Anda di halaman 1dari 20

Sistem Pencahayaan Alami

Sistem pencahayaan dalam ruang dapat dibagi menjadi dua bagian besar
berdasarkan sumber energi yang digunakan, yaitu sistem pencahayaan alami dan
sistem pencahayaan buatan. Kedua sistem ini memiliki karakteristik yang berbeda,
dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari.
Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga
dapat membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang
diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya
1/6 daripada luas lantai.

Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan


penggunaan pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap,
sumber alami menghasilkan panas terutama saat siang hari. Faktor-faktor yang
perlu diperhatikan agar penggunaan sinar alami mendapat keuntungan, yaitu:
Variasi intensitas cahaya matahari.
Distribusi dari terangnya cahaya.
Efek dari lokasi, pemantulan cahaya.
Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung.
Pencahayaan alami dalam sebuah bangunan akan mengurangi penggunaan cahaya
buatan, sehingga dapat menghemat konsumsi energi dan mengurangi tingkat polusi.
Tujuan digunakannya pencahayaan alami yaitu untuk menghasilkan cahaya
berkualitas yang efisien serta meminimalkan silau dan berlebihnya rasio tingkat
terang. Selain itu cahaya alami dalam sebuah bangunan juga dapat memberikan

suasana yang lebih menyenangkan dan membawa efek positif lainnya dalam
psikologi manusi.

Agar dapat menggunakan cahaya alami secara efektif, perlu dikenali ke beberapa
sumber cahaya utama yang dapat dimanfaatkan :
Sunlight, cahaya matahari langsung dan tingkat cahayanya tinggi.
Daylight, cahaya matahari yang sudah tersebar dilangit dan tingkat cahayanya
rendah.
Reflected light, cahaya matahari yang sudah dipantulkan.
Berikut ini adalah lima strategi dalam merancang untuk pencahayaan matahari
efektif (Egan & Olgyay, 1983):
Naungan (shade), naungi bukan pada bangunan untuk mencegah silau (glare) dan
panas yang berlebihan karena terkena cahaya langsung.
Pengalihan (redirect), alihkan dan arahkan cahaya matahari ketempat-tempat yang
diperlukan. Pembagian cahaya yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan adalah
inti dari pencahayaan yang baik.
Pengendalian (control), kendalikan jumlah cahaya yang masuk kedalam runag
sesuai dengan kebutuhan dan pada waktu yang diinginkan. Jangan terlalu banyak
memasukkan cahaya ke dalam ruang, terkecuali jika kondisi untuk visual tidaklah
penting atau ruangan tersebut memang membutuhkan kelebihan suhu dan cahaya
tersebut (contoh : rumah kaca).
Efisiensi, gunakan cahaya secara efisien, denag membentuk ruang dalam
sedemikian rupa sehingga terintegrasi dengan pencahayaan dan menggunakan
material yang dapat disalurkan dengan lebih baik dan dapat mengurangi jumlah
cahaya masuk yang diperlukan.
Intefrasi, integrasikan bentuk pencahayaan dengan arsitektur bangunan tersebut.
Karena jika bukan untuk masuk cahaya matahari tidak mengisi sebuah peranan

dalam arsitektur bangunan tersebut, nukan itu cenderung akan ditutupi dengan tirai
atau penutup lainnya dan akan kehilangan fungsinya.

Sistem Pencahayaan Alami


Untuk

merancang

pencahayaan

dengan

baik

tidak

cukup

hanya

memperhatikan strategi-strategi diatas saja, tapi perhatikan dari mulai skala yang
lebih besar yaitu dengan memperhatikan rancangan bangunan, baru kemudian
mengarah ke skala yang lebih kecil, seperti elemen dari bangunan tersebut.
Sebelum merancang bangunan seorang perancang harus mempelajari
keadaan alam di tapak tersebut, seperti sudut dan pergerakan matahari, kondisi
langit, arah angin, iklim, dan sifat-sifat dari tapak tersebut. Setelah memahami
keadaan tapak perancangan bangunan dapat dilakukan dengan mengsinkronisasi
antara alam dengan bangunan. Jika bangunan sudah dirancang dan dibentuk
sejalan dengan alam, maka unsur-unsur seperti pengudaraan dan pencahayaan
akan mengalir dan berjalan denag baik. Maka dari itu, sebaiknya dipelajari faktorfaktor dalam bangunan yang perlu disesuaikan dengan keadaan alam.

