27 Agustus 2018
Faktor-faktor risiko yang secara dominan berkaitan dengan terjadinya cedera akibat
aktivitas MMH meliputi:
Sikap tubuh yang tidak alamiah dan dipaksakan atau postur canggung,
seperti badan membungkuk, memutar, jongkok, atau berlutut.
Gerakan berulang, seperti sering menjangkau, mengangkat, dan membawa
objek kerja.
Pengerahan tenaga yang berlebihan, seperti membawa atau mengangkat
beban berat.
Pressure points, seperti mencengkeram atau menggenggam beban,
bersandar pada bagian atau permukaan yang keras atau memiliki tepi yang
tajam
Sikap kerja statis, seperti mempertahankan posisi yang tetap dalam waktu
lama pada satu jenis aktivitas.
Paparan berulang atau terus-menerus terhadap satu atau lebih dari faktor-faktor di
atas pada awalnya dapat mengakibatkan kelelahan dan rasa tidak nyaman pada
pekerja. Namun lama-kelamaan, pekerja bisa berpotensi mengalami cedera pada
punggung, bahu, tangan, pergelangan tangan, atau bagian lain dari tubuh yang
terpapar.
Selain itu, kondisi lingkungan kerja yang buruk, seperti panas atau dingin ekstrem,
kebisingan, dan pencahayaan yang buruk dapat meningkatkan risiko pekerja untuk
mengalami cedera atau penyakit akibat kerja lainnya yang lebih fatal.
Manajemen Risiko Manual Material Handling (MMH)
Untuk mengendalikan kecelakaan kerja akibat MMH, banyak perusahaan yang
hanya berfokus pada penggunaan alat bantu mekanik, seperti trolley, forklift,
atau conveyer. Meskipun alat bantu mekanik tersebut dapat meminimalkan risiko,
namun penting bagi perusahaan untuk menerapkan pengendalian secara
menyeluruh dan sistematis.
Terkait manajemen risiko MMH, Worksafe Australia's National
Standard merekomendasikan pengusaha dan pengurus untuk melakukan
identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko yang timbul dari aktivitas MMH.
1. Identifikasi Risiko
Aktivitas MMH yang mungkin berbahaya bagi keselamatan dan kesehatan pekerja
harus diidentifikasi. Beberapa cara paling efektif untuk mengidentifikasi risiko terkait
MMH adalah:
Periksa catatan cedera dan kecelakaan kerja sebelumnya yang terjadi di
tempat kerja
Lakukan wawancara dengan pekerja dan perwakilan anggota Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
Lakukan survei atau inspeksi langsung ke tempat kerja.
2. Penilaian Risiko
Begitu seluruh aktivitas MMH yang berisiko sudah diidentifikasi, pengurus harus
melakukan penilaian dan menemukan faktor-faktor yang memengaruhi risiko. Berikut
aspek-aspek yang dapat menjadi acuan saat melakukan penilaian risiko yang
berhubungan dengan MMH:
o Aktivitas dan pergerakan pekerja
o Tata letak tempat kerja dan stasiun kerja
o Posisi dan sikap kerja
o Durasi dan frekuensi pekerja melakukan aktivitas MMH
o Jarak dan tempat pekerja memindahkan beban
o Berat beban
o Pengerahan tenaga
o Karakteristik beban dan peralatan kerja
o Organisasi dan lingkungan kerja
o Keterampilan kerja dan pengalaman kerja
o Kebutuhan khusus ─ pekerja yang dalam proses pemulihan mungkin
memerlukan waktu untuk membangun kembali keterampilan dan
kemampuan kerja mereka.
3. Pengendalian Risiko
Penting bagi Anda melalui dua langkah sebelumnya untuk menentukan tindakan
pengendalian yang tepat sesuai risiko yang telah diidentifikasi. Berikut pengendalian
risiko yang dapat Anda lakukan:
c. Evaluasi Berkelanjutan
Evaluasi berkelanjutan merupakan bagian penting dari proses pengendalian risiko
untuk mengidentifikasi perubahan atau persyaratan lebih lanjut.
