Anda di halaman 1dari 22

Cegah Cedera, Pekerja Harus Paham Panduan Manual Material Handling (MMH) Yang Benar!

27 Agustus 2018

Lebih dari setengah juta kasus Musculoskeletal Disorders (MSDs) akibat


Manual Material Handling (MMH) dilaporkan setiap tahunnya di Amerika
Serikat. MSDs ini sering melibatkan cedera pada otot, tendon, ligamen,
persendian, struktur tulang, dan sistem syaraf.  ─Centers for Disease Control
and Prevention

Kebanyakan bidang konstruksi, manufaktur, dan pertambangan memerlukan


beberapa tugas penanganan material secara manual atau manual material
handling (MMH). MMH merupakan sebuah aktivitas memindahkan beban oleh tubuh
secara manual dalam rentang waktu tertentu.
Menurut American Material Handling Society, manual material handling (MMH)
dinyatakan sebagai seni dan ilmu yang meliputi penanganan (handling), pemindahan
(moving), pengepakan (packaging), penyimpanan (storing), dan pengawasan
(controlling) dari material dengan segala bentuknya.
Selama ini, kebanyakan pekerja menganggap kegiatan MMH hanya sebatas pada
kegiatan mengangkat/menurunkan (lifting/lowering). Padahal penanganan manual
tidak terbatas pada kegiatan tersebut.
Occupational Safety and Health Administration (OSHA) mengklasifikasikan kegiatan
MMH menjadi lima, di antaranya:
 Mengangkat/menurunkan (lifting/lowering)
 Mendorong/menarik (push/pull)
 Memutar (twisting)
 Membawa (carrying)
 Menahan (holding) 
Setiap pekerjaan yang melibatkan MMH ini mungkin termasuk risiko tinggi untuk
cedera yang berkaitan dengan pekerjaan. Aktivitas MMH yang tidak tepat dapat
menimbulkan kerugian bahkan kecelakaan pada pekerja. Akibat yang ditimbulkan
dari aktivitas MMH yang tidak benar salah satunya adalah gangguan
muskuloskeletal atau musculokeletal disorders (MSDs).
MSDs adalah suatu kondisi yang mengganggu fungsi sendi, ligamen, otot, saraf, dan
tendon. Penggunaan otot yang berlebihan atau otot menerima beban statis secara
berulang dalam jangka waktu yang lama, hal ini dapat mengakibatkan gangguan
pada sistem muskuloskeletal. Gangguan ini dapat memengaruhi setiap area dalam
tubuh, mencakup leher, bahu, pergelangan tangan, punggung, pinggul, lutut, dan
kaki.

Sebuah penelitian menunjukkan hampir 25 persen kecelakaan kerja di Indonesia


diakibatkan oleh MMH. Rata-rata pekerja mengalami cedera pada tulang
belakangnya. Para ahli keselamatan pun yakin bahwa cedera tulang belakang
memiliki hubungan yang sangat erat dengan kegiatan MMH.
Tingginya tingkat cedera, penyakit akibat kerja, atau kecelakaan kerja akibat MMH
selain merugikan pekerja, juga akan berdampak buruk terhadap kinerja perusahaan,
di antaranya penurunan produktivitas perusahaan, beban biaya pengobatan yang
cukup tinggi, dan ketidakhadiran pekerja serta penurunan kualitas kerja.
Baca juga artikel ini:
 Mengapa Menerapkan Ergonomi Sangat Penting untuk Pekerjaan
Konstruksi? Ini Faktanya!
 7 Potensi Bahaya di Area Gudang dan Cara Mengatasinya
 
Faktor Risiko Manual Material Handling (MMH)
Aktivitas MMH dapat meningkatkan risiko fisik bagi pekerja. Jika aktivitas ini
dilakukan berulang kali atau dalam jangka waktu yang lama, pekerja bisa mengalami
kelelahan ekstrem atau cedera.

Faktor-faktor risiko yang secara dominan berkaitan dengan terjadinya cedera akibat
aktivitas MMH meliputi:
 Sikap tubuh yang tidak alamiah dan dipaksakan atau postur canggung,
seperti badan membungkuk, memutar, jongkok, atau berlutut.
 Gerakan berulang, seperti sering menjangkau, mengangkat, dan membawa
objek kerja.
 Pengerahan tenaga yang berlebihan, seperti membawa atau mengangkat
beban berat.
 Pressure points, seperti mencengkeram atau menggenggam beban,
bersandar pada bagian atau permukaan yang keras atau memiliki tepi yang
tajam
 Sikap kerja statis, seperti mempertahankan posisi yang tetap dalam waktu
lama pada satu jenis aktivitas. 
 
Paparan berulang atau terus-menerus terhadap satu atau lebih dari faktor-faktor di
atas pada awalnya dapat mengakibatkan kelelahan dan rasa tidak nyaman pada
pekerja. Namun lama-kelamaan, pekerja bisa berpotensi mengalami cedera pada
punggung, bahu, tangan, pergelangan tangan, atau bagian lain dari tubuh yang
terpapar.
Selain itu, kondisi lingkungan kerja yang buruk, seperti panas atau dingin ekstrem,
kebisingan, dan pencahayaan yang buruk dapat meningkatkan risiko pekerja untuk
mengalami cedera atau penyakit akibat kerja lainnya yang lebih fatal.
 
Manajemen Risiko Manual Material Handling (MMH)
Untuk mengendalikan kecelakaan kerja akibat MMH, banyak perusahaan yang
hanya berfokus pada penggunaan alat bantu mekanik, seperti trolley, forklift,
atau conveyer. Meskipun alat bantu mekanik tersebut dapat meminimalkan risiko,
namun penting bagi perusahaan untuk menerapkan pengendalian secara
menyeluruh dan sistematis.
Terkait manajemen risiko MMH, Worksafe Australia's National
Standard merekomendasikan pengusaha dan pengurus untuk melakukan
identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko yang timbul dari aktivitas MMH.
 
