Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Penerangan (Pencahayaan)
II.1.1. Definisi Cahaya
Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang dapat
ditangkap oleh cahaya mata dan dapat memungkinkan untuk
membeda-bedakan warna-warni (Haryanto, 2007).
II.1.2. Sifat dari Cahaya (charaxter of light) ditentukan oleh:
1. Kuantitas cahaya
Banyaknya cahaya yang jatuh pada suatu permukaan yang
menyebabkan terangnya permukaan tersebut dan sekitarnya. Kuantitas
penerangan yang dibutuhkan adalah tergantung dari tingkat ketelitian
yang diperlukan, bagian yang akan diamati dan kemampuan dari
objek tersebut untuk memantulkan cahaya yang jatuh padanya, serta
brightness dari sekitar objek. Untuk melihat suatu benda atau objek
yang berwarna gelap dan kontras antara objek dan sekitarnya kurang
baik, diperlukan intensitas penerangan yang tinggi (beberapa ribu lux),
sedangkan untuk objek/ benda yang berwarna cerah kontras antara
objek dan sekitarnya cukup baik, maka diperlukan beberapa ratus lux
saja.
2. Kualitas Cahaya
Kualitas Cahaya adalah keadaan yang menyangkut warna, arah,
dan difusi, cahaya, serta jenis dan tingkat kesilauan. Kualitas
penerangan terutama ditentukan oleh ada atau tidaknya kesilauan
langsung (direct glare) atau kesilauan karena pantulan cahaya dari
permukaan yang mengkilap (reflected glare) dan bayangan (shadows).
(Sumamur, 1996).
II.1.3. Kesilauan
Kesilauan adalah brightness yang berada dalam lapangan
penglihatan yang menyebabkan rasa ketidaknyamanan, gangguan
(annoyance), kelelahan mata atau gangguan penglihatan (Sumamur,
1996). Menurut jenis-jenisnya kesilauan yang dapat menyebabkan
gangguan pengelihatan dibedakan menjadi tiga yaitu:
1. Dissability
Penyebab kesilauan ini adalah terlalu banyaknya cahaya secara
langsung masuk ke dalam mata dari penglihatan. Dissability glare
mempengaruhi seseorang untuk dapat melihat dengan jelas. Keadaan ini dapat
dialami oleh seseorang yang mengendarai mobil pada malam hari dimana
lampu dari mobil yang berada dihadapannya terlalu terang.
2. Discomfort
Kesilauan ini sering menimbulkan rasa ketidaknyamanan pada mata,
terutama bila keadaan ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
Kesilauan ini sering dialami oleh mereka yang bekerja pada siang hari dan
menghadap ke jendela atau pada saat seseorang menatap lampu secara
langsung pada malam hari. Efek kesilauan ini pada mata tergantung dari
lamanya seseorang terpapar oleh kesilauan tersebut.
3. Reflected
Reflected glare adalah kesilauan yang disebabkan oleh pantulan
cahaya yang mengenai mata kita, dan pantulan cahaya ini berasal dari semua
permukaan benda yang mengkilap (langit-langit, kaca, dinding, meja kerja,
mesin-mesin, dan lain-lain) yang berada dalam lapangan penglihatan (visual
field). Reflected kadang-kadang lebih menganggu daripada disability glare
atau discomfort glare karena terlalu dekatnya letak sumber kesilauan dan garis
penglihatan (Sumamur, 1996).
Tabel II.1 Nilai pantulan reflektan yang dianjurkan
No. JENIS PERMUKAAN REFLEKTAN (%)
1. Langit-langit 80 - 90
2. Dinding 40 - 60
3. Perkakas (mebel) 25 - 45
4. Mesin dan perlengkapannya 30 - 50
5. Lantai 20 - 40
Sumber : Sumamur, 1996, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan.
II.1.4. Definisi Penerangan
Penerangan/ pencahayaan adalah salah satu sumber cahaya yang
menerangi benda-benda di tempat kerja (Budiono, 2003).
II.1.5. Intensitas Penerangan/ pencahayaan
Intensitas penerangan adalah banyaknya cahaya yang jatuh pada satu
luas permukaan (Adiputra, 1998 dalam Cahyono, 2006). Penerangan yang
baik adalah penerangan yang memungkinkan seorang tenaga kerja melihat
pekerjaannya dengan teliti, cepat, dan upaya yang tidak perlu, serta mambantu
menciptakan lingkungan kerja yang nikmat dan menyenangkan (Sumamur P.
K, 1996).
Penerangan berdasar sumbernya di bagi menjadi tiga, pertama
penerangan alami, kedua penerangan buatan dan yang ketiga adalah
penerangan alami dan buatan, Penerangan alami yaitu penerangan yang
berasal dari cahaya matahari, penerangan buatan adalah penerangan yang
berasal dari lampu, sedangkan penerangan alami dan buatan yaitu
penggabungan antara penerangan alami dari sinar matahari dengan lampu/
penerangan buatan (Padmanaba, 2006).
Ada tiga jenis untuk penerangan yaitu, penerangan umum, penerangan
lokal dan penerangan cahaya aksen. Penerangan umum atau baur menerangi
ruangan secara merata dan umumnya terasa baur. Penerangan lokal atau
penerangan untuk kegunaan khusus, menerangi sebagian ruang dengan sumber
cahaya biasanya dipasang dekat dengan permukaan yang diterangi. Sedangkan
penerangan aksen adalah bentuk dari pencahayaan lokal yang berfungsi
menyinari suatu tempat atau aktivitas tertentu atau obyek seni atau koleksi
berharga lainnya (Padmanaba, 2006).
II.1.6. Pencahayaan di Ruangan
Parameter pemantauan kekuatan penerangan dengan satuan lux
dilakukan enam bulan sekali, penilaian dan evaluasi dilakukan dengan
membandingkan hasil pemantauan dengan standar penerangan yang
ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964
tentang persyaratan kesehatan dan penerangan di tempat kerja (Majalah
Kesehatan kerja dan Hiperkes, volume XXXXIII No.1 Januari-Maret 2010).
