Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan
rahmat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan tugas dari mata kuliah ‘Sains dan Utilitas
Bangunan yang berjudul “….” ini dengan baik tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing yang
telah memberikan tugas dan bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses
penyusunan karya ilmiah ini. Rasa terima kasih juga disampaikan kepada rekan-rekan
mahasiswa satu kelompok saya atas kontirbusi untuk mengerjakan karya ilmiah ini dengan
baik.
PENDAHULUAN
Wilayah Indonesia terletak pada daerah di mana angina dan matahari merupakan
sumber daya yang melimpah dan tiada kunjung habis. Oleh karena itu, seandainya tidak ada
persyaratan khusus, seandainya tidak ada tuntutan khusus, seandainya tidak ada kekhususan-
kekhususan lainya, sebaiknya dan sepantasnya rancangan bangunan yang akan dibuat
didasarkan atas pemanfaatan matahari dan angin yang seoptimal mungkin.
Matahari memberikan banyak hal kepada kita. Dia memberi sinar terang, dia memberi
kehangatan, dia memberikan kesehatan, dia memberi energy. Kenapa, kita harus menyia-
nyiakan manfaat sebesar itu? Kenapa kita harus menutup rapat pintu dan jendela? Kenapa
kita harus menghidupkan lampu terus menerus? Kenapa kita tidak menarik terangnya sinar
mentari ke dalam ruangan kita sebanyak-banyaknya, padahal kita tidak usah bersusah payah
untuk itu?
Yang jelas bahwa rancangan-rancangan yang kita ciptakan tersebut harus dapat
memecahkan masalah-masalah pencahayaan dan pengudaraan secara tepat dan logis; artinya,
kita harus tahu kapan waktunya memakai bantuan elemen-elemen mekanis, dan kapan pula
harus kita terapkan pemecahan-pemecahan alami bagi masalah pencahayaan dan
pengudaraan yang dimaksud.
1.4 Manfaat
1. Agar bijak dalam pengunaan cahaya alami pada rancangan bangunan.
2. Agar perancang dapat memperhatikan pengunaan pencahayaan alami dalam
merancang bangunan.
3. Agar dapat menghemat energy listrik dengan memanfaat pencahayaan alami pada
siang hari.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pencahayaan Alami
Sistem pencahayaan dalam ruang dapat dibagi menjadi dua bagian besar berdasarkan
sumber energi yang digunakan, yaitu sistem pencahayaan alami dan sistem pencahayaan
buatan. Kedua sistem ini memiliki karakteristik yang berbeda, dengan kelebihan dan
kekurangannya masing-masing.
Pencahayaan alami adalah pemanfaatan cahaya yang berasal dari benda penerang
alam seperti matahari, bulan, dan bintang sebagai penerang ruang. Karena berasal dari alam,
cahaya alami bersifat tidak menentu, tergantung pada iklim, musim, dan cuaca. Diantara
seluruh sumber cahaya alami, matahari memiliki kuat sinar yang paling besar sehingga
keberadaanya sangat bermanfaat dalam penerangan dalam ruang. Cahaya matahari yang
digunakan untuk penerangan interior disebut dengan daylight.
Daylight memiliki fungsi yang sangat penting dalam karya arsitektur dan interior.
Distribusi cahaya alami yang baik dalam ruang berkaitan langsung dengan konfigurasi
arsitektural bangunan, orientasi bangunan, kedalaman, dan volume ruang. Oleh sebab itu
daylight harus disebarkan merata dalam ruangan.
Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga
dapat membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang
diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6
daripada luas lantai.
Menurut Lechner, N (2001), cahaya alami yang masuk melalui jendela dapat berasal
dari beberapa sumber sinar matahari langsung, langit cerah , awan atau pantulan permukaan
bawah dan bangunan sekitarnya. Cahaya dari masingmasing sumber tersebut bervariasi tidak
hanya dari jumlah dan panas yang dibawanya, tetapi juga pada kualitas lainnya, seperti warna
,penyebaran dan penghematan.
Kita akan menyebut fajar saat cahaya matahari masih malu-malu menerangi
Bumi kita. Demikian juga sebutan siang hari untuk keadaan saat Matahari
bersinar terang di langit. Di malam hari saat gelap gulita, Matahari tentunya
sudah tidak tempak di langit. Keteraturan muncul dan menghilangnya
Matahari ini menjadi acuan manusia untuk menentukan hitungan waktu dalam
satu hari. Matahari bergeser dari waktu ke waktu. Tanam sebatang tongkat di
tanah, perhatikan arah bayangan pada pagi hari di bulan Juni dan Desember.
Pada bulan Juni, tampak arah bayangan condong ke Selatan, artinya Matahari
sedang berada di Utara. Sedangkan pada bulan Desember, arah bayangan
miring ke arah Selatan, yang berarti Matahari sedang berada di titik Selatan.
(Lukman,A dan Puspita,E, 2010)
2.2.3.2 Orientasi
2.2.3.4 Shading
Shading atau pembayangan adalah upaya mematahkan sinar matahari,
karna sinar matahari membawa panas yang tidak baik untuk thermal
bangunan. Shading Device yaitu alat pengontrol terhadap panas karena sinar
matahari dan penghalau sinar matahari yang masuk ke bangunan serta
memberikan pembayangan yang dapat mengurangi panas. (Heinz , F, 1998).
Mencari letak geografis pada tapak (latitude dan longitude). Letak geografis
tapak merupakan krusial, dikarenakan letak geografis ini yang akan menentukan letak
matahari dan orientasinya. Dan kedua yaitu mencari posisi matahari pada tapak.
Untuk mendapatkan pencahayaan pada suatu ruang, dapat dilihat dari fungsi ruang
dan lama penggunaan ruang itu sendiri. System penggunaan pencahayaan dapat dibedakan
menjadi 5 yaitu:
a. Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang perlu
diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi ada
kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang mengganggu, baik
karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya. Untuk efek yang optimal,
disarankan langi-langit, dinding serta benda yang ada didalam ruangan perlu diberi warna
cerah agar tampak menyegarkan
b. Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu diterangi,
sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan sistem ini kelemahan
sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui bahwa langit-langit dan dinding
yang diplester putih memiliki effiesiean pemantulan 90%, sedangkan apabila dicat putih
effisien pemantulan antara 5-90%
c. Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting)
Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu disinari,
sedangka sisanya dipantulka ke langit-langit dan dindng. Dalam pencahayaan sistem ini
termasuk sistem direct-indirect yakni memancarkan setengah cahaya ke bawah dan sisanya
keatas. Pada sistem ini masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui.
d. Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting)
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas,
sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal disarankan langit-
langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada sistem ini masalah bayangan
praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.
e. Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas
kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit dapat
menjadi sumber cahaya, perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik. Keuntungan
sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan sedangkan kerugiannya
mengurangi effisien cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja.
