Anda di halaman 1dari 8

Nama : Yuliana

NIM : P07226119032
Prodi : Sarjana Terapan Promosi Kesehatan
Mata Kuliah : Hygiene Industri
Dosen Pengampu : Emelia Tonapa, M.Kes

METODE PENGENALAN POTENSI BAHAYA (HAZARD) DI TEMPAT KERJA

1. JHA (Job Hazard Analysis)


JHA (Job Hazard Analysis) adalah teknik yang berfokus pada tahapan pekerjaan sebagai
cara untuk mengidentifikasi bahaya sebelum suatu kejadian yang tidak diinginkan muncul.
Metode ini lebih fokus pada interakasi antara pekerja, tugas/pekerjaan, alat dan lingkungan.
Setelah diketahui bahaya yang tidak bisa dikendalikan, maka dilakukan usaha untuk
menghilangkan atau mengurangi risiko bahaya ke tingkat level yang bisa diterima (OSHA
3071).
JHA dapat diterapkan dalam berbagai macam jenis pekerjaan, namun terdapat beberapa
prioritas pekerjaan yang perlu dilakukan JHA, antara lain:
a. Pekerjaan dengan tingkat kecelakaan/sakit yang tinggi.
b. Pekerjaan yang berpotensi menyebabkan luka, cacat atau sakit meskipun tidak terdapat
insiden yang terjadi sebelumnya.
c. Pekerjaan yang bila terjadi sedikit kesalahan kecil dapat memicu terjadinya kecelakaan
parah atau luka.
d. Pekerjaan yang baru atau mengalami perubahan dalam proses dan prosedur.
e. Pekerjaan cukup kompleks untuk ditulis instruksi pelaksanaannya.
Terdapat langkah-langkah untuk memulai JHA, yaitu sebagai berkut:
a. Libatkan Karyawan
Sangat penting untuk melibatkan karyawan dalam proses analisis bahaya. Mereka
memiliki pemahaman yang unik tentang pekerjaan, dan pengetahuan ini sangat berharga
untuk menemukan bahaya. Melibatkan karyawan akan membantu meminimalkan
kelalaian, memastikan analisis kualitas, dan membuat pekerja "membeli" solusi karena
mereka akan berbagi kepemilikan dalam program keselamatan dan kesehatan mereka.
b. Tinjau Riwayat Kecelakaan
Tinjau bersama karyawan riwayat kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat
kerja yang memerlukan perawatan, kerugian yang memerlukan perbaikan atau
penggantian, dan “nyaris celaka” (kejadian di mana kecelakaan atau kerugian tidak
terjadi, tapi bisa saja terjadi). Kejadian-kejadian ini merupakan indikator bahwa
pengendalian bahaya yang ada mungkin tidak memadai dan layak untuk diteliti lebih
lanjut.
c. Melakukan Tinjauan Pekerjaan Awal
Diskusikan dengan karyawan tentang bahaya yang mereka ketahui yang ada di
tempat kerja dan lingkungan mereka saat ini. Brainstorm dengan mereka mengenai ide-
ide untuk menghilangkan atau mengendalikan bahaya tersebut.
Jika ada bahaya yang menimbulkan bahaya langsung bagi kehidupan atau
kesehatan karyawan, segera ambil tindakan untuk melindungi pekerja. Setiap masalah
yang dapat diperbaiki dengan mudah harus diperbaiki sesegera mungkin. Jangan
menunggu untuk menyelesaikan analisis bahaya pekerjaan. Ini akan menunjukkan
komitmen terhadap keselamatan dan kesehatan dan memungkinkan untuk fokus pada
bahaya dan pekerjaan yang memerlukan studi lebih lanjut karena kompleksitasnya.
d. Buat Daftar, Ranking, dan Menentukan Prioritas untuk Pekerjaan yang Berbahaya
Buat daftar pekerjaan dengan bahaya yang menghadirkan risiko yang tidak dapat
diterima, berdasarkan yang paling mungkin terjadi dan dengan konsekuensi paling parah.
Pekerjaan ini harus menjadi prioritas pertama untuk dianalisis.
e. Menguraikan Langkah-Langkah atau Tugas
Hampir setiap pekerjaan dapat dipecah menjadi tugas atau langkah pekerjaan.
Saat memulai analisis bahaya pekerjaan, perhatikan karyawan melakukan pekerjaan dan
buat daftar setiap langkah saat pekerja melakukannya. Pastikan untuk mencatat informasi
yang cukup untuk menggambarkan setiap tindakan pekerjaan tanpa terlalu detail. Hindari
membuat perincian langkah-langkah begitu rinci sehingga menjadi terlalu panjang atau
terlalu luas sehingga tidak mencakup langkah-langkah dasar. Anda mungkin merasa
berharga untuk mendapatkan masukan dari pekerja lain yang telah melakukan pekerjaan
yang sama. Kemudian, tinjau langkah-langkah pekerjaan dengan karyawan untuk
memastikan Anda tidak melewatkan sesuatu. Tunjukkan bahwa Anda mengevaluasi
pekerjaan itu sendiri, bukan kinerja karyawan. Libatkan karyawan dalam semua fase
analisis mulai dari meninjau langkah dan prosedur pekerjaan hingga membahas bahaya
yang tidak terkendali dan solusi yang direkomendasikan.
Terkadang, dalam melakukan analisis bahaya pekerjaan, mungkin berguna untuk
memotret atau merekam pekerja yang sedang melakukan pekerjaan itu. Catatan visual ini
dapat menjadi referensi yang berguna ketika melakukan analisis pekerjaan yang lebih
rinci.

2. JSA (Job Safety Analysis)


a. Definisi
Job Safety Analysis (JSA) masih dianggap oleh beberapa pekerja hanya sebagai
lembaran kertas yang berisi daftar pekerjaan, bahaya, dan cara pengendaliannya saja.
Walaupun dianggap oleh para pekerja seperti itu, JSA adalah suatu alat yang penting
untuk membantu para pekerja melakukan pekerjaan secara aman dan efisien. JSA tidak
hanya berfungsi untuk mencegah pekerja dari kecelakaan kerja, tetapi JSA juga dapat
melindungi peralatan untuk bekerja dari kerusakan.
Menurut National Safety Council (NSC), JSA melibatkan beberapa unsur yaitu:
1) Langkah-langkah pekerjaan secara spesifik.
2) Bahaya yang terdapat pada setiap pekerjaan.
3) Pengendalian berupa prosedur kerja yang aman agar dapat mengurangi bahkan
menghilangkan bahaya pada setiap langkah pekerjaan.
Menurut Friend dan Kohn (2006), JSA dapat bermanfaat untuk mengidentifikasi
dan menganalisis bahaya dalam suatu pekerjaan sehingga bahaya pada setiap jenis
pekerjaan dapat dicegah dengan tepat dan efektif. Kemudian JSA juga dapat membantu
para pekerja agar dapat memahahi pekerjaan mereka dengan lebih baik, khususnya
memahami potensi bahaya yang ada dan dapat terlibat langsung untuk mengembangkan
prosedur pencegahan kecelakaan. Hal ini membuat para pekerja dapat berpikir bahwa
hasil yang melibatkan tentang keselamatan terkait pekerjaan itu tidak bisa disepelekan.
Analisis keselamatan kerja atau yang biasa disebut dengan Job Safety Analysis
(JSA) adalah kegiatan pemeriksaan sistematis pekerjaan, yang tujuannya untuk
mengidentifikasi potensi bahaya, menilai tingkat risiko, dan mengevaluasi langkah-
langkah yang telah dilakukan untuk mengendalikan risiko.
b. Metode Job Safety Analysis
Penjelasan tentang penggunaan metode Job Safety Analysis (JSA) menurut Friend
dan Kohn (2006) dibagi menjadi berbagai teknik yang digunakan yaitu:
1) Metode Observasi (Pengamatan)
Metode pertama dalam Job Safety Analysis adalah wawancara observasi untuk
menetukan langkah-langkah kerja dan bahaya yang dihadapi yang bertujuan untuk
melakukan pengumpulan data terkait tempat kerja, lingkungan kerja, jam kerja, dan
penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja.
2) Metode Diskusi (Konsultasi)
Metode yang kedua ini biasa digunakan untuk pekerjaan yang jarang dilakukan.
Metode ini biasa diterapkan pada pekerja-pekerja yang sudah selesai bekerja dan
membiarkan para pekerja bertukar pikiran tentang langkah-langkah pekerjaan dan
potensi bahaya yang ada.
3) Metode Meninjau Kembali Prosedur yang Sudah Ada
Metode yang terakhir ini dapat digunakan ketika proses sedang berlangsung dan para
pekerja tidak bisa bersama-sama. Semua orang yang berpartisipasi pada proses ini
dapat menuliskan ide-ide tentang langkah-langkah dan potensi bahaya yang ada di
ruang lingkup pekerjaan para pekerja.
c. Tujuan Job Safety Analysis
Penerapan JSA harus dilakukan secara proaktif dimana fokus untuk penerapan
JSA berlandaskan pada pemeriksaan pekerjaan dan bukan pekerja yang melakukan
pekerjaan tersebut. JSA dapat digunakan untuk respon terhadap peningkatan cedera atau
sakit, akan tetapi proses identifikasi bahaya dan penetapan tindakan (CCOHS, 2001).
Pelaksanaan JSA bertujuan untuk mengidentifikasi potensi bahaya disetiap
aktivitas pekerjaan sehingga pekerja diharapkan mampu mengenali bahaya disekitar
tempat kerja tersebut sebelum terjadi kecelakaan bahkan penyakit akibat kerja.
Menurut Tarwaka (2014), tujuan untuk jangka panjang dari program JSA ini
diharapkan pekerja dapat ikut berperan aktif dalam pelaksanaan JSA, sehingga dapat
menanam kepedulian pekerja terhadap kondisi lingkungan di sekitar tempat kerja yang
berfungsi untuk menciptakan kondisi lingkungan kerja yang aman dan meminimalisasi
kondisi tidak aman (Unsafe Condition).
d. Manfaat Job Safety Analysis
Dalam pelaksanaan Job Safety Analysis (JSA) memiliki manfaat dan keuntungan,
yaitu:
1) Dapat memberikan pengertian yang sama terhadap setiap orang atau pekerja tentang
apa yang dilakukan untuk mengerjakan pekerjaan dengan baik dan selamat.
2) Sebagai wadah untuk pelatihan yang efektif untuk para pekerja baru disuatu
perusahaan.
3) Elemen yang utama bisa dimasukkan dalam daftar keselamatan, pengarahan sebelum
memulai suatu pekerjaan, observasi keselamatan, dan sebagai topik pada rapat
keselamatan.
4) Membantu dalam proses penulisan prosedur keselamatan untuk jenis pekerjaan yang
baru maupun yang sudah dimodifikasi.
5) Suatu alat yang dapat mengendalikan kecelakaan pada pekerjaan yang dilakukan
tidak rutin.
e. Tahapan pembuatan Job Safety Analysis
Untuk menganalisis keselamatan pekerjaan atau JSA ini terdiri dari beberapa
tahap, antara lain yaitu:
1) Memilih jenis pekerjaan yang akan dianalisis. Saat membuat JSA, pada suatu
pekerjaan perlu urutan langkah-langkah ataupun aktifitas untuk menyelesaikan
pekerjaan berdasarkan prioritas terpenting. Dalam menentukan pekerjaan atau tugas
berdasarkan prioritas didasarkan pada (Tarwaka, 2014):
a) Frekuensi kecelakaan
b) Kecelakaan yang mengakibatkan luka
c) Pekerjaan dengan potensi kerugian yang tinggi
d) Pekerjaan baru
2) Menguraikan suatu pekerjaan
Sebelum memulai untuk melakukan identifikasi bahaya potensial, pekerjaan harus
dijabarkan terlebih dahulu urutan langkah-lagkahnya, setiap langkah tersebut
menerangkan apa yang terjadi.
3) Mengidentifikasi bahaya yang berpotensi
Setelah proses pembuatan tahapan pekerjaan, secara tidak langsung dapat
mengidentifikasi/menganalisis bahaya/dampak yang disebabkan dari setiap langkah
pekerjaan. Dalam proses identifikasi bahaya tersebut, diharapkan kondisi risiko yang
memungkinkan terjadi dapat dihilangkan atau diminimalkan sampai dengan batas
yang dapat diterima dari segi keilmuan ataupun standar yang sudah ditetapkan.
4) Membuat penyelesaian
Tahapan terakhir dalam JSA yaitu membuat rekomendasi perubahan untuk
mengurangi atau menghilangkan bahaya yang memungkinkan terjadi ditempat kerja.