Pencahayaan alami ini memberi manfaat psikologi disamping kegunaan


praktis berupa pengurangan energi untuk pencahayaan buatan. Intensitas sinar
matahari berubah sesuai dengan waktu, musim dan lokasi. Intensitas sinar matahari
berubah sesuai dengan waktu, musim dan lokasi. Senar matahari dapat dibaurkan
oleh awan, kabut dan uap air dan dipantulkan dari tanah atau permukaan lain yang
berada disekitar bangunan.

1. Macam-macam sinar matahari


a. Macam-macam sinar

Ultra Violet (jingga ultra)

Radiasi ultraungu (sering disingkat UV, dari bahasa Inggris: ultraviolet) adalah
radiasi elektromagnetis terhadap panjang gelombang yang lebih pendek dari daerah
dengan sinar tampak, namun lebih panjang dari sinar-X yang kecil.
Radiasi UV dapat dibagi menjadi hampir UV (panjang gelombang: 380200 nm) dan
UV vakum (20010 nm). Dalam pembicaraan mengenai pengaruh radiasi UV
terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, jarak panjang gelombang sering
dibagi lagi kepada UVA (380315 nm), yang juga disebut "Gelombang Panjang" atau
"blacklight"; UVB (315280 nm), yang juga disebut "Gelombang Medium" (Medium
Wave); dan UVC (280-10 nm), juga disebut "Gelombang Pendek" (Short Wave). h
Istilah ultravioleht berarti "melebihi ungu" (dari bahasa Latin ultra, "melebihi"),
sedangkan kata ungu merupakan warna panjang gelombang paling pendek dari
cahaya dari sinar tampak. Beberapa hewan, termasuk burung, reptil, dan serangga
seperti lebah dapat melihat hingga mencapai "hampir UV". Banyak buah-buahan,
bunga dan benih terlihat lebih jelas di latar belakang dalam panjang gelombang UV
dibandingkan dengan penglihatan warna manusia. Davsion Petrus

Infra merah (infrared)


Inframerah adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang lebih

panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang radio.
Namanya berarti "bawah merah" (dari bahasa Latin infra, "bawah"), merah
merupakan warna dari cahaya tampak dengan gelombang terpanjang. Radiasi
inframerah memiliki jangkauan tiga "order" dan memiliki panjang gelombang antara
700 nm dan 1 mm. Inframerah ditemukan secara tidak sengaja oleh Sir William
Herschell, astronom kerajaan Inggris ketika ia sedang mengadakan penelitian
mencari bahan penyaring optis yang akan digunakan untuk mengurangi kecerahan
gambar matahari pada teleskop tata surya
Karakteristik

tidak dapat dilihat oleh manusia

tidak dapat menembus materi yang tidak tembus pandang

dapat ditimbulkan oleh komponen yang menghasilkan panas

Panjang gelombang pada inframerah memiliki hubungan yang berlawanan


atau berbanding terbalik dengan suhu. Ketika suhu mengalami kenaikan,
maka panjang gelombang mengalami penurunan.

Sinar kosmik (kosmos = semesta alam)


Dalam astrofisika, sinar kosmik adalah radiasi dari partikel bermuatan
berenergi tinggi yang berasal dari luar atmosfer Bumi. Sinar kosmik
dapat berupa elektron, proton dan bahkan inti atom seperti besi atau
yang lebih berat lagi. Kebanyakan partikel-partikel tersebut berasal dari
proses-proses energi tinggi di dalam

galaksi, misalnya seperti

supernova. Dalam perjalanannya, sinar kosmik berinteraksi dengan


medium antarbintang dan kemudian atmosfer Bumi sebelum mencapai
detektor. Hampir 90% sinar kosmik yang tiba di permukaan Bumi adalah
proton, sekitar 9% partikel alfa dan 1% elektron.

2. Terang alami
Terang yang berasal dari matahari.
a. Terang secara langsung

1. Cahaya langsung dari matahari pada bidang kerja.


2. Cahaya pantulan dari benda-benda sekitar.
3. Cahaya pantulan dari halaman, yang untuk kedua kalinya dipantulkan oleh
langit-langit dan/atau dinding ke arah bidang kerja.
4. Cahaya yang jatuh dilantai dan dipantulkan lagi oleh langit-langit.

b. Terang secara tidak langsung


yaitu sebagai pantulan cahaya matahari oleh awan-awan serta benda-benda yang
berada di sekitar kita.