1. Identifikasi Risiko
Aktivitas MMH yang mungkin berbahaya bagi keselamatan dan kesehatan pekerja
harus diidentifikasi. Beberapa cara paling efektif untuk mengidentifikasi risiko terkait
MMH adalah:
 Periksa catatan cedera dan kecelakaan kerja sebelumnya yang terjadi di
tempat kerja
 Lakukan wawancara dengan pekerja dan perwakilan anggota Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
 Lakukan survei atau inspeksi langsung ke tempat kerja. 
 
2. Penilaian Risiko
Begitu seluruh aktivitas MMH yang berisiko sudah diidentifikasi, pengurus harus
melakukan penilaian dan menemukan faktor-faktor yang memengaruhi risiko. Berikut
aspek-aspek yang dapat menjadi acuan saat melakukan penilaian risiko yang
berhubungan dengan MMH:
o Aktivitas dan pergerakan pekerja
o Tata letak tempat kerja dan stasiun kerja
o Posisi dan sikap kerja
o Durasi dan frekuensi pekerja melakukan aktivitas MMH
o Jarak dan tempat pekerja memindahkan beban
o Berat beban
o Pengerahan tenaga
o Karakteristik beban dan peralatan kerja
o Organisasi dan lingkungan kerja
o Keterampilan kerja dan pengalaman kerja
o Kebutuhan khusus ─ pekerja yang dalam proses pemulihan mungkin
memerlukan waktu untuk membangun kembali keterampilan dan
kemampuan kerja mereka. 
 
3. Pengendalian Risiko
Penting bagi Anda melalui dua langkah sebelumnya untuk menentukan tindakan
pengendalian yang tepat sesuai risiko yang telah diidentifikasi. Berikut pengendalian
risiko yang dapat Anda lakukan:

POSTER K3 MANUAL HANDLING


 
a. Rekayasa Teknik
 Memodifikasi objek kerja
Anda mungkin perlu mengubah bentuk objek berukuran besar menjadi lebih
kecil agar lebih mudah disimpan, dikemas, atau dipindahkan.
 Memodifikasi tata letak tempat kerja dan stasiun kerja
Hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan jangkauan atau posisi tubuh
membungkuk dan menyediakan permukaan kerja pada ketinggian yang tepat.
 Menggunakan alat bantu mekanik
Alat bantu mekanik yang digunakan harus sesuai dengan jenis pekerjaan
MMH yang banyak dilakukan di tempat kerja.
 Memodifikasi tugas/aktivitas
Misalnya, dari menarik objek menjadi mendorong objek. Pada prinsipnya,
tenaga yang dikeluarkan untuk menarik objek lebih besar daripada
mendorong objek. Untuk mengurangi beban saat mendorong objek, pekerja
juga dapat memperbaiki landasan/permukaan kerja, memberikan roda
tambahan pada landasan objek kerja atau menggunakan peralatan,
seperti hand lift, container, dll.
 Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman
Faktor lingkungan kerja, seperti suhu, pencahayaan, kebisingan, getaran,
ventilasi, dll. harus sesuai dengan standar yang diperkenankan. 
 
b. Pengendalian Administratif
 Memberikan alternatif tugas-tugas berat diganti dengan tugas-tugas ringan
 Memberikan variasi dalam pekerjaan untuk menghilangkan/mengurangi
pengulangan
 Mengatur jadwal kerja, kecepatan kerja, atau cara kerja
 Memberikan waktu pemulihan, misalnya jeda istirahat dalam waktu singkat
 Melakukan rotasi kerja
 Memodifikasi cara kerja
Hal ini dimaksudkan agar pekerja melakukan pekerjaannya di dalam power zone,
yakni di atas lutut, di bawah bahu, dan dekat dengan tubuh.

 
c. Evaluasi Berkelanjutan
Evaluasi berkelanjutan merupakan bagian penting dari proses pengendalian risiko
untuk mengidentifikasi perubahan atau persyaratan lebih lanjut.
 
Panduan Aman Melakukan Manual Material Handling (MMH)

 
Untuk perusahaan:
 Lakukan pendekatan pencegahan MMH yang proaktif
 Lakukan manajemen risiko terkait MMH
 Identifikasi dan catatlah risiko yang terkait dengan beban, tugas, dan kondisi
kerja
 Berikan edukasi kepada manajer, supervisor, dan pekerja tentang bahaya
dan pencegahan terkait MMH
 Dorong pekerja untuk selalu melaporkan bahaya dan gejala dari cedera atau
gangguan yang diakibatkan MMH
 Lakukan pengendalian bahaya secara holistik dan sistematis serta terapkan
praktik kerja aman untuk meminimalkan kelelahan dan cedera akibat MMH
 Lakukan perbaikan berkelanjutan untuk mengetahui efektivitas program MMH
yang diterapkan di tempat kerja. 
 
Untuk pekerja:
 Kenali tanda-tanda kelelahan dan gejala MSDs
 Ikuti prosedur kerja aman yang ditetapkan perusahaan
 Gunakan alat kerja dan alat bantu mekanik yang disediakan dengan benar
 Segera laporkan setiap bahaya dan kecelakaan kerja yang terjadi kepada
supervisor atau manajer.
 