3. HIRADC (Hazzard Identification, Risk Assesment and Determining Control)


Sesuai dengan namanya, HIRADC terdiri dari 3 langkah tahapan yaitu identifikasi
bahaya (Hazard Identification), penilaian risiko (Risk Assesment), dan pengendalian risiko
(Risk Control).  Definisi dari HIRADC adalah metode penilaian risiko dari suatu pekerjaan
yang ada di suatu perusahaan sehingga bisa memperoleh gambaran prioritas pekerjaan mana
yang harus terlebih dahulu dikendalikan bahayanya. Hal ini bersinggungan dengan
pembiayaan, yang mana biaya untuk K3 dalam suatu perusahaan biasanya terbatas. Oleh
karena itu, sebagai ahli K3 harus tahu mana yang harus jadi prioritas yang mana biasanya
memiliki risiko tertinggi.
a. Identifikasi Bahaya
Identifikasi dilakukan dengan beberapa teknik yaitu teknik pasif berdasarkan
pengalaman sendiri, teknik semiproaktif berdasarkan pengalaman orang lain, dan teknik
proaktif dengan mencari bahaya sebelum terjadi.
Pada pekerjaan yang berisiko tinggi, dilakukan identifikasi lebih lanjut.
Identifikasi tersebut dapat dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya metode Job
Safety Analysis.
Job Safety Analysis merupakan salah satu komponen dari sebuah komitmen
manajemen K3. Dalam metode ini, setelah diketahui pekerjaan yang berisiko tinggi,
maka pekerjaan tersebut akan dibreakdown untuk mengetahui tahap lebih spesifik beserta
risiko dan cara pengendalian masing-masing risiko yang ada.
b. Penilaian Risiko
Setelah mengetahui risiko bahaya yang terjadi, kemudian bahaya tersebut perlu
dianalisis untuk menentukan tingkat risikonya menjadi risiko besar, sedang, kecil, dan
dapat diabaikan. Penilaian dilakukan berdasarkan kategori kemungkinan risiko dan
dampak yang telah ditetapkan.
Selanjutnya, hasil kemungkinan dan dampak yang diperoleh dimasukan ke dalam
tabel matriks risiko yang akan menghasilkan peringkat risiko.
c. Pengendalian Risiko
Penentuan pengendalian harus mempertimbangkan hierarki pengendalian, mulai
dari eliminasi, substitusi, pengendalian teknis, administratif, dan terakhir penyediaan alat
keselamatan yang disesuaikan dengan kondisi organisasi, ketersediaan biaya, biaya
operasional, faktor manusia, dan lingkungan.

PERBEDAAN DAN PERSAMAAN


JHA, JSA, DAN HIRADC
No JHA JSA HIRADC
.
1 Metode manajemen risiko Metode manajemen risiko Metode manajemen risiko
yang mengindentifikasi yang mengidentifikasi bahaya yang mengidentifikasi
seluruh aktivitas sebelum secara mendetail dari step per kecelakaan dengan
terjadinya bahaya. step pekerjaannya (langkah menggunakan sistem
pekerjaannya). penilaian risiko.
2 JHA bertujuan untuk JSA bertujuan untuk HIRADC bertujuan untuk
mengetahui risiko yang memberikan gambaran menilai risiko dari semua
ditimbulkan agar kemudian bahaya dari risiko langkah pekerjaan yang ada. 
potensi kecelakaan dan per langkah dari suatu
penyakit akibat kerja dapat pekerjaan.
dikendalikan.
3 Tidak terdapat kolom Tidak terdapat kolom Terdapat kolom perhitungan
perhitungan nilai risikonya. perhitungan nilai risikonya. dari tingkat kepasrahan dan
nilai risikonya.
4 Terdapat kolom penulisan Terdapat kolom penulisan Terdapat kolom penulisan
bahaya dan risikonya. bahaya dan risikonya. bahaya dan risikonya.
5 Fokus pada interkasi antara Fokus pada pengendalian Fokus pada pengendalian
pekerja, tugas/pekerjaan, bahaya lebih ke APD dan alat bahaya lebih ke bahaya
alat dan lingkungan. keselamatan. yang ditimbulkan sampai
batas yang bisa diterima
oleh perusahaan tersebut.
6 Langkah-langkahnya terdiri Langkah-langkahnya terdiri Langkah-langkahnya terdiri
dari: dari: dari:
(1) Libatkan karyawan (1) Memilih pekerjaan yang (1) Tentukan jenis
(2) Tinjau riwayat akan dianalisis pekerjaan
kecelakaan (2) Membagi pekerjaan (2) Buat potensi bahaya dan
(3) Melakukan tinjauan (3) Mengidentifikasi bahaya risikonya
pekerjaan awal dan potensi kecelakaan (3) Berikan penilaian
(4) Buat daftar, ranking, kerja (4) Membuat pemetaan
dan menentukan (4) Pengembangan solusi risiko
prioritas untuk (5) Melakukan analisis tindak (5) Pengendalian risiko
pekerjaan yang lanjut
berbahaya (6) Penggunaan analisis
(5) Menguraikan langkah- keselamatan kerja
langkah atau tugas
7 Disusun oleh ahli Disusun oleh ahli Disusun oleh ahli
K3, Engineer, Logistik dan K3, Engineer, Logistik dan K3, Engineer, Logistik dan
bagian teknik atau produksi. bagian teknik atau produksi. bagian teknik atau produksi.

Anda mungkin juga menyukai