Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Lingkungan kerja yang tidak sehat dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang merugikan
semua pihak. Oleh karena itu, setiap organisasi perlu menyediakan lingkungan kerja yang
sehat bagi karyawan, mitra, tamu dan pengunjung untuk meningkatkan kualitas kesehatan
dan produktivitas. Salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan kerja adalah gangguan
kesehatan akibat lingkungan kerja . Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala sesuatu yang
berada di sekitar pekerja atau yang berhubungan dengan tempat kerja yang dapat
mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan tugas yang dibebankan padanya.Kesehatan
lingkungan kerja membahas tentang kegiatan pemecahan masalah kesehatan di lingkungan
kerja . Pemecahan masalah lingkungan kerja pada hakekatnya merupakan upaya pengurangan
terhadap beban tambahan bagi pekerja dan upaya penyerasian antara kapasitas kerja dengan
lingkungan kerja . Apabila tidak memenuhi persyaratan maka lingkungan kerja dapat
mempengaruhi kesehatan kerja dalam dua bentuk yaitu kecelakaan kerja (Occupational
accident) dan penyakit akibat kerja (Occupational diseaces). Kesehatan lingkungan kerja
sering kali dikenal juga dengan istilah Higiene Industri atau Higiene Perusahaan.
Kegiatannya bertujuan agar tenaga kerja terlindung dari berbagai macam resiko akibat
lingkungan kerja. Menurut Suma’mur (1976) Higiene Perusahaan adalah spesialisasi dalam
ilmu hygiene beserta prakteknya yang melakukan penilaian pada faktor penyebab penyakit
secara kualitatif dan kuantitatif di lingkungan kerja Perusahaan, yang hasilnya digunakan
untuk dasar tindakan korektif pada lingkungan, serta pencegahan, agar pekerja dan
masyarakat di sekitar perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja, serta memungkinkan
mengecap derajat Kesehatan yang setinggi- tingginya. Di Indonesia, upaya Kesehatan
lingkungan kerja dikembangkan selaras dengan aspek ergonomi, kesehatan dan keselamatan
kerja, baik dari segi keilmuan maupun penerapannya. Sedang pada perusahaan besar
diberbagai Negara, pelaksananya adalah Industrial Hygienist yang mempunyai latar belakang
pendidikan teknis yang memperoleh tambahan pengetahuan dibidang lain yang terkait seperti
fisika, kimia, kesehatan, kedokteran dan sebagainya.
1.2 TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mahasiswa mampu memahami teknik monitoring lingkungan
kerja.
2. Mahasiswa dapat mengenal masalah yang ada
3. dilingkungan kerja.
4. Dapat melakukan penilaian di lingkungkungan kerja.
5. Mahasiswa dapat melakuan upaya pengendalian
dilingkungan kerja.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apakah Pengertian monitoring lingkungan kerja?
2. Sebutkan konsep-konsep monitoring lingkungan kerja?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Monitoring Lingkungan Kerja

Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan atas
objektifitas program.
Lingkungan kerja adalah Segala sesuatu yang berada disekitar tenaga kerja yang dapat
mempengaruhi dirinya dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan.

2.2 Konsep Monitoring Lingkungan Kerja


Adapun 3 konsep monitoring lingkungan kerja adalah :
2.2. 1.Pengenalan Lingkungan
Lingkungan dapat dibagi menjadi, antara lain :
 Lingkungan Fisik
Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan yang berbetuk fisik yang terdapat pada
sekitar tempat kerja sehingga dapat mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung
kinerja karyawan dan menimbulkan potensi bahaya/ memberi dampak pada kejadian
kecelakaan kerja.
Lingkungan fisik antara lain :

a. Suhu
b. Kelembapan
c. Pencahayaan
d. Kebisingan
e. Getaran
f. Radiasi

 Lingkungan Biologi

Lingkungan kerja biologi adalah keadaan faktor-faktor biologis di tempat kerja ang
dapat mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung kinerja karyawan dan
menimbulkan potensi bahaya/ memberi dampak pada penyakit akibat kerja. Faktor
biologis antara lain Virus, Bakteri, dan Parasit.

 Lingkungan Psikologi

Lingkungan kerja psikologi, misalnya yaitu keadaan hubungan kerja antar karyawan,
atau hubungan kerja antaran karyawan dengan atasan, atau pekerjaan yang monoton,
dan lain sebagainya. Lingkungan psikologi ini juga dapat menyebabkan stress kerja
yang berhubungan dengan kesehatan jiwa, rasa ketidaknyamanan terhadap pekerjaan
dan menurunnya produktivitas.

Untuk mengetahui secara kualitatif tentang faktor bahaya lingkungan, dapat dilihat
dari:
1. Flow diagram dari kegiatan proses dan operasi
2. Bahan baku, bahan pembantu, hasil antara, hasil samping, hasil produk dan sisa
produksi bahan buangan.
3. Kondisi operasi tiap tahap dalam rangkaian operasi & proses
4. Majalah, surat kabar, jurnal, dan keluhan tenaga kerja.

 Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pengenalan Lingkungan


• Alat-alat teknis penanggulangan apa yang sudah tersedia/ dipergunakan.
• Bentuk bahan baku yang digunakan.
• Jumlah orang yang terpapar & bekerja ditiap tahap dalam rangkaian proses.

 Manfaat Pengenalan Lingkungan


• Mengetahui secara kwalitatif bahwa dalam suatu tahap dalam proses produksi
timbul faktor yang secara potensial dapat membahayakan.
• Apabila diperlukan pengukuran, dapat secara tepat diketahui lokasi dimana
faktor bahaya lingkungan timbul.
• Mengetahui secara kwalitatif bahwa sejumlah tenaga kerja terpapar pada faktor
bahaya tertentu.

2.2.2. Penilaian Lingkungan


Adapun tahap dalam penilaian lingkungan adalah :
 Melakukan pengukuran untuk mengetahui secara kualitatif dan
kuantitatif tingkat bahaya
 Membandingkan hasil pengukuran dengan NAB :
a. Melakukan pengukuran
b. Pengambilan sampel
c. Analisa Laboratorium
d. Hasil yang didapat dibandingkan dengan NAB

A. MANFAAT PENILAIAN LINGKUNGAN


 Dasar untuk menyatakan bahwa kondisi lingkungan kerja memerlukan
penerapan teknik pengendalian & penanggulangan.
 Dasar untuk membantu mengkorelasikan kasus kecelakaan & penyakit dengan
kondisi lingkungan.
 Dasar untuk merencanakan alat penanggulangan
 Dokumen untuk inspeksi sesui dengan UU yang berlaku.

B. Hal yang dipertimbangkan dalam penilaian lingkungan dilapangan untuk


memperoleh hasil yg representatif
o Alat & metode yang paling cocok untuk dipilih.
o Lokasi pengukuran dan pengambilan sampel
o Waktu
o Metode & alat yang dipakai
o Sensitivitas alat yang digunakan
o Kecepatan aliran udara
 Jumlah pengukuran dan pengambilan sampel.

2.2.3.Pengendalian Lingkungan
Dalam upaya pengendalian potensi bahaya di tempat kerja, maka perlu adanya pemahaman
tentang prinsip- prinsip dasar pengendalian yang harus diikuti yaitu melalui tahapan sebagai
berikut :

1. Pengenalan potensi bahaya yang ada maupun resiko yang mungkin timbul
( Hazards Identification).
2. Penilaian tingkat resiko yang mungkin timbul (Risks Assessment ).
3. Penentuan dan pemilihan tindakan pencegahan dan pengendalian yang tepat
dengan menggunakan metode hirarki pengendalian ( Risks Control ).
4. Penunjukan atau penugasan kepada siapa yang akan diberi tugas dan tanggung
jawab untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian.
5. Tinjauan ulang untuk mengukur efektifitas penerapan sarana pengendalian
yang telah diterapkan ( Review of Control).

Secara prinsip, potensi bahaya dapat dikendalikan melalui 2 (dua) metode yaitu :

 Sarana pengendalian permanen atau pengendalian jangka panjang ( Long Term


Gain)
 Sarana pengendalian sementara atau pengendalian jangka pendek ( Short Term
Gain).

A. OPSI PENGENDALIAN POTENSI BAHAYA DALAM


KESELAMATAN SISTEM KERJA.

Sistem pengendalian ini merupakan program pengendalian potensi bahaya yang utama untuk
pengendalian jangka panjang dan bersifata permanen. Pengendalian ini merupakan
pengendalian dengan metode menghilangkan atau meniadakan potensi bahaya pada
sumbernya.

OPSI 1 :

 Eliminasi atau meniadakan potensi bahaya di tempat kerja dengan tidak


menggunakan bahan-bahan beracun jika bahan-bahan yang lebih aman tersedia
 Mengerjakan tugas-tugas mengangkat beban yang berat dengan menggunakan
alat Bantu mekanik atau hidrolik
 Memasang sarana pembersih tangki otomatis akan lebih aman dan ringan dari
pada operator harus memasuki ruang tertutup; dll.

Opsi 2 : Mengurangi Potensi Bahaya pada Sumbernya.


 Mengurangi potensi bahaya pada sumbernya termasuk meminimalkan jumlah
pelepasan energi yang tidak terkendali.
Sebagai contoh : menggunakan peralatan kerja dengan voltase rendah dan sarana
pertanahan yang memadai; mendesain peralatan kerja tangan yang tidak
menyebabkan cedera dengan ujungnya tidak kasar dan mudah digunakan; memasang
sebuah alat mekanisasi untuk kegagalan proses operasi; dll.

OPSI 3 : Menutup sumber bahaya

 Menutup sumber bahaya merupakan cara untuk mencegah pelepasan energi


yang tidak terkendali dari sumbernya, sehingga cidera atau kerusakan tidak terjadi.
Sebagai contoh : Menutup rapat gas agar tetap aman di dalam silinder; memberi
penutup tahan panas pada pipa panas; mengisolasi kabel listrik agar tidak terbuka;
memasang alat pengaman mesin; menyediakan gudang khusus untuk bahan-bahan
mudah terbakar, dll.

OPSI 4 : Pemindahan Tenaga Kerja Dari Sumber Bahaya.

Sebagai contoh : operator harus dipindahkan pada tempat yang aman selama proses
peledakan pada operasi peledakan di pertambangan; suatu garis keliling daerah aman harus
diberitahukan secara jelas di sekitar fasilitas tegangan tinggi; dll.

OPSI 5 : Seluruh alat pelindung diri didesain untuk memisahkan atau memberi
penghalang antara tubuh manusia dengan potensi sumber energi yang membahayakan.

Sebagai contoh : sumbat/tutup telinga merupakan perlindungan terhadap energi suara;


alat pelindung pernafasan merupakan perlindungan terhadap energi kimia; gloves merupakan
alat pelindung terhadap pelepasan energi panas; dll.

Anda mungkin juga menyukai