 
POSTER K3 MANUAL HANDLING
 
Tips meminimalkan cedera saat melakukan aktivitas MMH:
 Gunakan alat bantu mekanik yang sesuai sebisa mungkin
 Buat perencanaan sebelum melakukan aktivitas MMH
 Lakukan aktivitas MMH di atas permukaan kerja yang rata dan stabil
 Gunakan alat pelindung diri (APD) yang tepat sesuai aktivitas MMH yang
akan dilakukan
 Tempatkan beban sedekat mungkin dengan pusat tubuh. Semakin dekat
beban, maka semakin kecil pengaruhnya dalam memberi tekanan pada
punggung, bahu, dan lengan
 Tempatkan kaki sedekat mungkin dengan beban saat mulai mengangkat dan
usahakan dalam posisi seimbang. Tekuk lutut dalam posisi setengah jongkok
sampai sudut paling nyaman.
 Hindari gerakan memutar atau posisi tubuh condong ke depan
 Jaga kepala tetap tegak dan pandangan lurus ke depan
 Usahakan untuk tidak mengangkat atau memindahkan beban melebihi batas
 Memindahkan beban dengan mendorongnya jauh lebih aman daripada
dengan menariknya. 
 
Pelatihan Pekerja
Pelatihan terkait MMH harus dilaksanakan setiap ada perubahan proses kerja,
pengoperasian alat kerja baru, atau penggunaan alat bantu mekanik yang belum
pernah dipakai sebelumnya agar pekerja dapat melakukan aktivitas MMH dengan
terampil dan aman.
Pelatihan terkait MMH yang dilaksanakan harus mencakup hal-hal berikut ini:
 Peraturan dan panduan penerapan MMH
 Pemahaman mengenai bahaya dan risiko MMH
 Prosedur tanggap darurat atau pertolongan pertama pada saat terjadi
kecelakaan akibat MMH
 Prosedur pelaporan bahaya, cedera, atau kecelakaan kerja terkait MMH
 Prosedur identifikasi dan penilaian risiko berdasarkan tugas, beban,
lingkungan kerja, dan kemampuan pekerja
 Hierarki pengendalian risiko untuk meminimalkan kecelakaan kerja akibat
MMH
 Prosedur penggunaan alat bantu mekanik yang tersedia
 Prosedur seluruh aktivitas MMH. 
 
Pelatihan ini harus diberikan kepada pekerja atau kontraktor yang terpapar bahaya
dari aktivitas MMH secara berkala. Pelatihan dapat dilakukan dengan memberikan
praktik langsung ketika peralatan atau prosedur baru diperkenalkan kepada pekerja,
menggunakan beberapa jenis alat bantu visual (seperti gambar, bagan, atau video)
mengenai aktivitas MMH, atau mengadakan diskusi ringan dengan memberikan
kesempatan pekerja untuk mengajukan pertanyaan atau masukan mengenai praktik
MMH yang aman.
BAB II
Manual Material Handling (MMH)

1.      Material Handling
Masalah utama dalam produksi ditinjau dari segi kegiatan/proses produksi
adalah bergeraknya material dari satu tingkat ke tingkat proses produksi berikutnya.
Hal ini terlihat sejak material diterima di tempat penerimaan, kemudian dipindahkan
ke tempat pemeriksaan dan selanjutnya disimpan di gudang. Pada bagian proses
produksi juga terjadi perpindahan material yang diawali dengan mengambil material
dari gudang, kemudian diproses pada proses pertama dan berpindah pada proses
berikutnya sampai akhirnya dipindah ke gudang barang jadi. Untuk memungkinkan
proses produksi dapat berjalan dibutuhkan adanya kegiatan pemindahan material
yang disebut dengan Material Handling. Aktivitas material handling di industri
biasanya dilakukan dengan menggunakan alat/mesin atau menggunakan tenaga
manusia.

2.      Peralatan Material Handling


Tulang punggung sistem material handling adalah peralatan material
handling. Sebagian besar peralatan yang ada mempunyai karakteristik dan harga
yang berbeda. Semua peralatan material handling diklasifikasikan ke dalam tiga tipe
utama yaitu: Conveyor (ban berjalan), Crane (derek), dan trucks (alat
angkut/kereta).
a.      Conveyor
Conveyor digunakan untuk memindahkan material secara kontinyu dengan
jalur yang tetap.
Keuntungan Conveyor :
1.      Kapasitas tinggi sehingga memungkinkan untuk memindahkan material dalam
jumlah besar.
2.      Kecepatan dapat disesuaikan.
3.      Penanganan dapat digabungkan dengan aktivitas lainnya seperti proses dan
inspeksi.
4.      Serba guna dan dapat ditaruh di atas lantai maupun di atas operator.
5.      Bahan dapat disimpan sementara antar stasiun kerja.
6.      Pengiriman/pengangkutan bahan secara otomatis dan tidak memerlukan bantuan
beberapa operator.
7.      Tidak memerlukan gang.
Kerugian Conveyor :
1.      Mengikuti jalur yang tetap sehingga pengangkutan terbatas pada area tersebut.
2.      Kerusakan pada salah satu bagian conveyor akan menghentikan aliran proses.
3.      Conveyor ada pada tempat yang tetap, sehingga akan mengganggu gerakan
peralatan bermesin lainnya.
Pada lingkungan industri, terdapat beberapa tipe conveyor yang biasa
dipergunakan, antara lain belt conveyor, roller conveyor, screw conveyor, chain
conveyor, dan sebagainya. Gambar berikut ini merupakan contoh conveyor.
   