Persyaratan dimaksud terdapat pada tabel II.2 berikut:
Tabel II.2
Syarat Kesehatan dan Penerangan di Tempat Kerja
JENIS KEGIATAN
TINGKAT PENCAHAYAAN
MINIMAL (LUX)
KETERANGAN
Penerangan darurat 5 Penerangan darurat di perusahaan
Penerangan kecil
20
Penerangan untuk halaman dan
jalan- jalan dalam lingkungan
perusahaan
Penerangan yang cukup
untuk pekerjaan-pekerjaan
yang hanya membedakan
barang kasar
50
Mengerjakan bahan-bahan yang
besar, Menyisihkan barang-
barang yang besar, Gudang-
gudang untuk menyimpan
barang-barang besar dan kasar
Penerangan yang cukup
untuk pekerjaan-pekerjaan
yang membedakan barang-
barang kecil secara
sepintas lalu
100
Mengerjakan barang-barang besi
dan baja yang setengah selesai,
Pemasangan yang kasar, Tempat
menyimpan barang-barang
sedang dan kecil
Penerangan yang cukup
untuk pekerjaan membeda-
bedakan barangbarang
kecil yang agak teliti
200
Pemasangan alat-alat yang
sedang (tidak besar),
Pemeriksaan atau percobaan
kasar terhadap barang-barang,
Menjahit textil atau kulit yang
berwarna muda
Penerangan yang cukup
untuk pekerjaan
pembedaan yang teliti
daripada barang-barang
kecil dan halus
300
Pekerjaan mesin yang teliti,
Penyelesaian kulit dan
penenunan bahan-bahan atau wol
berwarna muda, Pembuatan
tepung
Penerangan yang cukup
untuk pekerjaan membeda-
bedakan barang-barang
halus dengan contrast yang
sedang dan dalam waktu
yang lama
500-1000
Pemasangan yang halus,
Penyemiran yang halus dan
pemotongan gelas kaca
Penerangan yang cukup
untuk pekerjaan membeda-
bedakan barang-barang
yang sangat halus dengan
contrast yang sangat
kurang untuk waktu yang
lama
1000
Pemasangan yang extra halus
(arloji dan lain-lain), Percobaan
alat-alat yang extra halus,
Tukang mas dan intan
II.1.7. Akibat Dari Penerangan Yang Buruk
Penerangan yang kurang baik akan menyebabkan kita tidak dapat
melihat benda-benda dengan jelas, kemudian tidak dapat melihat sumber bahaya
dengan jelas pula atau dapat melihat suatu bahaya tetapi bahaya tersebut tidak
dapat kita kenali dengan cepat (Tarwaka, 1998).
Pada pekerjaan yang memerlukan ketelitian tanpa penerangan yang
memadai, maka dampaknya akan sangat terasa pada kelelahan mata.Terjadinya
kelelahan otot mata dan kelelahan saraf mata sebagai akiba tegangan yang terus
menerus pada mata, walaupun tidak menyebabkan kerusakan mata secara
permanen, tetapi menambah beban kerja,mempercepat lelah, sering istirahat,
kehilangan jam kerja dan mengurangi kepuasan kerja, penurunan mutu produksi,
meningkatkan frekuensi kesalahan, mengganggu konsentrasi dan menurunkan
produktivitas kerja (Padmanaba, 2006).
II.1.8. Pengendalian Masalah Penerangan
Agar masalah penerangan yang muncul dapat ditangani dengan baik,
faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah sumber penerangan, pekerja
dalam melakukan pekerjaannya, jenis pekerjaan yang dilakukan dan
lingkungan kerja secara keseluruhan.
Langkah-langkah pengendalian masalah penerangan ditempat kerja yaitu:
1. Modifikasi system penerangan yang sudah ada seperti: Menaikkan atau
menurunkan letak lampu didasarkan pada objek kerja, Merubah posisi lampu,
Menambah atau mengurangi jumlah lampu, Mengganti jenis lampu yang lebih
sesuai seperti mengganti lampu bola menjadi lampu TL, Mengganti tudung
lampu, Mengganti warna lampu yang digunakan.
2. Modifikasi pekerjaan seperti: Membawa pekerjaan lebih dekat ke mata,
sehingga objek dapat di lihat dengan jelas, Merubah posisi kerja untuk
menghindari bayang-bayang, pantulan, sumber kesilauan, dan kerusakan
penglihatan, Modifikasi objek kerja sehingga dapat dilihat dengan jelas.
Sebagai contoh: memperbesar ukuran huruf dan angka pada tombol-tombol
peralatan kerja mesin.
3. Pemeliharaan dan pembersihan lampu
4. Penyediaan penerangan lokal.
5. Pengunaan korden dan perawatan jendela, dan lain-lain (Tarwaka,Solichul
HA Bakri, Lilik Sudiajeng, 2004).
II.2 Quality Control (QC) Perusahaan
Manusia sejak awal, sudah memiliki penilaian kebutuhan suatu barang
yaitu antara barang yang baik dan tidak baik. Maka dari sana sudah ada QC,
karena sudah ada yang baik dan tidak baik, berarti masyarakat konsepnya
mempunyai keinginan yang lebih maju dan lebih makmur.
Dalam pasar tradisional sering terlihat ada konsep QC yaitu seperti
orang yang menjual buah buahan, ada yang dipisah pisahkan antara yang
besar dengan harga yang mahal dan yang kecil dengan harga yang lebih
murah, dan ada juga yang dicampur, pembeli tidak boleh memilih. Berarti dari
sana ada konsep QC.
Untuk perusahaan kecil kontrol hanya dilaksanakan sendiri, termasuk
kualitas oleh karena itu masalah QC tidak begitu penting, tetapi jika untuk
perusahaan menengah dan besar seharusnya perlu adanya QC secara khusus.
Untuk itu QC menjadi suatu bagian tersendiri (khusus).
Quality Control adalah profesi Inspecting, Testing, dan Grading.
Dengan menggunakan statistik sebagai analisa angka-angka (data-data) yang
tepat sebagai jawaban untuk pembanding dan estimasi hasil yang baik dan
yang tidak baik dipisah-pisahkan (grading) untuk mencari mana yang dapat
diterima (Accept) dan mana yang ditolak (Reject).
Tujuan pengusaha menjalankan QC adalah untuk mencari just to the
point dengan cara yang fleksible dan untuk menjamin agar konsumen merasa
puas, investasi bisa kembali, serta perusahaan mendapatkan keuntungan.
Bagian pemasaran dan bagian produksi tidak perlu memaksakan, tetapi
perlu kelancaran dengan memanfaatkan data, inspection dan testing dengan
analisa statistik dari QC yang disampaikan kepada pihak produksi untuk
mengetahui bagaimana hasil kerjanya sebagai langkah untuk perbaikan.
Saat pelaksanaan QC dan testing bisa ditemukan beberapa masalah
kualitas khusus, kemudian dibuat suatu study masalah khusus agar dapat
dipergunakan untuk mengatasi masalah di bidang produksi.
Disamping tersebut di atas tugas QC yaitu : jika terjadi komplain atau
return, mengadakan cek ulang dan menyatakan kebenaran untuk bisa diterima
atau tidak diterima secara terpisah lalu laporkan kepimpinan supaya bisa
mengusut dan memberikan informasi ke departemen terkait untuk kemajuan
proses berikutnya.
Untuk penyelesaian barang barang seconds Quality juga merupakan
tanggung jawab dan tugas QC. (iman2us.blogspot.com./quality-control-
pengendalian-mutu.html)
II.2.1. Konsep Pelaksanaan Qc Terhadap Departemen Qc
Pada perusahaan besar maupun menengah, pelaksanaan tugas Quality
Control diperlukan personil yang perpendidikan tinggi (sarjana) dan memiliki
kemampuan untuk menganalisa data statistik, memiliki kemampuan dan
pengalaman dalam manajemen produksi serta bersikap jujur, mampu menahan
diri dan mempunyai loyalitas yang tinggi terhadap perusahaannya. Tidak takut
menghadapi kesulitan dan tidak menerima jasa serta siap untuk tidak merasa
sedih jika menerima kondisi yang pahit, sebab dari dulu berprofesi seperti ini
tidak sederhana dan harus berirama (berfrekuensi), ahli di bidang teknologi
dan pengalaman dalam mengatasi masalah personil. Karena QC adalah
mendata hasil testing dan inspecting dari beberapa dept. produksi dan dari data
tersebut diinformasikan sampai kepada manajemen, maka manajemen
produksi biasanya kurang senang. Prinsipnya semua orang tidak begitu senang
jika profesinya dikoreksi, apalagi manager manager berusia muda, sifatnya
merasa dirinya super dan sifatnya melawan arus adalah kuat sekali.
Untuk melaksanakan QC selain harus mendapatkan dukungan dari
atasan, juga memerlukan seseorang yang mempunyai kedudukan tinggi dan
bertanggung jawab, serta aktif dalam konsep QC, disiplin untuk memberikan
konsepnya kepada semua orang, dan harus bisa bekerja sama, serta harus team
work.
Dengan ini profesi QC bisa lancar dan bisa cepat mengalami kemajuan.
Sebagai QC jangan sekali-kali membuat informasi dan usulan yang tidak
pas, hal ini akan menambah kesalahpahaman. Untuk hasil kualitas yang baik
dan yang tidak baik, semua harus didata dan diinformasikan sampai ke
manajemen bisa mengetahui permasalahanya.
Sebagai QC harus mempunyai konsep dasar; bagaimana sering
memberi usulan, saran atau proposal terhadap Departemen terkait yang
terdapat kesalahan. Selain konsep juga harus mempunyai pemikiran,
teknologi, skill serta mengerti permasalahanya, dan cara penyampaiannya
harus sopan dan santun, agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Memang kerja QC kadang-kadang insidentil dan antisipasi resolusi
proposal, kami percaya konsep dasar dan pokok adalah menggunakan QC,
maka di dalam penggunaan QC selain mampu menguasai teknologi dan ilmu
secara umum, juga memerlukan pemikiran dari segi material dan spiritual. Jika
tidak demikian mungkin berlawanan dan akan timbul perpecahan yang
akhirnya tidak bermanfaat untuk perusahaan.
Perlu kita ketahui segenap anggota QC harus bekerja dalam kondisi
adil terhadap profesinya dan dengan sungguh sungguh mampu menemukan
permasalahan yang serius akan tetapi penyampaiannya harus dengan kata
kata yang baik, sedapat mungkin dengan ramah dan netral.
Pada umumnya saat menerima klaim masing masing departement
hampir semua dengan menggunakan cara yang sama yaitu : proteksi diri
sendiri kemudian melemparkan masalahnya dengan orang lain ketika
menghadapi pengusutan dari atasannya.
Sesungguhnya klaim dari konsumen mencakup banyak penyebabnya.
Contoh : ada klaim barang konfeksi dari konsumen dan yang pertama kali
harus menerima dan bertanggung jawab seharusnya bagian Garment
(konfeksi), tetapi mereka dapat mencari cacat yang asalnya bukan dari
konfeksi, misalnya miss print yang cacat dari bagian printing atau double pick
yang cacat dari kain grey, padahal ada teknologi tambal sulam yang harus
dikuasai tapi saat proses konfeksi tidak mampu, sehingga standarnya tidak
sesuai dan dalam percakapan menghindari masalah yang sesungguhnya,
sehingga membuat hal yang negatif. Kemudian setelah dianalisa oleh QC
ternyata ditemukan masalah printing 10% dari kain grey 10% dan yang 70%
dari konfeksi, sedang untuk yang lainya 10% ini hasil analisa disalah satu
perusahaan tekstil yang menengah dan yang besar.
Oleh karena itu bukan setiap departement harus berhati hati, tetapi
yang terpenting adalah masalah konfeksi yang harus diperkuat dalam melatih
tenaga kerjannya dan tidak perlu membuang-buang waktu untuk ribut-ribut
yang tidak menemukan titik sasarannya serta tidak mencapai tujuan, dalam
mengatasi permasalahan yang lebih baik. (iman2us.blogspot.com/quality-
control-pengendalian-mutu.html)
II.2.2. Pandangan Orang Umum Terhadap Quality Control
Pada umumnya pejabat yang bersangkutan hanya berkonsep QC, jika
pendirian tidak sama, konsepnya pun tidak sama.
Menjalankan profesi QC didalam perusahaan, konsepnya harus tepat,mampu
bekerja sama, pembagian tugas yang adil, kreatif dan rajin serta harus team
work.
Secara umum ada beberapa konsep QC, antara lain :
1. konsep QC antara pembelidan penjual pada negara yang mempunyai
standar kehidupan dan selera serta permintaan konsumen yang tidak sama,
yaitu :
a. Ada konsumen yang mempunyai permintaan mengharuskan kualitas
produksi pada tingkat paling atas. Walau harganya tinggi tidak jadi
masalah, misalnya : untuk label /merk yang ternama contoh : seperti di
negara eropa, Amerika dan jepang pada saat ini.
b. Ada konsumen yang mempunyai selera harganya murah walaupun
kualitas produksinya kurang tidak jadi masalah, misalnya Afrika, timur
tengah atau konsumen dari pedesaan.
c. Ada konsumen yang maunya harganya murah, kualitas bagus dan
deliverynya cepat dan tepat, biasanya para pengusaha.
2. konsep QC dari pengusaha dapat dibagi bagi sesuai dengan
kesuksesannya :
a. Hasil kualitas yang baik, dapat memuaskan konsumen dan
mendapatkan keuntungan serta memerintahkan bawahan untuk betul
betul bertanggung jawab.
b. Harus mengadakan percobaan dan pembuktian terhadap standar
kualitas yang dicurigai dan tidak perlu khawatir jika terjadi kegagalan,
harus ada kemauan dan tekad untuk mengambil pengalaman demi
mengurangi kerugian yang lebih nyata.
c. Meminta kepada bawahan untuk menjual hasil yang O defect, dan
tidak dibenarkan terjadi barang second Quality menumpuk di gudang.
d. Ada beberapa pimpinan yang menerima klaim dari konsumen tetapi
harus benar benar tepat dan ada yang mengganti dengan mengubah
syarat harus dapat menemukan penyebabnya supaya bisa untuk diperbaiki.
Dan jangan sampai menempatkan orang yang tidak mampu dan tidak
mudah melakukan kesalahan serta harus maklum terhadap hati sanubari
mereka.
Memberikan pelayanan terhadap masyarakat juga harus dipelihara dengan
baik dan bertanggung jawab terhadap anak buahnya yaitu dengan
memperhatikan kehidupan dan kesejahteraannya, rasa aman dan adil
sehingga anak buah tersebut ada kemauan bertanggung jawab terhadap
konsep QC yang diberikan. Sehingga barang hasil produksi apa yang
paling parah jika terjadi kesalahan dari pihak produksi harus dikenakan
ganti rugi.
3. Konsep QC dari pihak / unit produksi
a. Para karyawan diproduksi harus mau mengerti dan bertanggung jawab
apabila terdapat salah satu produksinya cacat. Dengan ini masalah kualitas
produksi yang harus menjadi tanggung jawabanya jangan sampai jelek
terus menerus. Dalam konsep pokok QC didalam proses produksi adalah
baik buruknya barang produksi adalah merupakan tanggung jawab
manager produksi. Bagian QC tidak berhak mencampuri urusan ini,
karena tidak demikian sistem kerja QC didalam kenyataannyatidak bisa
leluasa dijangkau. Contohnya : karyawan / karyawati tidak tahu menahu
sehingga pihak pimpinan memiliki kesempatan untuk melempar tanggung
jawabnya. Dari sini bisa menjadi penyebab timbulnya kesalahpahaman,
sehingga terjadi masalah yang tidak baik
b. Konsep QC terhadap bagian produksi :
Hasil produksi di cross check lagi oleh bagian QC dan hasilnya
diinformasikan kepada bagian produksi dengan data yang jelas sebagai
komunikatif, kemudian ditindaklanjuti oleh QC. Hal ini sama seperti
kepala keluarga yang memepunyai anak anak yang sekolah, dan dari
pihak sekolah memberikan informasi berupa rapor (hasil study dari anak
tersebut) kepda orang tuanya, agar orang tua tersebut bisa mengetahui
kondisi anaknya disekolah, biasanya untuk hasil yang baik mendapatkan
hadiah dan untuk hasil yang tidak baik diberikan pengarahan agar mereka
bisa berubah lebih maju. ("Pengendalian Mutu Terpadu Untuk Industri
Tekstil dan Konfeksi" karya Peter Chang MK.2007).
II.3 Kelelahan Mata
II.3.1. Mata
Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan
mata yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan
sekitarnya adalah terang atau gelap. Mata yang lebih kompleks dipergunakan
untuk memberikan pengertian visual (wikipedia,7 april 2011).
Mata merupakan organ penglihatan yang berhubungan dengan penerimaan
cahaya yang dipantulkan oleh objek disekitar mata. Mata menghantarkan
kesan yang diterima lewat nervus opticus (saraf mata) kebelakang ke arah
serebrum yang akan memberitahu kita tentang apa yang kita lihat (Riddle,
1977).