Panduan Aman Melakukan Manual Material Handling (MMH)
Untuk perusahaan:
Lakukan pendekatan pencegahan MMH yang proaktif
Lakukan manajemen risiko terkait MMH
Identifikasi dan catatlah risiko yang terkait dengan beban, tugas, dan kondisi
kerja
Berikan edukasi kepada manajer, supervisor, dan pekerja tentang bahaya
dan pencegahan terkait MMH
Dorong pekerja untuk selalu melaporkan bahaya dan gejala dari cedera atau
gangguan yang diakibatkan MMH
Lakukan pengendalian bahaya secara holistik dan sistematis serta terapkan
praktik kerja aman untuk meminimalkan kelelahan dan cedera akibat MMH
Lakukan perbaikan berkelanjutan untuk mengetahui efektivitas program MMH
yang diterapkan di tempat kerja.
Untuk pekerja:
Kenali tanda-tanda kelelahan dan gejala MSDs
Ikuti prosedur kerja aman yang ditetapkan perusahaan
Gunakan alat kerja dan alat bantu mekanik yang disediakan dengan benar
Segera laporkan setiap bahaya dan kecelakaan kerja yang terjadi kepada
supervisor atau manajer.
POSTER K3 MANUAL HANDLING
Tips meminimalkan cedera saat melakukan aktivitas MMH:
Gunakan alat bantu mekanik yang sesuai sebisa mungkin
Buat perencanaan sebelum melakukan aktivitas MMH
Lakukan aktivitas MMH di atas permukaan kerja yang rata dan stabil
Gunakan alat pelindung diri (APD) yang tepat sesuai aktivitas MMH yang
akan dilakukan
Tempatkan beban sedekat mungkin dengan pusat tubuh. Semakin dekat
beban, maka semakin kecil pengaruhnya dalam memberi tekanan pada
punggung, bahu, dan lengan
Tempatkan kaki sedekat mungkin dengan beban saat mulai mengangkat dan
usahakan dalam posisi seimbang. Tekuk lutut dalam posisi setengah jongkok
sampai sudut paling nyaman.
Hindari gerakan memutar atau posisi tubuh condong ke depan
Jaga kepala tetap tegak dan pandangan lurus ke depan
Usahakan untuk tidak mengangkat atau memindahkan beban melebihi batas
Memindahkan beban dengan mendorongnya jauh lebih aman daripada
dengan menariknya.
Pelatihan Pekerja
Pelatihan terkait MMH harus dilaksanakan setiap ada perubahan proses kerja,
pengoperasian alat kerja baru, atau penggunaan alat bantu mekanik yang belum
pernah dipakai sebelumnya agar pekerja dapat melakukan aktivitas MMH dengan
terampil dan aman.
Pelatihan terkait MMH yang dilaksanakan harus mencakup hal-hal berikut ini:
Peraturan dan panduan penerapan MMH
Pemahaman mengenai bahaya dan risiko MMH
Prosedur tanggap darurat atau pertolongan pertama pada saat terjadi
kecelakaan akibat MMH
Prosedur pelaporan bahaya, cedera, atau kecelakaan kerja terkait MMH
Prosedur identifikasi dan penilaian risiko berdasarkan tugas, beban,
lingkungan kerja, dan kemampuan pekerja
Hierarki pengendalian risiko untuk meminimalkan kecelakaan kerja akibat
MMH
Prosedur penggunaan alat bantu mekanik yang tersedia
Prosedur seluruh aktivitas MMH.
Pelatihan ini harus diberikan kepada pekerja atau kontraktor yang terpapar bahaya
dari aktivitas MMH secara berkala. Pelatihan dapat dilakukan dengan memberikan
praktik langsung ketika peralatan atau prosedur baru diperkenalkan kepada pekerja,
menggunakan beberapa jenis alat bantu visual (seperti gambar, bagan, atau video)
mengenai aktivitas MMH, atau mengadakan diskusi ringan dengan memberikan
kesempatan pekerja untuk mengajukan pertanyaan atau masukan mengenai praktik
MMH yang aman.
BAB II
Manual Material Handling (MMH)
1. Material Handling
Masalah utama dalam produksi ditinjau dari segi kegiatan/proses produksi
adalah bergeraknya material dari satu tingkat ke tingkat proses produksi berikutnya.
Hal ini terlihat sejak material diterima di tempat penerimaan, kemudian dipindahkan
ke tempat pemeriksaan dan selanjutnya disimpan di gudang. Pada bagian proses
produksi juga terjadi perpindahan material yang diawali dengan mengambil material
dari gudang, kemudian diproses pada proses pertama dan berpindah pada proses
berikutnya sampai akhirnya dipindah ke gudang barang jadi. Untuk memungkinkan
proses produksi dapat berjalan dibutuhkan adanya kegiatan pemindahan material
yang disebut dengan Material Handling. Aktivitas material handling di industri
biasanya dilakukan dengan menggunakan alat/mesin atau menggunakan tenaga
manusia.