A. Pencahayaan Alami
Pencahayaan di siang hari pada ruangan biasanya efektif pada jam 8 pagi hingga 4
sore waktu setempat. Kelebihan dari pencahayaan alami sendiri adalah ramah lingkungan,
dan tidak memerlukan perawatan khusus, namun sayangnya kita tidak bisa mengatur cahaya
itu sendiri sehingga pencahayaan alami tidak konsisten.
1) Kualitas A : keda halus sekali, pekedaan secara cermat terus menerus, seperti
menggambar detil, menggravir, menjahit kain warna gelap, dan sebagainya.
2) Kualitas B : keda halus, pekerjaan cermat tidak secara intensif terus menerus, seperti
menulis, membaca, membuat alat atau merakit komponen-komponen kecil, dan sebagainya.
3) Kualitas C : keda sedang, pekedaan tanpa konsentrasi yang besar dari si pelaku,
seperti pekedaan kayu, merakit suku cadang yang agak besar, dan sebagainya.
4) Kualitas D : kerja kasar, pekedaan dimana hanya detil-detil yang besar harus dikenal,
seperti pada guclang, lorong falu lintas orang, dan sebagainya.
a. Nilai faktor langit (fl) dah suatu titilk ukur dalarn ruangan harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
1) sekurang-kurangnya memenuhi nilai-nilai faktor langit minimum (flmin) yang
tertera pada Tabel 1, 2 dan 3, dan dipilih menurut klasifikasi kualitas pencahayaan yang
dikehendaki dan dirancang untulk bangunan tersebut.
2) nilai f1min dalam prosen untuk ruangan-ruangan dalam BANGUNAN
UMUM untuk TUUnya, adalah seperti tertera pada tabel 1; dimana d adalah jarak
antara bidang lubang cahaya efektif ke dinding di seberangnya, dinyatakan dalam
meter. Faktor langit minimum untuk TUS nilainya diambil 40% dari flmin untuk TUU
dan tidak boleh kurang dari 0,10 d.
3) nilai dari flmin dalam prosen untuk ruangan-ruangan dalarn bangunan sekolah
adalah seperti pada tabel 2; Untuk ruangan-ruangan kelas biasa, kelas khusus dan
laboratorium dimana dipergunakan papan tulis sebagai alat penjelasan, maka flmin
pada tempat 1 /3 d di papan tulis pada tinggi 1,20 m , clitetapkan sama dengan flmin =
50% TUU.
4) nilai dari flmin dalarn prosentase untuk ruangan-ruangan dalarn bangunan
tempat tinggal seperti pada tabel 3;
5) untuk ruangan-ruangan lain yang tidak khusus disebut dalarn tabel ini dapat
diperlakukan ketentuan-ketentuan dalam tabel 1.
Klasifikasi flmin
pencahayaan TUU
A 0,45.d
B 0,35.d
C 0,25.d
D 0,15.d
Tabel 2: Nilai Faktor I unit untuk bangunan sekolah
b. Ruangan dengan pencahayaan langsung dari lubang cahaya di satu dinding nilai fl
ditentukan sebagai berikut :
1) dari setiap ruangan yang menerima pencahayaan langsung dari langit melalui
lubang-lubang atau jendela-jendela di satu dinding saja, harus diteliti fl dari satu TUU
dan dua TUS.
2) Jarak antara dua titik ukur tidak boleh lebih besar dari 3 m. Misalnya untuk suatu
ruangan yang panjangnya lebih dari 7 m, harus diperiksa (fl) lebih dari tiga titik ukur
(jumlah TUU ditambah)
Ruangan dengan pencahayaan langsung dari lubang cahaya di dua dinding yang berhadapan.
Nilai faktor langit (fl) untuk ruangan semacam ini harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. bila suatu ruangan menerima pencahayaan langsung dari langit melalui lubanglubang
atau jendela-jendela di dua dinding yang berhadapan (sejajar), maka setiap bidang
lubang cahaya efektif mempunyai kelompok titik ukurnya sendiri.
2. untuk kelompok titik ukur yang pertama, yaitu dari bidang lubang cahaya efektif yang
paling penting, berlaku ketentuan-ketentuan dari tabel 1, 2 dan 3.
3. untuk kelompok titik ukur yang kedua ditetapkan syarat minimum sebesar 30% dari
yang tercanturn pada ketentuan-ketentuan dari tabel 1, 2 dan 3.
4. dalam hal ini (fl) untuk setiap titik ukur adalah jumlah faktor langit yang diperolehnya
dari lubang-lubang cahaya di kedua dinding.
5. ketentuan untuk kelompok titik ukur yang kedua ini seperti yang termaksud dalam
ayat 3, tidak berlaku apabila jarak antara kedua bidang lubang cahaya efektif kurang
dari 6 meter.
6. bila jarak tersebut dalam butir adalah lebih dari 4 meter dan kurang dari 9 meter
dianggap telah dipenuhi apabila luas total lubang cahaya efektif kedua inj sekurang-
kurangnya 40% dari luas lubang cahaya efektif pertama.
Dalam hal yang belakangan ini, luas lubang cahaya efektif kedua adalah bagian dad bidang
lubang cahaya yang letaknya di antara tinggi 1 meter dan tinggi 3 meter.Ruangan dengan
pencahayaan langsung dari lubang cahaya di dua dinding yang saling memotong Untuk
kondisi ruangan seperti ini faktor langit ditentukan dengan memperhitungkan hal-hal sebagai
berikut:
1. bila suatu ruangan menerima pencahayaan langsung dari langit melalui lubanglubang
atau jendela-jendela di dua dinding yang saling memotong kurang lebih tegak lurus,
maka untLik dincling kedua, yang ticlak begitu penting, hanya diperhitungkan satu
Titik Ukur Utama tambahan saja.
2. syarat untuk titik ukur yang dimaksud dalarn butir 1) pasal ini adalah 50% dari yang
berfaku untuk titik ukur utama bidang lubang cahaya efektif yang pertama.
3. jarak titik ukur utama tambahan ini sampai pada bidang lubang cahaya efektif kedua
diambil Y, d, dimana d adalah ukuran dalam menurut bidang lubang cahaya efektif
pertama (lihat gambar 3)
Penerimaan cahaya pada koridor atau gang dalam bangunan rumah tinggal. Setiap koridor
atau gang dalam bangunan rumah tinggal harus dapat menerima cahaya melalui luas kaca
sekurang-kurangnya.0,10 m2 dengan ketentuan, bahwa untuk :
3. luas kaca ruangan lainnya, seperti gudang, kamar mandi, clan sebagainya,
diperhitungkan 0 %
Penerimaan cahaya siang hari pada koridor atau gang/lorong dalam bangunan. Setiap gang
atau lorong dalam bangunan umum harus sekurang-kurangnya dapat menerima cahaya siang
hari melalui luas kaca minimal 0,30 M2 . Untuk setiap 5 meter panjang gang atau lorong,
dengan ketentuan, bahwa untuk:
2. luas kaca dinding dalam yang merupakan batas dengan ruangan dengan kualitas
pencahayaan A dan B, diperhitungkan 20 %;
Penerimaan cahaya siang had pacla ruang tangga umum. Ruang tangga, umum harus dapat
menerima cahaya siang had melalui luas kaca sekurang-kurangnya 0,75 m2 .(Lihat gambar 5)
Untuk setiap setengah tinggi lantai dengan ketentuan :
B. Pencahayaan Buatan
Tidak semua ruangan biasanya memerlukan pencahayaan alami di siang hari. Pencahayaan
buatan di siang hari pada dalam ruangan biasanya dibutuhkan jika ruangan tersebut sangat
terisolasi. Kelebihan dari pencahayaan buatan itu sendiri adalah bersifat merata, tidak
menyilaukan, tidak kedip-kedip dan sehat untuk mata. Selain itu juga intensitas cahaya yang
lebih stabil serta pilihan warna yang bervariasi. Namun kekurangan dari pencahayaan buatan
ini adalah tergantung pada energy buatan yang membutuhkan biaya dan juga perawatan untuk
sumber cahaya dan instalasinya.