b.      Cranes dan Hoists
Cranes (derek) dan Hoists (kerekan) adalah peralatan di atas yang
digunakan untuk memindahkan beban secara terputus-putus dengan area terbatas.
Keuntungan :
1.      Dimungkinkan untuk mengangkat dan memindahkan benda.
2.      Keterkaitan dengan lantai kerja/produksi sangat kecil.
3.      Lantai kerja yang berguna untuk kerja dapat dihemat dengan memasang
peralatan handling berupa cranes.
Kerugian Cranes dan Hoists :
1.      Membutuhkan investasi yang besar.
2.      Pelayanan terbatas pada area yang ada.
3.      Crane hanya bergerak pada arah garis lurus dan tidak dapat dibuat
berputar/belok.
4.      Pemakaian tidak dapat maksimal sesuai yang diinginkan karena crane hanya
digunakan untuk periode waktu yang pendek setiap hari kerja.
Tipe cranes dan hoists juga banyak macamnya. Tipe cranes terdiri dari: jib
crane, bridge crane, gantry crane, tower crane, stacker crane, dan sebagainya.
Berikut ini gambar dari crane.

Beberapa contoh hoists ditunjukkan pada gambar di bawah ini :


c.       Trucks
Trucks yang digerakkan tangan atau mesin dapat memindahkan material
dengan berbagai macam jalur yang ada. Termasuk dalam kelompok truck antara
lain, forklift trucks, fork trucks, trailer trains, automated guided vehicles (AGV), dan
sebagainya.
Keuntungan :
1.      Perpindahan tidak menggunakan jalur yang tetap, oleh sebab itu dapat digunakan
di mana-mana selama ruangan dapat untuk dimasuki trucks.
2.      Mampu untuk loading, unloading dan mengangkat kecuali memindahkan material.
3.      Karena gerakannya tidak terbatas, memungkinkan untuk melayani tempat yang
berbeda.
Kerugian :
1.      Tidak mampu menangani beban yang berat.
2.      Mempunyai kapasitas yang terbatas setiap pengangkutan.
3.      Memerlukan gang
4.      Sebagian besar trucks harus dijalankan oleh operator
5.      Trucks tidak bisa melakukan tugas ganda.
Beberapa macam jenis truck industri ada pada gambar dibawah ini :

Hand Truck

Forklift Truck
Automated Guided Vehicles (AGV)

3.      Pemindahan Bahan Secara Manual


Pengertian 
pemindahan  beban secara manual, menurut  American   Material
Handling  Society  bahwa  material  handling  dinyatakan  sebagai  seni  dan  ilmu  yan
g meliputi  penanganan (handling), pemindahan (moving), Pengepakan
(packaging), penyimpanan  (storing)
dan  pengawasan  (controlling) dari  material  dengan  segala bentuknya.
(Wignjosoebroto, 1996).
Selama ini pengertian MMH hanya sebatas pada
kegiatan lifting dan lowering yang melihat aspek kekuatan vertikal. Padahal kegiatan
MMH tidak terbatas pada kegiatan tersebut diatas, masih ada
kegiatan pushing dan pulling di dalam kegiatan MMH. Kegiatan MMH yang sering
dilakukan oleh pekerja di dalam industri antara lain :
1. Kegiatan pengangkatan benda (LiftingTask)
2. Kegiatan pengantaran benda (Caryying Task)
3. Kegiatan mendorong benda (Pushing Task)
4. Kegiatan menarik benda (Pulling Task)
Pemilihan manusia sebagai tenaga kerja dalam melakukan kegiatan
penanganan material bukanlah tanpa sebab. Penanganan material secara manual
memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut :
·        Fleksibel dalam gerakan sehingga memberikan kemudahan pemindahan beban
pada ruang terbatas dan pekerjaan yang tidak beraturan.
·        Untuk beban ringan akan lebih murah bila dibandingkan menggunakan mesin.
·        Tidak semua material dapat dipindahkan dengan alat.
Pemindahan  bahan  secara  manual  jika  tidak  dilakukan  secara  ergonomis  
akan menimbulkan  kecelakaan  kerja,  yaitu  kerusakan jaringan  tubuh  yang  diakib
atkan  oleh beban  angkat yang berlebihan. Data mengenai insiden tersebut telah  m
encapai nilai rata- rata  18%  dari  seluruh kecelakaan selama tahun  1982-
1985 menurut data  statistik tentang kompensasi para pekerja di Negara bagian New
South Wales Australia. Dari data
kecelakaan ini 93% diantaranya  diakibatkan  oleh  strain  (rasa  nyeri)  yang  berlebih
an, sedangkan 5%  lainnya pada hernia. Dari data tentang strain 61% diantaranya b
erada pada bagian  punggung.
Rasa nyeri yang kronis  ini membutuhkan penyembuhan yang cukup lama.
Disamping itu, biaya yang
dikeluarkan merupakan bagian dominan dari keseluruhan biaya kecelakaan.
Faktor yang  berpengaruh terhadap timbulnya nyeri  punggung (back
inj ury)   adalah  arah  beban
yang  akan  diangkat  dan  frekuensi  aktivitas  pemindahan.  Usaha  untuk  menguran
gi  hal tersebut  adalah  dengan  cara  mengadakan pelatihan,  pendidikan  dan  penyul
uhan  tentang pengaruh  negatifnya serta perhatian khusus
pada perancangan produk yang nantinya akan dikonsumsi  masyarakat.
Masyarakat harus  sadar  bahwa  pada  usia  menengah  (diatas  40  tahun)  mer
upakan usia yang berpeluang besar untuk mendapatkan resiko ini.
Beberapa parameter yang harus diperhatikan adalah sebagai  berikut :
·        Beban yang harus diangkat.
·        Perbandingan antara berat bahan dan operator.
·        Jarak horisontal dari beban terhadap operator.
·        Ukuran beban yang  diangkat (  beban  yang  berdimensi  besar  akan  mempunyai j
arak pusat gravitasi yang lebih jauh dari tubuh dan dapat mengganggu jarak panda
ngan ).
a.      Manual Material Handling Menurut OSHA
Akivitas manual material handling merupakan sebuah aktivitas memindahkan
beban oleh tubuh secara manual dalam rentang waktu tertentu. Berbeda dengan
pendapat di atas menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA)
mengklasifikasikan kegiatan manual material handling menjadi lima yaitu :
1.      Mengangkat/Menurunkan (Lifting/Lowering)
Mengangkat adalah kegiatan memindahkan barang ke tempat yang lebih
tinggi yang masih dapat dijangkau oleh tangan. Kegiatan lainnya adalah
menurunkan barang.

