimal yang ditetapkan Badan Perlindungan
Lingkungan Hidup AS.

"Pabrik mengeluarkan porsi sampah beracun yang sangat besar," ungkap Colin Toogood
Pemimpin Studi Ilmiah BMA. "Di beberapa bagian pabrik dengan kedalaman tanah 100 meter
ditemukan kadar racun mencapai 100 persen. Ada juga area dimana kita bisa menemukan sampah
mercuri di atas permukaan tanah," kata Toogood. Sementara itu, ratusan ribu orang lainnya
menderita penyakit kronis jangka panjang. Akibatnya, banyak anak yang lahir 25 tahun setelah
kejadian terinfeksi gas beracun

Dari kasus diatas sesuai dengan pengertian bencana yaitu: Bencana adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan msyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,kerugian harta benda, dan
dampak psiv kologis (Soehatman Ramli, 2010:17), maka tragedy Bophal adalah termasuk bencana
industry yang harus diberikan manajemen bencana yaitu meliputi:
MANAJEMEN BENCANA BHOPAL

1. Pencegahan (Prevention)
Adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko
bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun (penurunan) kerentanan
pihak yang terancam bencana (UU 24/2007).
Pencegahan yang dapat dilakukan diantaranya:
a. Jika sedang dilakukan perbaikan pada satu bagian tertentu seperti disebutkan dalam
kasus diatas, sebaiknya proses produksi yang berhubungan dengan bagian yang
diperbaiki sebaiknya dihentikan sementara sampai proses perbaikan selesai.
b. Atau jika tidak memungkinkan diberhentikannya proses produksi maka pabrik harus
menunjuk penanggung jawab mempergunakan system LOTO untuk meminimalisir
terjadinya ledakan dan hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat menimbulkan korban
jiwa dan kerusakan material.
c. Pengawasan secara rutin dan pengecekan kelayakan alat-alat kerja. Karena dari kasus
diatas disebutkan bahwa ledakan terjadi karena adanya reaksi setelah dimasukkannya
air ke dalam tangka-tangki MIC, hal ini seperti membuktikan tidak ada pengawasan
sehingga reaksi yang terjadi saat dimasukkannya air tidak terkontrol. Sehingga
pengawasan menjadi hal yang sangat penting dalam mencegah terjadinya hal-hal yang
tidak diinginkan.
d. Rapat rutin yang dilakukan dengan seluruh petinggi perusahaan untuk
menyamaratakan standart pada tiap perusahaan. Standart perusahaan merupakan suatu
hal yang penting pada perusahaan yang memiliki banyak cabang di seluruh dunia,
apalagi perusahaan yang memiliki risiko tinggi seperti ledakan, kebocoran, dan
kebakaran. Jika perusahaan cabang tidak memiliki standart yang ditetapkan seperti
perusahaan yang lain, maka seharusnya perusahaan tersebut tidak boleh beroperasi,
karena bahaya yang ditimbulkan sangat tinggi. Ini juga merupakan pengaruh dari Top
Manajemen yang ada di perusahaan.
e. Prosedur penghematan tidak boleh membahayakan pekerja. Perusahaan boleh saja
melakukan program penghematan, namun dengan tidak serta merta mengabaikan
keselamatan pekerjanya. Seperti penghematan yang dilakukan perusahaan untuk
menekan biaya produksi dengan tidak mempekerjakan safety officer atau tim tanggap
darurat perusahaan, karena kedepannya kerugian yang disebabkan jauh lebih besar
daripada mempekerjakan orang-orang yang ahli dibidangnya untuk meminimalisir
terjadinya bencana.
f. Pabrik seharusnya jauh dari lingkungan pemukiman warga, apalagi pabrik yang
mengolah bahan-bahan kimia yang berbahaya yang dapat mencemari perairan, tanah,
dan udara bagi warga sekitar.
g. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai sebelum bekerja menyesuaikan bahaya
apa yang ada di lingkungan kerja. Seperti masker khusus dsb yang dapat mencegah
masuknya gas ke dalam pernapasan secara langsung.