2. Kebutuhan Daya
Daya listrik yang dibutuhkan untuk mendapatkan tingkat pencahayaan rata-rata
tertentu pada bidang kerja. Dengan membagi daya total dengan luas bidang kerja, didapatkan
kepadatan daya (Watt/m2 ) yang dibutuhkan untuk sistem pencahayaan tersebut. Kepadatan
daya ini kemudian dapat dibandingkan dengan kepadatan daya maksimum yang
direkomendasikan dalam usaha konservasi energi, misalnya untuk ruangan kantor 15
Watt/m2
3. Distribusi Luminasi
Distribusi luminansi didalam medan penglihatan harus diperhatikan sebagai
pelengkap keberadaan nilai tingkat pencahayaan di dalam ruangan. Hal penting yang harus
diperhatikan pada distribusi luminansi adalah sebagai berikut :
a). Rentang luminasi permukaan langit-langit dan dinding.
b). Distribusi luminansi bidang kerja.
c). Nilai maksimum luminansi armatur (untuk menghindari kesilauan).
d). Skala luminansi untuk pencahayaan interior dapat dilihat pada gambar dibawah
Luminansi permukaan dinding tergantung pada luminansi obyek dan tingkat pencahayaan
merata di dalam ruangan. Untuk tingkat pencahayaan ruangan antara 500 ~ 2000 lux, maka
luminansi dinding yang optimum adalah 100 kandela/m2 . Ada 2 (dua) cara pendekatan untuk
mencapai nilai optimum ini, yaitu :
a). Nilai reflektansi permukaan dinding ditentukan, tingkat pencahayaan vertikal dihitung,
atau ;
b). Tingkat pencahayaan vertikal diambil sebagai titik awal dan reflektansi yang diperlukan
dihitung.
Nilai tipikal reflektansi dinding yang dibutuhkan untuk mencapai luminansi dinding yang
optimum adalah antara 0,5 dan 0,8 untuk tingkat pencahayaan rata-rata 500 lux, dan antara
0,4 dan 0,6 untuk 1000 lux.
Luminansi langit-langit adalah fungsi dari luminansi armatur, seperti yang ditunjukkan
pada grafik gambar 4.3.3. Dari grafik ini terlihat jika luminansi armatur kurang dari 120
kandela/m2 maka langit-langit harus lebih terang dari pada terang armatur. Nilai untuk
luminansi langit-langit tidak dapat dicapai dengan hanya menggunakan armatur yang
dipasang masuk ke dalam langit-langit sedemikian hingga langit-langit akan diterangi hampir
melulu dari cahaya yang direfleksikan dari lantai.
Distribusi Luminansi Bidang Kerja untuk memperbaiki kinerja penglihatan pada bidang kerja
maka luminansi sekeliling bidang kerja harus lebih rendah dari luminansi bidang kerjanya,
tetapi tidak kurang dari sepertiganya. Kinerja penglihatan dapat diperbaiki jika ada tambahan
kontras warna.
4. Kualitas Warna Cahaya.
Kualitas warna suatu lampu mempunyai dua karakteristik yang berbeda sifatnya, yaitu :
a). Tampak warna yang dinyatakan dalam temperatur warna.
b). Renderasi warna yang dapat mempengaruhi penampilan obyek yang diberikan cahaya
suatu lampu.
Sumber cahaya yang mempunyai tampak warna yang sama dapat mempunyai renderasi
warna yang berbeda.
5. Silau.
Silau terjadi jika kecerahan dari suatu bagian dari interior jauh melebihi kecerahan
dari interior tersebut pada umumnya. Sumber silau yang paling umum adalah kecerahan yang
berlebihan dari armatur dan jendela, baik yang terlihat langsung atau melalui pantulan. Ada
dua macam silau, yaitu disability glare yang dapat mengurangi kemampuan melihat, dan
discomfort glare yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan penglihatan. Kedua macam silau
ini dapat terjadi secara bersamaan atau sendiri-sendiri.
Ruang tamu, Cahaya hangat karena tingkat Barat laut atau barat daya,
ruang keluarga, aktivitas yang tinggi atau utara dan selatan
ruang makan
Dapur, ruang Butuh cahaya yang adem agar Utara dan Selatan
kerja panas yang masuk tidak
menaikkan suhu ruang
a. Kaca bening
Kaca bening dapat memaksimalkan masuknya cahaya dan pandangan yang lebih luas.
Namun, kaca ini mengakibatkan panas radiasi sinar dapat masuk sebagian dalam ruang.
c. Kaca patri
Kaca patri lebih berfungsi sebagai penambah nilai estetika karena mengaburkan
warna cahaya yang masuk.
d. Kaca gelap
Kaca gelap mampu mereduksi panas matahari yang masuk dalam ruangan, sehingga
ruangan terasa lebih teduh namun sekeliling ruang tetap terang.
e. Kaca tempered
Kaca tempered atau tempered glass mampu memberikan keamanan lebih pada ruang
didalamnya karena cukup tebal. Selain itu kaca ini cocok untuk dijadikan lapisan bukaan
yang vertikal seperti skylight karena kuat menahan hujan.
8. Ukuran jendela
Jendela merupakan alat yang sangat penting untuk menerangi ruangan dalam dengan
memanfaatkan cahaya siang hari yang cukup. Setiap tempat kerja membutuhkan sebuah
jendela penghubung keluar. Bidang jendela yang tembus cahaya harus meliputi 1/20 bidang
dasar ruang. Luas keseluruhan semua jendela harus minimal 1/10 luas keseluruhan semua
dinding = 1/10 (M + N + O + P). Ruangan kerja pada ketinggian di atas 3,5 m, bidang jendela
yang tembus cahaya harus meliputi minimal 30% dari bidang dinding luar: .