Hand Truck
Forklift Truck
Automated Guided Vehicles (AGV)
2. Mendorong/Menarik (Push/Pull)
Kegiatan mendorong adalah kegiatan menekan berlawanan arah tubuh
dengan usaha yang bertujuan untuk memindahkan obyek. Kegiatan menarik
kebalikan dengan itu.
3. Memutar (Twisting)
Kegiatan memutar merupakan kegiatan MMH yang merupakan gerakan
memutar tubuh bagian atas ke satu atau dua sisi, sementara tubuh bagian bawah
berada dalam posisi tetap. Kegiatan memutar ini dapat dilakukan dalam keadaan
tubuh yang diam.
4. Membawa (Carrying)
Kegiatan membawa merupakan kegiatan memegang atau mengambil barang
dan memindahkannya. Berat benda menjadi berat total pekerja.
5. Menahan (Holding)
Memegang obyek saat tubuh berada dalam posisi diam (statis)
4. Faktor Resiko
Beberapa factor yang berpengaruh dalam pemindahan material adalah seb
agai berikut :
· Berat bahan yang harus diangkat dan perbandingannya terhadap berat badan op
erator.
· Jarak horisontal dari beban relatif terhadap operator.
· Ukuran beban yang harus diangkat (ukuran beban yang besar) akan memiliki p
usat massa yang letaknya jauh dari badan operator dan juga akan menghalangi pa
ndangan operator.
· Ketinggian beban yang harus diangkat dan jarak perpindahan beban (mengangkat
beban dari permukaan lantai akan relatif lebih sulit daripada mengangkat beban d
ari ketinggian pada permukaan pinggang).
· Beban puntir pada badan operator selama aktivitas angkat beban.
· Prediksi terhadap berat bahan yang diangkat. Hal ini adalah untuk mengantisipas
i beban yang lebih berat dari yang diperkirakan.
· Stabilitas beban yang akan diangkat.
· Kemudahan untuk dijangkau oleh operator.
· Berbagai macam rintangan yang menghalangi atau keterbatasan postur tubuh
yang berada pada suatu tempat kerja.
· Frekuensi aktivitas angkat.
· Metode angkat yang benar (tidak boleh mengangkat beban secara tiba-tiba).
· Tidak terkoordinasi kelompok kerja.
· Pengangkatan suatu beban dalam suatu periode.
6. Penyelesaian untuk Pemindahan Material Secara Teknis
Beberapa penyelesaian secara teknis untuk pemindahan material secara
manual adalah sebagai berikut :
· Letakkan benda kerja yang besar pada permukaan yang lebih tinggi dan turu
nkan dengan bantuan gaya gravitasi.
· Berikan peralatan yang dapat mengangkat.
· Desainlah kotak tempat benda kerja yang disertai hendel yang ergonomis sehin
gga mudah pada waktu mengangkat.
· Aturlah peletakan fasilitas sehingga semakin memudahkan metodologi angkat be
nda pada ketinggian permukaan pinggang.
· Bebaskan area kerja dari gerakan dan peletakan material yang mengganggu jalu
r dari operator.
· Hindarkan lantai kerja dari sesuatu yang dapat membuat licin sehingga
mambahayakan operator pada saat perjalanan memindahkan material.
· Buatlah suatu ruang kerja yang cukup gerakan dinamis bebas operator.
· Tempatkan semua material sedekat mungkin operator.
Sumber : (Suma’ mur P. K, 1998:28).
Periode angkatan Posisi tubuh
Berdiri Membungkuk
V > 75
V < 75
1 jam 18 15
8 jam 15 12
Sumber : (Eko nurmianto, 1998:167).
Tabel.
Berat beban yang dapat ditolelir untuk aktivitas angkat yang sering
Frekuensi angkat Berat yang boleh diangkat (kg)
Satu kali dalam 30 menit 95
Satu kali dalam 25 menit 85
Satu kali dalam 15 – 20 menit 66
Satu kali dalam 10 – 15 menit 50
Satu kali dalam 5 menit 33
Sumber : (Eko Nurmianto,1998 :179).
Tabel.