2.      Mendorong/Menarik (Push/Pull)
Kegiatan mendorong adalah kegiatan menekan berlawanan arah tubuh
dengan usaha yang bertujuan untuk memindahkan obyek. Kegiatan menarik
kebalikan dengan itu.

3.      Memutar (Twisting)
Kegiatan memutar merupakan kegiatan MMH yang merupakan gerakan
memutar tubuh bagian atas ke satu atau dua sisi, sementara tubuh bagian bawah
berada dalam posisi tetap. Kegiatan memutar ini dapat dilakukan dalam keadaan
tubuh yang diam.
4.      Membawa (Carrying)
Kegiatan membawa merupakan kegiatan memegang atau mengambil barang
dan memindahkannya. Berat benda menjadi berat total pekerja.

5.      Menahan (Holding)
Memegang obyek saat tubuh berada dalam posisi diam (statis)

4.      Faktor Resiko
Beberapa  factor  yang berpengaruh dalam pemindahan  material  adalah  seb
agai berikut :
·        Berat bahan yang harus diangkat dan perbandingannya terhadap berat badan op
erator.
·        Jarak horisontal dari beban relatif terhadap operator.
·        Ukuran  beban  yang harus  diangkat (ukuran  beban yang  besar)  akan  memiliki  p
usat massa yang letaknya jauh dari badan operator dan juga akan menghalangi pa
ndangan operator.
·        Ketinggian beban yang harus diangkat dan  jarak perpindahan beban (mengangkat 
beban  dari  permukaan  lantai  akan  relatif lebih  sulit  daripada  mengangkat  beban  d
ari ketinggian pada permukaan pinggang).
·        Beban puntir pada badan operator selama aktivitas angkat beban.
·        Prediksi terhadap  berat  bahan  yang  diangkat. Hal ini adalah untuk mengantisipas
i beban yang lebih berat dari yang diperkirakan.
·        Stabilitas beban yang akan diangkat.
·        Kemudahan untuk dijangkau oleh operator.
·        Berbagai  macam  rintangan  yang  menghalangi  atau  keterbatasan  postur  tubuh 
yang berada pada suatu tempat kerja.
·        Frekuensi aktivitas angkat.
·        Metode angkat yang benar (tidak boleh mengangkat beban secara tiba-tiba).
·        Tidak terkoordinasi kelompok kerja.
·        Pengangkatan suatu beban dalam suatu periode.

5.      Beberapa Pendekatan untuk Mengurangi Resiko


Kebutuhan untuk mengangkat secara manual harus benar-
benar diteliti secara
ergonomis. Penelitian ini  akan menghasilkan adanya standarisasi dalam  aktivitas a
ngkat manusia.
Standar kemampuan angkat tersebut tidak hanya meliputi arah beban, tetapi 
juga berisi  ketinggian  dan  jarak  operator  terhadap  beban  dan  metode  angkat  ter
baik  harus diimplementasikan.

6.      Penyelesaian untuk Pemindahan Material Secara Teknis
Beberapa penyelesaian  secara  teknis  untuk  pemindahan  material  secara 
manual adalah  sebagai  berikut :
·        Letakkan  benda  kerja  yang  besar  pada  permukaan  yang  lebih  tinggi  dan  turu
nkan dengan bantuan gaya gravitasi.
·        Berikan peralatan yang dapat mengangkat.
·        Desainlah  kotak  tempat  benda  kerja  yang  disertai  hendel  yang  ergonomis  sehin
gga mudah  pada waktu mengangkat.
·        Aturlah  peletakan fasilitas  sehingga semakin  memudahkan metodologi  angkat be
nda pada  ketinggian  permukaan pinggang.
·        Bebaskan area kerja dari gerakan dan  peletakan material yang mengganggu jalu
r dari operator.
·        Hindarkan lantai kerja dari sesuatu yang dapat membuat licin sehingga
mambahayakan operator pada saat perjalanan memindahkan material.
·        Buatlah suatu ruang kerja yang cukup gerakan dinamis bebas operator.
·        Tempatkan semua material sedekat mungkin operator.