Sumber: myDr, 2001. Reproduced with kind permission from Dr Thomas D. Walker, Ophthalmologist,
Canberra Cataract Care, Manuka, ACT.
Copyright: myDr, UBM Medica Australia, 2000-2010. All rights reserved.
Last Reviewed: 08 July 2003
Gambar II.1.Anatomi Bola Mata Manusia
Bola mata hamper berbentuk sferis, mengalami pendataran dari atas ke
arah bawah. Bola mata terletak dalam bantalan lemak, dilindungi pada sebelah
depan oleh kelopak mata dan ditempat lain dengan tulang orbita (John
Gibson,1981). Bola mata manusia terdiri atas:
A. Dinding mata
1. Kornea dan Sklera
Kornea adalah kubah transparan yang sedikit mendatar yang membentuk
seperenam dinding mata. Sekitar perifernya dilanjutkan dengan sklera. Kornea
mempunyai suplai persyarafan tetapi avaskularisasi ( yaitu tidak mempunyai
suplai darah).
Sklera adalah opak yang kuat lateroposterior lima perenam dari dinding mata.
Sklera terlihat di sebelah depan sebagai bagian putih dari mata. Sklera
terdiri dari jaringan fibrosa. Pada sebelah belakangnya berlanjut dengan
syaraf optikus.
2. Lapisan khoroid, korpus dan prosesus siliaris serta iris yang bersama-
sama membentuk selaput vaskular.
Selaput khoroid, korpus siliaris dan prosesus serta iris memiliki banyak suplai
darah dan dari selaput vaskular tersebut mata mendapatkan semua apa yang
dibutuhkannya. Selaput khoroid adalah lapisan berpigmen diantara sklera dan
retina. Korpus siliaris terdiri dari sekitar 70 prosesus siliaris yang khusus dan
otot siliaris. Membentuk cincin yang berlanjut di belakang korpus khoroid.
Iris adalah diafragma sirkuler berpigmen dengan apertura apertura yang
sedikit ketengah pupil. Iris sebagian terletak di depan lensa mata, sebagian
lagi di depan korpus siliaris. Warna dari iris bervariasi sesuai dengan jumlah
pigmen yang terdapat di dalamnya, makin banyak kandungan pigmen tersebut
makin gelap warna iris . Iris mengandung serat otot-otot polos yang
membentuk otot-otot spinkter yang melingkari iris dan spinkter pupil.
B. Medium tempat lewatnya cahaya
1. Kornea
2. Aqueous humour adalah suatu cairan yang mengisi bilik anteriordari mata,
yaitu ruang diantara kornea di depan lensa serta korpus siliaris di belakang.
Cairan ini komposisinya serupa dengan cairan serebrospinal.
3. Lensa adalah lensa biconveks yang transparan dengan diameter sekitar 10
mm dengan ketebalan 4 mm pada bagian tengahnya. Lensa terdiri dari gel
koloid yang tertutup dalam kapsida. Sekeliling lingkaran kapsida lensa ini
dilekatkan ke ligamentum suspensori lensa. Ligamen ini melekat pada bagian
perifernya ke korpus siliaris.
4. Viterous humour adalah substansi gelatinosa mengandung air dan
mukopolisakarida yang memenuhi ruang diantara lensa dan retina.
C. Jaringan Nervosa
1. Sel-sel syaraf pada retina
Retina adalah bagian syaraf mata, tersusun atas sel-sel syaraf dan serat-
seratnya. Retina membentuk lapisan pada permukaan luar dari selaput khoroid
dan berhubungan dengan korpus viterus. Lapisan dari sel-sel memisahkan sel-
sel syaraf dari selaput khoroid. Sel-sel syaraf tersebut adalah serat syaraf
batang dan kerucut. Serat syaraf batang adalah serat dengan struktur silinder
yang berjumlah lebih dari 100 juta. Sedangkan serat syaraf kerucut adalah
serat dengan struktur yang berbentuk kerucut dengan ujungnya menjorok ke
arah luar dengan jumlah sekitar 7 juta.
2. Serat syaraf yang menjalar melalui sel-sel ini
Nervous optikus terdiri atas jutaan serat syaraf batang dan kerucut dari retina.
Syaraf mata sedikit terbenam dalam bola mata pada sisi kutub posteriornya
menjalar ke arah belakang pada orbita dan kemudian pergi ke kanalis optikus
pada os sphenoideus. Kedua nervus optikus bersatu untuk membentuk khiasma
optikus. Pada khiasma optikus serat syaraf setengah bagian medial (nasal) dari
retina menyilang ke sisi yang berlawanan, serat-serat yang berasal dari sebelah
lateral tetap pada sisi yang sama. Dari khiasma serat saraf tersebut menjalar
pada tractus optikus pada masing-masing sisi. Traktus optikus menjalar ke
belakang untuk berakhir pada pusat intermedia dalam batang otak. Kemudian
serat-serat ini menjalar ke pusat penglihatan dalam otak. Pusat penglihatan
terletak pada lobus oksipital. Pada masing-masing bidang yang berlawanan
mewakili setengah lapang pandang. Lobus oksipital kiri menerima impuls
yang berasal dari setengah lateral retina kiri dan setengah medial retina kanan,
karena serat yang berasal dari setengah lateral tidak menyilang pada khiasma
optikus maka serat-serat yang berasal dari setengah medial menyilang pada
khiasma optikus. Hal ini serupa pada lobus oksipitalis menerima impresi yang
berasal dari setengah yang lain.
D. Otot-Otot Bola Mata Manusia
Masing-masing bola mata digerakkan oleh empat otot rektus dan dua otot
oblikus. Rektus superior, rektus inferior, rektus medialis dan rektus lateralis
berasal dari cincin fibrosa pada belakang orbita. Otot tersebut menjalar menjauh
dalam posisinya yang berurutan dan berinsersi ke dalam sklera bola mata sedikit
di belakang dari kornea dan sklera. Oblikus superior berasal dari belakang orbita
menjalar pada aspek superomedial dari orbita menembus trochlea, suatu cincin
fibrokartilago yang melekat ke os frontale dan mengubah arah pergi ke belakang
dan keluar untuk berinsersi ke dalam bagian supralateral dari sklera. Oblikus
inferior terletak di depan dinding orbita. Otot ini berasal dari maksila, menjalar ke
arah lateral di bawah bola mata dan kemudian keatas sebelah luar untuk melekat
dengan sklera.
Bola mata digerakkan oleh aksi otot-otot secara bersamaan. Aksi utama dari
masing-masing otot-otot tersebut adalah:
Rektus lateralis : menggerakkan mata kearah luar
Rektus medialis : menggerakkan mata ke arah dalam
Rektus superior : menggerakkan mata kearah atas dan memutar mata ke arah
dalam
Rektus inferior : menggerakkan mata ke arah bawah dan memutar mata kearah
dalam
Oblikus superior : menggerakkan mata ke arah bawah dan memutar mata ke arah
dalam
Oblikus inferior : menggerakkan mata ke arah atas dan memutar ke arah luar
E. Kelopak Mata Manusia
Kelopak mata terdiri dari:
1. Kulit yang sangat tipis pada bagian luar
2. Tarsal plate dari jaringan penunjang yang tebal
3. Kelenjar tarsal merupakan modifikasi kelenjar sebasea pada masing-masing
tarsal plate dan astium oleh duktus pada kubah dari kelopak mata tepat di sebelah
belakang bulu mata.
4.Konjungtiva merupakan suatu membran tipis yang lunak yang menutupi
permukaan sebelah dalam masing-masing kelopak mata dan direfleksikan pada
bola mata, dimana menutupi bagian depan kornea.
5. Sakus Konjungtiva adalah ruang diantara dua selaput
6. Bulu mata merupakan kurva pendek tebal yang menonjol dari tepi kelopak mata
7. Fisura palpebral adalah interval diantar kelopak mata atas dan bawah
8.Kantus lateralis adalah sudut pada fisura palpebral dimana kantus medialis
adalah sudut sebelah dalam
9.Otot orbikularis okuli adalah otot sirkuler tipis yang mengelilingi mata menjadi
bagian dalam kelopak mata dan sebagian pada wajah. Dengan kontraksi otot
tersebut mata menjadi tertutup. Otot ini menjadi salah satu dari otot-otot ekspresi
wajah dan dipersyarafi oleh saraf kranial VII (saraf fasial)
10. Otot levator palpebra superioris (pengangkat kelopak mata atas) berasal dari
sebelah belakang orbita menjalar ke arah luar pada bagian atas orbita dan
berinsersi ke dalam perbatasan atas dari parsial plate pada kelopak mata atas. Otot
ini dipersarafi oleh syaraf okulomotor cranial III.
11. Alis mata pada sebagian besar mamalia berupa bagian yang sedikit menonjol
sedikit di atas kedua belah kelopak mata dan mempunyai sedikit rambut halus.
Alis mata berfungsi sebagai pelindung mata yang peka dari tetesan keringat yang
jatuh dari bagian dahi, air hujan, atau sinar matahari yang berlebihan.
II.3.2. Proses Melihat
Proses melihat dimulai ketika sebuah benda memantulkan cahaya dan
cahaya ini kemudian masuk ke dalam mata melalui kornea, pupil, lensa dan
akhirnya cahaya dipusatkan di retina. Di retina, cahaya tadi diubah menjadi
muatan-muatan listrik yang kemudian dikirim ke otak melalui serabut
saraf penglihatan untuk diproses. Hasil dari kerja otak ini membuat kita melihat
benda. Pupil atau manik mata berfungsi mengatur cahaya yang masuk dengan
mengecil jika cahaya terlalu terang atau melebar jika cahaya kurang. Diafragma
kamera bekerja seperti pupil. Lensa mengatur agar bayangan dapat jatuh tepat di
retina. Retina atau selaput jala, merupakan jaringan tipis di sebelah dalam bola
mata. Di retina terdapat jutaan sel saraf yang dikenal sebagai sel batang dan sel
kerucut. Sel batang membuat kita mampu melihat dalam keadaan cahaya agak
gelap sedang sel kerucut membantu melihat detil saat terang, misalnya membaca,
dan melihat warna (Wahyono, 2008).
II.3.3. Adaptasi Mata Terhadap Cahaya
Mata manusia memiliki kemampuan untuk mengatur kepekaanya
secara otomatis terhadap intensitas cahaya yang berlainan (adaptasi). Adaptasi
mata membutuhkan waktu yang sangat singkat hanya beberapa detik saja. Proses
adaptasi mata manusia dari suasana terang ke suasana gelap biasanya
membutuhkan waktu lebih lama beberapa detik dibandingkan adaptasi dari
suasana gelap ke suasana terang (Priowirjanto,2003).
II.3.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penglihatan
Menurut stephen pheasant (1991), kemudahan seseorang untuk melihat
suatu objek kerja dilingkungan kerja sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain:
A. Tingkat pencahayaan (illumination levels)
Kemudahan untuk melihat suatu objek kerja dipengaruhi oleh tingkat
pencahayaan yang baik, karena semakin tinggi tingkat pencahayaan maka akan
semakin mudah seseorang untuk melihat suatu objek kerja. Tingkat pencahayaan
yang baik memungkinkan seseorang untuk bekerja dengan efisiensi kerja yang
maksimal.
B. Ukuran Objek Kerja
Ukuran objek berkaitan dengan kemampuan penglihatan, semakin besar
ukuran suatu objek kerja maka semakin rendah kemampuan mata yang diperlukan
untuk melihat objek tersebut. Sedangkan untuk ukuran objek kerja yang kecil
diperlukan kemampuan mata yang lebih untuk dapat melihat dengan fokus yang
baik, akibatnya ketegangan akomodasi konvergensi akan bertambah sehingga
akan menimbulkan kelelahan visual.
C. Bentuk Objek Kerja
Bentuk objek kerja yang sederhana akan lebih mudah dikenali dan
diinterpretasikan daripada objek kerja yang sangat rumit
D. Kekontrasan
Kemudahan untuk melihat suatu objek kerja serta kejelasan dalam melihat
ojek kerja dipengaruhi oleh kekontrasan. Kontras yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan kesilauan. Objek kerja atau benda yang berwarna gelap dengan latar
belakang terang lebih mudah dilihat dibanding benda berwarna terang dengan
latar belakang terang kecuali pada tingkat pencahayaan yang buruk (kurang dari
10 lux). Kekontrasan warna dapat meningkatkan kejelasan untuk melihat objek.
E. Lama waktu Untuk Melihat Objek Kerja
Mata memerlukan waktu untuk melihat suatu objek kerja agar lebih fokus,
objek kerja yang terlau kecil dan dengan bentuk yang sangat rumit akan
memerlukan waktu yang lama agar penglihatan lebih fokus.
F. Jarak Melihat Objek Kerja
Mata manusia mempunyai garis sudut pandang normal sebesar 15 dan dapat
melebar sampai dengan 60. Sedangkan kemampuan mata normal untuk dapat
membaca huruf hasil printer sejauh kurang lebih 400 ( 50) mm. Pekerjaan yang
bekerja dengan komputer direkomendasikan jauhnya lapang pandang antara 350
sampai 700 mm.
Tingkat pencahayaan yang kurang adalah penyebab dari kelelahan mata
dikarenakan tingkat pencahayaan yang kurang akan menuntut mata untuk bekerja
lebih berat sehingga terjadi kelelahan visual yan dapat menyebabkan timbulnya
sakit kepala, penurunan intelektual serta merosotnya daya konsentrasi dan
kecepatan berfikir. Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan
visual antara lain:
G. Umur
Umur berpengaruh besar terhadap daya akomodasi, semakin umur bertambah
maka lensa akan kehilangan kekenyalannya dan karena itu kepastian untuk
melengkung juga berkurang. Akibat titik dekat menjauhi mata dan pada umumnya
titik jauh tidak berubah. Menurut sumamur (1995) bahwa bertambahnya usia
akan semakin berkurang ketajaman penglihatannya. Oleh karena itu pekerja yang
bertambah usianya bila melakukan pekerjaan yang memerlukan ketelitian akan
berisiko untuk megalami kelelahan visual. Menurut Ganong (1995) semakin tua
usia seseorang maka pengamatan terhadap suatu objek semakin menurun.
Menurut Ilyas S (1997) seseorang sukar melihat pada jarak dekat yang biasanya
terdapat pada usia 40 tahun dimana pada usia ini amplitudo akomodasi hanya
menghasilkan titik dekat sebesar 25 cm. Pada jarak ini seorang emetropia yang
berusia 40 tahun dengan jarak baca 25 cm akan menggunakan akomodasi
maksimal sehingga akan menjadi lebih lelah. Membaca dengan menjauhkan kertas
yang dibaca dan memerlukan sinar lebih terang.
H. Perilaku
Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme, baik yang dapat diamati
secara langsung ataupun diamati secara tidak langsung. Prilaku manusia pada
hakekatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri, oleh karena itu
perilaku manusia mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup berjalan,
berbicara, membaca, menulis dan lain-lain. Bahkan kegiatan internal ( Internal
Activities) sendiri separti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku
manusia ( Soekidjo Notoatmodjo, 1993). Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah
respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Perilaku seseorang
terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia berespon baik secara pasif
mengetahui, bersikap dan persepsi tentang penyakit dan rasa sakit yang ada pada
dirinya dan diluar dirinya, maupun aktif ( tindakan ) yang dilakukan sehubungan
dengan penyakit dan sakit tersebut. Perilaku terhada sakit dan penyakit ini dengan
sendirinya sesuai dengan tingkat pencegahan, salah satunya adalah perilaku
pencegahan penyakit (Health prevention behavior) dimana respon untuk
melakukan pencegahan penyakit misalnya membaca dan menulis menggunakan
penerangan yang baik, posisi badan sewaktu membaca dan menulis dan lain-lain.
I. Lama Kerja
Menurut encyclopedia of occupational health and safety (1998) adanya
keluhan gangguan mata rata-rata setelah bekerja selama 3 sampai 4 tahun.
J. Penyakit Genetik Mata
Faktor keturunan adalah faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan
ketajaman penglihatan. Sebagai contoh adalah penyakit buta warna, dimana
terdapat buta warna total yaitu penderita hanya dapat membedakan warna hitam
dan putih saja, tetapi ada penderita buta warna yang hanya tidak dapat
membedakan warna-warna tertentu misalnya tidak bisa membedakan warna hijau
dan biru. Banyak penelitian berlatar belakang klinik yang dilakukan dalam bidang
ophtalmology, mata mempunyai kemungkinan terkena penyakit genetik.
Pewarisan Mandel suatu gen dominan abnormal akan menghasilkan kelainan
yang khas walaupun gen pasangannya (Alel) adalah normal. Pria dan wanita
akan mempunyai kemungkinan 50% untuk mewariskan gen sakit tadi dan
demikian dia akan mewariskan keabnormalannya kepada setiap anaknya.
Walaupun kawin dengan seorang yang genetiknya normal.
II.3.5. Definisi Kelelahan Mata
Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata dan disebabkan oleh
penggunaan indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan
untuk melihat dalam jangka waktu yang lama dan biasanya disertai dengan
kondisi pandangan yang tidak nyaman (Pheasant, 1991).