3. Persyaratan Bukaan bangunan


Pemerintah memiliki aturan melalui UU no 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung bagian persyaratan sistem pencahayaan, antara lain :
1. Pencahayaan alami meliputi perencanaan pencahayaan alami dan penentuan
besarnya iluminasi.
2. Bengunan gedung hunian rumah tinggal, pelayanan kesehatan, pendidikan
dan

bangunan

pelayanan

umum

harus

mempunyai

bukaan

untuk

pencahayaan alami.
3. Pencahayaan

buatan,

meliputi

tingkat

iluminasi,

konsumsi

energi,

perencanaan sistem pencahayaan, penggunaan lampu, daya maksimum


yang diizinkan dan daya pencahayaan buatau di luar bangunan gedung.
4. Pencahayaan buatan untuk pencahayaan darurat harus dapat bekerja secara
otomatis dan mempunyai tingkat pencahayaan yang cukup untuk evakuasi
yang aman.

4. Syarat teknis dan perhitungan


Standar Nasional Indonesia tenteng tata cara perancangan penerangan alami siang
hari untuk rumah dan gedung (SNI 03-2396-1991) adalah sebagai berikut :
a. Ruang Lingkup
Tata cara ini digunakan untuk memperoleh sistem penerangan alami sesuai syarat
kesehatan, kenyamanan untuk rumah dan gedung, meliputi persyaratan-persyaratan
pokok sistem penerangan alami siang hari dalam ruangan.
b. Ringkasan

Penerangan alami siang hari yang baik adalah sekitar jam 08.00 sampai jam 16.00,
dimana banyak cahaya yang masuk dalam ruang dan tingkat penerangannya
ditentukan oleh hubungan geometris antara titik ukur dan lubang cahaya.
c. Penggolongan kualitas penerangan

Kualitas A : kerja halus sekali, pekerja cermat terus (seperti menggambar


detail, menjahit kain warna gelap, dsb.

Kualitas B : kerja halus, cermat tidak intensif (seperti : menulis, membaca,


merakit komponen kecil, dsb).

Kualitas C : kerja sedang, pekerjaan tanpa konsentrasi yang besar (seperti :


pekerjaan kayu, merakit suku cadang yang agak besar, dsb).

Kualitas D : Kerja kasar, pekerjaan hanya detail-detail yang besar (seperti :


pada gudang, lorong lalu lintas orang, dsb). Dengan persyaratan teknis :
d=jarak lubang cahaya ke dinding (M), fl min TUS = 40% dari fl min TUU dan
tidak boleh kurang 0,10d.TUU = titik ukur utama dan TUS = titik ukur
samping.

Penempatan faktor langit didasarkan atas keadaan langit terang merata dan
kekuatan terangnya dilapangan terbuka sebesar 10.000 lux.

Faktor yang mempengaruhi kualitas penerangan : perbandingan las lubang


cahaya dan luas lantai, bentuk dan letak lubang cahaya, refleksi cahaya
didalam ruangan.

Untuk meningkatkan kualitas penerangan alami siang hari didalam ruangan,


hendaknya ruangan menerima cahaya lebih dari satu arah. Kasa nyamuk
dapat mengurangi cahaya masuk 15%.

PENCAHAYAAN ALAMI DAN BUATAN


Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan
lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas

manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objekobjek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat. Menurut sumbernya,
pencahayaan dapat dibagi menjadi dua yaitu sistem pencahayaan alami dan
sistem pencahayaan buatan.
SISTEM PENCAHAYAAN ALAMI SIANG HARI PADA GEDUNG
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar
matahari. Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi
listrik juga dapat membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami
pada suatu ruang diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca
sekurang-kurangnya 1/6 dari pada luas lantai.
Dalam usaha memanfaatkan cahaya alami, pada selang waktu antara pukul
08.00 s/d 16.00, perlu direncanakan dengan baik sedemikian sehingga hanya
cahaya yang masuk ke dalam ruangan, sedangkan panas diusahakan tidak
masuk ke dalam ruangan. Panas yang masuk ke dalam ruangan selain akan
menyebabkan warna permukaan interior akan cepat pudar, juga akan
menyebabkan bertambahnya beban pendinginan dari sistem tata udara,
sehingga tujuan penghematan energi tidak tercapai.
Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan
penggunaan pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak
tetap, sumber alami menghasilkan panas terutama saat siang har
i. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar penggunaan sinar alami mendapat
keuntungan, yaitu:
o Variasi intensitas cahaya matahari
o Distribusi dari terangnya cahaya
o Efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan
o Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung
Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah mewakili pemerintah, asosiasi
profesi, konsultan, kontraktor, supplier, pengelola bangunan gedung dan
perguruan tinggi, menyusun standar "tata cara perancangan sistem
pencahayaan alami pada bangunan gedung" yang selanjutnya dibakukan oleh
Badan Standardisasi Nasional menjadi : SNI 03-0000-2001.
Pencahayaan alami siang hari dapat dikatakan baik apabila :
1. Pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 waktu seternpat
terdapat cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan.
2. Distribusi cahaya di dalam ruangan cukup mer
ata dan atau tidak menimbulkan kontras yang mengganggu
Faktor Pencahayaan Alami Siang Hari:
Faktor pencahayaan alami siang hari adalah perbandingan tingkat pencahayaan
pada suatu titik dari suatu bidang tertentu di dalam suatu ruangan terhadap
tingkat pencahayaan bidang datar di lapangan terbuka yang merupakan ukuran
kinerja lubang cahaya ruangan tersebut. Faktor pencahayaan alami siang hari
terdiri dari 3 komponen meliputi :
1. Komponen langit (faktor langit-fl) yakni