Batasan berat beban dengan metode berat beban yang dapat ditolerir untuk
diangkat
9. Jarak Angkat
Penelitian yang dilakukan oleh Gracovetsjy untuk aktifitas
angkat material, mengemukakan bahwa 65% kasus diakibatkan oleh kerusakan
akibat beban torsi (Torsional Damage) pada sambungan apophyeseal (sambunga
n yang
berada diantara vertebral), ligamen dan annulus fibrusus (lapisan pembungkus
disk).
Kerusakan tersebut lambat untuk disembuhkan. Dia juga menemukan bahwa l
amanya pembebanan terhadap segmen tulang, merupakan factor yang dapat
mempertinggi derajat kerusakan (Eko Nurmianto,2003:164).
Batasan gaya angkat maksimum yang dijinkan (the Maximum Permissible L
imit) yang direkomendasikan oleh NIOSH (1981) adalah berdasarkan gaya tekan
6500 Newton pada L5/S1 (Lumbar nomor 5/Sakrum nomor 1). Namun hanya 25%
pria dan 1% wanita yang diperkirakan mampu melewati batasan gaya angkat ini.
Batasan gaya angkat normal (the Action Limit) diberikan oleh NIOSH
(1981) dan berdasar gaya tekan 3500 Newton pada L5/SI (Lumbar 5/Sakrum 1).
Ada 99% pria dan 75% wanita yang mampu mengangkat beban
diatas ini (Eko Nurmianto, 2003:165).
Bab iii teknik mengangkat benda kerja
Kita harus mengetahui dan mengidentifikasi jenis barang yang akan kita angkat dan
pindahkan, dimensi benda, bentuk benda, berapa beratnya, dimana titik angkatnya.
Berat maksimum yang dianjurkan untuk diangkat oleh 1 orang adalah 20 kg. Jika
berat benda melebihi berat maximum tersebut, dianjurkan untuk menggunakan alat
bantu seperti troli atau diangkat oleh 2 orang. Kita juga perlu mengetahui titik angkat
dari benda yang akan kita angkat, jika tidak ada titik angkatnya, disarankan untuk
menggunakan box atau alat bantu lain untuk mempermudah proses pengangkatan.
Mengangkat barang yang terlalu berat diluar batas kemampuan tubuh kita dapat
meningkatkan resiko cedera.
Iklan
2. Kondisi Ruangan dan Rute Pemindahan
Setelah mengindentifikasi jenis barang, kita juga harus mengidentifikasi ruang gerak
kita selama mengangkat dan memindahkan barang. Dengan kata lain, kita harus
merencanakan rute perjalanan antara titik dimana kita mulai mengangkat hingga
menurunkan barang. Jika ruangan cukup luas dengan sedikit rintangan mungkin
akan mudah dan tidak menjadi masalah. Jika ruangan terbatas apalagi disertai
rintangan, akan mempersulit proses pemindahan dan memperbesar resiko cedera
karena memaksa kita untuk melakukan manuver membungkuk atau memutar. Jarak
maksimum yang disarankan untuk memindahkan barang dengan berat maximum 20
kg tanpa alat bantu adalah sejauh 10m. Disarankan untuk beristirahat dahulu jika
jarak melebihi 10m.
3. Teknik Mengangkat dan Memindahkan Barang
Setelah melakukan identifikasi dan rencana pemindahan barang, selanjutnya adalah
bagaimana posisi yang baik dan aman mengangkat dan memindahkan barang..??
1. Posisikan badan cukup dekat dengan barang yang akan diangkat
3. Posisikan badan dengan menekuk kaki (posisi jongkok / squat) untuk mengambil
barang jika posisinya di bawah. Hindari posisi membungkuk..!! beresiko terjadi
cedera pinggang atau punggung.
4. Saat mengangkat, gunakan otot kaki sebagai titik angkat, bukan pinggang atau
punggung, kemudian posisikan barang dekat atau menempel dengan badan.
5. Saat berjalan memindahkan barang, posisikan tangan lurus ke bawah menahan
beban, punggung dan leher tetap tegak, tidak membungkuk. Posisikan barang tidak
menghalangi pandangan.
6. Jika terpaksa melakukan manuver berbelok, memutar, berbalik, dan lainnya,
gunakan tumpuan kaki, bukan pinggang atau punggung. Hal ini perlu dihindari untuk
mencegah cedera pinggang atau punggung.
7. Jika posisi akhir benda ada di bawah, kembali gunakan posisi jongkok / squat
untuk meletakan benda, bukan dengan cara membungkuk.