Menurut Sumamur (2009), kelelahan mata timbul sebagai stress intensif pada
fungsi-fungsi mata seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang
perlu pengamatan secara teliti atau terhadap retina akibat ketidaktepatan kontras.
II.4 Hubungan Intensitas Penerangan dengan Kelelahan Mata
Pencahayaan ruangan, khususnya di tempat kerja yang kurang memenuhi
persyaratan tertentu dapat mengganggu penglihatan, karena jika pencahayaan terlalu
besar atau pun lebih kecil, pupil mata harus berusaha menyesuaikan cahaya yang
diterima oleh mata. Akibatnya mata harus memicing silau (mata berusaha menghalau
silau dengan agak memejamkan mata) atau berkontraksi secara berlebihan, karena
jika pencahayaan lebih besar atau lebih kecil, pupil mata harus berusaha
menyesuaikan cahaya yang dapat diterima oleh mata. Pupil akan mengecil jika
menerima cahaya yang besar. Hal ini merupakan salah satu penyebab mata cepat
lelah. Dampak dari pencahayaan yang tidak memadai itu adalah kelelahan pada mata,
namun itu pun bersifat 'reversible', maksudnya jika mata mengalami kelelahan, maka
dengan melakukan istirahat yang cukup/beristirahat sepulang kerja maka pagi harinya
mata akan pulih kembali (Depkes, 2008).
Apabila tempat kerja dengan tingkat pencahayaan yang kurang akan
mengakibatkan kelelahan visual dikarenakan pupil mata harus membuat penyesuaian
dengan situasi yang ada ( pupil harus lebih mengembang) dan lama kelamaan refraksi
mata akan semakin berkurang dikarenakan memerlukan konsentrasi yang berlebih
sehingga mengakibatkan timbulnya ketidaknyamanan pekerja yang selanjutnya dapat
menimbulkan kecelakaan kerja.
Sumamur (1995) menyebutkan tingkat pencahayaan yang buruk ditempat
kerja dpat mengakibatkan dampak yang buruk juga terhadap kesehatan pekerja antara
lain:
Kelelahan mata dengan kekurangannya daya dan efisiensi kerja
Kelelahan mental
Keluhan-keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata
Kerusakan alat penglihatan
Meningkatkan kecelakaan
Kelelahan visual adalah ketegangan pada mata atau kelelahan visual
disebabkan oleh penggunaan indra penglihatan dalam bekerja yang memerlukan
kemampuan untuk melihat dalam jangka waktu yang lama yang biasanya disertai
dengan kondisi pandangan yang tidak nyaman ( Stephen Pheasant 1991). Gejala-
gejala seorang pekerja mengalami kelelahan visual adalah sebagai berikut:
Nyeri atau terasa berdenyut di sekitar mata dan di belakang bola mata
Pandangan kabur, pandangan ganda dan susah dala memfokuskan penglihatan
Pada mata dan pelupuk mata terasa perih, kemerahan, sakit dan mata berair yang
merupakan ciri khas terjadinya peradangan pada mata.
Sakit kepala (bagian frontal/depan), kadang-kadang disertai dengan pusing dan
mual serta terasa pegal-pegal atau kecapekan dan mudah emosi.
Gejala-gejala kelelahan visual tersebut menyebabkan utamanya adalah
penggunaan otot-otot di sekitar mata yang berlebihan. Kelelahan visual dapat
dikurangi dengan memberikan tingkat pencahayaan yang baik ditempat kerja.
Sedangkan menurut sumamur (1991) menyebutkan bahwa gejala-gejala kelelahan
visual antara lain:
Rangsangan , berair dan memerahnya konjungtiva
Melihat rangkap
Pusing
Berkurangnya kemampuan akomodasi
Menurunnya ketajaman penglihatan, kepekaan kontras dan kecepatan persepsi
II.5. Kerangka Teori
Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Mata
Sumber: Stephen Pheasant (1991)
Lebih Cukup
Mata terasa nyaman
Mata Silau Upaya mata berlebihan
Tidak terjadi kelelahan mata
Kontraksi otot berlebihan
Kelelahan Mata
Faktor Pekerjaan
1)Lama kerja
2)Kekontrasan area kerja
3)Lama waktu melihat objek
4)Bentuk objek kerja
5)Jarak Melihat Objek Kerja
6)Ukuran objek kerja
Faktor Manusia
1) Umur
2) perilaku yang berisiko
3) Penyakit tertentu
4) Lama kerja
Faktor Lingkungan
1)Intensitas penerangan
Intensitas Penerangan
Kurang
Penjelasan Kerangka Teori Stephen Pheasant (1991) :
Faktor yang mempengaruhi kelelahan mata terdiri dari faktor manusia ( umur,
perilaku berisiko, penyakit tertentu dan lama kerja), faktor lingkungan salah satunya
intensitas penerangan, dan faktor pekerjaan ( lama pekerjaan, kekontrasan area kerja,
lama waktu melihat objek, bentuk objek kerja, jarak melihat objek kerja, ukuran objek
kerja). Intensitas penerangan yang sesuai standar sangat berpengaruh bagi kelangsungan
proses produksi para pekerja di tempat kerja. Begitupun juga pengaruh intensitas
penerangan kurang atau terlalu lebih bagi para pekerja yang dapat mengakibatkan keluhan
kelelahan mata akibat kontraksi otot mata secara berlebihan, faktor pendukung terjadinya
kelelahan mata juga di pengaruhi oleh faktor manusia dan pekerjaan. Oleh karena itu
perlunya pengukuran dan perbaikan pada penerangan di tempat kerja demi
meminimalisasi Penyakit Akibat Kerja ( PAK) yaitu keluhan kelelahan mata.

Anda mungkin juga menyukai