2. Mitigasi (Mitigation)
Adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana baik melalui pembangunan
fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana
(UU 24/2007)
Rangkaian mitigasi yang dapat dilakukan diantaranya:
Mitigasi Struktural
a. Memasang peralatan tanggap darurat (baik berupa alarm, sirine, dsb) yang telah
disosialisikan pada pekerja dan warga sekitar sehingga jika terjadi keadaan gawat
darurat, sehingga pada saat terjadi keadaan darurat dapat segera terdeteksi dengan baik
dan waktu menyelamatkan diri jauh lebih lama serta segera dipahami pekerja.
b. Pemasangan detector gas/kebakaran dan pengecekan rutin tentang keadaan alat
detector tersebut apakah masih berfungsi atau tidak.
c. Memasang tanda-tanda jalur evakuasi dan penetapan titik kumpul, sehingga
pengasosiasian pekerja jika terjadi ledakan/keadaan darurat lainnya mudah dan terarah
dengan jelas.
d. Membangun Pos-pos pengamanan, pengawasan/pengintaian yang bertujuan jika
terlihat tanda-tanda sesuatu yang membahayakan dapat segera memberikan informasi
bagi pekerja dan warga sekitar untuk segera menyelamakan diri dan menjauhi sumber
bahaya.

Mitigasi Non-struktural
a. Menegakkan peraturan yang berlaku yang telah ditetapkan sesuai dengan bidang
perusahaan, sehingga perusahaan segan untuk melakukan pelanggaran dalam
pelaksanaan kerjanya dan lingkungan kerja menjadi lebih aman dan terkendali.
b. Menjalankan kegiatan industry sesuai dengan peraturan yang berlaku, dan sanksi jika
terjadi pelanggaran.
c. Pelatihan Tanggap Kebencanaan baik pada pekerja maupun warga sekitar sehingga
masyarakat memiliki pengetahuan terhadap keadaan darurat, hal ini penting mengingat
bahaya yang ditimbulkan jika terjadi kebakaran/ledakan dari reaksi dalam tangki-
tangki MIC.
d. Sosialisasi secara rutin kepada masyarakat sekitar tentang perusahaan, untuk
mengedukasi masyarakat sekitar.
e. Mensosialisikan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh pabrik kepada masyarakat
sekitar, sehingga jika terjadi bencana masyarakat dapat menyelamatkan diri.

3. Kesiapan (Preparedness)
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (UU 24/2007).
a. Membentuk Tim Tanggap Darurat di Perusahaan yang disetujui dan diketahui oleh Top
Manajemen yang berisi orang-orang yang berkompeten dan telah mendapatkan
pelatihan mengenai kegawat daruratan sebelumnya.
b. Bekerjasama dengan organisasi tanggap bencana yang ada di daerah sekitar.
c. Bekerjasama dengan Rumah Sakit sekitar jika terjadi kecelakaan atau bencana industry.
d. Menempelkan nomor telpon tim SAR atau organisasi Tanggap Darurat setempat di
tempat yang mudah dilihat sehingga dapat menghubungi bantuan segera jika terjadi
bencana.

4. Peringatan Dini (Early Warning)


Serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang
kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. (UU
24/2007).
a. Pemasangan sirine/alarm bencana saat terjadinya bencana yang mudah dibedakan
bencana apakah yang sedang terjadi yang dapat didengar oleh pekerja maupun
masyarakat sekitar jika sedang terjadi masalah.
b. Pemasangan detector gas/kebakaran yang akan langsung berbunyi/menyala jika terjadi
kebocoran gas di pabrik yang dapat didengar oleh pekerja maupun masyarakat sekitar.
c. Peringatan dini oleh tim tanggap darurat yang jelas, tegas dan mudah dimengerti dan
tidak membingungkan.