7.      Batasan Beban Yang Boleh Diangkat


Pendekatan terhadap batasan dari massa beban yang akan diangkut
meliputi :
A.     Batasan Angkat Secara Legal (Legal Limitations)
Dalam rangka menciptakan suasana kerja yang aman dan sehat maka perlu
adanya suatu batasan angkat untuk operator. Pada bagian ini akan dijelaskan
beberapa batasan angkat secara legal dari berbagai Negara bagian
benua Australia yang digunakan untuk pabrik dan system bisnis manufaktur lainnya.
Batasan angkat ini dipakai sebagai batasan angkat secara internasional. Adapun
variabelnya adalah sebagai berikut :
·        Pria dibawah usia 16th, maksimum angkat adalah 14 kg
·        Pria usia diantara 16th dan 18th, maksimum angkat 18 kg
·        Pria usia lebih dari 18th, tidak ada batasan angkat
·        Wanita usia diantara 16th dan 18th, maksimum angkat 11 kg
·        Wanita usia lebih dari 18th, maksimum angkat adalah 16 kg
Batasan angkat ini dapat membantu untuk mengurangi rasa nyeri, ngilu pada
tulang belakang bagi para wanita (back injuries incidence to women). Batasan
angkat ini akan mengurangi ketidaknyamanan kerja pada tulang belakang, terutama
bagi operator untuk pekerjaan berat.
Batasan angkat di Indonesia  ditetapkan  melalui Peraturan  Menteri  Tenaga 
Kerja  Transmigrasi  dan  Koperasi  No.  PER.01/Men/1978  tentang  Kesehatan  dan 
Keselamatan  Kerja  dalam  bidang  Penebangan  dan  Pengangkutan  Kayu.  Beban 
angkat  ditetapkan  dengan  dasar  perhitungan  5/7  kg   berat  badan.,   contohnya 
seorang  lelaki  dengan  berat  badan  70  kg  berarti  beban  yang  dapat  diangkat 
sebesar 50 kg. Batasan tersebut dapat dilihat pada table berikut:

Aktivitas mengangkat Dewasa Tenaga kerja muda


Laki – laki Wanita Laki – laki Wanita

( kg ) ( kg ) ( kg ) ( kg )


Sekali - kali 40 10 15 10– 12

Terus menerus 15 –18 10 10 – 15 6 – 9

Sumber : (Suma’ mur P. K, 1998:28).

B.     Batasan Angkat Secara Biomekanika


Batasan angkat  biomekanika  adalah  analisa  biomekanika  tentang  rentang p
ostur  atau  posisi  aktivitas  kerja,  ukuran  badan  dan  ukuran  manusia.  Kriteria
keselamatan
adalah  berdasarkan beban tekan (compression  load) pada intervertebral  disc  anta
ra lumbar nomor lima dan sacrum nomor satu (L5/S1). National  Institute  of  Occup
ational  Safety  and  Health  (NIOSH)  Amerika Serikat merekomendasikan batasan a
ngkat sebagai berikut :
1.      Batasan  gaya  angkat  maksimum  yang  diijinkan  (the  maximum  permissible  limit
) adalah berdasarkan gaya tekan sebesar 6500 Newton pada L5/S1.
2.      Batasan gaya angkat normal (the  action  limit) adalah berdasarkan gaya tekan
sebesar 3500 Newton pada L5/S1.
Batasan gaya angkat normal ditentukan melalui rumus :
AL(kg) = 40 (15/H) (1-0,004/V-75/) (0,7+7,5/D) (1-F/Fmax)
Dimana :
H          = Posisi horizontal (cm), arah titik tengah antara mata kaki pada tempat
V          = Posisi vertikal (cm) pada tempat asal sebelum beban diangkat
D         
= Jarak angkat vertikal (cm) antara tempat asal dan tujuan dari aktivitas angkat ters
ebut.
Fmax  = Frekuensi maksimum yang dapat dilaksanakan
Tabel.
Batasan Gaya Angkat Normal

Periode angkatan Posisi tubuh

Berdiri Membungkuk

V > 75
V < 75
1 jam 18 15

8 jam 15 12

 Sumber : (Eko nurmianto, 1998:167).

C.     Batasan Angkat Secara Fisiologis


Batasan  angkatan  secara  fisiologis  ditetapkan  dengan  mempertimbangkan 
rata- rata  beban  metabolisme  dan  aktivitas  angkat  berulang  (repetitive  lifting)
atau  dapat  juga  ditentukan  dari  jumlah  konsumsi  oksigen.  Metode  lain  adalah
dengan  cara  pengukuran  langsung  pada  tekanan  yang  ada  di  adalam perut  (intra 
abdominal   pressure)  selama  aktivitas  angkat  dan  menghasilkan  batasan  gaya 
angkat terhadap beban kerja manual.

D.    Batasan Angkat Secara Psiko – Fisik


Metode ini berdasarkan pada sejumlah eksperimen yang
berupaya mendapatkan berat  pada  berbagai  keadaan  dan  ketinggian  beban  yang 
berbeda-beda. Ada tiga kategori posisi angkat yang ditemukan yaitu :
1.      Dari permukaan lantai ke ketinggian genggaman (knuckle height)
2.      Dari  ketinggian  genggaman  tangan  (knuckle   height)  ke  ketinggian  bahu
(shoulder  height)
3.      Dari   ketinggian   bahu   (shoulder   height)   ke   maksium   jangkauan   tangan verti
kal   (vertical  arm  reach)
Batasan  berat  beban  yang  dapat  diangkat  berdasarkan  kategori  di  atas
dapat dilihat pada tabel – tabel berikut ini :

Tabel.
Berat beban yang dapat ditolelir untuk aktivitas angkat yang sering

Frekuensi angkat Berat yang boleh diangkat (kg)
Satu kali dalam 30 menit 95
Satu kali dalam 25 menit 85
Satu kali dalam 15 – 20 menit 66
Satu kali dalam 10 – 15 menit 50
Satu kali dalam 5 menit 33
Sumber : (Eko Nurmianto,1998 :179).