komponen pencahayaan langsung dari cahaya langit.


2. Komponen refleksi luar (faktor refleksi luar - frl) yakni komponen pencahayaan
yang berasal dari refleksi benda-benda yang berada di sekitar bangunan yang
bersangkutan.
3. Komponen refleksi dalam (faktor refleksi dalam frd) yakni komponen
pencahayaan yang berasal dad refleksi permukaan-permukaan dalam ruangan,
dad cahaya yang masuk ke dalam ruangan akibat refleksi benda-benda di luar
ruangan maupun dad cahaya langit (lihat gambar).

Faktor pencahayaan alami siang had ditentukan oleh persamaan-persamaan


berikut ini
keterangan :
L = lebar lubang cahaya efektif.
H = tinggi lubang cahaya efektif.
D = jarak titik ukur ke lubang cahaya
Keterangan :
(fl)p = faktor langit jika tidak ada penghalang.
Lrata-rata = perbandingan antara luminansi penghalang dengan luminansi
rata-rata langit.
Tkaca = faktor transmisi cahaya dad kaca penutup lubang cahaya, besarnya
tergantung pada jents kaca yang nilainya dapat diperoleh dad katalog yang
dikeluarkan oleh produsen kaca tersebut.
A = luas seluruh permukaan dalam ruangan
R = faktor refleksi rata-rata seluruh permukaan
W = luas lubang cahaya.
Rcw = faktor refleksi rata-rata dari langit-langit dan dinding bagian atas
dimulaidari bidang yang melalui tengah-tengah lubang cahaya, tidak termasuk
dinding dimana lubang cahaya terletak.
C = konstanta yang besarnya tergantung dad sudut penghalang.

Rfw = faktor refleksi rata-rata lantai dan dinding bagian bawah dimulai dad
bidang yang melalui tengah-tengah lubang cahaya, tidak termasuk dinding
dimana lubang cahaya terletak.

Langit Perancangan
a) Dalam ketentuan ini sebagai terang langit diambil kekuatan terangnya langit
yang dinyatakan dalam lux.
b) Karena keadaan langit menunjukkan variabilitas yang besar, maka syaratsyarat yang harus dipenuhi oleh keadaan langit untuk dipilih dan ditetapkan
sebagai Langit Perancangan adalah :
1. Bahwa langit yang demikian sering dijumpai.
2. Memberikan tingkat pencahayaan pada bidang datar di lapangan terbuka,
dengan nilai dekat minimum, sedemikian rendahnya hingga frekuensi kegagalan
untuk mencapai nilai tingkat pencahayaan ini cukup rendah.
3. Nilai tingkat pencahayaan tersebut tidak boleh terlampau rendah sehingga
persyaratan tekno konstruktif menjadi terlampau tinggi.
c) Sebagai Langit Perancangan ditetapkan :
1. Langit biru tanpa awan atau
2. Langit yang seluruhnya tertutup awan abu-abu putih.
d) Langit Perancangan ini memberikan tingkat pencahayaan pada titik-titik di
bidang datar di lapangan terbuka sebesar 10.000 lux. Untuk perhitungan diambil
ketentuan bahwa tingkat pencahayaan ini asalnya dari langit yang keadaannya
dimana-mana merata terangnya (uniform luminance distribution).
Faktor Langit
Faktor langit (fl) suatu titik pada suatu bidang di dalam suatu ruangan adalah
angka perbandingan tingkat pencahayaan langsung dad langit di titik tersebut
dengan tingkat pencahayaan oleh Terang Langit pada bidang datar di lapangan
terbuka.
Pengukuran kedua tingkat pencahayaan tersebut dilakukan dalam keadaan
sebagai-berikut:
1. Dilakukan pada saat yang sama.
2. Keadaan langit adalah keadaan Langit Perancangan dengan distribusi terang
yang merata di mana-mana.
3. Semua jendela atau lubang cahaya diperhitungkan seolah-olah tidak ditutup
dengan kaca.
Lubang Cahaya Efektif
Bila suatu ruangan mendapatkan pencahayaan dad langit metalui lubang-lubang
cahaya di beberapa dinding, maka masing-masing dinding ini mempunyai bidang
lubang cahaya efektifnya sendiri-sendiri lihat gambar 4 ).