5. Tanggap Darurat (Response)


Serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk
menangani dampak buruk yang ditimbulkan, meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi
korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana (UU 24/2007).
a. Pengevakuasian pekerja dan warga sekitar yang dilakukan oleh Tim Tanggap Darurat
sesegera mungkin.
b. Pemberian isyarat/pengumuman untuk segera menyelamatkan diri mengikuti jalur
evakuasi menuju titik kumpul yang sudah ditetapkan dengan jelas dan tegas.
c. Menghubungi organisasi tanggap darurat setempat untuk membantu mengevakuasi dan
menangani bencana yang terjadi.
d. Pendataan pekerja dan/atau masyarakat di lokasi titik kumpul oleh tim tanggap darurat
yang berkaitan.

6. Bantuan Darurat (Relief)


Bantuan darurat yang berupa bantuan dasar bagi masyarakat sekitar saat terjadi bencana.
a. Tempat pengungsian yang aman, serta jauh dari jangkauan bencana.
b. Bantuan berupa obat-obatan, pangan, dan sandang yang cukup bagi warga di
pengungsian.
c. Ketersediaan Dokter atau Tim Medis disekitar pengungsian untuk menangani masalah
kesehatan warga.

7. Pemulihan (Recovery)
Serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup
yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana
dengan melakukan upaya rehabilitasi (UU 24/2007)
a. Diturunkannya organisasi-organisasi gawat darurat setempat untuk membantu
pemulihan warga sekitar tempat pengungsian yang terkena dampak bencana baik
secara fisik maupun psikis.
b. Pemberian pelayanan kesehatan bagi pekerja maupun masyarakat yang ada di
pengungsian.
c. Perbaikan lingkungan secara fisik meliputi kegiatan : perbaikan lingkungan fisik untuk
kawasan pemukiman, kawasan industri, kawasan usaha dan kawasan Gedung.
d. Pengadaan kegiatan pemulihan layanan yang berhubungan dengan kehidupan sosial
dan budaya masyarakat.

8. Rehabilitasi (Rehabilitation)
Perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat
yang memadai pada wilayah pasca-bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau
berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat (UU
24/2007)
a. Pembentukan fasilitas pusat data yang layak untuk pemulihan pasca bencama.
b. Membuat jaringan komunikasi yang menggunakan lebih dari 1 provider, sehingga jika
terjadi bencana dan provider yang digunakan terganggu dapat menggunakan provider
yang lain.
c. Pemberian bantuan dari perusahaan sebagai kompensasi untuk perbaikan maupun
pemulihan kesehatan dan lingkungan masyarakat sekitar.
d. Rekonsiliasi dan Resolusi Konflik, untuk membantu masyarakat di daerah bencana
untuk menurunkan eskalasi konflik sosial dan ketegangan serta memulihkan kondisi
sosial kehidupan masyarakat.
e. Pemulihan fungsi pelayanan publik agar berlangsungnya kembali berbagai pelayanan
publik yang mendukung kegiatan/ kehidupan sosial dan perekonomian wilayah yang
terkena bencana.
9. Rekontruksi (Reconstruction)
Pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pasca-
bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama
tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum
dan ketertiban dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat.
a. Pembangunan pemukiman masyarakat yang sehat dan jauh dari wilayah-wilayah
jangkauan racun pestisida.
b. Pengadaan air bersih, dan tempat tinggal yang aman dan nyaman bagi pekerja dan
masyarakat sekitar sebagai kompensasi perusahaan.
c. Pengadaan kegiatan social untuk memulihkan kesehatan mental masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai

  • Hasil
    Hasil
    Dokumen6 halaman
    Hasil
    Laras Heraswati
    Belum ada peringkat
  • Tabel Jawal Penelitian
    Tabel Jawal Penelitian
    Dokumen2 halaman
    Tabel Jawal Penelitian
    Laras Heraswati
    Belum ada peringkat
  • PENYAKIT AKIBAT KERJA
    PENYAKIT AKIBAT KERJA
    Dokumen7 halaman
    PENYAKIT AKIBAT KERJA
    Laras Heraswati
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Wez BNR
    BAB IV Wez BNR
    Dokumen4 halaman
    BAB IV Wez BNR
    Laras Heraswati
    Belum ada peringkat
  • Gizi
    Gizi
    Dokumen1 halaman
    Gizi
    Laras Heraswati
    Belum ada peringkat
  • Kebakaran Rumah Sakit Korea
    Kebakaran Rumah Sakit Korea
    Dokumen7 halaman
    Kebakaran Rumah Sakit Korea
    Laras Heraswati
    Belum ada peringkat
  • Upaya Kesehatan Promotif
    Upaya Kesehatan Promotif
    Dokumen2 halaman
    Upaya Kesehatan Promotif
    Laras Heraswati
    Belum ada peringkat
  • Ringkasan Jurnal Bu Irma
    Ringkasan Jurnal Bu Irma
    Dokumen2 halaman
    Ringkasan Jurnal Bu Irma
    Laras Heraswati
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv P3K
    Bab Iv P3K
    Dokumen3 halaman
    Bab Iv P3K
    Laras Heraswati
    Belum ada peringkat
  • Format Hasil
    Format Hasil
    Dokumen7 halaman
    Format Hasil
    Laras Heraswati
    Belum ada peringkat
  • Topik K3
    Topik K3
    Dokumen1 halaman
    Topik K3
    Laras Heraswati
    Belum ada peringkat
  • Makalah P3K
    Makalah P3K
    Dokumen44 halaman
    Makalah P3K
    Laras Heraswati
    Belum ada peringkat
  • BAB I
    BAB I
    Dokumen2 halaman
    BAB I
    Laras Heraswati
    Belum ada peringkat
  • Klasifikasi Kebakaran
    Klasifikasi Kebakaran
    Dokumen2 halaman
    Klasifikasi Kebakaran
    Laras Heraswati
    Belum ada peringkat
  • Bekerja Di Ketinggian
    Bekerja Di Ketinggian
    Dokumen12 halaman
    Bekerja Di Ketinggian
    Laras Heraswati
    100% (6)
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen2 halaman
    Bab Iv
    Laras Heraswati
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii Penutup
    Bab Iii Penutup
    Dokumen2 halaman
    Bab Iii Penutup
    Laras Heraswati
    Belum ada peringkat
  • BAB I
    BAB I
    Dokumen2 halaman
    BAB I
    Laras Heraswati
    Belum ada peringkat
  • Klasifikasi Kebakaran
    Klasifikasi Kebakaran
    Dokumen2 halaman
    Klasifikasi Kebakaran
    Laras Heraswati
    Belum ada peringkat
  • Bab III Penutup
    Bab III Penutup
    Dokumen3 halaman
    Bab III Penutup
    Laras Heraswati
    Belum ada peringkat
  • Klasifikasi Kebakaran
    Klasifikasi Kebakaran
    Dokumen2 halaman
    Klasifikasi Kebakaran
    Laras Heraswati
    Belum ada peringkat
  • Latbel Audit Internal
    Latbel Audit Internal
    Dokumen9 halaman
    Latbel Audit Internal
    Laras Heraswati
    Belum ada peringkat
  • BAB I Bu Ratna
    BAB I Bu Ratna
    Dokumen3 halaman
    BAB I Bu Ratna
    Laras Heraswati
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen15 halaman
    Bab Ii
    Laras Heraswati
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Laras Heraswati
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen28 halaman
    Bab I
    Laras Heraswati
    Belum ada peringkat
  • BAB I Epid
    BAB I Epid
    Dokumen2 halaman
    BAB I Epid
    Laras Heraswati
    Belum ada peringkat
  • Strategi Pemodelan
    Strategi Pemodelan
    Dokumen8 halaman
    Strategi Pemodelan
    Laras Heraswati
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Laras Heraswati
    Belum ada peringkat