Anda di halaman 1dari 6

Nama : Yuliana

NIM : P07226119032
Prodi : Sarjana Terapan Promosi Kesehatan
Mata Kuliah : Hygiene Industri
Dosen Pengampu : Emelia Tonapa, M.Kes

PENCAHAYAAN DAN PENGLIHATAN

1. Sistem Pencahayaan di Ruangan Termasuk di Tempat Kerja


A. Pencahayaan Langsung (Direct Lighting)
Pada sistem pencahayaan langsung, sebanyak 90%-100% cahaya diarahkan
secara langsung ke benda-benda yang perlu diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif
dalam mengatur pencahayaan. Akan tetapi sistem ini memiliki kelemahan, yaitu dapat
menimbulkan bayangan serta kesilauan yang dapat mengganggu, baik karena
penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya. Untuk mendapatkan efek yang
optimal, disarankan langit-langit, dinding, serta benda-benda yang ada di dalam ruangan
perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan dan menghasilkan penerangan.

B. Pencahayaan Semi Langsung (Semi Direct Lighting)


Pada sistem pecahayaan semi langsung, sebanyak 60%-90% cahaya diarahkan
langsung pada benda yang perlu diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-
langit dan dinding. Dengan sistem ini, kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat
dikurangi.

C. Pencahayaan Difus (General Diffus Lighting)


Pada sistem pencahayaan difus, sebanyak 40%-60% cahaya diarahkan pada
permukaan yang perlu diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan
dinding untuk kemudian dipantulkan. Pada sistem ini, nilai pantulan dari langit-langit
harus tinggi agar cahaya yang dipantulkan ke bawah cukup banyak. Namun, masih ada
masalah bayangan dan kesilauan dalam sistem pencahayaan ini.

D. Pencahayaan Semi Tidak Langsung (Semi Indirect Lighting)


Pada sistem pencahayaan semi tidak langsung, sebanyak 60%-90% cahaya
diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke
bagian bawah. Untuk hasil yang optimal, disarankan langit-langit perlu diberikan
perhatian serta dirawat dengan baik. Pada sistem pencahayaan ini, praktis tidak ada
masalah bayangan dan kesilauan juga dapat dikurangi.

E. Pencahayaan Tidak Langsung (Indirect Lighting)


Pada sistem pencahayaan tidak langsung, sebanyak 90%-100% cahaya
diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas kemudian dipantulkan untuk
menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit dapat menjadi sumber cahaya,
perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik. Kelebihan sistem ini adalah tidak
menimbulkan bayangan dan kesilauan, sedangkan kelemahannya adalah mengurangi
efisien cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja.

PERBEDAAN SISTEM PENCAHAYAAN


No Pencahayaan Pencahayaan Pencahayaan Pencahayaan Pencahayaan
. Langsung Semi Difus Semi Tidak Tidak Langsung
Langsung Langsung
1. Cahaya yang Cahaya yang Cahaya yang Cahaya yang Cahaya yang
diarahkan diarahkan daiarahkan dairahkan diarahkan
sebanyak 90%- sebanyak sebanyak 40%- sebanyak 60%- sebanyak 90%-
100%. 60%-90%. 60%. 90%. 100%.
2. Cahaya diarahkan Cahaya Cahaya Cahaya Cahaya
secara langsung diarahkan diarahkan pada diarahkan ke diarahkan ke
ke benda-benda langsung pada permukaan yang langit-langit dan langit-langit dan
yang perlu benda yang perlu diterangi, dinding bagian dinding bagian
diterangi. perlu diterangi, sedangkan atas, sedangkan atas kemudian
sedangkan sisanya sisanya dipantulkan
sisanya dipantulkan ke diarahkan ke untuk menerangi
dipantulkan ke langit-langit dan bagian bawah. seluruh ruangan.
langit-langit dinding untuk
dan dinding. kemudian
dipantulkan.
3. - Penerangan Penerangan Penerangan Penerangan
jenis ini jenis ini jenis ini jenis ini
digunakan digunakan pada: digunakan pada: digunakan pada:
pada: kantor, tempat ibadah. toko buku, ruang ruang gambar,
kelas, toko, baca, ruang perkantoran,
dan tempat tamu. rumah sakit,
kerja lainnya. hotel.
4.

2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penglihatan


A. Usia
Semua makhluk hidup akan mengalami kemunduran dalam hidupnya sesuai
dengan bertambahnya usia. Demikian juga dengan mata dapat mengalami perubahan
kemunduran karena usia. Bertambahnya usia menyebabkan lensa mata berangsur-
angsur kehilangan elastisitasnya, dan agak kesulitan melihat pada jarak dekat. Hal ini
akan menyebabkan ketidaknyamanan penglihatan ketika mengerjakan sesuatu pada
jarak dekat, demikian pula penglihatan jauh. Semakin tua, jarak titik dekat semakin
panjang. Sekitar usia 40-50 tahun terjadi perubahan yang menyolok, objek-objek
nampak kabur atau timbul perasaan tidak enak atau kelelahan pada waktu mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan dekat.

B. Riwayat Penyakit
Jika memiliki riwayat penyakit mata di keluarga, maka semakin besar risiko untuk
terkena gangguan penglihatan. Cara penurunan gen mata minus, plus, silinder adalah
irregular penetration (penetrasi tidak beraturan) yang artinya dapat diturunkan pada
tingkat 1, langsung dari bapak/ibu pada anak atau pada keturunan tingkat 2 atau 3 dan
seterusnya, dapat pula pada anak laki-laki maupun perempuan.

