Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini diuraikan sumber, tipe dan faktor yang mempengaruhi

penerangan, mata, mekanisme melihat, fungsi dan efek penerangan pada mata dan

ketajaman penglihatan.

2.1. Sumber Penerangan

Sejak dari perencanaan suatu pembangunan atau gedung, perlu dipikirkan

hubungan timbal balik antara penerangan alami dan penerangan buatan.

Pemanfaatan penerangan buatan bertujuan untuk menunjang dan melengkapi

penerangan alami pada siang hari yaitu apabila penerangan alami itu belum

memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan seorang

pekerja (Siswanto,A. 1991). Secara garis besar sumbercahaya dapat dibagai dalam

dua macam:

1. Cahaya alam (Natural Lighting)

Yang termasuk dalam cahaya alam adalah cahaya matahari yang merupakan

sumber cahaya utama yang sangat dominan. Adapun cahaya matahari

tergantung kepada waktu siang hari, musim cuaca berawan atau tidak.

2. Cahaya buatan (Artifisial Lighting )

Cahaya buatan ini meliputi cahaya listrik (cahaya fluoresen, cahaya gas

lampu minyak dan lilin) cahaya buatan ini sebagai sarana pelengkap untuk

penerangan ruangan dan yang lainnya.

5
6

Penggunaan pencahayaan dari cahaya alam dari matahari sudah mulai

berkurang karena pencahayaan tersebut tidak dapat diatur menurut keinginan si

pengguna, karena sangat berpengaruh pada cuaca. Oleh karena itu sebaiknya

tempat-tempat reparasi atau bengkel-bengkel, dalam tiap-tiap kerja

mempergunakan pencahayaan campuran (alam dan buatan).

Sebagai sumber penerangan buatan, dapat digunakan berbagai jenis lampu,

adapun lampu yang umum dipakai adalah lampu pijar dan lampu pelepasan listrik

misal lampu merkuri bertekanan tinggi, lampu TL dan lampu UV pembunuh

hama. Dalam pemilikan atau pengadaan lampu untuk suatu ruangan kerja. Perlu

diperhatikan diantaranya yaitu efek penerangan buatan terhadap warna objek yang

diamati. Lampu pijar kurang tepat digunakan ditempat-tempat kerja dimana

objek-objek harus diamati oleh seseorang. Lampu TL mempunyai efisiensi yang

tinggi dan umur desain cukup panjang, luminensi lampu TL rendah sehingga

kesilauan ditempat kerja dapat dikurangi, warna cahaya lampu TL menyerupai

cahaya matahari. Namun kerugian lampu TL adalah adanya kedipan dengan

frekuensi 50 Hz atau "Stroboscopic effect", sehingga dapat menyebabkan iritasi

pada mata, sakit kepala, kelelahan mata dan penurunan efisiensi kerja, maka untuk

menghindari stroboscopic effect, tiap luminer atau almatur yang dipasang

ditempat kerja hendaknya terdiri dari dua lampu atau lebih (Siswanto,A. 1991).

2.2. Tipe Penerangan

Penerangan buatan (artificial lighting) yang digunakan ditempat kerja

reparasi jam dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu:


7

1. Penerangan Umum (General Lighting)

Penerangan umum harus menghasilkan iluminasi yang merata (uni from) pada

lampiran kerja.

2. Localizad General Lighting

Bilamana intensitas penerangan yang merata atau uniform tidak di perlukan

untuk semua tempat kerja tetapi hanya tempat kerja tertentu (spesifik area)

yang membutuhkan tempat iluminasi yang lebih tinggi dari daerah sekitarnya,

maka lampu tambahan dapat dipasang pada daerah tersebut sebagai

kebutuhan intensitas penerangan dapat di penuhi.

2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Penglihatan

Kualitas penglihatan dipengaruhi oleh sifat dari cahaya, sifat dari lingkungan

dan sifat dari pekerjaan.(Siswanto, A. 1991). Sifat cahaya di tentukan oleh

kuantitas atau banyaknya cahaya yang jatuh pada suatu permukaan (illumination)

yang menyebabkan terang permukaan tersebut dan sekitanya oleh kualitas yang

menyangkut warna, arah dan difusi cahaya, serta jenis dan tingkat kesilauan

(Siswanto, A. 1991).

Intensitas penerangan yang di butuhkan adalah tergantung dari tingkat

ketelitian yang diperlukan, bagian yang akan di amati, warna dari objek atau

benda yang diamati dan kemampuan objek tersebut untuk memantulkan cahaya

yang jatuh padanya, serta brightness dari sekitar objek. Untuk melihat benda atau

objek yang berwarna gelap sedangkan kontras antara objek tersebut dan sekitanya

jelek, diperlukan intensitas penerangan yang tinggi (beberapa ribu lux) sedangkan
8

untuk objek atau benda yang berwarna cerah dan kontras antara objek cukup

baik, maka hanya di perlukan beberapa ratus lux (Siswanto, A. 1991)

Jumlah cahaya yang jatuh pada suatu objek (tugas visual) juga

mempengaruhi kecerahan objek tersebut, di bandingkan daerah sekitarnya, makin

tinggi intensitas cahaya yang jatuh pada objek tersebut makin jelas perbedaan

kecerahannya atau kontras. Perbedaan sedikit dari warna dasar yang sama dapat

dibedakan dengan tingkat penerangan yang lebih tinggi. Penglihatan dapat di

bantu oleh tongkat penerangan yang lebih tinggi dalam tiga hal yaitu detail yang

lebih kecil atau halus dapat terlihat, kontras dapat dirasakan atau diamati dan

perbedaaan warna dapat di lihat (Suwarno Tasbeh. 1992).

Kualitas penerangan terutama di tentukan oleh ada tidaknya kesilauan di

tempat kerja baik kesilauan langsung (direct glare) atau kesilauan karena

pantulan cahaya dari permukaan yang mengkilap (reflected glare) dan bayangan

(shadows).

Disability glare. Penyebab kesilauan ini adalah terlalu banyaknya cahaya

yang secara langsung masuk ke dalam mata dari sumber kesilauan sehingga

menyebabkan kehilangan sebagian dari penglihatan (parcial loss of vision)

Dissability glare mempengaruhi kemampuan seseorang untuk dapat melihat

dengan jelas dan keadaan ini dapat dialami oleh seseorang yang sedang

mengendarai mobil pada malam hari di mana lampu dari mobil yang berada di

hadapannya terlalu terang.

Discomfort glare. Kesilauan ini sering terjadi menyebabkan rasa ketidak

nyamanan pada mata, terutama bila keadaan ini berlangsung dalam waktu yang
9

cukup lama. Discomfor glare sering dialami oleh mereka yang bekerja pada siang

hari dan menghadap jendela atau pada saat seseorang menatap lampu secra

langsung pada malam hari. Efek discomfort glare pada mata adalah tergantung

dari lamanya seseorang terpapar oleh kesilauan.

Reffected glare. Kesilauan ini disebabkan oleh pantulan cahaya yang terlalu

terang mengenai mata kita, dan pantulan cahaya ini berasal dari semua permukaan

benda yang mengkilap (langit-langit, kaca, dinding, meja kerja, mesin dll) yang

berada dalam medan penglihatan. Refflected glare kadang-kadang lebih

mengganggu dari direct glare karena terlalu dekatnya letak sumber kesilaun dari

garis penglihatan.

Untuk mengurangi atau mencegah terjadinya kesilauan dapat di lakukan

dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Direct glare

a. Memperkecil luas permukaan yang sangat terang yang menyebabkan

kesilauan.

b. Memperbesar sudut yang terbentuk antara sumber kesilauan dan garis

penglihatan. Besarnya sudut hendaknya tidak kurang dari 30 .

c. Meningkatkan brightness dari areal yang mengelilingi sumber kesilauan.

2. Reflected glare

a. Mengurangi brightness atau luminance dari sumber cahaya, bila dengan

cara ini hasilnya masih belum memuaskan, maka perlu di usahakan agar

lampu atau objek yang kita amati di letakkan sedemikian rupa sehingga

pantulan cahaya tidak mengenai mata.


10

b. Semua permukaan benda yang terdapat medan penglihatan hendaknya tidak

di buat mengkilap.

c. Meningkatkan penerangan umum.

Penerangan di tempat kerja di usahakan agar menyebar secara merata untuk

menghindari terjadinya bayangan. Penerangan setempat di usahakan agar tidak

digunakan di tempat kerja karena sistem penerangan ini sering menimbulkan

bayangan yang menganggu kecuali bila penerangan umum di tempat kerja

tersebut cukup (Siswanto, A.1991).

Sifat dari lingkungan terutama di tentukan oleh brightness dan brightness

ratio, reflentance values dan distribusi Cahaya. (Siti Heryuni. 1994).

1. Brightness dan Brightness Ratio

Kemampuan seseorang untuk dapat melihat objek dengan jelas antara lain

tergantung dari perbedaan derajat terang (brightness) antara objek dan latar

belakangnya (background).

2. Reflentance values

Warna atau kemampuan untuk memantulkan cahaya (reflentance) dari dinding-

dinding, langit-langit, lantai dan peralatan kerja akan menetukan brighness

paten . Dinding-dinding , lantai dan langit-langit yang berwarna gelap dapat

menurunkan efetivitas dari instalasi penerangan sebanyak 50%.

3. Distribusi Cahaya

Penerangan di lihat dari distribusi cahaya dapat di bedakan menjadi:


11

a. Penerangan langsung, semua cahaya di distribusikan 90-100% ke bawah.

Cara ini adalah paling efesien karena banyak cahaya yang mencapai

permukaan meja kerja maksimum.

b. Penerangan semi langsung, distribusi cahaya kebawah 60-90% sedangkan

ke atas 10-40%.

c. Penerangan umum, distribusi cahaya sama banyak yaitu ke atas 50% dan

ke bawah 50 %.

d. Penerangan semi tak langsung, distribusi cahaya ke atas 60-90% ke bawah

10-40% pada cara ini pantulan langit-langit harus tinggi supaya cahaya

yang dipantulkan ke bawah cukup tinggi.

e. Penerangan semi tidak langsung, distribusi cahaya keatas 90-100% ke

bawah sampai dengan 10 %. Keuntugan cara ini tidak menimbulkan

kesilauan, sedangkan kerugiannya mengurangi efisinsi cahaya total yang

jatuh pada permukaan, sifat dari pekerjaan (Siswanto, A. 1991)

Kebutuhan intensitas penerangan antara lain tergantung dari jenis pekerjaan

yang di lakukan oleh seseorang. Faktor-faktor yang harus diperhitungkan dalam

penentuan tingkat penerangan suatau tugas pengamatan adalah: (Siswanto,A.

1991):

1. Ukuran objek

2. Terangnya warna (untuk pantulan)

3. Kontras (kecerahan)

4. Lama pengamtan

5. Derajat ketelitian yang diharapkan


12

6. Umur tenaga kerja

7. Kaca mata pelindung

Menurutu peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 tahun 1964 Pasal 14 ayat

(4), penerangan yang cukup untuk pekerjaan-pekerjaan yang hanya membeda-

bedakan barang yang kasar seperti:

1. Mengerjakan bahan-bahan yang besar

2. Mengerjakan arang atau abu

3. Menyisihkan barang-barang yang besar

4. Mengerjakan bakar tanah atau abu

5. Gang-gang, tangga di dalam gedung yang selalu dipakai

6. Gudang-gudang untuk menyimak barang-barang besar dan kasar harus paling

sedikit mempunyai kekuatan 50 lux (5ft-candles)

7. Melapis perabot harus paling sedikti mempunyai kekuatan 200lux (20ft-

candles).

2.4. Mata dan Fungsi Mata

Mata merupakan indra penglihat. Banyak pengetahuan yang kita peroleh

melalui indra penglihat. Untuk membedakan gelap atau terang tergantung atas

penglihatan seseorang. Ada tiga komponen pada penginderaan penglihatan:

(Gabriel. 1988).

1. Mata memfokuskan bayangan pada retina

2. Sistem saraf mata, memberi informasi ke otak

3. Korteks penglihatan, salah satu bagian yang menganalisa penglihatan tersebut.


13

Bagian-bagian mata adalah (Pearce, EF. 1985):

1. Sklera

Pembungkus yang kuat dan fibrous, membentuk biji mata dan bersambung

dengan kornea. Sklera melindungi struktur mata yang sangat halus, serta

membantu mempertahankan bentuk biji mata.

2. Koroid

Berisi pembuluh darah. Lapisan vaskuler membentuk iris yang berlobang di

tengahnya, atau disebut pupil. Kontraksi otot sirkuler menyebabkan otot

berkontraksi.

3. Retina

Lapisan saraf pada mata yang terdiri dari sejumlah lapisan serabut sel-sel saraf

batang dan kerucut.

4. Kornea

Merupakan bagian depan yang transparan dan bersambung dengan sklera yang

putik dan tidak tembus cahaya. Bekerja sebagai jendela bening yang melidungi

struktur halus yang berada di belakang serta membantu memfokuskan

bayangan pada retina.

5. Iris

Memiliki celah yang tengahnya yaitu pupil adalah sebuah cakram yang dapat

bergerak berfungsi sebagai tirai yang melindungi retina serta mengendalikan

jumlah cahaya yang memasuki mata.


14

6. Lensa

Organ fokus utama yang membiaskan berkas cahaya yang terpantul dari benda

yang dilihat menjadi bayangan yang jelas pada retina. Berada dalam kapsul

elastik yang dikaitkan pada korpus siliar koroid oleh ligamentum suspensolium

sehingga permukaan anterior lensa dapat lebih atau agak kurang di

cembungkan guna memfokuskan benda dekat atau jauh.

7. Aqueus Humor

Cairan yang berasal dari badan siliare dan diserap kembali ke dalam aliran

darah pada sudut antara iris dan kornea melalui vena halus.

8. Vetreus Humor

Berfungsi memberi bentuk dan kekokohan pada mata dan mempertahankan

hubungan pada retina dan selaput koroid dan sklerotik

2.5. Mekanisme Melihat

Sebuah bayangan tertangkap mata, maka berkas cahaya benda yang dilihat

menembus kornea, aqueus humor, lensa dan badan vitrius guna merangsang ujung

saraf dalam retina. Rangsangan yang diterima retina, bergerak melalui traktus

optikus melalui daerah visual dalam otak untuk ditafsirkan. Kecuali daerah visual

menerima berita dari kedua mata sehingga menimbulkan lukisan dan atau bentuk

(Pearce, EF. 1985 ).


15

2.6. Fungsi mata

Untuk peranannya yang sebesar-besarnya dalam pekerjaan, khususnya bagi

industri dan komunikasi diperlukan kemampuan alat penglihatan yang

semaksimal mungkin dalam hal fungsi mata. Dalam hubungan dengan pekerjaan,

fungsi mata yang terpenting dapat di uraikan sebagai berikut (Suma, mur , PK.

1981):

1. Ketajaman penglihatan

Ketajaman penglihatan merupakan persepsi yang terpisah atas dua titik yang

berdekatan dan persepsi jarak. Ketajaman penglihatan sesuai dengan

kemampuan optik dan tergantung pula terhadap penerangan dan tingkat

kebutuhan penglihatan.

2. Kepekaan terhadap kontras

Kepekaan terhadap kontras yaitu, kemampuan persepsi terhadap perbedaan

minim dalam luminensi. Kepekaan ini berubah sebagai-berikut:

a. Lebih besar pada permukaan kecil daripada permukaan besar

b. Lebih besar batas yang tajam daripada batas secara gradual

c. Meningkatkan dengan menambahnya iluminensi lingkungan

d. Lebih besar manakala bagian-bagian luar lapangan penglihatan lebih gelap

daripada bagian sentral.

3. Kecepatan persepsi

Kecepatan persepsi yaitu waktu yang diperlukan sejak melihat suatu objek dan

persepsi penglihatan. Kecepatan persepsi ini dapat bertambah besar dengan


16

meningkatkannya iluminensi dan dengan keadaan kontras antara objek dan

lingkungan.

4. Persepsi warna

Persepsi warna adalah kesan terhadap warna yang di tentukan oleh jenis-jenis

panjang gelombang cahaya. Perlu diperhatikan bahwa ketajaman penglihatan,

kepekaan kontras iluminensi dan dengan tingkat kontras diantara objek dan

lingkungan. Untuk memenuhi fungsi tersebut, maka kemampuan-kemampuan

penyesuaian mata terhadap fungsinya perlu berada dalam keadaan yang tepat

sesuai dengan keperluan kemampuan-kemampuan penyesuaian ini adalah

(Suma,mur, PK. 1981):

a. Akomodasi, yaitu kemampuan mata untuk memfokuskan terhadap objek-

objek pada jarak dari titik terdekat sampai ke titik terjauh.

b. Lebar kecilnya pupil tergantung kepada intensitas dan sifat penyinaran,

jarak objek, keadaan emosi, tingkat kesehatan, serta pengaruh bahan kimia.

c. Adaptasi retina, yaitu perubahan kepekaan retina atas dasar penerangan atau

perubahan penerangan.

2.7. Efek Penerangan Pada Mata

Stres pada alat penglihatan dapat menimbulkan dua tipe kelelahan yaitu

kelelahan mata dan kelelahan saraf. Kelelahan mata di sebabkan mata oleh stres

yang intensif pada fungsi tunggal dari mata. Stres yang persisten pada otot

akomodasi dapat terjadi pada saat seseorang mengadakan inspeksi pada objek-

objek yang berukuran kecil dan pada jarak yang dekat serta dalam waktu yang

lama (Siswanto,A. 1991). Kelelahan mata di tandai oleh (Siswanto, A. 1991):


17

1. Iritasi mata (konjungtifita berwarna merah dan mengeluarkan air mata)

2. Penglihatan ganda

3. Sakit kepala

4. Daya akomodasi dan kovergensi menurun

5. Ketajaman penglihatan, kepekaan kontras dan kecepatan persepsi menurun

Tanda tanda tersebut diatas terutama akan ditemukan bila iluminasi tempat

kerja tidak memadai dan orang yang bersangkutan mempunyai kelainan refraksi

yang tidak dikoreksi. (Siswanto, A. 1991).

Pada setiap jenis pekerjaan, kelelahan karena stress visual akan

menyebabkan produktifitas dan kualitas kerja menurun, serta angka kecelakaan

dan frekuensi kesalahan (frekuensi of errors) meningkat. (Siswanto, A. 1991).

2.8. Ketajaman Penglihatan

Ketajaman penglihatan adalah ukuran nilai ambang yang dibedakan atas tiga

jenis (Hollwich, F. 1993):

1. Penampakan minimum (minimum visible) yaitu ukuran minimum suatu objek

yang masih dapat dilihat dalam lapang pandang

2. Pemisahan minimum (reshortable) yaitu ukuran minimum suatu objek masih

bisa dilihat terpisah.

3. Ketajaman lebih (hiperacuity) adalah perbedaan minimum yang masih bisa

dipantau dalam lokasi obyek yang relatif, misalnya dua baris yang bergeser

satu sama lain.

Ketajaman penglihatan diperiksa dengan kertas visual (visual chart) yang

berisi huruf-huruf atau simbol-simbol yang dinyatakan dalam unsur menit. Pada
18

jarak 20 kali (6 meter) rinci (jarak antara kotak-kotak yang berbentuk huruf-huruf,

bagian lingkaran yang terbuka) akan tampak di bawah atau bagian cincin yang

terbuka akan terlihat dengan mata telanjang yang penglihatannya normal

(Hollwich, F. 1993). Dengan kartu standar ini dapat ditentukan tajam atau

kemampuan melihat seseorang, seperti:

1. Bila tajam penglihatan 6 atau 6, maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak

6 meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6

meter.

2. Bila pasien hanya dapat melihat huruf pada baris yang menunjukkan angka 30,

berarti tajam penglihatan pasien 6 atau 30.

3. Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka

50, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6 atau 50

4. Bila tajam penglihatan 6 atau 60, berarti ia hanya dapat melihat pada jarak 6

meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter.

5. Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar, pada kart Snellen, maka

dilakukan uji hitung jari, jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada

jarak 60 meter.

6. Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang

diperlihatkan pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam penglihatan 3 atau 60.

dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai 1atau60,

yang berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter.

7. Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam penglihatan pasien

lebih buruk daripada 1 atau 60. dengan orang normal dapat melihat gerakan
19

atau lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila pasien hanya dapat melihat

lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam penglihatannya adalah 1 atau

300.

8. Kadang-kadang seseorang pasien hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan

tidak dapat melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam

penglihatan 1. Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tak

terhingga.

9. Bila pasien sama sekali tidak mengenal adanya sinar, maka dikatakan

penglihatannya adalah 0 (nol) atau buta total.

Tabel 2.1 Rekaman Tabel Tajam Penglihatan

Snellen 6 m 20 kaki Sistem desimal


6 atau 6 20 atau 20 1,0
5 atau 6 20 atau 25 0,8
6 atau 9 20 atau 30 0,7
5 atau 9 15 atau 25 0,6
6 atau 12 20 atau 40 0,5
5 atau 12 20 atau 50 0,4
6 atau 18 20 atau 70 0,3
6 atau 20 20 atau 200 0,1

Snellen
(meter) % Efisiensi Sistem Desimal
(Kaki)
20 atau 16 6 atau 5 100 0
20 atau 20 6 atau 6 100 0
20 atau 25 6 atau 7,5 95 5
20 atau 30 6 atau1 0 90 10
20 atau 40 6 atau 12 85 15
20 atau 50 6 atau 15 75 25
20

20 atau 64 2 atau 20 65 35
20 atau 80 6 atau 24 60 40
20 atau 100 6 atau 30 50 50
20 atau 125 6 atau 38 40 60
20 atau 160 6 atau 48 30 70
20 atau 20 6 atau 60 20 80
20 atau 300 6 atau 90 15 85
20 atau 400 6 atau 120 10 90
20 atau 800 6 atau 240 5 95

Persentase efisiensi penglihatan dua mata dapat dihitung dengan rumus berikut:

= (3 x % tujuan penglihatan mata terbaik) t (% efisiensi mata terburuk) : 4

= % efisiensi penglihatan binokular 19)

Hal-hal yang mempengaruhi ketajaman penglihatan

1. Iluminasi

Ketajaman penglihatan bertambah dengan meningkatnya iluminasi (Suma’

mur, PK. 1981). Pada tingkat iluminasi yang rendah, titik jauh bergerak lebih

dekat dan letak titik dekat berpindah, serta ketepatan dan kecepatan akomodasi

menurun (Siswanto, A. 1991). Penerangan yang memadai bisa mencegah

terjadinya astropia dan mempertinggi kecepatan dan efisiensi membaca

(Voughan,D. 1987)

2. Kontras

Ketajaman penglihatan bertambah dengan meningkatnya kontras antara objek

dengan latar belakangnya, juga dengan ketajaman simbol-simbol dan benda-

benda (Suma,mur, PK. 1981) Ketajaman penglihatan bertambah pada objek

gelap dengan latar belakang terang dari pada sebaliknya. Perbedaan derajat
21

terang antara obyek dan sekitarnya ikut pula menentukan kecepatan dan

ketepatan akomodasi (Siswanto, A. 1991).

3. Usia

Ketajaman penglihatan berkurang seiring dengan bertambahnya usia

(Himpunan Perundang-Undangan Bidang Perlindungan Tenaga Kerja, 1996)

dengan bertambahnya usia, maka setiap lensa akan mengalami kemunduran

untuk mencembung. Akibat gangguan akomodaasi ini, maka pada pasien

berusia 40 Th atau lebih, akan memberikan keluhan setelah membaca yaitu

berupa lelah, berair dan sering terasa pedas (Buku Pedoman Kesehatan Mata,

Telinga dan Jiwa. 1994) Dengan meningkatnya usia, elastisitas lensa akan

semakin berkurang dan bahkan untuk dapat membaca seseorang yang berusia

60 Th memerlukan cahaya yang lebih terang (15 kali) dari seorang murid dan

10 kali lebih terang dari seorang pekerja yang berusia 20-30 tahun (Siswanto,

A. 1991). Ada kaitan antara usia pasien dan pembesaran penerangan yang

dibutuhkan. Anak-anak kecil bisa membaca huruf-huruf cetak yang kecil

didalam suasana setengah gelap dengan mendekatkan bahan bacaannya ke

mata. Hal ini dikarenakan daya akomodasinya kuat (Voughan,D. 1987).

4. Penyakit

Ketajaman penglihatan dapat menurun walaupun tidak memperlihatkan

kelainan dari luar seperti tanda meradang dan merah. Ketajaman penglihatan

akan berkurang perlahan-lahan bila media penglihatan menjadi keruh dan

terjadi proses gangguan fungsi jalur penglihatan secara perlahan-lahan.

Kelainan semacam ini disebabkan penyakit tertentu seperti katarak, glukoma,


22

retinopati dan proses lainnya pada jalur penglihatan yang berjalan kronis

(Voughan,D. 1987). Tajam penglihatan dapat berkurang akibat kebutaan yang

masih dapat diperbaiki seperti katarak dan uveitis, merupakan manifestasi

penyakit sistemik yang dapat mengakibatkan bahaya jiwa seperti diabetes

melitus dan hipertensi, terdapatnya tumor yang mengganggu jiwa dan

penglihatan (Buku Pedoman Kesehatan Mata, Telinga dan Jiwa. 1994).

5. Defisiensi Vitamin A, (Voughan, D.1987)

Kekurangan vitamin A dapat terjadi pada semua umur akan tetapi kekurangan

yang disertai kelainan pada mata umumnya terdapat pada anak berusia 6 bulan

sampai 4 tahun. Pasien akan mengeluh mata kering, seperti kelilipan, sakit,

buta senja dan penglihatan turun perlahan. Terdapat 2 kelainan pada definisi

vitamin A yaitu niktalopia dan atropi serta keratinisasi jaringan epitel dan

mukosa. Pada keratinisasi didapatkan xerosis konjungtiva, bercak bitot, xerosis

kornea, tukak kornea dan berakhir dengan keratomalasia.

6. Lama atau Masa Kerja (Siti Heryuni. 1994)

Kemampuan seorang bekerja sehari 8-10 jam, lebih dari itu efisiensi dan

kualitas kerja menurun. Sebagaimana organ tubuh lain, fungsi mata hendaknya

juga dipacu terus untuk bekerja, apalagi kalau bekerja tersebut menuntut

ketelitian. Untuk itu setelah beberapa jam harus istirahat. Semakin orang

melihat dekat, akan semakin mudah terkena miopia, menurut Proto, perjalanan

klinik miopia adalah lebih dari 5 tahun, sedangkan balaschment, perjalanan

klinik miopia lebih dari 4-8 tahun.

2.9. Kerangka Teori


23

1. Faktor Lingkungan Kerja

Stres Kelelahan
Kurang
a. Intensitas Penglihatan Mata
Penerangan
b. Kontras
Cukup Kenyamanan

Lebih Kesilauan
2. Faktor Individu

- Usia
- Penyakit tertentu
Ketajaman
- Defisiensi Vitamin
Penglihatan
A
- Lama Bekerja

Gambar 1 : Faktor Lingkungan Kerja dan Faktor Individu

Ketajaman penglihatan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu:

1. Faktor lingkungan kerja, meliputi intensitas penerangan dan kontras intensitas

penerangan cukup atau baik akan membantu penglihatan dalam tiga hal yaitu

detail yang halusataukecil dapat dilihat sehingga mempertinggi kecepatan dan

ketepatan akomodasi. Sedangkan intensitas penerangan dan kontras yang

kurang atau lebih akan menyebabkan stress pada penglihatan sehingga timbul

kelelahan mata yang salah satu tandanya adalah penurunan ketajaman

penglihatan.

2. Faktor individu, meliputi:

a. Usia atau umur

Ketajaman penglihatan berkurang seiring dengan bertambahnya usia.


24

b. Penyakit tertentu seperti katarak, uveitis, glukoma, retinopati dan hipertensi,

diabetes melitus dan terdapatnya tumor yang mengganggu jiwa dan

penglihatan

c. Defisiensi Vitamin A

Kekurangan vitamin A akan mengakibatkan keluhan mata kering, seperti

kelilipan, sakit, buta senja dan penglihatan turun perlahan. Kelainan akibat

defisiensi vitamin A yaitu miktalopia dan atropi serta keratinisasi jaringan

epitel dan mokusa.

d. Masa Bekerja

Fungsi mata hendaknya jangan dipacu terus untuk bekerja, apalagi kalau

pekerjaan tersebut menuntut ketelitian. Kemampuan seorang bekerja 8-10

jamatauhari. Perjalanan klinik miopia lebih dari 4-8 tahun.

Anda mungkin juga menyukai