Umumnya lubang cahaya efektif dapat berbentuk dan berukuran lain daripada

lubang cahaya itu sendiri. Hal ini, antara lain dapat disebabkan oleh:
1. Penghalangan cahaya oleh bangunan lain clan atau oleh pohon.
2. Bagian-bagian dari bangunan itu sendiri yang karena menonjol menyempitkan
pandangan ke luar, seperti balkon, konstruksi "sunbreakers" dan sebagainya.
3. Pembatasan-pembatasan oleh letak bidang kerja terhadap bidang lubang
cahaya .
4. Bagian dari jendela yang dibuat dari bahan yang tidak tembus cahaya.

SISTEM PENERANGAN BUATAN PADA GEDUNG


Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya
selain cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi
ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami
tidak mencukupi. Fungsi pokok pencahayaan buatan baik yang diterapkan secara
tersendiri maupun yang dikombinasikan dengan pencahayaan alami adalah
sebagai berikut:
1. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail
serta terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat
2. Memungkinkan penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan aman
3. Tidak menimbukan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat
kerja
4. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara
merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan, dan tidak menimbulkan bayangbayang.
5. Meningkatkan lingkungan visual yang nyaman dan meningkatkan prestasi.
PENERANGAN BUATAN DIPERLUKAN BILA :
Tidak tersedia cahaya alami siang hari
Tidak tersedia cukup cahaya alami dari matahari
Cahaya alami matahari tidak dapat menjangkau tempat tertentu di dalam
ruangan yang jauh dari jendela.
Diperlukan cahaya merata pada ruang lebar
Diperlukan intensitas cahaya konstan.
Diperlukan pencahayaan dengan warna dan arah penyinaran mudah diatur.
Cahaya buatan diperlukan untuk fungsi khusus.
Diperlukan cahaya dengan efek khusus.
Disamping hal-hal tesebut di atas, dalam perencanaan penggunaan
pencahayaan untuk suatu lingkungan kerja maka perlu pula diperhatikan hal-hal
berikut ini:
1) Seberapa jauh pencahayaan buatan akan digunakan, baik untuk menunjang
dan melengkapi pencahayaan alami.

2) Tingkat pencahayaan yang diinginkan, baik untuk pencahayaan tempat kerja


yang memerlukan tugas visual tertentu atau hanya untuk pencahayaan umum
3) Distribusi dan variasi iluminasi yang diperlukan dalam keseluruhan interior,
apakah menyebar atau tefokus pada satu arah
4) Arah cahaya, apakah ada maksud untuk menonjolkan bentuk dan kepribadian
ruangan yang diterangi atau tidak
5) Warna yang akan dipergunakan dalam ruangan serta efek warna dari cahaya
6) Derajat kesilauan obyek ataupun lingkungan yang ingin diterangi, apakah
tinggi atau rendah.
Sistem pencahayaan buatan yang sering dipergunakan secara umum dapat
dibedakan atas 3 macam yakni:
1. Sistem Pencahayaan Merata
Pada sistem ini iluminasi cahaya tersebar secara merata di seluruh ruangan.
Sistem pencahayaan ini cocok untuk ruangan yang tidak dipergunakan untuk
melakukan tugas visual khusus. Pada sistem ini sejumlah armatur ditempatkan
secara teratur di seluruh langi-langit.
2. Sistem Pencahayaan Terarah
Pada sistem ini seluruh ruangan memperoleh pencahayaan dari salah satu arah
tertentu. Sistem ini cocok untuk pameran atau penonjolan suatu objek karena
akan tampak lebih jelas. Lebih dari itu, pencahayaan terarah yang menyoroti
satu objek tersebut berperan sebagai sumber cahaya sekunder untuk ruangan
sekitar, yakni melalui mekanisme pemantulan cahaya. Sistem ini dapat juga
digabungkan dengan sistem pencahayaan merata karena bermanfaat
mengurangi efek menjemukan yang mungkin ditimbulkan oleh pencahayaan
merata.
3. Sistem Pencahayaan Setempat
Pada sistem ini cahaya dikonsentrasikan pada suatu objek tertentu misalnya
tempat kerja yang memerlukan tugas visual. Sistem pencahayaan ini sangat
bermanfaat untuk:
Memperlancar tugas yang memerlukan visualisasi teliti
Mengamati bentuk dan susunan benda yang memerlukan cahaya dari arah
tertentu.
Melengkapi pencahayaan umum yang terhalang mencapai ruangan khusus yang
ingin diterangi
Membantu pekerja yang sudah tua atau telah berkurang daya penglihatannya.
Menunjang tugas visual yang pada mulanya tidak direncanakan untuk ruangan
tersebut.
Tipe Penerangan Buatan
Menurut Siswanto (1993:18) penerangan yang digunakan dapat dibedakan
menjadi 3 macam sistem/tipe penerangan yaitu :
1. Pencahayaan Umum (General Lighting)
Sistem pencahayaan ini harus menghasilkan iluminasi yang merata pada bidang
kerja dan bidang ini biasanya terletak pada ketinggian 30-60 inchi diatas lantai.
Untuk memenuhi persyaratan itu maka armatur harus dipasang simetris, dan
jarak lampu satu dengan lainnya perlu diperhatikan, dianjurkan antara 1,5-2 kali