Tabel.
Batasan berat beban dengan metode berat beban yang dapat ditolerir untuk
diangkat

Jenis Jarak    antara Berat   yan Jarak antara Jarak antara Jarak


kelamin pusat gravitas g tinggi lantai genggaman antar tinggi
i beban      diijinkan sampai tangan bahu
dan pekerja tinggi sampai sampai
genggaman bahu (cm) jangkauan
tangan tangan
(cm)
Pria 380 Optimum 23 19 18
Maksimum 29 24 23
250 Optimum 26 19 18
Maksimum 34 24 23
180 Optimum 79 20 19
Maksimum 37 26 24
Wanita 380 Optimum 17 13 12
Maksimum 20 15 14
250 Optimum 20 13 12
Maksimum 24 15 14
180 Optimum 22 14 13
Maksimum 26 17 15
Sumber : (Eko Nurmianto,1998:149)

Pekerja  yang  boleh  mengangkat  beban  maksimum  adalah  beban  pekerja y


ang sehat berusia 18 – 60 tahun. Diharapkan beban yang diangkat pada batas ini
dilaksanakan dibawah pengawasan supervisor yang bertangging jawab menangani 
masalah   pemilihan   pekerja   yang
mempunyai   kondisi   fisik,   kebugara   dan pengalaman yang cukup. Pekerja yang 
berusia pada atau lebih dari 60 tahun tidak diharapkan  untuk  mengangkat  beban 
optimum.  Data-data  yang  ada  pada  tabel
diatas dikurangi 25 % untuk pekerja yang berusia dibawah 16 tahun.

8.      Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi MMH


Semua aktivitas manual handling melibatkan faktor-faktor sebagai berikut :
1. Karakteristik Pekerja
Karakteristik pekerja masing-masing berbeda dan mempengaruhi jenis dan
jumlah pekerjaan yang dapat dilakukan. Karakteristik pekerja terdiri dari :
a.       Fisik, yang meliputi ukuran pekerja secara umum seperti usia, jenis kelamin,
antropometri, dan postur tubuh.
b.   Kemampuan sensorik, ukuran kemampuan sensorik pekerja yang meliputi
penglihatan, pendengaran, kinestetik, sistem keseimbangan dan proprioceptive.
c.    Motorik, ukuran kemampuan motorik/gerak pekerja yang meliputi kekuatan,
ketahanan, jangkauan, dan karakter kinematis.
d.    Psikomotorik, mengukur kemampuan pekerja menghadapi proses mental dan gerak
seperti memproses informasi, waktu respon, dan koordinasi
e.     Personal, ukuran nilai dan kepuasan pekerja dengan melihat tingkah laku,
penerimaan resiko, persepsi kebutuhan ekonomi, dll
f.       Training/pelatihan, ukuran kemampuan pendidikan pekerja dalam training formal
atau keterampilan dalam menangani instruksi MMH.
g.       Status kesehatan
h.       Aktivitas dalam waktu luang
2. Karakteritik Material
Karakteristikmaterial atau bahan, meliputi :
a.       Beban, ukuran berat benda, usaha yang dibutuhkan untuk mengangkat, maupun
momen inersia benda.
b.      Dimensi, atau ukuran benda seperti lebar, panjang, tebal, dan bentuk benda baik
itu kotak, silinder, dll.
c.       Distribusi beban, ukuran letak unit CG dengan reaksi pekerja untuk membawa
dengan satu atau dua tangan.
d.      Kopling, cara membawa benda oleh pekerja berkaitan dengan tekstur,
permukaan, atau letak.
e.       Stabilitas beban, ukuran konsistensi lokasi CM
3. Karakteristik Tugas/Pekerjaan
Karakeristik tugas ini meliputi kondisi pekerjaan manual material
handling yang akan dilakukan. Terdiri dari :
a.       Geometri tempat kerja, termasuk didalamnya jarak pergerakan, langkah yang
harus ditempuh, dll.
b.      Frekuensi, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan termasuk
frekuensi pekerjaan yang dilakukan.
c.       Kompleksitas pekerjaan, termasuk didalamnya ketepatan penempatan, tujuan
aktivitas maupun komponen pendukungnya.
d.      Lingkungan kerja, seperti suhu, pencahayaan, kebisingan, getaran, bau bauan,
juga daya tarik kaki.
4. Sikap Kerja
Penanganan manual material handling juga melibatkan metode kerja atau
sikap dalam menyelesaikan pekerjaan/tugas. Pengamatan meliputi pada :
a.       Individu, merupakan ukuran metode operasional, seperti kecepatan, ketepatan,
cara/postur saat memindahkan.
b.      Organisasi, berkaitan dengan organisasi kerja seperti luas bangunan pabrik,
keberadaan tenaga medis, maupun utilitas kerjasama tim.
c.       Administrasi, seperti sistem insentif untuk keselamatan kerja, kompensasi, rotasi
kerja maupun pengendalian dan pelatihan keselamatan.
Aktivitas manual material handling banyak digunakan karena memiliki
fleksibilitas yang tinggi, murah dan mudah diaplikasikan. Akan tetapi berdasar data
diatas dapat diambil kesimpulan bahwa aktivitas manual material handling juga
diikuti dengan resiko apabila diterapkan pada kondisi lingkungan kerja yang kurang
memadai, alat yang kurang mendukung, dan sikap kerja yang salah. Penelitian yang
dilakukan NIOSH (NIOSH, 1981) memperlihatkan sebuah statistik yang menyatakan
bahwa dua -pertiga dari kecelakaan akibat tekanan berlebihan, berkaitan dengan
aktivitas menaikkan barang (lifting loads activity).