Untuk ruangan yang berukuran sesuai dengan kamar duduk berlaku sebagai berikut: tinggi
birai kaca 1,3 m. Tinggi birai 0,9 m. Tinggi keseluruhan jendela harus meliputi 50% dari
Gambar X Perbedaan ketinggian atap diisi dengan Gambar X Pembatasan intensitas cahaya yang masuk
material kaca untuk memasukkan cahaya kedalam melalui pengaturan ketinggian jendela dan panjang
ruangan teritisan
Sumber : Sumber :
http://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/2015/ http://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/2015/11/20
11/20/pengaturan-penghawaan-dan-pencahayaan- /pengaturan-penghawaan-dan-pencahayaan-pada-
pada-bangunan/ bangunan/
Matahari sebagai sumber pencahayaan alami yang paling utama memiliki intensitas
iluminasi secara langsung sekitar 50.000 lux, dan dapat lebih tinggi dalam keadaan ekstrim.
Intensitas ini berubah sesuai dengan waktu, musim, dan lokasi.
Penyinaran alami dapat berhasil apabila menerangi area yang luas untuk mensimulasikan
suasana luar (alami). Beberapa hal yang memerlukan pencahayaan alami yaitu seperti
tanaman, pencahayaan saat musim dingin, pembangunan suasana alam dalam ruangan, dan
lain-lain. Hal tersebut tidak dapat digapai dengan pencahayaan buatan melainkan dengan
pencahayaan alami (natural light)
Agar dapat menggunakan cahaya alami secara efektif, perlu dikenali ke beberapa sumber
cahaya utama yang dapat dimanfaatkan :
1. Sunlight, cahaya matahari langsung dan tingkat cahayanya tinggi. Saat matahari
berada di sudut azimut > 45 derajat.
2. Daylight, cahaya matahari yang sudah tersebar dilangit dan tingkat cahayanya rendah.
Terutama disaat golden hour cahaya matahari yang berwarna kemerahan dengan sudut
azimuth < 45 derajat.
3. Reflected light, cahaya matahari yang sudah terpantulkan terlebih dahulu sebelum
masuk ke dalam ruangan. Sehingga reflected light dapat diklasifikasikan pada
penyinaran tidak langsung (indirect lighting)
Keterangan :
SILAU (GLARE)
Cahaya yang menyilaukan dapat terjadi apabila cahaya yang berlebihan mengenai
mata. Cahaya yang menyilaukan dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu :
1. Cahaya menyilaukan yang tidak menyenangkan (Discamfort Glare)
Cahaya ini mengganggu, tetapi tidak menyebabkan gangguan yang terlalu fatal
terhadap penglihatan, akan tetapi cahaya ini akan meyebabkan meningkatnya tingkat
kelelahan dan dapat menyebabkan rasa sakit pada bagian kepala.
Agar pencahayaan alami tidak datang dan masuk ke dalam secara berlebihan hingga
membuat tidak nyaman dan mengganggu aktifitas, maka perlu mengetahui perkiraan besar
intensitas cahaya yang masuk sebelum mendesain bangunan.
Dua pengaruh yang dapat bekerja bersamaan dalam 2 dimensi yang mempengaruhi
banyaknya cahaya matahari, yakni perubahan tinggi dan perubahan azimuth.
Semakin tinggi matahari berada di atas kepala, semakin besar juga kemiringan sudut
azimuth. Dengan berkurangnya sudut azimuth juga mempengaruhi besaran intensitas cahaya
yang datang.
Berikut ini adalah lima strategi dalam merancang untuk pencahayaan matahari efektif (Egan
& Olgyay, 1983):
1. Naungan (shade), naungi bukan pada bangunan untuk mencegah silau (glare) dan
panas yang berlebihan karena terkena cahaya langsung. Naungan yang digunakan
dapat seperti pohon atau semak-semak yang ditanam.
3. Pengendalian (control), kendalikan jumlah cahaya yang masuk kedalam runag sesuai
dengan kebutuhan dan pada waktu yang diinginkan. Jangan terlalu banyak
memasukkan cahaya ke dalam ruang, terkecuali jika kondisi untuk visual tidaklah
penting atau ruangan tersebut memang membutuhkan kelebihan suhu dan cahaya
tersebut (contoh : rumah kaca).
Semakin landai kemiringan jendela atau cela, akan semakin besar intensitas cahaya
yang masuk dan sebaliknya. Semakin lancip kemiringan bidang intensitas cahaya akan lebih
sedikit. Dan bila bidang tegak lurus akan menerima 50% dari sinar matahari yang datang.
2. Letak bidang tanah yang dapat mempengaruhi besarnya panas yang berkurang
serta temperature yang berbeda.
3. Pengaturan masuknya cahaya matahari secara langsung atau tidak langsung.
Bertujuan mengontrol cahaya matahari yang masuk dengan cara
menguranginya, seperti memberikan penghalang sehingga cahaya masuk
melalui cela-cela dengan ukuran lebih kecil ataupun diolah terlebih dahulu
agar cahaya yang masuk tidak terlalu panas.
4. Efisiensi, gunakan cahaya secara efisien, dengan membentuk ruang dalam sedemikian
rupa sehingga terintegrasi dengan pencahayaan dan menggunakan material yang dapat
disalurkan dengan lebih baik dan dapat mengurangi jumlah cahaya masuk yang
diperlukan.
5. Integrasi, integrasikan bentuk pencahayaan dengan arsitektur bangunan tersebut.
Karena jika bukan untuk masuk cahaya matahari tidak mengisi sebuah peranan dalam
arsitektur bangunan tersebut, cenderung akan ditutupi dengan tirai atau penutup
lainnya dan akan kehilangan fungsinya.
Ada tiga bentuk dasar bukaan untuk memasukkan cahaya kedalam ruang yaitu
sidelighting, toplighting dan atrium:
Sidelighting
Bukaan dibagian samping ruangan, yang paling umum ditemui adalah jendela.
Perencanaan jendela perlu dilakukan dengan hati-hati, karena perencanaan yang tidak tepat
dapat menimbulkan silau dan suhu ruangan yang cenderung panas, terutama di negara-negara
tropis seperti Indonesia.
Ada beberapa strategi yang perlu diingat saat merancang jendela pada suatu ruang, yaitu:
1. Penempatan jendela sebaiknya berada tinggi dari lantai dan tersebar merata (tidak
hanya pada satu dinding saja) agar dapat mendistribusi cahaya dengan merata.
2. Hindari pencahayaan unilateral (jendela hanya pada satu dinding) dan gunakan
pencahayaan bilateral (jendela pada dua sisi dinding) agara memungkinkan
persebaran cahaya yang lebih baik keseluruh ruang dan dapat mencegah silau.
3. Penempatan bukaan di sepanjang tepi dinding atau di sudut dari sebuah ruangan akan
dapat menambah tingkat cahaya ruang, karena cahaya yang masuk akan mengenai
permukaan dinding di sebelahnya dan cahaya itu akan dipantulkan oleh dinding
tersebut.
4. Jendela yang terlalu luas sering kali tidak tepat digunakan pada negara beriklim
tropis, karena panas dan radiasi silau terlalu banyak masuk ke dalam ruang, terutama
pada ruang pertemuan yang memiliki ketentuan tertentu atas banyaknya cahaya
dalam ruang.
5. Perlindungan terhadap cahaya matahari dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
pembayangan cahaya matahari dan penyaringan cahaya matahari. Dan sebaiknya
diperhatikan mengenai efek yang dihasilkan pada ruang, karena pembayangan dan
penyaringan dapat menghasilkan efek yang berbeda-beda dalam ruang, bergantung
pada jenis perlindungan yang digunakan.
Toplighting
Bukaan pada bagian atas dapat berupa skylight, sawtooth, monitor, atau clerestory.
a. Skylight
Dalam perencanaan skylight ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Penempatan skylight sebaiknya pada ketinggian yang cukup sehingga cahaya akan
tersebar sebelum menyentuh lantai, dan menghindari terjadinya silau.
2. Luas skylight pada sebuah ruang sebaiknya tidak melebihi 5% dari luas lantai.
Pada ruang pertemuan 405 luas skylight dapat disesuaikan dengan kebutuhan
ruang.
3. Permukaan skylight yang terbentuk melengkung atau miring lebih dapat menahan
silau dan menyebarkan cahaya dengan lebih baik, dibandingkan dengan
permukaan yang lurus atau kotak. Juga dapat menggunakan baffle atau miringkan
kaca penutup untuk menghindari cahaya langsung.
b. Sawtooth, Monitor, dan Clerestory
Sawtooth, Monitor, daan Clerestory merupakan bagian ruang yang diangkat keatas atap
utama untuk memasukkan cahaya ke dalam ruang. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
merancang sawtooth, monitor, dan clerestory. (Lerner, 2007)
2. Luas clerestory, sebaiknya tidak terlalu besar, disesuaikan dengan luas lantai. Dan
sebaiknya juga disesuaikan dengan offending zone.
3. Lapisan atap yang reflektif (putih atau berwarna terang), sehingga cahaya yang jatuh
pada permukaan atap dapat dipantulkan dan masuk melalui sawtooth, monitor dan
clerestory dengan tingkat terang yang rendah namun memiliki kualitas penyinaran
yang baik.
Atrium
Atrium pada bangunan menciptakan ruang terbuka pada bagian dalam sehingga
memberikan jalan atau akses bagi masuknya cahaya alami. Dengan adanya atrium ruang-
ruang yang lain akan menjadi semakin ramping, dan memiliki akses terhadap cahaya
matahari melalui dua sisi, sisi bagian luar dan sisi bagian dalam.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengaturan Pencahayaan Alami :
a) Menyesuaikan lebar jendela yang akan digunakan dengan lebar ruangan, agar
cahaya yang diserap tidak terlalu banyak ataupun sedikit.
b) Menghindari peletakan jendela di sisi barat dan timur. Hal ini dikarenakan Indonesia
terletak pada kawasan tropis, dimana sinar matahari dapat menjadi terlalu terang dan
terlalu panas.
c) Bila memang terpaksa membuat jendela yang menghadap ke sisi tersebut (arah
matahari), sebaiknya diberikan pembatas atau filter seperti kisi-kisi, pepohonan,
ataupun overhang.
e) Mereduksi cahaya yang berlebih agar tidak terlalu silau (glare) dengan cara :
o Posisikan kembali area kerja dan sumber cahaya untuk meminimasi refleksi
cahaya.
2.8 Kekuatan Penerangan
Ketika melihat atau mengamati suatu benda dan lingkungan sekitar, kita selalu
menggunakan indera penglihatan yaitu mata. Benda-benda tersebut dapat dilihat atau diamati
disebabkan karena mata menerima rangsangan-rangsangan yang berasal dari cahaya atau
sinar yang datang dari benda tersebut, baik yang dipancarkan secara langsung maupun
dipantulkan dari sumber penerangan (cahaya) yang mengenai benda tersebut. (Wahyu,2003)
Kekuatan penerangan merupakan arus cahaya yang jatuh pada sebuah satuan permukaan
[Satuan = lux (lumen/m2)]. Kuat penerangan rata-rata dan kuat penerangan yang merata
adalah dua buah faktor kuantitas pencahayaan yang harus dipenuhi dalam sistem
pencahayaan general, agar penglihatan dapat berfungsi dengan baik. Kekuatan penerangan
(Illumination) suatu sumber cahaya ditentukan berdasarkan iluminasinya. Menurut Cayless
dan Marsden (1983), iluminasi disebut juga intensitas penerangan atau kekuatan penerangan.
Intesitas penerangan adalah flux cahaya yang jatuh pada suatu permukaan, atau kekuatan
cahaya yang dipancarkan dari suatu sumber cahaya. Besarnya diukur dengan satuan candela.
Sementara flux cahaya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya adalah seluruh jumlah
cahaya yang dipancarkan dalam satu detik. Iluminasi cahaya akan semakin menurun jika
jarak dari sumber cahaya semakin jauh dan apabila cahaya tersebut melewati medium air
(Ben Yami, 1987).
Berapa besar kekuatan penerangan yang diperlukakan untuk mendapatkan keadaan visual
yang nyaman, sangat tergantung pada aktivitas yang dilakukan dalam suatu ruang atau
bangunan tersebut. Dengan demikian kekuatan penerangan yang dibutuhkan untuk ruang
kelas dimana terjadi proses ajar-mengajar berbeda dengan terang yang dibutuhkan untuk
sebuah ruang kantor atau industry. Telah disampaikan sebelumnya bahwa bahwa besar terang
cahaya yang diperlukan sangat tergantung kepada kegiatan yang terjadi di dalam
ruang/bangunan tersebut. Secara umum bangunan dapat dibagi atas 4 (empat) kelompok
berdasarkan kegiatan yang terjadi di dalamnya, sedangkan klasifikasi derajat bangunan dibagi
atas 3 kelompok sebagai berikut:
- cahaya pantulan dari permukaan di dalam ruangan (IRC = internally reflected component).
Rumus perhitungan factor cahaya siang hari (DF = daylight factor) adalah
Besaran factor cahaya siang hari akan ditentukan dalam perser (%). Hal ini
diperhitungkan dari perbandingan cahaya dalam ruangan dengan cahaya di lapangan terbuka
yang senantiasa berubah dari 0 sampai dengan 100’000 lux. Karena langit senantiasa
berubah, maka perlu disederhanakan dan ditetapkan adanya besar terang langit sebagai langit
perencanaan di berbagai negara. Menurut ketentuan internasional, langit perencanaan
ditetapkan antara 3’000-5’000 lux dan untuk Indonesia 10’000 lux. Sebagai contoh, ruang
yang sering dipakai untuk kegiatan menulis dan membaca seperti gedung sekolah dan kantor
dengan kekuatan penerangan > 250 lux, berarti factor cahaya siang hari ruang kantor
250/10’000 lux = 2.5%.
Langkah yang harus dilakukan pertama kali adalah menentukan titik ukut (U) pada potongan
bangunan. Titik ukut adalah berjarak 1/3 d atau 2m dari jendela, jika d lebih kecil atau sama
dengan 6 m (d= dalam ruang). Tinggi titik ukur terhadap lantai adalah 0.75 m atau
disesuaikan dengan tinggi bidang kerja dari suatu tempat yang akan diukur. Setelah itu
letakkan pusat dari busur surya tegak lurus tepat di titik ukur (U). Dari titik ukur tersebut
ditarik garis melalui batas-batas penghalang diluar bangunan (C dan D) misalnya: bayangan
dari bangunan itu sendiri dan atap dari bangunan tetangga. Pada perpotongan kedua garis
tersebut dengan nilai di lingkaran terluar busur surya tadi. Dari gambar diatas diketahu
nilainya adalah (UC) 12.25% dan (UD) 2.5%. Dengan demikian, komponen langit mula-mula
adalah 12,25% - 2,5% sama dengan 9.75%. kemudian mencari rata-rata dari nilai
perpotongan kedua garis tersebut dengan lingkaran dalam dari busur surya. Dari gambar
tersebut didapat nilai (UC) 500 dan (UD) 250, maka nilai rata ratanya 37.50.
Tingkatan Refleksi
Cahaya yang melewati 2 medium berbeda – artinya berbeda kerapatan atau indeks
bias – akan mengalami pemantulan, pembiasan, atau penyerapan. Indeks bias disini diartikan
sebagai perbandingan antara kecepatan cahaya di ruang hampa udara dengan kecepatan
cahaya yang melewati suatu media. Pembelokan atau pembiasan cahaya ini sangat tergantung
pada indeks bias medium dan sudut datang cahaya. Cayless dan Marsden (1983) menjelaskan
hukum pembiasan dan pemantulan cahaya dengan gambar berikut.
Garis horisontal membatasi dua media yang memiliki indeks bias berbeda.
Gelombang cahaya yang merambat mengalami pemantulan (terefleksi) kembali pada media
pertama dan pembiasan pada media kedua.
Dalam IES Lighting Handbook (1984) dinyatakan bahwa setiap objek memantulkan sebagian
dari cahaya yang mengenainya. Tergantung pada susunan geometris, ukuran yang tepat dapat
berupa reflektansi cahaya total, reflektansi cahaya regular (specular), reflektansi cahaya difus,
faktor reflektansi cahaya atau faktor luminasi. Skala reflektansi cahaya adalah antara 0 dan
100 %, hitam ke putih. Stein & Reynolds (1992) merekomendasikan
IES Lighting Handbook (1984) menyatakan bahwa dinding dan langit-langit yang
terang, baik yang netral maupun berwarna, sangat lebih efisien daripada dinding gelap dalam
menghemat energi dan mendistribusikan cahaya secara merata. Studi bertahap sudah
dilakukan oleh Brainerd dan Massey pada tahun 1942 dilaporkan dengan istilah footcandle
(kuat penerangan) dan coefficient of utilization (mewakili angka reflektansi). Analisis
matematis oleh Moon terhadap pengaruh warna dinding terhadap kuat penerangan dan rasio
kepadatan cahaya/luminasi dalam ruang kubus menunjukkan bahwa peningkatan reflektansi
dinding dengan suatu faktor 9 dapat menghasilkan peningkatan kuat penerangan dengan
suatu faktor sekitar 3. Oleh Birren (1982) dinyatakan bahwa warna terang memantulkan lebih
banyak cahaya daripada warna gelap. Sorcar (1987) menyatakan bahwa nilai coefficient of
utilization atau CU paling dominan bergantung pada reflektansi permukaan; dengan
demikian, reflektansi permukaan yang lebih tinggi berarti nilai CU yang lebih tinggi. Jadi,
bila angka reflektansi permukaan ditingkatkan, nilai CU juga lebih tinggi, sehingga kuat
penerangan juga meningkat. Ini merupakan hubungan antara angka reflektansi dengan
kekuatan penerangan.
Hubungan lainnya yaitu antara warna dan angka reflektansi. Stein & Reynolds (1992)
menyatakan bahwa dalam sistem warna Munsell, brilliance (value) dari suatu pigmen atau
pewarnaan berhubungan dengan reflektansinya terhadap cahaya. Brilliance/value yang lebih
tinggi, faktor reflektansinya juga lebih tinggi. Saat putih ditambahkan ke suatu pigmen,
hasilnya ialah tint (warna yang lebih muda); penambahan hitam menghasilkan suatu shade
(warna yang lebih gelap). Maka yang dimaksud dengan warna yang lebih muda ialah dengan
penambahan warna putih terhadap warna bata (terracotta).
Pada material / sampel yang hendak diukur diambil beberapa titik ukur (pada tiap
material dinding kelas diambil rata-rata sepuluh titik ukur; pada sampel diambil 55 titik
ukur). Pada setiap titik dilakukan dua kali pengukuran, pertama ialah untuk mengukur kuat
penerangan sinar datang yang relatif langsung berasal dari sumber cahaya. Kedua ialah untuk
mengukur kuat penerangan sinar yang dipantulkan kembali oleh material. Pengukuran sinar
datang dilakukan dengan sensor yang diletakkan pada titik ukur dan dihadapkan ke sumber
cahaya, pengukuran sinar pantul dengan sensor dihadapkan dengan jarak dua inch ke titik
ukur material (Stein & Reynolds 1992). Selanjutnya untuk menentukan persentase pantulan
di tiap titik ialah dengan membagi kuat penerangan sinar pantul dengan kuat penerangan
sinar langsung dikalikan 100%. Angka reflektansi material / sampel ialah angka reflektansi
rata-rata semua titik ukur. Angka reflektansi mutlak sample didapatkan dengan melakukan
pengukuran di ruang nonreflektif, yaitu ruang dengan dinding, lantai dan plafon berwarna
hitam seluruhnya, sehingga hampir tidak ada pantulan dari sekitarnya.
Penyilauan cahaya
Pencahayaan alami siang hari yang didapatkan dari cahaya matahri dapat dikatakan
baik apabila : pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 waktu setempat,
terdapat cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Distribusi cahaya di dalam
ruangan cukup merata dan atau tidak menimbulkan kontras yang mengganggu.
Penyilauan adalah kondisi penglihatan dimana terdapat ketidaknyamanan atau
pengurangan dalam kemampuan melihat suatu obyek, karena luminansi obyek yang
terlalu besar, distribusi luminansi yang tidak merata atau terjadinya kontras yang
berlebihan.
Penyilauan akan ditimbulkan melalui refleksi bagian atas secara langsung maupun tidak
langsung dan melalui perbedaan kepadaan cahaya yang tidak berguna.
Cara-cara untuk menghindari penyilauan:
Keteduhan sampai nilai yang diingikan untuk dapat membedakan barang-barang/benda atau
yang mirip dalam ruangan.
Cara-cara untuk kenyamanan penglihatan:
DEFINISI PENCAHAYAAN
Pencahayaan adalah sebagai penerangan rumah atau bangunan kita agar kita dapat
merasakan kenyamanan dalam beraktivitas baik di dalam maupun diluar. Pencahayaan atau
lighting selain berfungsi sebagai penerangan juga dapat dijadikan sebagai aksesoris untuk
memberi nilai estetika sebuah ruang maupun fasad. Berdasarkan sumbernya, pencahayaan
terbagi menjadi dua, yaitu: Pencahayaan alamiah atau daylighting dan pencahayaan buatan
atau biasa disebut dengan artificial lighting.
Pencahayaan alamiah adalah pencahayaan yang bersumber dari sinar matahari yang
muncul dari pagi menjelang siang hingga sore hari. Kelebihan dari pencahayaan ini adalah
hemat biaya, karena tidak bergantung kepada energi listrik, serta tidak membutuhkan
perawatan instalasi seperti pencahayaan buatan. Namun kerugiannya ada pada intensitas
cahaya yang tidak dalam kendali manusia. Akibatnya, hasil pencahayaan kerapkali tidak
konsisten. Padau mumnya pencahayaan alamiah diperoleh melalui pintu, jendela, atau dengan
caramemasang jendela kaca di atap (skylight).
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari.
Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat
membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan
jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas lantai.
Berikut ini adalah lima strategi dalam merancang untuk pencahayaan matahari efektif (Egan
Olgyay, 1983) :
1. Naungan (shade)
Naungi bukan pada bangunan untuk mencegah silau glare dan panas yang berlebihan
karena terkena cahaya langsung.
2. Pengalihan (redirect)
3. Pengendalian (control)
Kendalikan jumlah cahaya yang masuk kedalam runag sesuai dengan kebutuhan dan
pada waktu yang diinginkan. Jangan terlalu banyak memasukkan cahaya ke dalam ruang,
terkecuali jika kondisi untuk visual tidaklah penting atau ruangan tersebut memang
membutuhkan kelebihan suhu dan cahaya tersebut (contoh : rumah kaca)
4. Efisiensi
Gunakan cahaya secara efisien, denag membentuk ruang dalam sedemikian rupa
sehingga terintegrasi dengan pencahayaan dan menggunakan material yang dapat disalurkan
dengan lebih baik dan dapat mengurangi jumlah cahaya masuk yang diperlukan.
5. Intefrasi
Posisi letak geografis Indonesia yang berada di wilayah beriklim tropis menyebabkan
Indonesia kaya akan penyinaran matahari. Potensi energi sinar matahari ini jika dimanfaatkan
dengan baik maka akan memberikan banyak keuntungan di berbagai bidang karena dengan
bantuan teknologi, energi matahari tersebut dapat dirubah menjadi energi lain seperti salah
satunya menjadi energi listrik. Pada bangunan, pemanfaatan energi tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan panel surya yang akan menangkap cahaya matahari untuk selanjutnya
diproses menjadi energi listrik yang digunakan untuk kepentingan bangunan tersebut. Ini
dapat membuat biaya operasional bangunan menjadi lebih hemat. Selain itu, banyaknya sinar
matahari dapat dimanfaatkan secara langsung sebagai sumber cahaya alami di siang hari.
Cahaya matahari juga penting untuk pertumbuhan vegetasi di bumi.
Tampilan secara sadar dihasilkan oleh acuan yang timbul. Keadaan ini dapat dilihat
pada sosial budaya, seperti dalam cara berpakaian dan perancangan bangunan-bangunan
tradisional masing-masing daerah. Dalam hal ini bangunan merupakan unsur utama yang
menjadi perubahan iklim lingkungan di luar menjadi iklim lingkungan di dalam. Ini berarti
bahwa bangunan ikut membentuk sistem keseimbangan ekosistem.
Sejak dahulu hingga sekarang manusia terus belajar mengatur interaksi bangunannya
dengan kondisi iklim sekelilingnya yang sesuai untuk kehidupannya. Oleh kerena itu
bangunan yang berdasarkan penghematan energi memerlukan pengetahuan yang baik
mengenai iklim setempat.
Iklim lingkungan diubah (modified) oleh bangunan menjadi lingkungan dalam yang
mempengaruhi langsung kenyamanan manusia sebagai pemakai bangunan. Iklim didalam
ruangan yang baik dapat membuat manusia beraktifitas dengan baik sesuai dengan
kehendaknya. Oleh karena itu ada 2 persyaratan utama dari iklim dalam ruangan, yaitu:
1. Tidak menyebabkan tekanan (stress) yang mungkin dapat merusak sistem ekologi manusia.
2. Memberikan rasa aman pada manusia dan lingkungan yang berhubungan dengan
aktifitasnya.
Diagram matahari memberikan informasi mengenai azimuth dan tinggi matahari pada
segala waktu di sepanjang tahun. Kemiringan poros bumi tetap, belahan bumi utara akan
menghadap matahari pada bulan Juni dan belahan bumi selatan akan menghadap matahari
bulan Desember. Kondisi-kondisi yang ekstrem akan terjadi pada tanggal 21 Juni ketika
kutub utara berada paling dekat dengan arah matahari dan pada tanggan 21 Desember dimana
kutub utara berada pada posisi terjauh dari mataharai. Pada tangga 21 September dan 21
Maret matahari tepat berada di atas garis khatulistiwa (Lechner, 2007).
Waktu yang paling efektif dalam melakukan pengamtan pematahan sinar matahari adalah 3
(tiga) jam sebelum pukul 12.00, pukul 12.00 dan 3(tiga) setelah pukul 12.00.
Fungsi utama dari arsitektur adalah harus mampu menciptakan lingkungan hidup yang
lebih baik dengan cara menentang dan menyesuaikan dengan kondisi iklim yang ada. Guna
mencapai kondisi keseimbangan antara iklim dan arsitektur sulit sekali untuk diketengahkan,
sebab dalam hal ini banyak sekali cabang ilmu yang terkait.
Keadaan ini telah dikemukakan oleh Richard Neutra dalam bukunya “Survival
Through Design”, Oxford University 1955:
“Untuk perencanaan di masa mendatang selain art dan sains masih banyak lagi hal-hal yang
diperlukan guna menyatukan semua hal yang membentuk lingkungan manusia tidak akan
mungkin berhasil dengan baik tanpa menggunakan sains yang ada.” Dalam proses
perancangan arsitektur pengaruh iklim dipusatkan pada aspek kenyamanan manusia pada
suatu bangunan dimana aktifitasnya terlaksana. Aspek-aspek tersebut adalah:
1. Radiasi matahari
2. Pergerakan udara
3. Kelembaban udara
4. Curah hujan
5. Suhu udara rata-rata
1. Orientasi bangunan terhadap lintasan matahari, angin, dan sistem jalur jalan.
2. Karakteristik material bangunan terhadap iklim.
3. Penerangan sekeliling bangunan.
4. Letak, luas permukaan pada sisi bangunan.
5. Tinggi bangunan.
6. Prosentasi luasan penghijauan.
7. Kepadatan bangunan.
Dari faktor-faktor di atas, pengaruh iklim yang dominan dalam perancangan arsitektur
meliputi panas dan cahaya yang melibatkan sistem penghawaan dan sistem penerangan.
SISTEM PENGHAWAAN
Ada 2 prinsip utama dalam penghawaan bangunan guna mencapai lingkungan yang
sesuai untuk penghuninya, yaitu penghawaan alam dan buatan. Penghawaan alam pada
dasarnya memanfaatkan aliran angin guna pergantian udara pada ruang dalam bangunan.
Aliran angin dapat terjadi melalui dua proses, yaitu:
Penghawaan alam pada dasarnya tergantung pada tenaga angin, maka perancangan
penghawaan alam untuk suatu ruangan dalam merupakan usaha untuk merancang:
1. Sistem pembukaan
2. Luas pembukaan
3. Letak pembukaan
Sedangkan aliran udara di luar sebelum masuk ke dalam ruangan sangat dipengaruhi oleh:
1. Sistem lay out kelompok bangunan
2. Sistem orientasi utama bangunan
3. Elemen lansekap
a. Penghawaan Silang
Penghawaan silang ialah penghawaan dalam ruangan melalui dua lubang penghawaan
yang saling berhadapan. Lubang pertama untuk masuknya udara sedangkan kedua untuk
udara keluar. Penggunaan ventilasi silang tidak sepenuhnya tergantung pada jumlah
pergantian udara
di dalam ruangan, namun lebih tergantung pada kecepatan angin. Kriteria untuk kondisi
ventilasi yang baik ditentukan oleh tipe pemakaian ruang dan iklim setempat. Untuk
mencapai distribusi aliran udara yang baik, maka sebaiknya sudut angin datang ialah 45– 60
derajat terhadap bidang dinding muka. Elemen penangkap angin, misalnya sirip vertical dapat
membantu mempercepat aliran angin ke dalam ruangan. Hal ini disebabkan adanya benturan
angin yang secara aerodinamika dapat menghasilkan kecepatan tambahan.
Orientasi bangunan terhadap arah aliran angin perlu sekali mendapat perhatian,
termasuk untuk bangunan tinggi. Hal ini disebabkan karena pada permukaan yang semakin
tinggi kecepatan angin semakin tinggi pula dan elemen-elemen penghambat angin seperti
pohon sudah tak berfungsi lagi. Angin bergerak pada umumnya akan mengikuti kontur
permukaan yang melengkung, sudut tajam atau permukaan yang kasar akan menyebabkan
angin menjadi terpisah. Untuk kecepatan angin yang cukup tinggi/kencang, maka bentuk
yang dinamis dan orientasi yang benar perlu sekali dalam perancangan arsitektur.
c. Pembayangan Matahari
Pada perancangan bangunan yang berkaitan dengan panas yang ditimbulkan oleh
matahari, perancang sering memanfaatkan pembayangan sinar untuk mengurangi panas yang
diterima oleh bangunan. Pemanfaatan pembayangan merupakan cara yang efisien untuk
mengurangi beban panas, walaupun hambatan panas dapat dikontrol dengan perancangan
luas permukaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan pembayangan sinar
matahari adalah:
1. Mampu mengontrol hantaran panas
2. Jumlah sinar masuk yang diperlukan untuk penerangan malam
3. Kesilauan yang terjadi
Sudut pembayangan sinar matahari berubah pada setiap saat, tergantung pada posisi matahari.
Oleh karena itu ada juga nacam pembayangan, yaitu:
1. Pembayangan vertical
2. Pembayangan horizontal
3. Kombinasi pembayangan vertical dan horizontal
1. Pembayangan akan lebih efisien apabila berada disebelah luar dari bangunan dibandingkan
dengan sebelah dalam.
2. Pembayangan luar efisien apabila mempunyai warna gelap.
3. Pembayangan dalam efisien apabila mempunyai warna terang.
4. Pemakaian pembayangan dalam bangunan akan menyebabkan penambahan panas apabila
mempunyai warna gelap.
5. Pembayangan matahari sebaiknya dari material yang mempunyai kapasitas thermis yang
rendah, agar cepat dingin setelah matahari terbenam sehingga tidak memberikan rambatan
panas ke dalam bangunan.
6. Pembayangan matahari tidak saja berfungsi menghalangi masuknya radiasi matahari ke
dalam bangunan juga dapat berfungsi untuk nilainilai estetika.
7. Pembayangan matahari tidak selalu sirip vertical dan horizontal atau keduanya bersama,
namun ide self shading juga merupakan suatu potensi rancangan arsitektur, sehingga bentuk
bangunan lebih dapat memberikan arti.
d. Pengaruh Atap
Atap adalah komponen bangunan yang langsung berhubungan dengan semua elemen
iklim yang ada. Misalnya solar radiasi yang langsung jatuh pada permukaan atap, hujan,
salju. Semua ini mempengaruhi atap melebihi pengaruhnya pada komponen bangunan yang
lain. Untuk daerah tropis, pengaruh atap pada suhu udara di dalam bangunan tergantung pada
bahan atap karena atap merupakan generator pana potensial.
Di daerah yang dingin, atap mempengaruhi suhu udara di dalam bangunan dati satu sisi saja,
yaitu hilangnya panas lewat luasan yang bersangkutan dan besarnya tergantung pada
resistensi panas bahan atap. Suhu permukaan terluar atap mempunyai fluktuasi paliar atap
mempunyai fluktuasi palieadaan ini tergantung dari jenis atau tipe semua warna luar. Dengan
keadaan ini maka tipe atap dapat menjadi dua bagian utama, yaitu:
1. Atap dengan konstruksi berat
Umumnya terdiri dari konstruksi beton dengan kapasitas panas yang cukup tinggi.
Prose pemindahan panas dari kulit terluar hingg ke langitlangit sangat tergantung pada laju
panas konduksi lewat atap dan kemungkinan adanya lapisan udara antara atap dan langit-
langit. Dari keadaan ini dapat diketahui bahwa faktor yang menentukan besarnya
karakteristik panas atap adalah warna kulit luarnya, resistensi panas dan kapasistas panas.
Sementara sudut bayangan dipengaruhi oleh garis lintang, posisi jendela seharusnya
ditentukan oleh iklim dan besar radiasi panas yang diterima. Konfigurasi fasade mempunyai
dua fungsi, pertama adalah tipe lightself yaitu fasade dengan jendela yang terbagi dua,
setiap elemen jendela tersebut ditempatkan independen untuk mengoptimalkan respon
terhadap kondisi cahaya matahari. Dan yang kedua adalah fasade dengan fungsi sebagai
shading devices yaitu fasade yang berfungsi memberikan naungan untuk ruang-ruang
dalam suatu bangunan. Tidak seperti di iklim sub-tropis dimana penaungan justru dilakukan
pada musim dingin untuk menutup cahaya pantul yang dapat menciptakan silau dan
memasukkan sebagian transfer panas cahaya matahari masuk ke dalam bangunan, pada iklim
tropis, semua kaca ternaungi sepanjang tahun dan hanya cahaya yang terpantul saja yang
dimasukkan.