jarak antara lampu dan bidang kerja.


2. Pencahayaan Terarah (Localized General Lighting)
Pada tipe ini diperlukan bila intensitas penerangan yang merata tidak diperlukan
untuk semua tempat kerja tetapi hanya bagian tertentu saja yang membutuhkan
tingkat iluminasi, maka lampu tambahan dapat dipasang pada daerah tersebut.
3. Pencahayaan Lokal (Local Lighting)
Sistem pencahayaan lokal ini diperlukan khususnya untuk pekerjaan yang
membutuhkan ketelitian. Kerugian dari sistem pencahayaan ini dapat
menyebabkan kesilauan, maka pencahayaan lokal perlu dikoordinasikan dengan
penerangan umum.
Menurut Sumamur PK (1998:10) ada beberapa faktor yang harus diperhatikan
dalam pencahayaan buatan antara lain:
1. Pembagian lumensi dalam lapangan penglihatan
Lapangan penglihatan yang baik adalah dengan kekuatan terbesar ditengah
pada daerah kerja yang dilakukan. Perbandingan terbaik antara lumensi pusat,
daerah sekitar pusat dan lingkungan sekitarnya adalah 10:3:1. Kondisi
penerangan dinyatakan baik atau tidak bila memenuhi syarat jika perbedaan
lumensi melebihi perbandingan 40:1 baik di lapangan penglihatan pekerjaan
maupun terhadap lingkungan luar.
2. Kesilauan
Terjadi bila perbedaan penyebaran luminensi melebihi perbandingan 40 :1,
namun pada umumnya terjadi karena keterbatasan kemampuan
penglihatan.Kepekaan retina seluruhnya menyesuaikan dengan luminensi ratarata sehingga pda lapangan penglihatan dengan luminensi berbeda, retina
terlalu peka untuk luminensi yang tinggi, tetapi sangat kurang peka untuk
daerah yang samar-samar.
3. Arah Cahaya
Sumber cahaya yang cukup jumlahnya sangat berguna dalam mengatur
pencahayaan yang baik. Cahaya dari berbagai arah dapat meniadakan gangguan
oleh bayangan.
4. Warna Cahaya
Warna cahaya dan komposisi spektrumnya sangat penting dalam
membandingkan dan mengkombinasikan warna-warna dalam lingkungan kerja
atau tempat kerja sebagai akibat pencahayaan yang menentukan rupa dari
lingkungan. Dengan adanya kombinasi tata warna dan dekorasi yang serasi
maka akan menimbulkan suasana kerja yang nyaman sehingga kegairahan kerja
akan meningkat.

5. Panas akibat sumber cahaya.


Baik sumber pencahayaan alam maupun pencahayaan buatan dapat
menimbulkan suhu udara di tempat kerja. Pertambahan suhu yang berlebihan
dapat mengakibatkan ketidaknyamanan bekerja dan akan merupakan beban

tambahan.
Jenis Lampu Sumber Penerangan Buatan
Menurut Siswanto (1989:22) ada 3 jenis lampu sebagai sumber penerangan
buatan yaitu:
1. Lampu Pijar (Incandescent Lamp)
Cahaya sebagian besar terdiri dari infra merah yang dapat mencapai 75- 80%
sedangkan ultra violet pada lampu pijar umumnya diabaikan. Pemanfaatan
lampu pijar sebagai sumber penerangan buatan mempunyai kerugian yaitu
memancarkan radiasi dan suhu permukaan dapat mencapai 60 C atau lebih
sehingga ruangan terasa tidak nyaman dan lampu pijar memberikan kesan psikis
hangat karena warna cahayanya kuning kemerahan.
2. Lampu Pelepasan Listrik Bertekanan Rendah (Electric Dicharge Lamp atau
Flourescen Lamp)
Lampu jenis ini lebih dikenal dengan nama lampu fluorescent atau lampu TL
(Tube Lamp), cahayanya berasal dari proses transformasi energi listrik menjadi
ultra violet pada saat aliran listrik melalui gas-gas misalnya Argon, Neon, uap
Mercuri, tergantung dari zat-zat fluorescent maka lampu TL dapat dibuat
sehingga cahayanya menyerupai cahaya lampu pijar, cahaya matahari.
3 Lampu Pelepasan Listrik Bertekanan Tinggi (Mercury Vapor Lamp)
Secara prinsip lampu ini sama dengan lampu TL, tetapi dengan tekanan tinggi
radiasi cahayanya tergantung dari jenis gas dan tekanan yang diisikan. Pada
lampu Mercuri memancarkan cahaya dalam empat panjang gelombang yang
berwarna ungu, biru, kuning, dan hijau.
Warna cahaya yang dipancarkan oleh lampu mercuri adalah tergantung oleh
tekanan uapnya. Lampu mercuri dapat dikombinasikan dengan lampu pijar atau
lampu tabung mercuri diberi lapisan zat fosfor untuk mengubah radiasi ultra
violet menjadi cahaya yang berwarna merah. Lampu ini dapat menurun sampai
30%. Bila mengalami kenaikan diatas 5% maka lampu akan rusak karena panas.
Menurut Achmad sujudi (1999:26) agar pencahayaan memenuhi persyaratan
kesehatan perlu dilakukan tindakan sebagai berikut :
1) Pencahayaan alami maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan
kesilauan dan memiliki intensitas sesuai dengan peruntukannya.
2) Kontras sesuai kebutuhannya, hindarkan terjadinya kesilauan atau bayangan.
3) Untuk ruang kerja yang mempergunakan peralatan berputar untuk tidak
menggunakan lampu neon.
4) Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan
sering dibersihkan. Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera
diganti.
5 Sistem Penerangan
o Sistem penerangan langsung
o Penerangan semi langsung
o Penerangan diffus
o Penerangan semi tidak langsung

o Penerangan tidak langsung


Dari sistem penerangan tersebut ternyata ada yang diserap, direfleksikan dan
ditransmisikan
Absorbsi
Sebahagian dari cahaya yang mengenai suatu permukaan akan diserap oleh
permukaan itu.

Refleksi
Jumlah cahaya yang dipantulkan tidak ditentukan oleh mengkilatnya suatu
permukaan, tetapi oleh sifat-sifat dan permukaan bahannya.
Transmisi
Bahan tembus cahaya seperti kaca dan seluloida akan memantulkan atau
menyerap hanya sebagian saja dari cahaya yang mengenai.

Secara keseluruhan, untuk suatu permukaan bahan berlaku ketentuan: a + r + t


=1
Secara umum ada tiga jenis lampu yang beredar di pasaran :
1. Lampu pijar (incandescent), cahaya dihasilkan oleh filamen dari bahan
tungsten (titik lebur > 2200 C) yang berpijar karena panas.
2. Lampu fluorescent, cahaya dihasilkan oleh pendaran bubuk fosfor yang
melapisi bagian dalam tabung lampu.
3. Lampu HID (High-Intensity Discharge lamps), cahaya dihasilkan oleh lecutan
listrik melalui uap zat logam.
Satuan-satuan teknik penerangan
Steradian
Kandela
Fluk cahaya : Satuannya lumen (lm)
Rumus : Q = F x t
dimana : Q = jumlah cahaya
F = fluk cahaya
t = waktu
Intensitas cahaya
Satuannya kandela (Cd)
Rumus : = 4 steradian, maka F = 4 I lumen
Intensitas penerangan
Satuannya lux
Rumus :
Luminansi atau brightness
Satuannya cd/m2

Rumus :
1 cd/cm2 = 1 stilb = 10000 cd/m2
Hukum penerangan
Hukum Kuadrat
Rumus :
Catatan : rumus ini hanya berlaku untuk penerangan suatu titik tertentu dari
bidang yang diterangi

Penyelesaian :
F = 1200 lumen
r = LB =
cos =
Intensitas penerangan titik B = = 0,764 lux

Contoh perhitungan penerangan suatu bangunan


Suatu ruangan laboratorium dengan ukuran 12 x 10 m dan tinggi lampu dari
meja 2,6 m, yang akan diberi penerangan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Tentukan jenis lampu dan armatur yang digunakan. Ruangan ini direncanakan
armatur tipe TMX 200 dengan lampu 2 x TLD 36 W/54. Menurut standar Philip
lampu TL 36 W warna putih fluk cahayanya 2 x 2500 lumen per armatur.
2. Tentukan faktor-faktor refleksi
rp = 0,7 rw = 0,5 rm = 0,3
3. Tentukan indeks bentuk ruangan
Lampu dipasang pada langit-langit dan bidang kerjanya berada pada kira-kira
0,90 m di atas langit maka h = 2,6 m.

4. Tentukan efisiensi penerangan (tabel XIII) dengan nilai k = 2,1


Pada tabel, untuk k = 2 0,69
untuk k = 2,5 0,75
maka untuk k = 2,1
dilakukan interpolasi =
5. Intensitas penerangan (berdasarkan tabel), untuk labor = 350 lux
6. Hitung fluk cahaya yang diperlukan
F armatur = 2 x 2500 = 5000 lumen
7. Tentukan faktor depresiasi, pada contoh ini kalau lampu-lampu diperbarui
setiap 2 tahun, maka d = 0,8 (tabel).
Jadi, jumlah armatur :

Jumlah ini dapat dibagi atas 3 deret pemasangannya, masing-masing 5 armatur.


Penempatan meja laboratorium harus diperhatikan dan sebaiknya meja dipasang
3 deret dan jumlahnya 15 buah.
Gambar layout penempatan lampu :
10

Menghitung Kebutuhan Cahaya (Penerangan Buatan) Dengan Metoda Lumen


Hitung kebutuhan cahaya, bila dirancang dua armatur (2 bh lampu) pada ruang
tamu ukuran 3 x 4 M. Direncanakan memakai lampu jenis SL
Jawab : Berdasarkan tabel intensitas cahaya (kuat penerangan) untuk R Tamu
dibutuhkan
E (kuat penerangan) = 50 lux
Indeks ruangan k = = = 0,6
Menurut Tabel k, Eff = 0,38
Karena pengotoran ringan maka untuk faktor depresiasi masa 2 th pemakaian =
0,8
Jadi Flux Cahaya yang dibutuhkan :
= = = 1973,6 Lumen
Karena dirancang dua armatur dg 2 bh lampu, maka Flux cahaya tiap lampu
= = 986,8 lumen
Lihat tabel Flux cahaya; bagi lampu SL yang ada hanya 1050 Lumen untuk SL 25
W
Jadi dipakai SL 25 W sebanyak 2 buah lampu per Armatur
Perhitungan lanjutan
Berdasarkan perhitungan kebutuhan cahaya pada sebuah Rumah Kediaman
diperoleh ;
Untuk jaringan kelompok I, melayani : Jaringan kelompok II, melayani :
1. R Tamu, TL 20 W = 20 W 1. Gang, Pijar = 4 x 15 W = 60 W
2. R Makan, TL 20 W = 20 W 2. Dapur, TL 10 W = 10 W
3. K Tidur, Pijar 15 & 5 W = 20 W 3. WC, Pijar 15 W = 15 W
4. KM/WC, Pijar 15 & 30 W = 45 W 4. K Pelayan, Pijar 5 W = 5 W
5. Teras, Pijar 30 W = 30 W 5. Garasi, Pijar 15 W = 15 W
6. K.K = 2 x 150 W = 300 W 6. K.K = 2x150 W = 300 W
Jumlah = 435 W Jumlah = 405 W
Rekapitulasi daya :
Kelompok Pijar TL KK/150W Jumlah
5 W 15 W 30 W 20 W 10 W
I 1 2 2 2 - 2 435 W
II 1 6 - - 1 2 405 W
IN1 = = 2,47 A; Isekering = 1,25 IN = 1,25 x 2,47 = 3,09 A 4A
IN2 = = 2,3 A; Isekering = 1,25 IN = 1,25 x 2,3 A = 2,87 A 4A
Untuk MCB IN Total = = 4,77 A
IMCB = 1,25 x IN = 1,25 x 4,77 A = 5,96 A 6A

6A
4A
4A

https://id.wikipedia.org/wiki/Inframerah
https://id.wikipedia.org/wiki/Sinar_kosmik
http://kumpulaninfosipil.blogspot.co.id/2012/02/pencahayaan-alami-danbuatan.html
http://materiarsitektur.blogspot.co.id/2015/02/pencahayaan-alami-peneranganalami.html

Anda mungkin juga menyukai