9.      Jarak Angkat
Penelitian yang dilakukan oleh Gracovetsjy untuk aktifitas
angkat material, mengemukakan  bahwa 65% kasus diakibatkan oleh kerusakan
akibat beban torsi  (Torsional  Damage)  pada  sambungan apophyeseal  (sambunga
n  yang
berada  diantara  vertebral),  ligamen   dan  annulus  fibrusus   (lapisan  pembungkus 
disk).
Kerusakan   tersebut  lambat   untuk   disembuhkan. Dia   juga   menemukan bahwa  l
amanya  pembebanan  terhadap  segmen  tulang,  merupakan  factor  yang dapat 
mempertinggi derajat kerusakan (Eko Nurmianto,2003:164).
Batasan gaya angkat maksimum yang dijinkan (the  Maximum  Permissible L
imit) yang direkomendasikan oleh NIOSH (1981) adalah berdasarkan gaya tekan
6500 Newton pada L5/S1 (Lumbar  nomor 5/Sakrum  nomor 1). Namun hanya 25%
pria dan 1% wanita yang diperkirakan mampu melewati batasan gaya angkat ini.
Batasan  gaya  angkat  normal  (the  Action  Limit)  diberikan  oleh  NIOSH
(1981) dan  berdasar  gaya  tekan  3500  Newton  pada  L5/SI  (Lumbar  5/Sakrum  1). 
Ada  99% pria dan 75% wanita yang mampu  mengangkat beban
diatas  ini (Eko Nurmianto, 2003:165).
Bab iii teknik mengangkat benda kerja

Manual Material Handling, Cara Aman Mengangkat dan Memindahkan Barang


25 Nov 2016
 
Bagikan

Halo Sahabat Keselamatan Keluarga.. Seringkali kita menjumpai barang yang perlu


kita pindahkan dengan cara mengangkatnya, saat di rumah, belanja, tempat umum,
tempat transit (bandara, terminal, stasiun), tempat rekreasi, atau kantor.
Memindahkan barang, atau bahasa keren nya material handling, terdengar seperti
hal sepele yang bisa dilakukan dengan mudah menggunakan kedua tangan. Namun
jika kita tidak mengerti dan memahami bagaimana cara memindahkan barang
dengan baik dan aman, terutama jika benda yang kita pindahkan memiliki bobot
yang cukup besar, dapat mengakibatkan kecelakaan fatal.
Akibat dari kurangnya pemahaman bagaimana cara mengangkat barang, dapat
menimbulkan akibat buruk pada tubuh kita seperti cedera pinggang, cedera
punggung, keseleo, atau bahkan hernia. Seorang atlet angkat besi saja harus
memiliki posisi khusus untuk mengangkat beban, tidak asal angkat begitu saja
dengan menggunakan tangan. Lalu, bagaimana caranya mengangkat barang yang
benar..??
Pada prinsipnya, sebelum mengangkat barang, kita harus mengidentifikasi dahulu
keadaan sebagai berikut :
1. Jenis Barang

Kita harus mengetahui dan mengidentifikasi jenis barang yang akan kita angkat dan
pindahkan, dimensi benda, bentuk benda, berapa beratnya, dimana titik angkatnya.
Berat maksimum yang dianjurkan untuk diangkat oleh 1 orang adalah 20 kg. Jika
berat benda melebihi berat maximum tersebut, dianjurkan untuk menggunakan alat
bantu seperti troli atau diangkat oleh 2 orang. Kita juga perlu mengetahui titik angkat
dari benda yang akan kita angkat, jika tidak ada titik angkatnya, disarankan untuk
menggunakan box atau alat bantu lain untuk mempermudah proses pengangkatan.
Mengangkat barang yang terlalu berat diluar batas kemampuan tubuh kita dapat
meningkatkan resiko cedera.
Iklan
2. Kondisi Ruangan dan Rute Pemindahan

Setelah mengindentifikasi jenis barang, kita juga harus mengidentifikasi ruang gerak
kita selama mengangkat dan memindahkan barang. Dengan kata lain, kita harus
merencanakan rute perjalanan antara titik dimana kita mulai mengangkat hingga
menurunkan barang. Jika ruangan cukup luas dengan sedikit rintangan mungkin
akan mudah dan tidak menjadi masalah. Jika ruangan terbatas apalagi disertai
rintangan, akan mempersulit proses pemindahan dan memperbesar resiko cedera
karena memaksa kita untuk melakukan manuver membungkuk atau memutar. Jarak
maksimum yang disarankan untuk memindahkan barang dengan berat maximum 20
kg tanpa alat bantu adalah sejauh 10m. Disarankan untuk beristirahat dahulu jika
jarak melebihi 10m.
3. Teknik Mengangkat dan Memindahkan Barang
Setelah melakukan identifikasi dan rencana pemindahan barang, selanjutnya adalah
bagaimana posisi yang baik dan aman mengangkat dan memindahkan barang..??
1. Posisikan badan cukup dekat dengan barang yang akan diangkat

2. Posisikan barang berada diantara kedua kaki

3. Posisikan badan dengan menekuk kaki (posisi jongkok / squat) untuk mengambil
barang jika posisinya di bawah. Hindari posisi membungkuk..!! beresiko terjadi
cedera pinggang atau punggung.
4. Saat mengangkat, gunakan otot kaki sebagai titik angkat, bukan pinggang atau
punggung, kemudian posisikan barang dekat atau menempel dengan badan.
5. Saat berjalan memindahkan barang, posisikan tangan lurus ke bawah menahan
beban, punggung dan leher tetap tegak, tidak membungkuk. Posisikan barang tidak
menghalangi pandangan.
6. Jika terpaksa melakukan manuver berbelok, memutar, berbalik, dan lainnya,
gunakan tumpuan kaki, bukan pinggang atau punggung. Hal ini perlu dihindari untuk
mencegah cedera pinggang atau punggung.

7. Jika posisi akhir benda ada di bawah, kembali gunakan posisi jongkok / squat
untuk meletakan benda, bukan dengan cara membungkuk.

Anda mungkin juga menyukai