C. Lamanya Melihat
Mata memerlukan waktu untuk melihat suatu objek kerja agar lebih fokus, objek
kerja yang terlalu kecil dan dengan bentuk yang sangat rumit akan memerlukan waktu
yang lama agar penglihatan lebih fokus.
D. Jarak Pandang dan Sudut Pandang
Mata manusia mempunyai garis sudut pandang normal sebesar 15° dan dapat
melebar sampai 60°. Sedangkan kemampuan mata normal untuk dapat membaca huruf
hasil printer sejauh kurang lebih 400 (± 50) mm. Pekerja yang bekerja dengan komputer
direkomendasikan jauhnya lapang pandang antara 350-700 mm.

E. Masa Kerja
Masa kerja merupakan waktu seseorang mulai melakukan pekerjaannya. Masa
kerja dapat diartikan sebagai sepenggalan waktu yang agak lama dimana
seseorang/tenaga kerja masuk suatu wilayah tempat usaha sampai batas waktu tertentu
(WHO dalam Rusinta, 1992).
Masa kerja merupakan kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja di suatu
tempat. Menurut Tulus (1992), secara garis besar masa kerja dapat dikategorikan
menjadi tiga, yaitu:
1) Masa kerja baru : kurang dari 6 tahun
2) Masa kerja sedang : 6 hingga 10 tahun
3) Masa kerja lama : lebih dari 10 tahun
Semakin lama seseorang bekerja dengan kondisi yang tidak memadai semakin
besar terjadinya risiko yang timbul. Contoh jika penerangan yang menerangi di tempat
kerja tidak memadai dan semakin lama bekerja pada kondisi tersebut akan berakibat
gangguan mata yang dikeluhkan oleh tenaga kerja dan dapat mempengaruhi ketajaman
penglihatan mata.

F. Bentuk dan Ukuran Objek Kerja


Ukuran objek berkaitan dengan kemampuan penglihatan, semakin besar ukuran
suatu objek kerja, maka semakin rendah kemampuan mata yang diperlukan untuk
melihat objek tersebut. Sedangkan untuk ukuran objek kerja yang kecil diperlukan
kemampuan mata yang lebih untuk dapat melihat dengan fokus yang baik, akibatnya
ketegangan akomodasi konvergensi akan bertambah sehingga akan menimbulkan
kelelahan mata.
Bentuk objek yang sederhana akan lebih mudah dikenali dan diinterpretasikan
daripada objek kerja yang sangat rumit.

G. Faktor Penerangan
Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan seseorang
tenaga kerja melihat pekerjaan dengan teliti, cepat, dan tanpa upaya yang tidak perlu,
serta membantu menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan (Suma’mur 1995).
Penerangan yang baik dapat memberikan keuntungan pada tenaga kerja, yaitu
peningkatan produksi dan menekan biaya, memperbesar kesempatan dengan hasil
kualitas yang meningkat, menurunkan tingkat kecelakaan, memudahkan pengamatan
dan pengawasan, mengurangi ketegangan mata, mengurangi terjadinya kerusakan
barang-barang yang dikerjakan (Wardhani, 2004).
Penerangan yang kurang baik ditandai oleh cahaya yang tidak cukup, cahaya
yang menyilaukan, penyebaran yang tidak merata dan ketidakcocokan warna dapat
menyebabkan kelelahan mata dan sakit kepala. Selain itu penerangan yang kurang baik
juga dapat mengurangi efisiensi kerja dan merupakan penyebab yang biasa dari
kecelakaan kerja (Hersusanto, 1995). Penerangan yang buruk dapat berakibat
kelelahan mata, memperpanjang waktu kerja, keluhan pegal di daerah mata dan sakit
kepala di sekitar mata, kerusakan indra mata dan kelelahan mental. Timbulnya
kelelahan pada mata mengakibatkan berkurangnya daya dan efisiensi kerja,
menimbulkan kelelahan kerja serta meningkatkan kecelakaan kerja (Wardhani, 2004).

DAFTAR PUSTAKA
Haeny, Noer. 2009. Analisis Faktor Risiko Keluhan Subjektif Kecelakan Mata Pada Radar
Controller di PT Angkasa Pura II (Persero) Cabang Utama Bandara Soekarno-
Hatta. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.
Hersusanto, 1995. Hand Out Penyakit Akibat Kerja. Program Studi Ilmu Pengetahuan Mata
Fakultas Kedokteran UGM. Yogyakarta.
Manggali, Rizki Retno. 2019. Analisis Kuat Penerangan Pada Laboratorium di Smk Negeri 1
Karangdadap Kabupaten Pekalongan. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
Rusinta, 1992. Hubungan antara Paparan Debu Kapas di Rudang Kerja, Masa Kerja dan
Usia dengan Gejala Byssinosis Tenaga Kerja Bagian Spinning Weaving dan
Perkantoran di PT Cambrics Primissima Medari Sleman. KTI Jurusan Kesehatan
Lingkungan. Tidak Diterbitkan.
Suma’mur, PK. 1995. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: PT Toko Gunung
Agung.
Tulus M.A, 1992. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wardhani, M., Mahanani, S., Eviyanti, W. Editor Purwanto, W. 2004. Evaluasi Kebisingan,
Temperatur dan Pencahayaan. Proceding Seminar Nasional Ergonomi 2.
Yogyakarta.
Wibiyanti, Puspa Indah. 2008. Kajian Pencahayaan Pada Industri Kecil Pakaian Jadi dan
Pembuatan Tas di Perkampungan Industri Kecil. Skripsi. Depok: Universitas
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai