Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PRAKTIKUM KESELAMATAN dan KESEHATAN KERJA

“Teori Pengukuran Pencahayan”

Dosen Pengampu :
SYAIFUL BAHRI, S.KM, M.KM

Nama Anggota :
1. PUPUT PUTRIASIH 191040500025
2. RIA MARLIANA 191040500004
3. RIBKA MILENIA 191040500040
4. SENTIO RADJA 191040500031
5. SHELY MUTIARA PRAMESWARI 191040500048
6. SITI AMIYMAH ROFIQOH 191040500041

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG


PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ditempat kerja beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja seperti faktor fisik,
faktor kimia, faktor biologi, dan faktor psikologi (tarwaka, 2004). Tenaga kerja dalam
melakukan segala macam aktivitas kerjanya selalu memerlukan penerangan. Namun yang
membedakan kebutuhan intensitas cahaya tergantung pada jenis dari pekerjaannya. Adapun
pengertian penerangan itu sendiri adalah suatu cahaya yang mengenai suatu permukaan benda
atau obyek yang menyebabkan terang permukaan benda tersebut dan obyek benda – benda yang
berada di sekitarnya dan berpengaruh terhadap kesehatan (Santoso, 2004).
Masalah penglihatan tidak bisa lepas dari peran cahaya, karena manusia tidak akan dapat
melihat suatu benda bila tidak ada cahaya yang menimpa benda tersebut yang kemudian
dipantulkan ke mata. Oleh sebab itu, aktivitas pada lingkungan sangat perlu memperhatikan
penerangan yang cukup karena dalam jangka waktu lama akan berdampak pada kelelahan mat
ajika tidak diimbangi dengan intensitas penerangan yang memadai (Hengki, 2009)
Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan ruang. Ruang yang
telah dirancang tidak dapat memenuhi fungsinya dengan baik apabila tidak disediakan akses
pencahayaan. Pencahayaan di dalam ruang memungkinkan orang yang menempatinya dapat
melihat benda – benda . tanpa dapat melihat benda – benda dengan jelas maka aktivitas di dalam
ruang akan terganggu. Sebaiknya, cahaya yang terlalu terang juga dapat menganggu penglihatan
(Sukawi, 2013). Hasil pengukuran terhadap pekerja di Amerika juga menyebutkan jika cahaya
berlebih juga dapat menyebabkan silau dan berdampak ketidaknyamanan pada pekerja
(Wiegand, 2013).
Pencahayaan juga merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan
yang aman dan nyaman, serta berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Dengan adanya
pencahayaan yang baik, seseorang akan mudah untuk melihat objek di sekitarnya. Aktivitas akan
tergantung apabila seseorang tidak dapat melihat suatu objek dengan jelas, dikarenakan
minimnya pencahayaan (Badriana, 2013).
Pada dasarnya objek yang kita lihat adalah pantulan cahaya dari objek tersebut. Oleh
sebab itu bagaimana kita melihat dan merespon sekeliling kita sangat tergantung dari jenis
pencahayaan yang digunakan. Terdapat perbedaan mendasar antara pencahayaan dan
penerangan. Pencahayaan lebih menekankan sifat – sifat penyinaran yang harus dipelajari oleh
seorang perancang interior. Penerapan pencahayaan yang baik tidak bisa lepas dari pemanfaatan
cahaya alamiyang optimal dan buatan yang efisien. Sedangkan penerangan hanya sekedar
membuat ruangan menjadi terang. Karena hanya sekedar mengejar terang dan tidak diaplikasikan
dengan bijaksana, sedangkan pencahayaan yang berlebihan dapat mengakibatkan silau (glare)
sehingga penggunaan tidak nyaman.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Pencahayaan
2. Jenis – Jenis Pencahayaan
3. Jenis – Jenis Sistem Pencahayaan
4. Penentuan Sumber
5. Aturan Perundangan Yang Berlaku
6. Nilai Ambang Batas dan Baku Mutu Lingkungan
7. Penentuan Titik Sampel
8. Alat Yang Digunakan dan Cara Penggunaannya
9. Prinsip Pengukuran
10. Kualitas Pencahayaan di Tempat Kerja

1.3 Manfaat Makalah


Agar mahasiswa mengetahui cara pengukurang pencahayaan dan sumber – sumber
pencahayaan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pencahayaan


Cahaya adalah energy berbentuk gelombang elektromagnetik yang kasat mata. Spectrum
cahaya berkisaran 380 – 770 nanometer (nm), dengan cahaya ungu memiliki panjang gelombang
terpendek dan cahaya merah dengan gelombang terpanjang. Urutan warna dari gelombang
panjang ke pendek adalah merah, jingga, kuning, hijau, biru dan ungu

Gambar 2.1 Tabel Warna Cahaya Tampak

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 48 Tahun 2016, pencahayaan adalah jumlah
penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan yang efektif.
Pencahayaan diukur dalam satuan LUX-Lumen per meter persegi. Kadar pencahayaan diukur
dengan alat pengukur (lux meter) yang diletakkan di permukaan tempat kerja atau setinggi perut
untuk pencahayaan umum (kurang lebih 1 meter). Untuk kenyamanan mata para pekerja, maka
pencahayaan harus memenuhi standar berikut :

Tabel 2.1 Persyaratan Pencahayaan sesuai Peruntukan Ruang menurut Permenkes No.48 Tahun
2016 tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran

Peruntukan Ruang Minimal Pencahayaan (lux)


Ruang Kerja 300
Ruang Gambar 750
Resepsionis 300
Ruang Arsip 150
Ruang Rapat 300
Ruang Makan (kanti 250
Koridor/Lobi 100

Pencahayaan di tempat kerja merupakan salah satu sumber cahaya yang dapat menerangi benda
– benda ditempat kerja. Pencahayaan dapat berasal dari cahaya alam yaitu sinar matahari dan
cahaya buatan yaitu lampu. Agar pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan
tindakan sebagai berikut :
a) Pencahayaan alami maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan kesilauan dan
memiliki instensitas sesuai dengan peruntukannya.
b) Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan bola lampu
sering dibersihkan.
c) Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera di ganti.

2.2 Jenis – Jenis Pencahayaan :

a) Indirect Lighting

Suatu sistem pencahayaan dapat disebut Indirect Lighting apabila 90-


100% distribusi cahaya mengarah pada suatu plafond dan dinding
bagian atas pada ruangan. Sistem ini disebut indirect lighting karena
distribusi cahaya melalui langit-langit atau dinding bagian atas yang
menjadi sumber cahaya melalui pantulan cahaya lampu. Agar seluruh
plafond dapat menjadi sumber cahaya maka perlu diberikan perhatian
dan pemeliharaan yang baik. Keuntungan dari sistem ini adalah tidak
menimbulkan bayangan dan kesilauan serta kerugian dari sistem ini
adalah dapat mengurangi cahaya total yang jatuh pada permukaan.

b) Semi-Indirect Lighting

Suatu sistem pencahayaan dapat disebut Semi-Indirect Lighting apabila


60-90% distribusi cahaya mengarah pada plafond dan dinding bagian
atas pada ruangan. Sistem pencahayaan ini disebut Semi-Indirect
Lighting karena distribusi cahaya berada pada sumbu horizontal
ruangan, dimana plafond atau dinding bagian atas menjadi sumber
cahaya melalui pantolan cahaya lampu.

c) General Diffuse and Direct-Indirect Lighting


Suatu sistem pencahayaan disebut General Diffose and Direct-Indirect
Lighting apabila distribusi cahaya seimbang antara cahaya yang
mengarah pada plafond pada ruangan dengan cahaya yang jatuh ke
bawah. Sistem ini merupakan system pencahayaan yang baik untuk
ruangan dinding yang berwarna gelap, yang mana sangat dibutuhkan
distribusi cahaya cukup tanpa menghadapi resiko glare (kesilauan).
Kualitas pencahayaan sangat bergantung pada luas ruangan dan
kegiatan yang dilakukan didalanmya. Dengan menggunakan sistem
pencahayaan ini maka ruang bagian atas akan tidak akan terlihat kosong
atau monoton.

d) Semi Direct Lighting

Suatu sistem pencahayaan dapat disebut Semi Direct Lighting apabila


60-90% distribusi cahaya mengarah pada dinding bagian bawah dan
lantai. Sistem ini disebut semi direct karena distribusi cahaya berada
pada sumbu horizontal ruangan bagian bawah.

e) Direct Lighting

Suatu sistem pencahayaan dapat disebut direct lighting apabila 90-


100% distribusi cahaya mengarah ke bawah atau benda-benda yang
letaknya agak di bawah dan memerlukan penerangan lebih.

2.3 Jenis – Jenis Sistem Pencahayaan :


1. Pencahayaan Umum (Ambient Lighting)

Ambient lighting adalah pencahayaan umum untuk seluruh ruang, dikategorikan


sebagai cahaya langsung dan tidak langsung karena mampu menerangi secara
merata pada setiap ruang, yang pada umumnya dengan penempatan lampu pada
platon yang diarahkan kebawah.

2. Pencahayaan Aksen

Pencahayaan aksen yaitu metode pencahayaan yang khusus ditujukan pada suatu
objek yang berfungsi sebagai aksen. Aksen adalah suatu obyek yang dijadikan
sebagai unsur penarik perhatian sehingga orang tahu obyek mana yang
diutamakan.

3. Pencahayaan Khusus

Metode pencahayaan khusus dimaksud untuk menerangi suatu obyek secara


khusus agar tugas pekerjaan mudah terselesaikan karena cahaya sangat jelas.
Sistem pencahayaan khusus banyak digunakan di studio gambar, laboratorium,
bengkel, tempat reparasi jam atau menonton televisi.
4. Pencahayaan Kombinasi
Pencahayaan kombinasi antara cahaya umum dengan khusus dimaksud untuk
mendapatkan pencahayaan minimal tapi efisien. Sistem pencahayaan kombinasi
banyak digunakan di ruang makan, ruang keluarga, ruang tidur, ruang membaca

2.5 Penentuan Sumber :


Pencahayaan di tempat kerja dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pencahayaan
alami dan pencahayaan buatan.
a. Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya alami
yang berasal dari sinar matahari dengan cahaya nya yang kuat tetapi bervariasi
menurut jam, musim, dan tempat. Cahaya matahari tidak dapat memberikan
intensitas cahaya yang tetap, sehingga kurang efektif dibandingkan penggunaan
sumber pencahayaan buatan.
Keuntungan primer dari sinar matahari adalah pengurangan terhadap energi listrik.
Untuk memenuhi intensitas cahaya yang diinginkan, kita dapat memadukan
pencahayaan alami dengan pencahayaan buatan. Faktor – faktor yang perlu
diperhatikan agar penggunaan pencahayaan alami dapat memberikan keuntungan,
yaitu :
1) Variasi intensitas matahari
2) Distribusi terangnya cahaya
3) Efek dari lokasi, pemantulan cahaya dan jarak bangunan
4) Letak geografis dan kegunaan Gedung.

Kelemahan pencahayaan alami antara lain :


1) Cahaya sulit dikendalikan, kondisinya selalu berubah karena dipengaruhi oleh
waktu dan cuaca.
2) Cahaya alami pada malam hari tidak tersedia
3) Sinar ultraviolet dari cahaya alami mudah merusak benda – benda didalam
ruangan.
4) Perlengkapan untuk melindungi dari panas dan silau membutuhkan biaya
tambahan yang cukup tinggi.

b. Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain
cahaya alami. Fungsi pokok pencahayaan buatan di lingkungan kerja baik yang
diterapkan secara tersendiri maupun yang dikombinasikan dengan pencahayaan
alami adalah sebagai berikut :
1) Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail
serta terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat.
2) Memungkinkan penghuni untuk berjalan dan bergerak secara mudah dan aman.
3) Tidak menimbulkan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja.
4) Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata,
tidak berkedip, tidak menyilaukan dan tidak menimbulkan bayang – bayang.
5) Meningkatkan lingkungan visual yang nyaman dan meningkatkan prestasi.
2.6 Aturan Perundangan Yang Berlaku :
Menurut Permenkes No. 48 tahun 2016 tentang standar keselamatan dan kesehatan kerja
perkantoran bahwa bangunan gedung tempat tinggal, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan
bangunan pelayanan umum lainnya harus mempunyai bukaan untuk vemtilasi alami. Sistem
pencahayaan sebagaimana dimaksud merupakan kebutuhan pencahayaan yang harus di sediakan
pada bangunan gedung melalui pencahayaan alami dan atau pencahayaan buatan, termasuk
pencahayaan darurat. Pencahayaan harus memenuhi aspek kebutuhan, aspek sosial, dan
lingkungan kerja perkantoran. Maka pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang
kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Aspek kebutuhan dan
harapan
pemakai ruangan kantor intensitas pencahayaan harus terpenuhi untuk menunjang kinerja, rasa
nyaman, kesehatan dan tidak mengakibatkan gangguan kesehatan seperti keluhan kelelahan
mata. Untuk kenyamanan mata di syaratkan pencahayaan minimal 300 lux, untuk aspek
keselamatan maka pencahayaan lampu emergency minimal 5% dari intensitas pencahayaan
normal. Sedangkan untuk aspek lingkungan kerja, pencahayaan pada pagi hari dan siang hari
dapat mempergunakan
cahaya matahari, efisien pemakaian lampu wajib dilakukan.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) No. 5 Tahun 2018 merupakan regulasi
utama yang mengatus tentang aspek lingkungan kerja dan hygiene industry. Regulasi ini telah
dipakai oleh berbagai macam industry di Indonesia. Selain itu, Permenaker No. 5 Tahun 2018
juga menggantikan Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 tentang syarat
kesehatan, kebersihan, serta penerangan dalam tempat kerja yang merupakan regulasi paling
awal dalam pengaturan tentang standar pencahayaan.
Peraturan Menteri kesehatan No. 30 Tahun 2016 tentang standar dan persyaratan
kesehatan lingkungan kerja industry mengatur intensitas pencahayaan terutama di area kerja
industry.

2.7 Nilai Ambang Batas dan Baku Mutu Lingkungan


A. Niai Ambang Batas
Pasal (16) Pengukuran dan pengendalian pencahayaan sebagaimana dimaksud dalam
pasal (8) ayat 1 huruf tidak harus dilakukan ditempat kerja.Ayat 3 jika hasil pengukuran
pencahayaan pencahayaan sebagaimana dimaksud ayat 1 tidak sesuai dengan standar
dilakukan pengendalian agar intensitas pencahayaan sesuai dengan jenis pencahayaan.
NAB faktor fisika sebagaimana dimaksud pada ayat 1 a sampai dengan huruf f
tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan
menteri ini.
Pasal (1) ayat 7 Nilai Ambang Batas adalah standar faktor bahaya Ditempat kerja
sebagai kadar atau intensitas rata-rata tertimbang waktu (time weighted avarege) yang
dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penakit atau gangguan
kesehatan,dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40
jam dalam seminggu.
B. Baku Mutu Lingkungan

2.8 Penentuan Titik Sampel


Menurut SNI 7062.2019 dalam penerapannya, ada beberapa metode pengukuran
yang harus diperhatikan :

1. Persiapan pengukuran, diantaranya : memastikan baterai alat lux meter memiliki daya
yang cukup untuk pengukuran dan alat luxmeter berfungsi dengan baik, memastikan
luxmeter sudah terkalibrasi oleh laboratorium kalibrasi yang terakreditasi serta
menyiapkan alat bantu ukur dimensi ruangan (meteran), formulir pengukuran dan denah
tempat kerja yang akan diukur.
2. Persyaratan pengukuran, yakni kondisi tempat kerja dalam keadaan sesuai dengan
pekerjaan yang biasa dilakukan.
3. Penerangan setempat dilakukan pada benda-benda, obyek kerja, peralatan atau mesin dan
proses produksi serta area kerja tertentu. Penentuan titik pengukurannya sensor
ditempatkan sejajar dengan permukaan objek dan pengukuran pada bidang vertikal. Jika
pengukuran pada meja kerja dibagi menjadi 4 titik penempatan luxmeter dan pada stasiun
kerja komputer berjarak 10 cm dari layar komputer.
4. Penerangan umum; Jika luas ruangan kurang dari 50 m2 : jumlah titik pengukuran
dihitung dengan mempertimbangkan bahwa 1 titik pengukuran mewakili area maksimal 3
m2. Titik pengukuran merupakan titik temu antara dua garis diagonal panjang dan lebar
ruangan. Jika luas ruangan antara 50-100 m2 : Jumlah titik pengukuran minimal 25 titik,
titik pengukuran merupakan titik temu antara dua garis diagonal panjang dan lebar
ruangan dan jika luas ruangan lebih dari 100 m2 : Jumlah titik pengukuran minimal 36
titik, titik pengukuran merupakan titik temu antara dua garis diagonal panjang dan lebar
ruangan.
5. Ketinggian pengukuran pencahayaan umum adalah sensor alat berjarak 0.8 m dari lantai.
6. Dan hal-hal lainnya adalah seperti petugas tidak menggunakan pakaian yang dapat
memantulkan cahaya yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran dan juga petugas
memposisikan diri sedemikian rupa agar tidak menghalangi cahaya yang jatuh ke sensor
luxmeter.

2.9 Alat yang digunakan dan cara penggunaannya

Lux adalah satuan matrix ukuran cahaya pada suatu permukaan.

1. Hidupkan luxmeter yang telah dikalibrasi dengan membuka penutup sensor.

2. Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan, baik pengukuran
untuk

3. intensitas penerangan setempat atau umum.

4. Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat
sehingga

5. didapat nilai angka yang stabil.

6. Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan untuk intensitas penerangan

7. setempat seperti pada Lampiran C, dan untuk intensitas penerangan umum seperti
pada Lampiran D.

8. Matikan luxmeter setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas penerangan.

2.10 Prinsip Pengukuran

Pengukuran intensitas penerangan ini memakai alat lux meter yang hasilnya dapat
langsung dibaca. Alat ini mengubah energi cahaya menjadi energi listrik kemudian energi
listrik dalam bentuk arus digunakan untuk menggerakkan jarum skala untuk alat
digital,energi listrik diubah menjadi angka yang dapat dibaca pada layar monitor.

2.11 Kualitas Pencahayaan ditempat kerja

Kualitas pencahayan dikategorikan ke dalam beberapa jenis, yaitu (Karlen, 2008):

1. Brightness Distribution

Menunjukkan jangkauan dari luminasi dalam daerah penglihatan. Suatu rasio kontras
yang tinggi diinginkan untuk penerimaan detil, tapi variasi yang berlebihan dari
luminansi dapat menyebabkan timbulnya masalah. Mata menerima cahaya utama yang
sangat terang, sehingga mata menjadi sulit untuk memeriksa dengan cermat objek-objek
yang lebih gelap dalam suatu daerah yang terang. Perbandingan terang cahaya dalam
daerah kerja utama, difokuskan sebaiknya tidak lebih dari 3 sampai 1. Untuk membantu
memelihara pada daerah pusat ini, cahaya terang rata-rata tersebut seharusnya sekitar 10
kali lebih besar dari latar belakang.

2. Glare atau Silau

Cahaya yang menyilaukan dapat terjadi apabila cahaya yang berlebihan mengenai mata.
Cahaya yang menyilaukan dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu:

a. Cahaya menyilaukan yang tidak menyenangkan (Discamfort Glare)

Cahaya ini mengganggu, tetapi tidak menyebabkan gangguan yang terlalu fatal terhadap
penglihatan, akan tetapi cahaya ini akan meyebabkan meningkatnya tingkat kelelahan
dan dapat menyebabkan rasa sakit pada bagian kepala.

b. Cahaya menyilaukan yang mengganggu (Disability Glare)


Cahaya ini secara berkala mengganggu penglihatan dengan adanya penghamburan
cahaya dalam lensa mata. Orang-orang lanjut usia kurang bisa untuk menerima cahaya
seperti ini.

3. Shadows (Bayang-bayang)

Bayang-bayang yang tajam (sharp shadows) adalah akibat dari sumber cahaya buatan
(artificial) yang kecil atau dari cahaya yang langsung berasal dari cahaya matahari.
Kedua sumber tersebut dapat menyebabkan rasio terang yang berlebihan dalam
jangkauan penglihatan, detil-detil penting yang tidak terlalu jelas.

4. Background (Latar Belakang)

Latar belakang sampai pada daerah kerja utama, seharusnya dibuat sesederhana mungkin.
Latar belakang yang kacau atau latar belakang yang mempunyai banyak perpindahan
sedapat mungkin dihindari, dengan menggunakan sekat-sekat.

Anda mungkin juga menyukai